You are on page 1of 4

Pendahuluan Kelenjar tiroid mulai terbentuk pada janin berukuran 3,4 4 cm, yaitu pada akhir bulan yaitu

u tahun pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara bronchial pouch pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul devertikulum, yang kemudian membesar, tumbuh kearah bawah mengalami migrasi ke bawah yang akhirnya melepaskan diri dari faring. Sebelum lepas, ia berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang pada usia dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih menetap, sehingga dapat terjadi kelenjar di sepanjang jalan tersebut, yaitu antara kartilago tiroid dengan basis lidah. Dengan demikian, kegagalan menutupnya duktus akan mengakibatkan terbentuknya kelenjar tiroid yang letaknya abnormal yang disebut persistensi duktus tiroglosus. Persistensi duktus tiroglosus dapat berupa kista duktus tiroglosus, tiroid lingual atau tiroid servikal. Sedangkan disensus yang terlalu jauh akan menghasilkan tiroid substernal. Sisa ujung kaudal duktus tiroglosus ditemukan pada lobus piramidalis yang menempel di ismus tiroid. Bronchial pouch keempat pun ikut membentuk bagian kelenjartiroid, dan merupakan asal mula sel-sel parafolikular atau sel C, yang memproduksi kalsitonin. Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada facia pratrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikut dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah cranial, yang merupakan cirri khas kelenjar tiroid. Sifat inilah yang digunakan diklinik untuk menentukan apakah suatu bentukan dileher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran panjang 2.5 - 4 cm, lebar 1.5 2 cm dan tebal 1 1.5 cm. berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan masukan iodium. Pada orang dewasa beratnya berkisar antara 1020 g. vaskularisasi kelenjar tiroid termasuk amat baik. A. tiroidea superior berasal dari a. karotis komunis atau a. karotis eksterna, a. tiroidea inferior dari a. subklavia, dan a. tiroid ima berasal dari a. brakiosefalik salah satu cabagang arcus aorta. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler dan limfatik,

sedangkan system venanya berasal dari fleksus perifolikular yang menyatu dipermukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior, aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5 ml/g kelenjar / menit; dalam keadaan hipertiroidisme aliran ini akan meningkat sehingga dengan stetoskop terdengar bising aliran darah dengan jelas di bawah ujung kelenjar. Secara anatomis dari 2 pasang kelenjar para tiroid, sepanjang kelenjar para tiroid menempel dibelakang lobus superior tiroid dan sepasang lagi di lobus medius, sedangkan nervus laringeus rekuren berjalan disepanjang trakea di belakang tiroid. Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan dengan secara bebas dengan fleksus trakealis. Selanjutnya dari fleksus ini ke arah nodus pralaring yang tepat berada di atas ismus menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagian ada yang langsung ke duktus thorasikus. Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang besasal dari kelenjar tiroid. Dengan mikroskop terlihat kelenjar tiroid terdiri atas folikel dalam berbagai ukuran antara 50 500 mm. dinding folikel terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan puncak menghadaap ke dalam lumen, sedangkan basisnya menghadap ke arah membrane basalis. Folikel ini berkelompok-kelompok sebanyak n-kira 40 buah untuk membentuk lobules yang mendapat darah dari end artery. Folikel mengandung bahan yang jika diwarnai dengan hematoksilin - eosin bewarna merah muda yang disebut koloit dan dikelilibngi selapis epitel tiroid. Ternyata tiap folikel merupakan kumpulan dari klon sel tersendiri. Sel ini berbentuk kolumnar apabila dirangsang oleh TSH dan pipih apabila dalam keadaan tidak terangsang atau istirahat. Sel folikel mengsintesis tiroglobulin (TG) yang disekresikan kedalam lumen folikel. TG adalah glikoprotein berukuran 660kDa, dibuat di reticulum endoplasmik, dan mengalami glikosilasi secara sempurna di aparaus golgi. Protein lain yang amat penting disini ialah tiroperoksidase (TPO). Enzim ini berukuran dengan 103kDa yang 44% - nya berhomologi dengan mieloperoksidase. Baik TPO maupun TG bersifat antigenik seperti halnya pada penyakit tiroid autoimun, sehingga dapat digunakan sebagai penenda penyakit. Biosintesis hormon T4 dan T3 terjadi di dalam tiroglobulin pada batas antara apeks sel koloid. Di sana terlihat

tonjolan-tonjolan mikrovili folikel ke lumen; dan tonjolan ini tlibat juga dalam proses endositosis triglobulin. hormon utama yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) tersimpan dalam koloid sebagai bagian dari molekul tiroglobulin. Hormon ini hanya akan di bebaskan apabila ikatan dengan tiroglobulin ini dipecah oleh enzim khusus. Mengingat yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan hormon tiroid, udari makanan bersasal dari makanan laut,, susu, daging, air minum, telodiuur, garam beryodium dan sebagainya. Faktor kandungan yodium dalam lahan setempat sangat penting. Khususnya bagi daerah terpencil dimana penduduknya hanya khusus makan makanan yang berasal dari produksi setempat yang lahannya mempunyai kandungan yodium rendah. Yodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung. Dan 1/3 hingga ditangkap kelenjar tiroid. Sisanya dikeluarkan lewat air kemih. Ditaksir 95% yadium tubuh tersimpan dalam kelenjar tiroid, sisanya dalam sirkulasi (0,04 0,57%) dan jaringan. Hormon kalsitonin, juga dihasilkan oleh kelenjar tiroid, berasal dari sel parafolikular (sel CO). hormon ini berperan aktif dalam metabolisme kalsium dan tidak berperan sama sekali dalam metabolisme yodium. Mengingat asal hormon ini, kalsitonin seringkali digunakan sebagai penanda untuk mendeteksi adanya carcinoma medullare thyroid. Efek Metabolik Hormon Tiroid Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh hamper semua proses tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme berpengaruh atas berbagai peristiwa, efek metaboliknya antara lain:
1. Termoregulasi (jelas pada miksedema atau koma miksedema dengan temperatur

sub-optimal) dan kalorigenik. 2. Metabolisme protein. Dalam dosis fisiologis kerjanya bersimat anabolik, tetapi dalam jumlah besar bersifat katabolik.

3. Metabolisme karbohidrat bersifat diabeto-genik, karena resorpsi intestinal meningkat, cadangan glikiogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis dan degredasi insulin meningkat.
4. Metabolisme lipid. Meski T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses

degradasi kolesterol dan ekresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroidisme kolesterol total, kolesterol ester dan fosfolipid meningkat. 5. Vitamin A. konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan hormon tiroid. Sehingga pada hipotiroidisme dapat dijumpai karotenimia, kulit kekuningan.
6. Lain-lain: gangguan metabolisme kreatin fosfat menyebabkan miopati, tonus

traktus gastrointestinal mininggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare; gangguan faal hati; anemia defisiensi Fe dan hipertiroidisme. Efek Fisiologik Hormon Tiroid Efeknya membutuhkan waktu beberapa jam sampai hari. Efek genomnya menghasilkan panas dan konsumsi oksigen meningkat, pertumbuhan, maturasi otak dan susunan saraf yang melibatkan Na+K+APTase sebagian lagi karena reseptor beta adrenergic yang bertambah. Tetapi ada juga efek yang nongenomik misalnya meningkatnya reseptor asam amino dan glukosa, menurunnya enzim tipe-2 5 deyodinasi di hipofisis.
1. Pertumbuhan Fetus. Sebelum minggu 11 tiroid fetus belum bekerja, juga

TSHnya. Dalam keadaan ini karena DIII tinggi di plasenta hormon tiroid bebas yang masuk fetus amat sedikit, karena diinaktivasi di plasenta. Meski amat sedikit krusial, tidak adanya hormon yang cukup meyebabkan lahirnya bayi kreatin (retardasi mental dan cebol). 2. Efek pada konsumsi oksigen, panas dan pembentukan radikal bebas.

You might also like