You are on page 1of 5

TUGAS KETAHANAN DAN DIVERSIFIKASI PANGAN

WUJUDKAN KETAHANAN PANGAN


PAJAK ORANG KAYA BERANI ATAU TIDAK

Disusun oleh : Agusta Ardiyan 11031001

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2012

WUJUDKAN KETAHANAN PANGAN


PAJAK ORANG KAYA BERANI ATAU TIDAK Siapa pernah menyebut Indonesia adalah negeri yang memang ditakdirkan miskin?. Mungkin dia yang berani berkata begitu adalah mereka yang tak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah dasar. Telah jelas dipaparkan oleh guru kita betapa kayanya masalalu bangsa kita ini, betapa melimpahnya anugerah dari Tuhan yang dilimpahkan untuk bangsa kita ini. Tetapi seiring kedewasaan berjalan, kita seperti ditipu oleh perkataan manis guru kita yang memerikan betapa masyurnya negeri kita. Kondisi yang ada sangatlah berbeda, kemiskinan, kelaparan, kriminalitas dan ketimpangan sosial merupakan secuil masalah yang ada di negeri kita ini. Apakah penyebab dari semua itu tidak ada yang berani berbesar hati menyatakan rasa bersalahnya. Namun disini bukan siapa dan apa yang salah, karena mencari kesalahan tersebut bukan menjadi salah satu solusi namun justru akan memperkeruh suasana jika berkaca dengan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh petinggi-petinggi negara yang seperti biasanya dilakukan. Permasalahan kelaparan dan ketahanan pangan merupakan masalah yang sangat memalukan yang dialami oleh negara agraris seperti Indonesia. Namun anda jangan bersedih, masalah ini benar-benar dialami oleh negara kita. Penyempitan dan ekspansi hutan beton di lahan pertanian menjadi salah satu kambing hitam dengan merosotnya tingkat ketahanan pangan di Indonesia. Sebenarnya jika ditinjau lebih luas, permasalahan tersebar pada sektor pemerintahan sampai kependudukan, salah satunya adalah ketimpangan kondisi ekonomi. Dilihat dari kondisi ekonomi makro dan kebijakan struktural Indonesia selama 15 tahun terakhir terus berkembang sehingga membuat perekonomian tumbuh kuat dan stabil di kisaran 5%-6,6%. Namun Indonesia harus terus memperbaiki tata kelola pemerintahan, produktivitas, dan penerimaan pajak untuk melanjutkan pertumbuhan yang inklusif. Hal tersebut dikatakan Secretary General Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Angel Gurria, "Indonesia telah membuat perkembangan ekonomi, institusi, dan sosial

yang substansial. Indonesia berhasil bertahan dari krisis ekonomi dengan baik dan kemiskinan terus menurun dengan nyata," katanya. Dengan statement ini didapatkan tingkat ketimpangan ekonomi yang sangat besar terdapat pada sistem ekonomi di Indonesia, pertumbuhan pada sektor makro namun tak begitu terasa efeknya bagi sektor mikro. Untuk itu perlu dilakukan penyeimbangan atau pemerataan dalam hal pertumbuhan ekonomi, yang antara lain dapat dilakukan dengan cara penerapan pajak bagi orang kaya. Konsep dasar pajak adalah memungut sebagian penghasilan orang kaya untuk didistribusikan kepada rakyat. Pajak progresif adalah makin tinggi penghasilan wajib pajak (WP) pribadi, maka makin tinggi pula tarif PPh yang dikenakan. "Di beberapa negara maju, pajak penghasilan untuk orang kaya atau wealth taxes ini, bisa sangat progresif," katanya. Saat ini, tarif pajak PPh Pasal 25/29 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan pasal 17 Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah maksimal 30% untuk orang yang berpenghasilan per tahun Rp500 juta ke atas. Sebagai gambaran, Spanyol baru saja menaikkan batas tarif wealth taxes dari 42% menjadi 52%, Jerman berencana menaikkan dari 42% menjadi 45%, dan Perancis bahkan berencana menaikkan batas atas tarif wealth taxes untuk penduduknya yang berpenghasilan EUR1 juta (sekira Rp12 miliar) per tahun. Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Erani Yustika mengatakan, penerapan pajak progresif memang menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menambah penerimaan negara dari sektor pajak. "Saat ini, semua orang yang penghasilannya di atas Rp500 juta dipukul rata kena pajak 30%. Harusnya, untuk orang yang penghasilannya di atas Rp1 miliar, tarif pajaknya lebih tinggi," ujarnya. Menurut Erani, idealnya, untuk orang yang berpenghasilan di atas Rp 1 miliar, tarif pajaknya harus dinaikkan menjadi 35 persen, sedangkan untuk yang

berpenghasilan di atas Rp 5 miliar per tahun menjadi 40 persen. "Ini harusnya mulai diberlakukan 2013 nanti," katanya. Erani menyebut, skema yang ada saat ini, membuat penerimaan pajak tidak optimal. Misalnya, penerimaan pajak dari pegawai/karyawan (PPh Pasal 21) pada 2010 mencapai Rp55,3 triliun. Adapun

pajak nonpegawai/nonkaryawan hanya Rp 3,6 triliun. "Padahal, akumulasi kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia ini setara dengan kekayaan 60 juta penduduk," ucapnya. Jika kita berbicara berapa nominal yang bisa dihasilkan dari pemberlakuan pajak orang kaya itu benar-benar terealisasi. Berapa banyak uang yang dapat disalurkan jika semuanya terkonsentrasi pada sektor pertanian dan ketahanan pangan. Jika dilakukan perhitungan dengan mempertimbangkan kemungkinan korupsi, maka bisa didapatkan terealisasinya ketahanan dan kedaulatan pangan di Indonesia sekitar 3 sampai 4 tahun kedepan.

DAFTAR PUSTAKA

http://finance.detik.com/read/2009/04/30/105625/1123743/9/mengupas-kantorpajak-orang-kaya http://www.fajar.co.id/read-20120905235110-dpr-usul-pajak-progresif-orangkaya http://www.mediaindonesia.com/read/2012/09/27/351569/4/2/OECD-TantangIndonesia-Naikkan-Pajak-Orang-Kaya http://www.pajak.go.id/content/pajak-untuk-orang-kaya

You might also like