You are on page 1of 12

INVENTORI EMISI GAS RUMAH KACA (CO2 DAN CH4) DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI DKI JAKARTA BERDASARKAN KONSUMSI

BAHAN BAKAR EMISSION INVENTORY OF GREENHOUSE GASES (CO2 AND CH4) FROM TRANSPORTATION SECTOR IN DKI JAKARTA BASED ON FUEL CONSUMPTION
Yusratika Nur1, Puji Lestari2, dan IGA Uttari3 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 1 ratikanur@yahoo.com , 2pujilest@indo.net.id, 3uttari6971@yahoo.com
Abstrak: Pemanasan global yang semakin terasa di berbagai belahan dunia saat ini menjadi topik yang hangat dibicarakan. Gas rumah kaca dinilai sebagai salah satu penyebab pemanasan global yang memiliki kontribusi cukup besar. Beberapa konferensi telah diadakan untuk menindaklanjuti fenomena global ini. Setiap negara kini dituntut untuk memiliki komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang mereka hasilkan. Sektor transportasi merupakan sektor yang menghasilkan emisi cukup besar dari pembakaran bahan bakar fosil dan memberi kontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Salah satu wilayah yang perlu dikaji karena selalu mengalami peningkatan kepadatan transportasi tiap tahunnya adalah kota besar seperti DKI Jakarta. Inventori emisi melakukan salah satu upaya untuk menggambarkan berapa besar emisi yang dihasilkan dalam suatu wilayah dan dalam periode waktu tertentu. Inventori emisi juga menggambarkan besar kontribusi suatu sumber emisi terhadap total emisi tersebut. Inventori emisi diharapkan nantinya dapat menjadi acuan dalam upaya pengurangan emisi pada khususnya dan pengelolaan kualitas udara pada umumnya. Kata kunci: Pemanasan global, Gas rumah kaca, Transportasi, DKI Jakarta, Inventori emisi Abstract: Global warming which happening around the wolrd recently becomes hot topic. Greenhouse gas determined as one of global warming causes which has a significant contribution. Many conference was held to look for solution about this phenomenon. Every country has a responsibility to reduce their greenhouse gas emission. Transportation sector is the one which has a great contribution in greenhouse gas emission due to its fossil fuel combustion. DKI Jakarta is one of the big city that face a rapid-growth traffic. Therefore it s necessary to carry out a field study there to find out how much the greenhouse gas emission produced in a period time. Emission inventory can be used to measure greenhouse gas emission in a specific area for the period of time. Emission inventory also can represent contribution of each emission n source. The datas from this inventory is expected to be a reference in reducing emission activity and for air quality management. Key words: Global warming, Greenhouse gas, Transportation, DKI Jakarta, Emission Inventory

AP2-1

PENDAHULUAN
Pemanasan global yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca merupakan fenomena yang hangat dibicarakan belakangan ini. Upaya minimasi emisi gas rumah kaca menjadi salah satu upaya yang mendapat perhatian besar dalam pengelolaan lingkungan. Efek rumah kaca akan menyebabkan energi dari sinar matahari tidak dapat terpantul keluar bumi. Pada keadaan normal, energi matahari yang diadsorbsi bumi akan dipantulkan kembali dalam bentuk infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun karena adanya gas rumah kaca, sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas-gas rumah kaca untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Oleh karena itu akan terjadi peningkatan suhu di permukaan bumi yang menyebabkan pemanasan global (Rukaesih,2004) Beberapa penelitian di dunia mengenai perubahan iklim akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia memberikan kontribusi terhadap kenaikan temperatur di muka bumi selama setengah abad terakhir (Clement, et al., 2010). Menurut IPCC(2006), gas-gas utama yang dikategorikan sebagai Gas Rumah Kaca dan mempunyai potensi menyebabkan pemanasan global adalah CO2 dan CH4. Meskipun CO2 dan CH4 secara alami terdapat di atmosfer, namun era industrialiasi sejak tahun 1750 sampai tahun 2005 gas-gas tersebut mengalami peningkatan jumlah yang pesat dan secara global. Gas CO2 mempunyai persentase sebesar 50% dalam total Gas Rumah Kaca sementara CH4 memiliki persentase sebesar 20% (Rukaesih.2004). Pembakaran bahan bakar minyak merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca, diikuti kemudian oleh penggunaan biomassa dari kayu bakar dan limbah pertanian, kemudian gas bumi (Soedomo, 1999). Dari pembakaran bahan bakar tersebut, sektor transportasi menempati urutan kedua setelah sektor listrik dan panas dalam memberikan kontribusi terhadap emisi Gas Rumah Kaca dengan persentase sebesar 20% (Koch, 2000). Efek dari keberadaan gas rumah kaca kini telah dapat dirasakan yaitu peningkatan temperatur di bumi. Peningkatan temperatur ini menyebabkan efek lanjutan seperti mencairnya es di kutub, kenaikan muka air laut, menggangu pertanian dan secara tidak langsung akhirnya berdampak pada ekonomi suatu negara (Darwin, 2004). Penelitian inventori emisi terkait pernah dilakukan di kota Bandung pada tahun 2008. Perhitungan emisi dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu VKT (Vehicle Kilometer Travelled) dan konsumsi bahan bakar. Hasil studi tersebut menunjukkan emisi CO2 dan CH4 di Bandung mengalami peningkatan sebesar 26,8% dan 42,5% di tahun 2004 sampai 2006. Jenis kendaraan yang memberi kontribusi paling besar terhadap emisi CO2 di Bandung adalah angkutan berat, kendaraan penumpang, dan sepeda motor. Sementara itu untuk emisi CH4 kontribusi paling besar berasal dari sepeda motor dan kendaraan penumpang (Lestari dan Adolf, 2008). Upaya minimasi emisi gas rumah kaca perlu didukung oleh semua pihak. Dua hal paling penting yang memegang peranan dalam upaya minimasi tersebut adalah kesadaran dan peraturan. Kesadaran harus dimulai dari dari pihak-pihak yang memberi kontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Selanjutnya, peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan diaplikasikan dengan tegas juga dibutuhkan

AP2-2

dalam mendukung upaya minimasi tersebut. Dengan demikian dapat diciptakan kesinergisan dalam pelaksanaaan minimasi emisi gas rumah kaca (Ikkatai, 2008).

METODOLOGI
Data Primer Data primer didapatkan melalui kuisioner dan survey lapangan. Data primer yang dikumpulkan meliputi data jarak tempuh tiap jenis kendaraan (sedan, minibus, jeep, pickup, mikrobus, bus, truk, sepeda motor, dan roda tiga) di wilayah DKI Jakarta, data perjalanan jenis kendaraan mikrolet (jarak trayek, waktu tempuh, jumlah rit) yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta, data komposisi penggunaan bahan bakar di SPBU wilayah DKI Jakarta. Pengambilan data berupa data perjalanan kendaraan dilakukan menggunakan kuisioner dengan daerah pengambilan sampel acak meliputi wilayah DKI Jakarta, yaitu: Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat. Lokasi pengambilan data untuk data perjalanan jenis kendaraan mikrolet, mikrobus, dan bus, dilakukan secara random ke beberapa terminal di DKI Jakarta. Jumlah pengumpulan kuisioner mengikuti persamaan Slovin seperti ditunjukkan pada persamaan (1) di bawah ini (Prasetyo 2005): ................................(1) Dengan n = Jumlah sampel yang diteliti N = Jumlah Populasi e = Persentase kesalahan yang diinginkan (asumsi) Dengan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta sebesar 3.794.262 dan persentase kesalahan yang diinginkan sebesar 5%, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 400 buah sampel. Sedangkan lokasi untuk pengambilan data penjualan dan komposisi penggunaan bahan bakar di Jakarta dilakukan di Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) yang terdapat di wilayah DKI Jakarta sebanyak 30 SPBU. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari penelitian sebelumnya atau dari beberapa instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi data jumlah kendaraan bermotor DKI Jakarta tahun 2006-2008, data kuota bahan bakar DKI Jakarta tahun 2006-2008, data faktor emisi CO2 dan CH4 kendaraan bermotor. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu SAMSAT Jakarta Selatan, Dinas pajak DKI Jakarta, PT. Pertamina UPMS III,dan Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. data faktor emisi diperoleh dari penelitian sebelumnya oleh Adolf (2008).

AP2-3

Perhitungan Beban Emisi CO2 dan CH4 Perhitungan beban emisi tahunan CO2 dan CH4 di DKI Jakarta pada penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan jarak tempuh kendaraan (VKT) dan pendekatan konsumsi bahan bakar. Perhitungan beban emisi CO2 dan CH4 berdasarkan pendekatan konsumsi bahan bakar mengacu pada persamaan (2) sampai persamaan (4) berikut ini (Soedomo, 2001):
.....(2)

Formula perhitungan emisi berdasarkan pendekatan VKT tidak jauh berbeda dengan formula perhitungan berdasarkan konsumsi bahan bakar. Formula yang digunakan untuk menghitung emisi dengan pendekatan VKT adalah: ..................................(3) Dengan
(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah dan Komposisi Kendaraan DKI Jakarta Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini sejalan dengan jumlah penduduk DKI Jakarta yang selalu meningkat tiap tahunnya. DKI Jakarta sebagai ibukota negara yang menjadi pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi dan bisnis selalu memiliki daya tarik bagi banyak orang untuk tinggal di Jakarta. Jumlah tiap jenis kendaraan di DKI Jakarta serta grafik peningkatan tahun 2006 sampai 2008 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 dibawah ini. Tabel 1. Jumlah kendaraan DKI Jakarta tahun 2006-2008
Jenis Kendaraan Sedan Jeep Minibus Mikrolet Mikrobus Bus Pickup Light Truk Truk Roda Dua Roda Tiga Jumlah 2006 332.270 101.703 587.607 11.970 13.434 6.248 145.094 32.043 12.125 2.045.389 14.275 3.302.158 Jumlah 2007 320.975 102.876 625.998 12.752 13.640 7.044 145.547 32.428 11.737 2.193.386 14.094 3.480.477 2008 310.873 106.240 677.724 14.074 13.693 7.684 149.790 33.996 12.003 2.394.807 14.195 3.735.079

(SAMSAT Jakarta Selatan dan Dinas Pajak DKI Jakarta, 2009)

AP2-4

3.800.000 3.700.000 Jumlah Kendaraan 3.600.000 3.500.000 3.400.000 3.300.000 3.200.000 3.100.000 3.000.000 2006 2007 Tahun 2008

Gambar 1. Jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta tahun 2006-2008 Berdasarkan kategori fungsi kendaraan bermotor, kendaraan bermotor di DKI Jakarta dapat dikelompokkan menjadi kendaraan penumpang (terdiri dari sedan, minibus, dan jeep), angkutan ringan (mikrolet, mikrobus, pickup), angkutan berat (light truk, truk, bus), sepeda motor, roda tiga seperti ditunjukkan pada diagram cakram pada Gambar 2 dibawah ini. Persentase tiap kategori kendaraan bermotor berdasarkan kategori fungsi tahun 2006 sampai 2008 tidak mengalami perubahan signifikan. Sepeda motor masih merupakan kategori kendaraan dengan persentase jumlah paling besar diikuti dengan kategori angkutan ringan kemudian kategori angkutan berat.
Roda Tiga 0,43% Kendaraan Penumpang 30,94% Roda Tiga 0,40% Kendaraan Penumpang 30,16%

Sepeda Motor 61,94%

Angkutan Berat 1,53%

Angkutan Ringan 5,16%

Sepeda Motor 63,02%

Angkutan Ringan 4,94% Angkutan Berat 1,47%

(a)
Roda Tiga 0,38% Kendaraan Penumpang 29,31% Angkutan Ringan 4,75% Angkutan Berat 1,44%

(b)

Sepeda Motor 64,12%

(c) Gambar 2. Persentase jumlah kendaraan bermotor DKI Jakarta berdasarkan kategori fungsi kendaraan tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008

AP2-5

Jumlah sepeda motor yang mencapai sekitar 60% dan kendaraan penumpang yang mencapai sekitar 29% dari total seluruh kendaraan di DKI Jakarta menggambarkan masyarakat Jakarta masih memilih menggunakan kendaraan pribadi sebagai alat transportasi sehari-hari. Jumlah sepeda motor selalu bertambah setiap tahunnya dengan jumlah yang tidak sedikit menggambarkan masyarakat Jakarta yang memilih menggunakan sepeda motor dengan alasan lebih praktis, cepat, dan irit bahan bakar. Faktor Emisi Nilai faktor emisi yang digunakan untuk menghitung beban emisi CO2 dan CH4 di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. Faktor emisi didapat dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari dan Adolf (2008). Tabel 3. Faktor emisi CO2 dan CH4
Faktor Emisi Premium Jenis Kendaraan CO2 (g/Km) Sedan Kendaraan Penumpang Minibus Jeep Pickup Angkutan Ringan Mikrolet Mikrobus Bus Angkutan Berat Truk Sepeda Motor 122,19 2275,1 0,1909 3,5772 771,15 1593,7 0,0596 0,0804 329,66 346,30 402,53 373,63 358,94 (g/L) 2558,8 2693,4 2991,3 2178,1 2780,5 CH4 (g/Km) 0,0842 0,0883 0,0935 0,0904 0,0913 (g/L) 0,2984 0,3141 0,3489 0,1442 0,3243 CO2 (g/Km) 375,89 424,44 399,64 703,19 859 (g/L) 3642,8 4106,2 2897,6 4586,2 1593,7 CH4 (g/Km) 0,0066 0,0074 0,0064 0,0127 0,066 (g/L) 0,0919 0,1036 0,0731 0,1157 0,0804 Solar

(Lestari dan Adolf, 2008)

Konsumsi Bahan Bakar Berdasarkan data konsumsi bahan bakar yang diperoleh dari PT. Pertamina UPMS 3 Jakarta, jumlah konsumsi total bahan bakar di Jakarta mengalami penurunan di tahun 2007 lalu meningkat kembali di tahun 2008. Tabel 4 berikut ini menunjukkan konsumsi total bahan bakar di DKI Jakarta tahun 2006 sampai 2008 sedangkan tabel 5 menunjukkan komposisi penggunaan bahan bakar berdasarkan jenis kendaraan yang didapat dari survey lapangan dan perhitungan.

AP2-6

Tabel 4. Konsumsi total bahan bakar DKI Jakarta tahun 2006-2008 Konsumsi Bahan Bakar (Kiloliter/tahun) 2006 2007 2008 Premium 3.546.949,4 3.350.943,4 3.502.371,1 Biosolar 1.137.128,1 1.135.927,1 1.185.014,6 (Pertamina UPMS 3, 2009) Bahan Bakar

Tabel 5.Komposisi konsumsi bahan bakar DKI Jakarta Kendaraan Bahan Bakar Premium Premium Minibus Solar Premium Jeep Solar Premium Pickup Solar Mikrolet Premium Mikrobus Solar Bus Solar Truk Solar Roda Dua Premium Roda Tiga Premium (Pertamina UPMS 3, 2009) Sedan Konsumsi Bahan Bakar (Kl/tahun) 2006 2007 2008 433.102,53 424.244,95 419.057,09 771.040,16 755.271,28 746.035,47 312.879,82 312.549,36 326.055,75 118.409,29 115.987,64 114.569,29 48.049,22 47.998,47 50.072,66 166.947,73 163.533,41 161.533,65 67.745,60 67.674,04 70.598,48 165.409,68 156.269,07 163.330,80 66.738,06 66.667,57 69.548,52 174.311,93 174.127,82 181.652,51 171.363,24 171.182,25 178.579,65 877.894,37 859.825,36 852.658,31 12.405,73 11.720,18 12.249,81

Beban Emisi Beban emisi gas CO2 dan CH4 berdasarkan konsumsi bahan bakar dihitung dengan cara mengalikan faktor emisi dengan kebutuhan bahan bakar tiap jenis kendaraan. Total beban emisi CO2 dan CH4 tahun 2006 sampai 2008 ditunjukkan dalam Tabel 6 dibawah ini.

AP2-7

Tabel 6. Total emisi CO2 dan CH4 DKI Jakarta berdasarkan konsumsi bahan bakar tahun 2006-2008 Total Emisi (ton/tahun) CO2 CH4 2006 Tahun 2007 2008

8.784.816,60 8.634.044,26 8.695.283,37 3.709,075 3.632,240 3.607,035

8,90 8,80 Emisi CH4 (x 103ton/tahun) 2006 2007 Tahun 2008 Emisi CO2 (x 106ton/tahun) 8,70 8,60 8,50 8,40 8,30 8,20 8,10 8,00

3,80 3,72 3,64 3,56 3,48 3,40 3,32 3,24 3,16 3,08 3,00 2006 2007 Tahun 2008

(a)

(b)

Gambar 3. Total emisi DKI Jakarta tahun 2006-2008 berdasarkan konsumsi bahan bakar (a) CO2 dan (b) CH4 Grafik pada Gambar 3 diatas menunjukkan total emisi CO2 maupun CH4 mengalami penurunan di tahun 2007 dari 8.784.816,6 ton/tahun menjadi 8.634.044,26 ton/tahun. Hal ini dikarenakan total konsumsi bahan bakar di DKI Jakarta juga mengalami penurunan di tahun 2007. Pada tahun 2008 total emisi CO2 mengalami peningkatan seiring bertambahnya total konsumsi bahan bakar di DKI Jakarta sementara total emisi CH4 tidak jauh mengalami perubahan. Emisi CO2 DKI Jakarta didominasi paling besar oleh jenis kendaraan penumpang (sedan, minibus, jeep) yaitu sebesar 55,51% tahun 2006, 55,62% di tahun 2007 dan 55,41% di tahun 2008. Dari jumlah tersebut jenis kendaraan yang memiliki kontribusi paling besar dalam kategori kendaraan penumpang adalah minibus dengan persentase 66% setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan pola hidup masyarakat DKI Jakarta yang masih lebih senang menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Jika dibandingkan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di Bandung, kontribusi emisi CO2 paling besar juga diberikan oleh kategori kendaraan penumpang. Ini menggambarkan bahwa DKI Jakarta sebagai kota besar memiliki tipe pola hidup masyarakat yang tidak jauh
AP2-8

berbeda dengan Bandung yang juga termasuk sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Diagram cakram pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut ini menunjukkan besar kontribusi tiap kategori kendaraan dan jenis kendaraan terhadap emisi CO2 di DKI Jakarta tahun 2006-2008.
Roda Tiga 0,39% Sepeda Motor 22,74% Angkutan Berat 6,27% Sepeda Motor 22,66% Roda Tiga 0,38%

Kendaraan Penumpang 55,51%

Angkutan Berat 6,37% Angkutan Ringan 14,97%

Kendaraan Penumpang 55,62%

Angkutan Ringan 15,09%

(a)
Roda Tiga 0,39%

(b)

Sepeda Motor 22,31%

Angkutan Berat 6,60% Angkutan Ringan 15,29%

Kendaraan Penumpang 55,41%

(c) Gambar 4. Komposisi beban emisi CO2 DKI Jakarta berdasarkan kategori kendaraan tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008
Jeep 11,31% Jeep 11,33%

Sedan 22,73%

Sedan 22,60%

Minibus 65,96%

Minibus 66,07%

(a)

(b)

AP2-9

Jeep 11,38%

Sedan 22,26%

Minibus 66,36%

(c) Gambar 5. Detail komposisi beban emisi CO2 DKI Jakarta kategori kendaraan penumpang tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008 Untuk kategori angkutan ringan yang terdiri dari pickup, mikrolet, dan mikrobus, kontribusi mayoritas berasal dari mikrolet dan pickup dengan persentase berkisar 33% dan 42% tiap tahunnya. Jenis kendaraan mikrobus hanya memberi kontribusi sebesar 24%. Pada kategori angkutan berat, jenis kendaraan bus memiliki kontribusi sama besar dengan light truk dan truk. Emisi CH4 di DKI Jakarta sebagian besar dihasilkan oleh jenis kendaraan sepeda motor. Berdasarkan hasil perhitungan, sepeda motor memberikan kontribusi emisi CH4 sampai dengan 85% dari keseluruhan emisi CH4. Kategori kendaraan penumpang memberikan kontribusi terbesar kedua bagi emisi CH4 di DKI Jakarta. Minibus masih merupakan jenis kendaraan penumpang yang memiliki kontribusi lebih besar terhadap emisi CH4 dibandingkan sedan dan jeep, Emisi CH4 di DKI Jakarta juga masih memiliki kesamaan pola dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya di Bandung. Dua kota ini sama-sama mendapat kontribusi emisi CH4 paling besar dari jenis sepeda motor. Diagram cakram yang menunjukkan persentase kontribusi dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7 dibawah ini.
Roda Tiga 0,11% Kendaraan Penumpang 12,04% Angkutan Ringan 2,44% Angkutan Berat 0,75% Roda Tiga 0,10% Kendaraan Penumpang 12,06% Angkutan Ringan 2,39% Angkutan Berat 0,76%

Sepeda Motor 84,67%

Sepeda Motor 84,68%

(a)

(b)

AP2-10

Roda Tiga 0,11%

Kendaraan Penumpang 12,05%

Angkutan Ringan 2,48% Angkutan Berat 0,80%

Sepeda Motor 84,56%

(c) Gambar 6. Komposisi beban emisi CH4 DKI Jakarta berdasarkan kategori kendaraan tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008
Jeep 11,3 % Jeep 11,33% Sedan 22,60%

Sedan 22,7 %

Minib us 66,0 %

Minibu s 66,07%

(a)
Jeep 11,38% Sedan 22,26%

(b)

Minibus 66,36%

(c) Gambar 7. Detail komposisi beban emisi CH4 DKI Jakarta kategori kendaraan penumpang tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008

KESIMPULAN
Berdasarkan konsumsi bahan bakar, emisi CO2 di DKI Jakarta mengalami penurunan di tahun 2007 dan mengalami peningkatan di tahun 2008. Sementara emisi CH4 di mengalami penurunan di tahun 2007 dan tidak mengalami banyak perbedaan di tahun 2008. Jenis kendaraan yang memberi kontribusi paling besar terhadap emisi CO2 adalah kendaraan penumpang terutama minibus, sedangkan

AP2-11

untuk emisi CH4 didominasi oleh sepeda motor. Hal ini menggambarkan pola hidup masyarakat Jakarta yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini didanai oleh LPPM ITB.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Clement, Ami C, Andrew C.Baker, dan Julie Leloup. 2010. Climate Change : Patterns of Tropical Warming. Nature Geoscience, 3(2010) page 8-9. Darwin, Roy. 2004. Effects of Greenhouse Gas Emissions on World Agriculture, Food Consumption, and Economic Welfare. Journal of Climate Change , 66(2004) page 191-238. Ikkatai, Seiji dkk. 2008. Motivation of Japanese Companies To Take Environmental Action To Reduce Their Greenhouse Gas Emissions: an Econometric Analysis. Journal of Sustainability Science, 3(2008) page 145 -154. IPCC.2006. General Guidance and Reporting. Journal of IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, 1(2006) chapter 1 page 1.5. Koch, J. , U. Dayan, dan Mey Marom. 2000. Inventory of Emission of Greenhouse Gases in Israel. Journal of Water, Air, & Soil Polution, 123(2000) page 259 -271. Lestari, Puji dan Adolf S. 2008. Emission Inventory of GHGs of CO2 and CH4 From Transportation Sector Using Vehicles Kilometer Travelled (VKT) and Fuel Consumption Approaches in Bandung City. Journal of Better Air Quality, 159(2008). Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada. Soedomo, Moestikahadi.1999. Pencemaran Udara. Bandung: Penerbit ITB.

AP2-12

You might also like