You are on page 1of 15

DESTILASI Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan

menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton. Detilasi digunakan untuk memurnikan zat cair, yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan berubah menjadi uap. Uap ini adalah zat murni. Kemudian uap ini didinginkan pada pendinginan ini, uap mengembun menjadi cairan murni yang disebut destilat. Destilat dapat digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang mengandung zat terlarut misalnya destilasi air laut menjadi air murni Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan dengan memanaskan/menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya jadi cair dengan bantuan kondensor. MACAM-MACAM DISTILASI 1. Destilasi sederhana Biasanya destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didih nya rendah, atau memisahkan zat cair dengan zat padat atau miniyak. Proses ini dilakukan dengan mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bias dikatakan tidak murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat cair dengan zat padat atau minyak. Destilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar oleh zat padat/zat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar, sehingga zat pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dll. Alat yang digunakan dalam proses destilasi ini antara

lain, labu destilasi, penangas, termometer, pendingin/kondensor leibig, konektor/klem, statif, adaptor, penampung, pembakar, kaki tiga dan kasa.
Gambar unit distilasi sederhana :
7

1 5

Keterangan

: 3. Termometer 4. Pendingin Spiral 5. Pengungkit 6. Pendingin Labu 7. Motor

1. Water Bath 2. Pengaduk Jangkar

2. Destilasi bertingkat (fraksionasi) Destilasi bertingkat adalah proses pemisahan destilasi ke dalam bagian-bagian dengan titik didih makin lama makin tinggi yang selanjutnya pemisahan bagian-bagian ini dimaksudkan untuk destilasi ulang. Destilasi bertingkat merupakan proses pemurnian zat/senyawa cair dimana zat pencampurnya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Dengan perkataan lain, destilasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil. Destilasi ini digunakan untuk memisahkan campuran aseton-metanol, karbon tetra klorida-toluen, dll. Pada proses

destilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi yang dipasang pada labu destilasi. Tujuan dari penggunaan kolom ini adalah untuk memisahkan uap campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama/tidak begitu berbeda. Sebab dengan adanya penghalang dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik didihnya sama akan sama-sama menguap atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai destilat, sedangkan senyawa yang titik didihnya lebih tinggi, jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes kembali ke dalam labu destilasi, yang akhirnya jika pemanasan dilanjutkan terus akan mencapai harga titik didihnya. Senyawa tersebut akan menguap, mengembun dan turun/menetes sebagai destilat. Proses ini digunan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan.Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki kondensor yang lebih banya sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak. 3. Destilasi azeotrop Digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Distilasi Azeotrop digunakan dalam memisahkan campuran azeotrop (campuran campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tsb, atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa. Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut : Titik A pada merupakan boiling point campuran pada kondisi sebelum mencapai azeotrop. Campuran kemudian dididihkan dan uapnya dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B). Uap ini kemudian didinginkan dan terkondensasi (titik C). Kondensat kemudian dididihkan, didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop, proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap. Pada

gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara kurva saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal putus-putus Etanol dan air membentuk azeotrop pada komposisi 95.6%-massa etanol pada keadaan standar. 4. Destilasi vakum(destilasi tekanan rendah) Destilasi ini digunakan untu zat yang tak tahan suhu tinggi atau bias rusak pada pemansan yang tinggi. Sehingga dengan menurunan tekanan maka titik didih juga akan menurun, maka destilasi yang tadinya harus dilakukan pada suhu tinggi tetap dapat dilakukan pada suhu rendah dengan menurunkan tekanan. 5. Refluks/ destrusi Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam macam destilasi walau pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah lambat maka campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara refluks. Fungsi refluks, adalah memperbesar L/V di enriching section, sehingga mengurangi jumlah equibrium stage yang diperlukan untuk product quality yang ditentukan, atau, dengan jumlah stage yang sama, akan menghasilkan product quality yang lebih baik dengan menggandakan kontak kembali antara cairan dan uap agar panas yang digunakan efisien. Refluks/destruksi ini bisa dimasukkan dalam macam-macam destilasi walau pada prinsipnya agak berkelainan. Refluks dilakukan untuk mempercepat reaksi dengan jalan pemanasan tetapi tidak akan mengurangi jumlah zat yang ada. Dimana pada umumnya reaksi- reaksi senyawa organik adalah lambat maka campuran reaksi perlu dipanaskan tetapi biasanya pemanasan akan menyebabkan penguapan baik pereaksi maupun hasil reaksi. Karena itu agar campuran tersebut reaksinya dapat cepat, dengan jalan pemanasan tetap jumlahnya tetap reaksinya dilakukan secara refluks. 6. Destilasi uap Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair

tersebut tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat, melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap (lihat gambar alat destilasi uap). Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang berisi senyawa yang akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada titik didih komponen-komponennya Efektifitas Distilasi Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga 1/10 tekanan atmosfer. Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi tambahan, dan dengan menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau uap pada kolom terakhir. Namun, secara praktek tidak ada distilasi yang mencapai 100%.

DISTILASI SKALA PILOT PLANT


Vent
TR
1

TIA
21

W1
TRC
3

Sektor 5
TR PR
6 8

TR
5

F FI
4

CW

V1

T2

LICA
11

Sektor 4
TR
9 12

PIC TR

TR
13

10

STEAM W5
A1 FI
17

22

TI

Vent
W4 15

PTFE House FI

PR
18

W2

TR
25

TR
23

FI
24

V3

V4
FI
27

Steam condensate

Sektor 3
T3
TR
26

FI
14

FI

16

TR
21

V2 feed DRAIN SAMPEL

P1 DRAIN

Sektor 2
FI
28

W3 DRAIN

Sektor 1

P3 V5

Gambar1. Unit Distilasi PERALATAN DAN FUNGSI ALAT PADA SETIAP SEKTOR a) Sektor 1 Terdiri dari pengalir umpan dan tempat penmpungan umpan T1, pompa yang mengatur sirkulasi umpan P2.

T1 (Feed Tank) : Untuk menampung cairan umpan (air keran) disirkulasikan atau dialirkan ke sumptank.

sebelum

P2 (Feed Pump) : Untuk memompa / mengalirkan cairan umpan (air keran) ke dalam kolom distilasi sehingga akhirnya cairan tersebut masuk ke dalam sumptank. Feed pump juga berfungsi ketika mensirkulasikan cairan dari T1-T1.

A1 (Vapor Trap) : Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh steam yang keluar dari pre-heater. W5 (Pre-Heater) : Sebagai pemanas awal cairan umpan. W4 (Distilat Cooler) : Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas

TR-13 (Temp Feed) : Untuk mengukur temperatur cairan umpan masuk kolom distilasi. FI-14 (Flow Distilat) : Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan. FI-17 (Flow Feed) : Untuk mengukur laju alir umpan. Va-1.1-Va-1.12 (Valve) : Berfungsi untuk mengatur laju alir cairan untuk suatu tujuan tertentu, diantaranya: Untuk sirkulasi T1-T1 : Mengalirkan cairan dari T1 kembali ke T1 dengan bantuan pompa P2 dan membuka valve Va-1.3, Va-1.6, Va-1.7 dan Va-1.9 kemudian tutup valve Va-1.2, Va-1.4, Va-1.5, Va-1.8 dan Va-1.10
Va-1.11
TR-13

SECTION 1

Va-1.12

Jalur Umpan

Steam A1

W5

FI -17 Vent

Va-1.1
T1

Va-1.10 Va-1.9
FI -14

W4

Sample

Va-1.2
Feed

Va-1.3

P2

Va-1.8

Va-1.4

Drain

Va-1.6

Va-1.7

Va-1.5

b) Sektor 2 Terdiri dari tempat penampungan zat yang dipanaskan yaitu T3 dan pompa yang mengatur sirkulasinya P3.

P3 (Pompa Sirkulasi) : Untuk mengalirkan cairan dari tangki penampung V5 (Evaporator Feed from P3) : Untuk mengatur laju alir cairan yang masuk W2 (Falling Film Evaporator) : Merupakan tempat terjadinya pemanasan.

(sumptank) ke reboiler. ke FFE.

W3 (Cooler) : Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang/dikeluarkan T3 (Sump Tank) : Untuk menampung cairan umpan yang akan dan sudah

dari Sump Tank. dipanaskan pada FFE. Pada bagian atas cairan dalam sumptank terdapat uap yang akan masuk ke kolom distilasi.

TR 21 ( Temperature Recorder Sumptank Bottom) : Untuk mengukur TR 26 (Temperature Sumptank Vapor) : Untuk mengukur temperature uap FI 28 (Flow Feed Recycle) : Untuk mengukur laju alir cairan yang direcycle

temperatur cairan yang akan masuk ke FFE. di dalam Sump Tank. ke dalam FFE. Prosedur kerja sistem pengumpanan cairan pada FFE yaitu dengan membuka Valve Va-2.1, Va-2.2 dan Va-2.5 lalu menutup valve Va-2.1 dan Va-2.3 kemudian nyalakan pompa P3. sehingga cairan akan mengalir ke bagian atas FFE. Kemudian cairan yang panas akan turun dan masuk ke sumptank. Cairan panas ini akan berkontak dengan cairan dingin dalam sumptank sehingga semua cairan dalam sumptank akan mengalami kenaikan suhu tertentu.

SECTION 2
TI

Jalur Zat yang Dipanaskan


PR 18 LI A1 9

22

W2

T3
TR 21

TR 26

Va-2.1 Va-2.2

FI 28

W3
Va-2.4 Va-2.3

P3
Va-2.5

c) Sektor 3 Pada tahap ini Steam dialirkan ke dalam FFE dan kondensat hasil proses dikeluarkan.

W2 (Falling Film Evaporator) : Untuk memanaskan cairan umpan dengan

menggunakan steam yang tidak kontak secara langsung dengan cairan yang akan dipanaskan.

A2 (Steam Trap) : Untuk mengambil kondensat yang keluar dari FFE. FI 27 (Flow Condensat) : Untuk mengukur laju alir kondensat. FI 24 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengukur laju alir massa steam TR 23 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengukur suhu steam yang TI 25 (Evaporator Steam Outlet) : Untuk mengukur suhu kondensat yang V3 dan V4 (Evaporator Steam Supply) : Untuk mengontrol laju alir umpan

yang masuk ke FFE. masuk FFE keluar dari FFE. yang masuk ke FFE. Prosedur kerja untuk mengalirkan steam yaitu diawali dengan membuka aliran udara tekan pada panel control. Kemudian membuka valve pada bukaan tertentu.
SECTION 3

Jalur Pemanas

V 3
TR 23 FI 24

V 4

STEAM

KONDENSAT
TI 25 FI 27

d) Sektor 4

TR 8 (Temperature Column Top Vapor) :

Untuk mengukur suhu pada kolom paling atas.


TR 9 (Temperature 2nd Column Feed Vapor) : Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat kedua. TR 10 (Temperature 1st Column Feed Vapor) : Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat pertama. PR 18 (Column Bottom Absolute Pressure) : Untuk mengukur tekanan pada kolom bagian bawah. PR 6 (Column Top Absolute Pressure) : Untuk mengukur tekanan pada bagian atas kolom distilasi.

SECTION 4

PR 6 TR 8

Kolom Kontak

K1
PR 18

TR 9 TR 10

T3

e) Sektor 5

W1 (Condenser) : Sebagai tempat terjadinya perubahan uap distilat menjadi cairan dikarenakan adanya penyerapan panas oleh air pendingin yang masuk V1 (Condenser Cooling Water) : Untuk mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor

F14 (Condensor Cooling Water) : Untuk mengukur laju alir air pendingin yang masuk ke kondensor F5 (Condensor Cooling Water flow observer) : Untuk mengatur laju alir air pendingin secara otomatis karena dihubungkan dengan laju steam yang masuk ke FFE.

TR 1 (Condensor water Supply Temperature) : Untuk mengukur temperatur air pendingin yang masuk ke kondensor TR 7 (Reflux Temperature at Column Entry) : Untuk mengukur temperatur cairan yang direflux. TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature) : Untuk mengukur temperatur distilat yang keluar dari kondensor TIA 21 (Condensor Vent High Alarm) : Untuk mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika suhunya terlalu tinggi maka alarm akan menyala. TRC 3 (Condensor Water Outlet) : Untuk mengukur suhu air pendingin yang keluar dari kondensor.
SEKTOR 5 Sistem Pendingin Vent TIA-2.1
TRC 3

TR 1 TI F 5 FI 4 22

T2

V 1

Cooling Water

V 4

Sektor 6

2 Controller yaitu Pressure Controller (PIC) dan Temperature Controller : Untuk mengatur besarnya tekanan dan temperatur sesuai dengan yang diinginkan 2 indikator dimana setiap indikator terdiri dari 6 buah rekorder yang menunjukan nilai suhu dan tekanan pada Temperatur Recorder dan Pressure Recorder yang ada pada alat distilasi.

3 pasang tombol on-off : Untuk menyalakan/mematikan P1 (distillate pump), P2 (feed pump) dan P3 (sump pump) Main Switch : untuk mensupply udara tekan Control Air Pressure Switch : untuk membuka aliran udara tekan

TAHAPAN PENGOPERASIAN UNIT DISTILASI 1. Tahap Start-Up a. Membuka katup udara tekan Hal ini dilakukan untuk mengkonsumsikan tekanan pada setiap instrumen yang menggunakan sistem pneumatik sehingga dapat difungsikan secara baik. Di samping itu dengan adanya udara tekan maka akan menghilangkan kotoran/ debu-debu pada bagian dalam panel kontrol yang dapat mengganggu kinerja kontrol instrumen pengendali. b. Pengaktifan kontrol panel Kontrol panel diaktifkan sebagai suatu instrumen yang akan mengatur pengoperasian alat dari unit distilasi secara elektrik ataupun secara pneumatik. Pada kontrol panel ini kita atur laju keluar air pendingin dengan suhu yang kita set pada suhu tertentu dan katup akan beroperasi secara otomatis. Pada kontrol panel ini terdapat tombol On-Off untuk pompa. c. Pengisian umpan Umpan dimasukan ke dalam labu (T1), di mana pada percobaan ini umpan yang digunakan adalah air, sehingga air dialirkan dengan cara membuka valve pada pipa berwarna hijau dengan laju alir tertentu. d. Sirkulasi umpan

Umpan (air) disirkulasikan melalui jalur pipa yang terdapat pada bagian bawah labu dan di alirkan kembali dengan bantuan pompa (P2) masuk kembali pada labu melalui bagian atas labu. Sirkulasi dilakukan agar proses pengadukan pada labu berlangsung effisien dengan memanfaatkan jalur-jalur pipa yang terdapat pada unit ini sebelum di alirkan ke bagian berikutnya sehingga berfungsi sebagai by-pass dan tidak diperlukan metoda pengadukan yang lainnya (misalnya dengan menggunakan stirer, pengaduk atau dengan panas). Dengan pengadukan diharapkan campuran yang akan dipisahkan akan homogen, sehingga memenuhi sebagai larutan umpan yang homogen. Sedangkan bypass berfungsi untuk menghindari shock-load umpan, sehingga besar laju alir umpan akan terjaga dan resiko kerusakan alat dapat dihindari. e. Pegisian kolom pendingin Kolom pendingin diisi dengan air pendingin dengan cara membuka inlet dan outlet kolom pendingin yang dapat kita atur secara otomatis pada bagian kontrol panel dengan memasukan nilai suhu outlet yang diinginkan atau mengatur besarnya bukaan pada bagian inlet secara manual. Kolom pendingin harus terisi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pemanasan diaktifkan agar tidak terjadi over-heating pada unit distilasi yang akan menyebabkan kegagalan operasi distilasi ataupun kerusakan alat. f. Pengaliran umpan ke dalam tangki tamping Umpan dialirkan kedalam tangki tampung dengan melalui by-pass pada proses sirkulasi dan masuk melalui bagian tengah kolom dengan membuka valve dan mengaktifkan pompa (P3) melalui panel kontrol sehingga air akan menuju tangki penampungan (T3) dan akan tersirkulasi melalui pemanas. g. Pengaliran steam Pengaliran steam diberikan agar terjadi proses pemanasan pada bagian pemanas. Pengisian steam dilakukan denga cara membuka valve steam pada pipa berwarna abuabu dengan laju alir uap yang harus terkontrol dan dapat terlihat pada FI 24. Pada operasi distilasi kali ini tidak dilakukan pengaliran steam ke preheater, sehingga tidak adanya pemanasan awal terhadap umpan.

2. Tahap Operasi

Pada tahap ini dilakukan proses distilasi setelah unit distilasi dipersiapkan dengan melakukan start-up terlebih dahulu. Pada tahap ini umpan mengalami suatu rangkaian perlakuan untuk dimurnikan. Pada percobaan ini laju umpan 140 l/jam. Kemudian umpan akan masuk kedalam tangki penampungan T3.

Dengan pompa P3 air di tangki penampungan T3 disirkulasikan masuk kedalam reboiler yang akan menaikan suhunya menjadi 100o C dengan bantuan steam. Oleh karena air pada tangki penampungan sudah berada diatas titik didihnya, maka air akan menguap dari T3 melalui kolom pemisahan P2 yang terdiri dari 12 tray. Uap ini akan berkontak dengan air yang baru akan masuk dari T1 menuju kolom penampungan T3, sehingga ada air yang akan ikut menguap dan ada sebagian yang turun kebawah menuju tangki penampungan. Uap yang naik keatas akan melalui pendingin sehingga suhunya akan turun dan terkondensasi. Kemudian pada pendingin terdapat aliran counter-current air pandingin yang masuk pada suhu 25o C (TR 1) agar terjadi perpindahan panas secara efektif. Uap yang mengalami pendinginan akan mengembun dan tertampung pada T2, sedangkan air pendingin tadi akan mengalami kenaikan suhu (TR3) karena adanya perpindahan panas. Sampel atau produk dapat diperoleh melalui bagian bawah T2 (karena tidak digunakan reflux).

3. Tahap Shut Down a. Pematian laju alir steam Setelah operasi selesai untuk mengakhiri proses distilasi maka pada tahap shut down hal utama yang harus dimatikan adalah laju alir steam. Hal ini dilakukan agar suhu pada unit distilasi terkontrol secara baik dan tidak akan terjadi over-heating. b. Mengalirkan air pendingin pada W3 Siklus pada kolom penampungan tetap dilanjutkan tetapi W3 yang berfungsi sebagai pendingin diaktifkan agar suhu air pada T3 akan turun. c. Menutup Valve umpan (F17) Laju alir umpan dimatikan karena proses sudah akan diakhiri dan tidak ada penambahan umpan pada T1.

d. Mematikan P2 P2 dapat dimatikan melalui kontrol panel karena umpan tidak perlu lagi dilakukan pensirkulasian ataupun pengisian keseluruh kolom. e. Mematikan P3 P3 dapat dimatikan melalui kontrol panel jika temperatur pada tangki penampungan sudah mencapai 50C. Hal ini dilakukan agar suhu akhir tidak terlalu tinggi sehingga peralatan akan aman pada proses pengosongan (pembuangan) juga dimaksudkan untuk keselamatan operator. f. Menutup Valve Steam g. Mematikan tombol power pada kontrol panel Pematian kontrol panel dilakukan jika sudah tidak ada instrumen lain yang digunakan h. Menutup Valve udara tekan

You might also like