You are on page 1of 14

PRINSIP-PRINSIP UMUM PEMBELAJARAN IPA

1. 2. 3. 4.

Oleh : Ardianus Jedahur Carolus A. Sale Ignasia Helena Mimung Yasinta S. Rudin

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ST. PAULUS RUTENG 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia-Nya sehingga penulisan makalah ini tersusun dengan baik. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Sains. Dalam proses penyelesaiannya, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, hal tersebut dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. 2. 3. Bapak Kanisius Suparti selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Sains. Teman-teman kelompok IX yang telah menyusun makalah ini. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang telah memberi dukungan dan kerjasama dalam penyelesaian penulisan makalah ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Ruteng, Mei 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................... i Kata Pengantar .................................................................................................................... ii Daftar Isi.............................................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan .............................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 1 1.3 Manfaat Penulisan .......................................................................................................... 1 1.4 Metode Penulisan ........................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan ............................................................................................................. 2 2.1 Pengertian ....................................................................................................................... 2 2.2 Prinsip-Prinsip Umum Pembelajarn Sains ..................................................................... 2

Bab III Penutup ................................................................................................................. 10 3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 10 3.2 Saran ............................................................................................................................. 10

Daftar Isi............................................................................................................................. 11

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Untuk mencapai tujuan pendidikan yakni standar kompetensi yang harus dimiliki siswa, guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan sangat menentukan keberhasilan siswa (Sanjaya, 2006:6). Dalam konteks pembelajaran, guru mestinya berupaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pendidikan yang berkualitas berawal dari dalam pembelajaran yang bermutu. Pada era belajar sekarang ini desain pembelajaran yang dikehendaki adalah desain pembelajaran yang menekankan pada aktivitas belajar siswa dan bukan pada aktivitas guru. Jika seorang guru dapat menciptakan suasana yang nyaman dalam kelas atau dalam kegiatan belajar, maka siswa akan termotivasi serta berminat dalam belajar sehingga mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa. Dalam hal ini, siswa dibutuhkan untuk mampu berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif, dan juga kemampuan bekerja sama yang efektif. Dengan demikian, maka seorang guru harus terus mengikuti perkembangan wawasan atau cara pandang/pemahaman anak dan selalu berusaha agar kreatif dalam pembelajaran yang dilakukan sehingga membawa siswa ke arah yang diinginkan. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah agar kami selaku calon guru dapat menjelaskan prinsip-prinsip pengembangan pembelajaran IPA. 1.3 Manfaat Penulisan a. Bagi Guru Dapat meningkatkan kepekaan guru terhadap masalah yang ada di lingkungan sekolah dan mampu memperbaiki proses pembelajaran. b. Bagi Siswa Memperoleh pengetahuan baru tentang prinsip-prinsip pengembangan

pembelajaran IPA. 1.4 Metode Penulisan Diskusi dan kajian/studi pustaka.

BAB II PEMBAHASAN

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN SAINS ATAU PRINSIP-PRINSIP UMUM PEMBELAJARAN SAINS

2.1 Pengertian Pengertian atas istilah sains sebagai ilmu pengetahuan alam sangat beragam. Sains diartikan sebagai bangunan/deretan konsep yang saling berhubungan sebagai hasil dari percobaan dan observasi yang bermanfaat serta bagaimana cara atau metode untuk memperolehnya. Secara sederhana dapat dikatakan sains merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahid (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).

2.2 Prinsip-Prinsip Umum Pembelajaran Sains Prinsip-prinsip pembelajaran yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut. 1. Prinsip Kesiapan (Readiness) Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, inteligensi, latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi, dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar. Berdasarkan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. a. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya. b. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
2

c. Jika seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogyanya ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu / guru sengaja menata tugas itu sesuai kesiapan siswa. d. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dengan / berbeda dalam pole kemampuan mentalnya. e. Bahan-bahan, kegiatan, dan tugas seyogyanya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor dari berbagai individu. 2. Prinsip Motivasi (Motivation) Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjelajahan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu itu seyogyanya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak. Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogyanya kita perhatikan. a. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, sosial, dan emosional tetapi di samping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini. b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan, mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar. c. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai sesuatu. d. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang termasuk pandai/kurang juga bisa menghadapi masalah. e. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.
3

f. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat terpenuhi. g. Kajian dan penguatan guru, orangtua, dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku. h. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas. Memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena mau belajar. i. Kompetensi dan insentif bisa efektif dalam memberikan motivasi, tetapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi untuk mencapai tujuan. j. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan. k. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi. 3. Prinsip Persepsi Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seorang guru akan dapat memahami bagaimana murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaiaman cara seseorang melihat suatu situasi tertentu. Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus diperhatikan : a. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama. b. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya. c. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situasi seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri. d. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada
4

persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya. e. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat. f. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka. g. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya. 4. Prinsip Tujuan Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : a. Tujuan seyogyanya mewadahi kemampuan yang harus dicapai. b. Dalam menetapkan tujuan seyogyanya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat. c. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya. d. Tujuan guru dan muridnya seyogyanya sesuai/relevan dalam konteks belajar. e. Aturan-aturan / ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku. f. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai. g. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun. h. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima oleh para pelajar. 5. Prinsip Perbedaan Individual Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang. Proses pengajaran seyogyanya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan
5

seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan, dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugastugas belajar kepada aspek-aspek tersebut. Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat : a. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat pengakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar, dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda. b. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogyanya dibantu untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri. c. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan, dan metode yang sesuai dengan tujuan, minat, dan latar belakangnya. d. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya. e. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat. f. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajar. 6. Prinsip Transfer dan Retensi Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.

a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latihan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi. b. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik. c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis di mana proses belajar itu terjadi. d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. e. Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan, dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer. f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan. g. Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal tertentu. h. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. i. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa. j. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat. k. Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer. 7. Prinsip Belajar Kognitif Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif. a. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif terjadi. b. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada. c. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca,

kecakapan, dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.


7

d. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan atau unitunit yang sesuai. e. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting. f. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkupan masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan, dan menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir menyebar. g. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis, dan penalaran. 8. Prinsip Belajar Afektif Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif yaitu : a. Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif. b. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif. c. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar langsung. d. Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan. e. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok. f. Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas. 9. Proses Belajar Psikomotor Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : a. Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dan psikomotor. b. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan. c. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor. d. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu.

e. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi belajar psikomotor. 10. Prinsip Evaluasi Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan. Berkenaan dengan itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan : a. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar. b. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar. c. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar dan pengamatan. d. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya. dan menerima pikiran, perasaan, dan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan meningkatkan interaksi siswa dengan

lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitar.

3.2 Saran Sebagai seorang mahasiswa calon guru yang merupakan ujung tombak keberhasilan siswa atau ujung tombak pelaksanaan pendidikan yang menentukan keberhasilan siswa, marilah kita meningkatkan kepekaan terhadap masalah yang ada di lingkungan sekitar agar mampu memperbaiki proses pembelajaran dan agar siswa memperoleh pengetahuan lebih tentang suatu masalah yang dihadapi.

10

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi. Laus, Hendrikus. 2010. Pengembangan Pembelajaran IPA. Supardi, Kanis. 2011. Pengembangan Pembelajaran IPA di SD. Ruteng: STKIP Ruteng. Wahyu, Yuliana. 2010. Pengembangan Pembelajaran Sains SD.

11

You might also like