Professional Documents
Culture Documents
Archae
Eukaryotes
Morfologi
Batang, kokus, spiral, bentuknya tidak tetap, pleomorfik Uniseluler berfilamen sampai aggregat Berukuran mulai 0.1 sampai lebih dari 15 m (filamennya sampai berukuran 200 m) Organisme gram-positif dan gram-negatif Replikasi dengan pembelahan biner, tunas, fragmentasi, dll.
Fisiologi
Aerob, Fakultatif dan Anaerob Mesophiles sampai Hyperthermophiles (tumbuh di bawah 100C) Umumnya ditemukan di perairan Antartik
Kebutuhan Nutrisi
Kemolitotrof atau organotrof
Habitat
Sering ditemukan di Kondisi lingkungan ekstrim Daerah yang bersuhu tinggi
Habitat ekstrim
Eslandia
Kamchatka, Russia
Jepang
Evolusi Archaebacteria
Para ahli awalnya berpendapat bahwa Archaebacteria merupakan bagian dari kingdom monera (Maggies Earth Adventures,2001) Archaebacteria berasal dari salah satu divisi Eubacteria (termofil) (Theresa Thiel,1999). Cara hidupnya yang berbeda - anaerobik dan hidup di habitat ekstrim, mendasari evolusi pada archaebacteria yang membedakannya dengan Eubacteria.
Archaebakteri:
Cara hidup yang berbeda (habitat extrem, anaerob) mendasari Evolusi pada Archaebacteria Para ahli lainnya berpendapat Archaebacteria lebih primitif dibanding eubacteria dan eucarya. Archaebacteria hidup dan berkembang lebih dari 3 juta tahun yang lalu.
EUBACTERIA VS ARCHAEOBACTERIA
Dinding sel Eubacteria mengandung peptidoglycan;
archaeobacteria tidak (pseudopeptidoglikan) Phospholipid pada membran plasma Eubacteria memiliki rantai asam lemak panjang; archaeobacteria memiliki rantai as.lemak panjang berupa phytanol Sintesis Protein : assam amino start kodon pada eubacteria > methionine;sedangkan pada archaobacteria > formylmethionine Archaeobacteria menghasilkan senyawa yang tidak umum spt gas methan Archaeobacteria ditemukan pada habitat yang ektrim
Archaebakteria :
Pseudopeptidoglycan
Eukariot :
Polysakarida Kitin
Cabang rantai hidrokarbon dihubungkan dengan gliserol melalui ikatan eter dan tidak ditemukan rantai asam Lemak
Klasifikasi Archaebakteria
1. Hipertermofil 2. Metanogen 3. Ekstrim Halofil
HIPERTERMOFIL
Hidup pada lingkungan yang ektrem panas dengan temperatur optimum antara 80oC 110oC. Hipertermofil terdiri atas termofilik dan asidofilik. Beberapa contoh spesies dari hipertermofil adalah Sulfolobus (hidup pada temperatur diatas 70oC dengan pH 2-3), Thermococcus sp, Thermobacterium
sp, Acidianus sp, Thermus aquaticus
Acidianus ambivalens Hidup pada lahar panas, dengan suhu optimum pada 80oC dengan pH 2,5 pada lempeng sulfur
Thermus aquaticus Thermofilik yang hidup pada suhu optimum 50oC atau lebih. Dengan ph yang sangat rendah kurang dari 2
Streptococcus thermophylus
EKSTRIM HALOFIL
Halobacterium salinarium dan Halobacterium halobium mampu hidup pada daerah dengan kadar garam yang tinggi. Dunaliella mampu berkembang pesat dalam air asin dengan salinitas sampai 30% (9 kali kadar garam pada air laut),yang normal 0,5 M NaCl
Dunaliella
Termoplasma hanya terdiri atas satu genus, yaitu Termoplasma, dimana genus ini mampu hidup pada daerah deposit batu bara.
Termoplasma acidophilum
Archaea thermotoga
METANOGEN
Metanogen merupakan archaebacteria yang mampu menghasilkan gas metana hasil reduksi CO2. Methanococcus mampu hidup dalam lingkungan yang anaerob. Contoh species dari metanogen adalah Methanopyrus sp (hidup pada temperatur antara 95 1100C), Methanobacterium sp, Methanosarcina sp, dan Methanococcus sp.
Methanococcus sp
Methanosarcina sp