You are on page 1of 6

PAPER

Teori Pembangunan Ekonomi


Tugas Mk Perekonomian Indonesia
Dibuat oleh : Nama : Ardi Mantik NRI : 100612237 Regso Manajemen

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2012

Teori-teori Pembangunan
Teori-teori Utama Pembangunan Ekonomi:
1. 2. 3. 4. 5. Lima Pendekatan Teori Tahapan Linier ( linear-stages-of-growth models ); Model Perubahan Struktural ( the structural change theories and patterns ); Revolusi Ketergantungan Internasional ( international dependence revolution ); Kontrarevolusi P asar B ebas Neoklasik ( neoclassical free-market counterrevolution ); Teori Pertumbuhan yang Baru ( new or endogenous theory of economic growth ) .

D ekade 1950-an dan 1960-an Para teorisi cenderung memandang proses pembangunan sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang berurutan, yang pasti akan dialami oleh setiap negara yang menjalankan pembangunan. P andangan ini merupakan suatu bentuk teori ekonomi yang menyoroti pembangunan sebagai paduan dan kuantitas tabungan nasional, penanaman modal, dan bantuan asing dalam jumlah yang tepat. Kesemuanya itu harus sedapat mungkin diupayakan serta diadakan oleh negara-negara Dunia Ketiga agar mereka juga dapat menapaki jalur-jalur pertumbuhan ekonomi modern yang menurut sejarahnya telah dilalui dengan sukses oleh negara-negara yang sekarang maju. Dengan demikian, pembangunan itu diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi agregat secara cepat. D ekade 1970-an P endekatan tahapan-linier tergusur oleh dua aliran pemikiran ekonomi , yang sesungguhnya lebih berbau ideologis daripada akademis. Aliran pemikiran yang pertama menitikberatkan pada teori dan pola perubahan . Aliran pemikiran yang kedua adalah revolusi ketergantungan internasional . Aliran P emikiran yang P ertama menggunakan teori-teori ekonomi modern dan analisis statistik guna melukiskan proses struktural internal yang harus dialami oleh negara-negara berkembang agar mampu dan berhasil menciptakan serta sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonominya yang cepat. Aliran P emikiran yang K edua B ersifat radikal dan lebih berorientasi politik. M emandang keterbelakangan negara-negara berkembang sebagai akibat pola hubungan kekuasaan internasional yang tidak adil. Perhatian utama teori ini ditujukan pada pentingnya menyusun kebijakan baru untuk menghapuskan kemiskinan secara total, menyediakan kesempatan kerja yang lebih bervariasi, dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Teori ini cenderung menyangsikan bahwasanya pertumbuhan ekonomi akan dapat diraih melalui cara-cara yang dianjurkan secara gencar oleh model-model pertumbuhan bertahap linier maupun teori-teori perubahan struktural. D ekade 1980-an Kontrarevolusi neoklasik (seringkali disebut neoliberal) menekankan pada peranan menguntungkan yang dimainkan oleh pasarpasar bebas, perekonomian terbuka, dan swastanisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah atau negara yang kebanyakan memang tidak efisien dan boros. Menurut teori ini, kegagalan pembangunan tidak disebabkan oleh kekuatan-kekuatan eksternal maupun internal sebagaimana diyakini oleh para tokoh teorisi ketergantungan, melainkan diakibatkan

oleh terlalu banyaknya campur tangan dan regulasi pemerintah dalam kehidupan perekonomian nasional. Akhir 1980-an dan A wal 1990-an T eori baru pertumbuhan ekonomi. Teori ini mencoba memodifikasikan dan mengembangkan teori pertumbuhan tradisional sedemikian rupa sehingga ia dapat menjelaskan mengapa ada sebagian negara yang mampu berkembang begitu cepat sedangkan yang lain begitu sulit atau bahkan mengalami stagnasi (kemacetan). Teori baru ini juga bermaksud menjelaskan mengapa meskipun konsep-konsep neoklasik seperti pasar bebas dan otonomi sektor swasta begitu gencar didengungkan, tetapi peranan pemerintah dalam keseluruhan proses pembangunan masih tetap sangat besar. Teori Tahapan Linier Tahap-tahap Pertumbuhan Rostow . Model Pertumbuhan Harrod-Domar . Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus Ada : Beberapa Kritik Terhadap Model Pembangunan Bertahap . Rostow : Stages-of-growth-models of development (Model-model pembangunan pertumbuhan bertahap) Menurut Rostow, dalam proses pembangunannya , suatu negara akan melalui beberapa tahapan yang utama sebagai berikut: tahapan tradisional, dengan pendapatan per kapita yang rendah dan kegiatan ekonomi yang stagnan; tahapan transisional, di mana tahap prakondisi bagi pertumbuhan dipersiapkan; tahapan lepas landas (ini merupakan permulaan bagi adanya proses pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan); tahapan awal menuju ke kematangan ekonomi ; serta tahapan produksi dan konsumsi massal yang bersifat industri (inilah tahapan pembangunan atau development stage ). Harrod-Domar growth model (Model pertumbuhan Harrod-Domar) Sebuah persamaan yang menunjukkan hubungan fungsional secara ekonomis antara berbagai variabel pokok ekonomi. Pada intinya model ini menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP (g) secara langsung tergantung pada tingkat tabungan nasional (s) dan sebaliknya akan menentukan rasio modaloutput (k), sehingga persamaannya adalah g = s/k. Persamaan tersebut mengambil nama dari dua orang ekonom terkemuka, yakni Sir Roy Harrod dari Inggris dan E. V. Domar dari Amerika Serikat. Syarat-syarat yang Diperlukan dan yang Harus Ada: Beberapa Kritik Terhadap Model Pembangunan Bertahap G agasan dasar tentang pembangunan yang terkandung dalam teori-teori pertumbuhan bertahap tersebut di atas tidak selalu berlaku. Alasan utama tidak berlakunya teori tersebut bukan karena tabungan dan investasi tidak lagi merupakan syarat penting ( necessary condition ) bagi pemacuan pertumbuhan ekonomi, akan tetapi karena dalam kenyataannya telah terbukti bahwa pengadaan tabungan dan investasi itu saja belumlah syarat cukup ( sufficient condition ) untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Necessary C ondition (Syarat P erlu) Syarat yang diperlukan demi terjadinya suatu peristiwa meskipun mungkin jika syarat itu tidak disertai oleh yang lain, maka peristiwa tersebut bisa tidak terjadi. Sebagai contoh, pembentukan modal (capital) merupakan syarat perlu guna menunjang pertumbuhan ekonomi (sebelum pertumbuhan output terjadi, harus ada alatnya dahulu untuk menghasilkan output

tersebut). Akan tetapi, agar pertumbuhan tersebut bisa berlangsung secara berkesinambungan, maka harus ada pula perubahan sosial, kelembagaan dan sikap yang bersifat menunjang. Sufficient C ondition (Syarat C ukup) Suatu kondisi atau syarat yang harus dipenuhi guna memungkinkan sesuatu hal bisa terjadi. Sebagai contoh, menjadi mahasiswa dari sebuah universitas tertentu merupakan syarat cukup untuk menerima pinjaman dana dari Program Kredit Mahasiswa. Model pembangunan Rostow dan Harrod-Domar secara implisit ternyata mengasumsikan adanya sikap-sikap dan pengaturan yang sama di negara-negara terbelakang. Akan tetapi, asumsi itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di negara-negara Dunia Ketiga. Negara-negara tersebut masih sangat kekurangan faktor-faktor komplementer yang paling penting seperti halnya kecakapan manajerial, tenaga kerja yang terlatih, kemampuan perencanaan dan pengelolaan berbagai proyek pembangunan, dsb . T eori-teori pertumbuhan bertahap boleh dikatakan telah gagal total dalam memperhitungkan pelbagai kenyataan penting lainnya. N egara-negara Dunia Ketiga sekarang ini merupakan bagian integral dari suatu sistem internasional yang sedemikian rumit dan integratif, sehingga strategi-strategi pembangunan yang paling hebat dan terencana secara matang sekalipun dapat dimentahkan begitu saja oleh kekuatan-kekuatan asing yang keberadaan dan sepak-terjangnya sama sekali di luar kendali negara-negara yang bersangkutan. M aka muncullah pendekatan yang lebih baru dan radikal yang mencoba mengkombinasikan faktor-faktor ekonomi dan institusional ke dalam suatu model sistem baru mengenai kemajuan dan keterbelakangan internasional. Pendekatan itu selanjutnya disebut sebagai paradigma ketergantungan internasional . Model Perubahan Struktural M ekanisme yang memungkinkan negara-negara terbelakang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari pola perekonomian pertanian subsisten tradisional ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, dan lebih bervariasi, serta memiliki sektor industri manufaktur dan sektor jasa-jasa yang tangguh. Model perubahan struktural tersebut dalam analisisnya menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-konsep harga dan alokasi sumber daya, serta metode-metode ekonometri untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi. Aliran pendekatan perubahan struktural ini didukung oleh ekonomekonom yang sangat terkemuka seperti W. Arthur Lewis yang termasyur dengan model teoretisnya tentang "surplus tenaga kerja dua sektor" ( two sector surplus labor ) dan Hollis B. Chenery yang sangat terkenal dengan analisis empirisnya tentang "pola-pola pembangunan" ( patterns of development ). Model Perubahan Struktural Teori Pembangunan Lewis : T ransformasi struktural ( structural transformation ) Model dua-sektor Lewis ( Lewis two-sector model ) Perubahan Struktural dan Pola-pola Pembangunan . Kesimpulan-kesimpulan dan Implikasinya . Structural T ransformation (Transformasi S truktural) Proses pengubahan struktur industri dari suatu perekonomian agar kontribusi sektor manufaktur terhadap pendapatan nasional (national income) lebih tinggi daripada sektor pertanian. D apat juga diartikan sebagai perubahan komposisi industri dalam perekonomian. Misalnya: primary sector, secondary sector, dan tertiary industrial sector. Lewis T wo- S ector M model (Model dua-sektor Lewis) Teori pembangunan yang menyatakan bahwa jika surplus tenaga kerja (surplus labor) dari sektor pertanian tradisional bisa dialihkan ke sektor

industri modern yang daya serap tenaga kerjanya semakin tinggi, maka hal itu akan mempromosikan industrialisasi dan dengan sendirinya akan memacu adanya pembangunan secara berkesinambungan. Revolusi Ketergantungan Internasional ( international dependence revolution ) Model Ketergantungan Neokolonial . Model Paradigma Palsu . Tesis Pembangunan Dualistik . Model Ketergantungan Neokolonial ( Neocolonial dependence model ) Suatu model yang dalil utamanya menyatakan bahwa terjadi dan berlarut-larutnya keterbelakangan di negara-negara Dunia Ketiga disebabkan oleh aneka kebijakan ekonomi, sosial, politik, dan bahkan budaya eksploitatif yang dimainkan oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang, se h ingga tidak ubahnya ketika mereka memperlakukan wilayah jajahannya di masa sebelumnya. Model Paradigma Palsu ( False-paradigm model of underemployment ) B ahwa negara-negara Dunia Ketiga telah gagal mencapai kemajuan yang cukup berarti karena strategi pembangunan mereka (biasanya disarankan oleh pakar ekonomi Barat) didasarkan pada model-model pembangunan "yang keliru" yang jelas tidak cocok dengan kebutuhan mereka yang mendasar. Model pembangunan yang selama ini telah mereka terapkan terlalu menekankan pada akumulasi kapital (capital accumulation) tanpa memberi perhatian secukupnya pada perlunya untuk mengadakan perubahan-perubahan sosial dan kelembagaan. Tesis Pembangunan Dualistik P andangan ini melihat dunia terbagi ke dalam dua kelompok besar, yakni negara-negara kaya dan miskin. Di negara-negara kaya memang masih ada sebagian penduduknya yang miskin, dan sebaliknya di negara-negara miskin pun ada segelintir penduduknya yang makmur sejahtera. Dualisme (dualism) adalah sebuah konsep yang dibahas secara luas dalam ilmu ekonomi pembangunan. Konsep ini menunjukkan adanya jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara negara-negara kaya dan miskin, serta di antara orang-orang kaya dan miskin pada berbagai tingkatan di setiap negara. Pada dasarnya, konsep dualisme ini terdiri dari empat elemen kunci sebagai berikut: Di setiap tempat dan konteks, selalu saja ada sejumlah elemen "superior" dan sekaligus elemen "inferior". Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat sementara atau transisional, melainkan. sesuatu yang bersifat baku, permanen atau kronis. Kadar superioritas serta inferioritas dari masing-masing elemen tersebut bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang, melainkan bahkan cenderung meningkat. Hubungan saling-keterkaitan antara elemenelemen yang superior dengan elemenelemen lainnya yang inferior tersebut terbentuk dan berlangsung sedemikian rupa sehingga keberadaan elemen-elemen superior sangat sedikit atau sama sekali tidak membawa manfaat untuk meningkatkan kedudukan elemen-elemen yang inferior. Dengan demikian, apa yang disebut sebagai prinsip "penetesan kemakmuran ke bawah" ( trickle down effect ) itu sesungguhnya sulit diterima. Bahkan di dalam kenyataannya, elemen-elemen superior tersebut justru tidak jarang memanfaatkan, memanipulasi, mengekploitasi ataupun menggencet elemen-elemen yang inferior. Jadi, yang mereka kembangkan justru keterbelakangannya. Kontrarevolusi P asar B ebas Neoklasik ( neoclassical free-market counterrevolution ); Tantangan bagi Pendekatan Statis Pasar Bebas Pilihan Rasional Ramah Terhadap Pasar Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional (lama)

Pasar Bebas K ondisi keterbelakangan negara-negara berkembang bersumber dari buruknya keseluruhan alokasi sumber daya yang selama ini bertumpu pada kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang tidak tepat dan adanya campur tangan pemerintah yang berlebihan. Oleh karena itu, dengan membiarkan pasar bebas ( free markets ) hadir dan beroperasi secara penuh, pelaksanaan swastanisasi perusahaan milik pemerintah, promosi perdagangan bebas dan pengembangan ekspor, menarik para investasi asing (misalnya, investor dari negara-negara maju), serta pembatasan regulasi dan distorsi harga pada pasar input, pasar output maupun pasar keuangan, maka, efisiensi serta pertumbuhan ekonomi akan terpacu secara lebih optimal. Pilihan Rasional B ahwa apa yang dilakukan pemerintah dalam urusan-urusan ekonomi selalu salah, sehingga setiap bentuk intervensi pemerintah harus dijauhi. Pandangan pedas ini bertolak dari asumsi dasa r yang meyakini bahwa sikap, tindakan, dan keputusan para politisi, birokrat, warga negara biasa, apalagi pejabat pemerintah, senantiasa bertolak dari kepentingan-kepentingan mereka sendiri, tidak peduli apa konsekuensinya terhadap pihak lain. Ramah terhadap Pasar Pendekatan ini mengakui adanya berbagai kelemahan atau ketidaksempurnaan pasar, baik itu pasar produk maupun pasar faktor, di negara-negara Dunia Ketiga, dan bahwa pemerintah memang perlu menjalankan peran aktif dalam perekonomian, khususnya untuk mengoreksi pelbagai ketidaksempurnaan pasar itu. Yang ditekankan oleh pendekatan ini adalah, intervensi pemerintah itu haruslah bersifat "nonselektif" atau ramah terhadap (disesuaikan dengan) mekanisme pasar. Teori Pertumbuhan Neoklasik Tradisional (lama) Traditional (Old) Neoclassical growth theory Model pertumbuhan Robert Solow yang menyatakan bahwasanya ekuilibrium pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang itu sama dengan nol, dan pendapatan per kapita dari semua negara cenderung merasa atau menjadi sama besarnya. Teori ini sendiri bertolak dari konsep persaingan sempurna (perfect competition) dan prinsip skala hasil (returns to scale) yang konstan. Teori Pertumbuhan yang Baru ( new or endogenous theory of economic growth ) . Merupakan pengembangan dan modifikasi dari teori pertumbuhan tradisional (traditional growth theory) yang khusus dirancang untuk menjelaskan alasan mengapa ekuilibrium pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang bisa positif dan bervariasi di kalangan negara-negara, dan mengapa pula arus modal justru cenderung mengalir dari negara-negara miskin ke negara-negara maju yang tentunya lebih kaya, meskipun rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratio) di negara-negara miskin tersebut masih rendah.

You might also like