You are on page 1of 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK.

DENGAN MENINGOENCEPHALITIS DI RUANG UPA B2 RSDS YOGYAKARTA

Disusun Oleh Sakiyan 02/159858/EIK/00218

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2004 I. DEFINISI

Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula spinalis). Encephalitis adalah peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis. Meningoencepalitis adalah peradangan pada selaput meningen dan jaringan otak. II. PENYEBAB Penyebab meningitis adalah bakteri; pnaumococus, meningococus, stapilococus, streptococus, salmonela, virus;hemofilus influenzae, herpes simplek, atau oleh karena luka/ pembedahan atau injuri pada sistem persarafan. Penyebab encephalitis adalah virus; herpes simplex, reaksi toxin; thypoid fever, campak, chicken pox/ cacar air, keracunan; arsenic. III. PATOFISIOLOGI Peradangan menyebabkan cairan cerebro spinal meningkat sehingga terjadi obtruksi, selanjutnya terjadi hirocepalus dan peningkatan tekanan intra kranial. Organisme masuk melalui sel darah merah dapat melalui tarauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak, eksudasi. IV. TANDA DAN GEJALA Pada neonatus biasanya terdapat tanda dan gejala menolak untuk makan, reflek menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan gejala demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif, ptechial (menunjukan infeksi meningococal). V. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pungti lumbal; tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat. 2. Kultur darah. 3. Kultur Swab hidung dan tengggorokan. 4. Darah lengkap. 5. Rongent kepala, thorak, vertebra. 6. EEG, CT Scan otak. VI. MANAJEMEN TERAPI 1. Isolasi. 2. Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur. 3. Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan (hubungan dengan edema cerebral) 4. Mencegah dan mengobati komplikasi. 5. Mengontrol kejang. 6. Mempertahankan ventilasi. 7. Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial. 8. Penatalaksanaan syok septik. 9. Mengontrol perubahan suhu lingkungan. VII. DIAGNOSE KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan cerebral b.d edema serebral/ penyumbatan aliran darah. 2. Nyeri akut b.d proses infeksi. 3. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular. 4. Risiko tinggi terhadap trauma/injuri b.d aktifitas kejang umum. 5. Risiko infeksi b.d paningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah.

You might also like