You are on page 1of 44

LAPORAN PENDAHULUAN

I.

Masalah Utama Perubahan persepsi sensori: Halusinasi.......

II.

Proses terjadi masalah A. Faktor predisposisi. Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. 1. Faktor Perkembangan Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan 2. Faktor Sosiokultural Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan. 3. Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP) 4. Faktor Psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas. 5. Faktor genetik Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. B. Faktor Presipitasi

Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. C. Prilaku Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosiospiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu : 1. Dimensi Fisik Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obatobatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama. 2. Dimensi Emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut. 3. Dimensi Intelektual Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien. 4. Dimensi Sosial

Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung. 5. Dimensi Spiritual Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya. D. Sumber Koping Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. E. Mekanisme Koping Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri

III.

Pohon masalah Akibat Resiko Perilaku Kekerasan Sindroma defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berpakaian/berhias

Masalah Utama

Perubahan sensori persepsi: Halusinasi ..

Intoleransi aktivitas

Penyebab

Isolasi sosial: Menarik diri

Harga diri rendah kronis

IV.

Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji A. Perubahan persepsi sensoei : halusinasi ....... 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Berbicara dan tertawa sendiri Bersikap seperti mendengarkan sesuatu Berhenti bicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu Disorientasi Konsentrasi rendah Pikiran cepat berubah-rubah Kekacauan alur pikir

B. Resiko perilaku kekerasan 1. 2. Curiga terhadap orang lain Panik

3. 4. 5. 6. 7. 8.

Reaksi kemaraan Berjalan bolak balik Rahang dan postur tubuh kaku Mengepalkan tangan merusak secara langsung benda-benda yang ada disekitarnya Mudah tersinggung

C. Kerusakan Interaksi Sosial : menarik diri 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menyendiri di ruangan Tidak berkomunikasi Tidak ada kontak mata Sedih, afek datar Meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu Adanya perhatian yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan usia Berfikir tentang sesuatu menurutnya pikirannya sendiri, tindakan berulang-ulang tidak bermakna D. Harga diri rendah kronis: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menarik diri Menjadi sangat kritis atau menghakimi diri dan orang lain Ekspresi-ekpresi ketidak berdayaan Takut gagal Ketidak mampuan mengakui keberhasilan Hubungan interpersonal tidak memuaskan Pandangan yang negatif atau pesimistik

E. Intoleransi aktivitas F. Sindroma defisit perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias. 1. 2. Ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau bagianbagian tubuh Ketidak mampuan dan kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan. 3. ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan defikasi atau berkemih dengan bantuan

V.

Rencana Tindakan

A. KEMAMPUAN S1 KEPADA K E G I A T A N SP

Klien

1. Tujuan tindakan a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal 2. Tindakan keperawatan a. Membantu klien mengenali halusinasinya Untuk membantu pasien mengenali halusinasinya dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/lihat, waktu terjadi halusinasi, frekwensi terjadi halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul.

SP 1

b. Melatih klien mengontrol halusinasinya Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi dengan melatih pasien 4 (empat) cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu : 1) Menghardik halusinasi Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Sehingga klien mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinai tetap ada, namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinainya. Tahapan tindakan meliputi: a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi b) Memperagakan cara menghardik c) Meminta pasien memperagakan ulang d) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien 2) Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien SP 2 bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. 3) Melakukan aktivitas yang terjadwal Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas SP 3 yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut: Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien Melatih pasien melakukan aktivitas Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif. 4) Menggunakan obat secara teratur Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga SP 4 harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat: Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program Jelaskan akibat bila putus obat Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis) c. Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok d. Melakukan Terapi keluarga

Keluarga

1. Tujuan Tindakan a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik dirumah sakit maupun dirumah b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. 2. Tindakan Keperawatan 1. Diskusikan masalah keluarga dalam mera-wat pasien.

yang

dihadapi SP 5

Kelompok

Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusi-nasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan geja-la halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara mera-wat pasien halusinasi. SP 6 3. Berikan kesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadap-an pasien. SP 7 d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga Terapi Aktivitas Kelompok SP 8

2.

KETERANGAN: SP = Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan B. KEMAMPUAN SPESIALIS KEPADA Individu A. Terapi Kognitif Sesi I: Mengungkapkan pikiran otomatis a. Terapis mengidentifikasi masalah : what, where, when, who. b. Diskusikan sumber masalah c. Diskusikan pikiran dan perasaan d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien Sesi II: Mengungkapkan alasan a. b. c. d. e. Diskusikan pikiran otomatis Tanyakan penyebabnya Beri respon terhadap pernyataan pasien Tanyakan tindakan klien Anjurkan pasien menuliskan perasaannya. SP1

K E G I A T A N

SP

SP2

Sesi III: Tanggapan terhadap pikiran otomatis a. b. c. d. e. f. g. h. i. Dorong pasien untuk memberikan pendapat Berikan umpan balik Dorong untuk mengungkapkan keinginan Berikan persepsi perawat terhadap keinginan Beri reinforcement posisif Jelaskan metode 3 (tiga) kolom Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom SP3 Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaian

Sesi IV: Menuliskan pikiran otomatis a. Anjurkan klien untuk menuliskan pikiran SP 4

otomatisnya b. Dorong klien untuk mengomentari tulisan c. Beri respon dan umpan balik d. Anjurkan untuk melakukan Sesi V: Penyelesaian masalah SP5 a. Diskusikan kembali prinsip terapi 3 kolom b. Tanyakan stressor/masalah baru dan respon c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis negatif d. Beri reinforcement positif Sesi VI: Manfaat tanggapan a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional b. Beri umpan balik c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional SP6 d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah e. Tanyakan hambatan yang dialami f. Beri persepsi perawat g. Diskusikan cara mengatasi hambatan h. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan i. Beri reinforcement positif Sesi VII: Mengungkapkan hasil a. b. c. d. e. Beri reinforcement positif dan pendapat perawat Diskusikan manfaat yang dirasakan Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah Berikan persepsi terhadap hambatan yang dihadapi Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasi f. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan g. Beri reinforcement positif Sesi VIII: Catatan harian a. b. c. d. Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian Beri reinforcement positif Diskusikan manfaat buku harian Anjurkan membuka buku harian bila menghadapi masalah yang sama e. Tanyakan kesulitan dan diskusikan cara penggunaan yang efektif. Sesi IX: Support system a. Jelaskan pada keluarga tentang terapi kognitif b. Libatkan keluarga

SP7

SP8

c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang telah dimuliki klien d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah klien B. Terapi Prilaku Keluarga

Triangle Terapi
Sesi I : Mengenali dan mengekspresikan perasaan

SP1

a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang terjadi pada klien. b. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah klien. c. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang dihadapi. Pada saat ini, terapis menggunakan tehnik tehnik komunikasi, misalnya; silence, klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain SP2 lain d. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien tersebut. e. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya) pada keluarga. Sesi II : Menerima orang lain (klien) a. Bersama klien dan keluarga menggali SP3 kelebihan klien, dokumentasikan. b. Mengajak keluarga untuk dapat menerima orang lain dan lebih banyak memberi kepada orang lain bukan tergantung kepada orang lain (anggota keluarga) c. Memberikan lingkungan yang aman bagi anak Sesi III : Penyelesaian masalah a. Terapis mengajak keluarga untuk merumuskan hal-hal apa yang dapat keluarga lakukan dengan kemampuSP4 annya dalam mengatasi masalah tersebut. b. Memberikan masukan apabila perlu (misalnya keluarga belum mampu untuk memutuskan sendiri) c. Memberi kesempatan pada keluarga untuk menjalan-kan kegiatan yang telah

dirumuskan d. Memberi pujian kepada keluarga terhadap rencana kegiatan yang telah dibuat e. Menjelaskan pada keluarga bahwa kunci dari keberhasilan terapis adalah tergantung dari kedisiplinan klien dan keluarga sendiri. Sesi IV : Mengungkapkan hasil a. Beri reinforcemen positif b. Diskusikan manfaat yang dirasakan c. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah d. Berikan persepsi terhadap ambaran yang dihadapi. e. Diskusikan untuk mengatasi sesuai memampuan f. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan g. Beri reinforcement positif Kelompok Komunitas Komunikasi Terapi A. ACT B. Psycoeducation Therapy

Kelompok Psycoeducation Therapy Terapeutik KETERANGAN: SP = Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

VI.

Strategi Pelaksanaan
A. KEMAMPUAN S1 1. Untuk Klien a. Masalah : Halusinasi 1) Pertemuan : Ke 1

a) Proses Keperawatan (1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri (2) Diagnosa: Perubahan sensori Persepsi: Halusinasi pendengaran (3) TUK : (a) Membina hubungan saling percaya (b) Membantu klien mengenali halusinasinya (c) Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi. b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (1) Orientasi : (a) Salam terapeutik Selamat pagi ! perkenalkan, nama saya Asep Edyana, biasa dipanggil Pak Asep, Namanya siapa ? Senang dipanggil apa ? (b) Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan M hari ini ? Apa keluhan M saat ini ? (c) Kontrak Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap

tentang suara yang selama ini M dengar tetapi tak tampak wujudnya ? Di mana kita duduk ? Di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ? (2) Kerja : Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang dikatakan suara itu? Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?

Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suarasuara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suarasuara itu muncul? D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau dengar, .. Saya tidak mau dengar . Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu .bagus! Coba lagi ! Ya bagus D sudah bisa (3) Terminasi: (a) Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi? (b) Evaluasi Objektif Coba sebutkan 4 cara untuk mencegah suara itu muncul lagi. (c) Rencana tindak lanjut Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?(Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). (d) Kontrak Topik: Bagaimana kalau kita bertemu untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara lama kita akan berlatih? Tempat: Dimana tempatnya Waktu: Jam berapa D bisa. Baiklah, sampai jumpa. Assalamualaikum 2) Pertemuan: Ke 2 (Masalah: Halusinasi) a) Proses Keperawatan

(1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri. (2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran (3) TUK : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (1) Orientasi : (a) Salam terapeutik Assalamualaikum D. (b) Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ? Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! (c) Kontrak Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 2 menit. Mau di mana? Di sini saja ? (2) Kerja : Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suarasuara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini;. Tolong , saya mulai dengar suarasuara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan : Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suarasuara. Begitu D, Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D! (3) Terminasi: (a) Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? (b) Evaluasi Objektif

Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah suarasuara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi. (c) Rencana tindak lanjut Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam berapa latihan bercakpa-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. (d) Kontrak Topik : Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Tempat : Mau di mana. Di sini lagi? Waktu : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?. Sampai besok ya. Assalamualaikum

2. Untuk Keluarga a. Masalah: Halusinasi 1) Pertemuan: Ke 5 a) Proses Keperawatan (1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri. (2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran (3) TUK : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi. b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (1) Orientasi : (a) Salam terapeutik Assalamualaikum Bapak/Ibu! Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak?Ibu. (b) Evaluasi/validasi

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu? (c) Kontrak Topik Hari ini kita akan mendiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak?ibu alami dan bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan. Tempat Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Waktu Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit (2) Kerja : Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bedanya. Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri atau marah-marah tanpa sebab Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara terebut antara lain: Pertama, dihadapkan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar atau melihatnya. Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakapcakap denganya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.Tentang kegiatan, saya membuat jadwal kegiatan telah melatih anak Bapak/Ibu untuk Tolong Bapak/Ibu pantau sehari-hari.

pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan! Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi Bapak/Ibu dapat

mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam , ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3x seari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minummya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu dimunum untuk mencegah kekambuhan
Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu . Kemudian suruhlah anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah aya ajarkan cara menghardik halusinasi.

Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu, Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu? Kamu ingatkan apa yang diajarakan perawat bila suara-suara itu datang? Ya, Usir suara itu, Ucapkan berulang-ulang, D Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan Bagus Pak/Bu 3 (3) Terminasi: (a) Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu ? (b) Evaluasi Objektif Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak Bapak/Ibu Bagus sekali Pak/Bu. (c) Rencana tindak lanjut Baiklah, nanti dirumah bapak/ibu ingat lagi apa yang sudah kita bicarakan sehingga nanti dapat kita praktekkan pada anak bapak/ibu. (d) Kontrak Topik: Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapkan anak Bapak/Ibu Tempat: Di sini lagi ya!

Waktu: Jam berapa bapak/ibu bias datang ke rumah sakit ini lagi? Bagaimana kalau jam 10.00. Sampai jumpa. Wassalammualaikum

B. Kemampuan Spesialis (S2) 1. Kognitif Terapi a. Sesi I : Ungkapkan pikiran otomatisnya. b. Sesi II : Alasan 1) Proses Keperawatan a) Kondisi: Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain b) Diagnosa: Harga diri rendah kronis c) TUK : a. Terapis mengidentifikasi masalah : what, where, when, who. b. Diskusikan sumber masalah c. Diskusikan pikiran dan perasaan d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien f. Diskusikan penyebab merasa tidak berguna g. Menanyakan perasaan dan pikiran klien disaat dia merasa tidak berguna h. Memberikan reinforcement positif. B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a. Salam terapeutik Assalamualaikum b. Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan D hari ini?

Masih ada mendengarkan suara-suara? Apa yang dilakukan jika suara itu muncul? 2. Kontrak 1. Topik Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai. b. Tempat Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja? c. Waktu Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit? Kerja : Apa yang menjadi masalah bagi D sekarang ini? Mengapa perasaan tidak berguna itu muncul?Sejak kapan perasaan itu mulai muncul? Adakah orang lain yang membuat D merasa tidak berguna, tidak dihargai? Apa yang terjadi sebelumnya sehingga D merasa tidak berguna? Bagaimana perasaan dan pikiran D saat m erasa tidak dihargai tersebut?(mencatat pikiran otomatis dan mengklasifikaikan dalam distorsi kognitif). Hal apa yang menyebabkan D merasa tidak berguna dan tindakan apa yang biasanya dilakukan D saat merasa tidak berguna? Baiklah D, nanti D tulis perasaan yang paling D rasakan! Nanti kita bahas apa yang D tuliskan. Terminasi: a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan D setelah kita ngobrol selama 30 menit ini? b. Evaluasi Objektif Coba M sebutkan lagi penyebab M merasa tidak berguna. 3. Rencana tindak lanjut Nanti M ingat-ingat lagi, jika ada hal lain yang menyebabkan munculnya rasa tidak berguna, sampaikan pada saya.

4. Kontrak a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan perasaan M kembali dan belajar bagaimana menghilangkan pikiran-pikiran negatrif . b. Tempat : Nanti dimana M mau ngobrol lagi? Baiklah.. c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa..?

Sesi III : Tanggapan A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain 2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis 3. TUK : a. Dorong pasien untuk memberikan pendapat b .Berikan umpan balik c. Dorong untuk mengungkapkan keinginan d. Berikan persepsi perawat terhadap keinginan e. Beri reinforcement posisif f. Jelaskan metode 3 (tiga) kolom g. Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom h. Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaian B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a. Salam terapeutik Assalamualaikum c. Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan D hari ini? Masih ada yang D pikirkan dan akan sampaikan tentang perasaan tidak berguna? Apakah sudah dituliskan? 3. Kontrak 1. Topik

Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai dengan metode 3 kolom. b. Tempat Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja? c. Waktu Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit? Kerja : Apa yang D maksudkan dengan tulisan ini. Bisa D ceritakan? Bagaimana pendapat D dengan tulisan ini? Bagus. Sekarang apa yang D inginkan?Untuk dapat menata maa depan. Baik sekali keinginan D, maukah saya bantu untuk belajar cara mewujudkan itu ? Ini ada tiga kolom, kolom pertama untuk mengungkapkan pikiran otomatis (negatif, kolom kedua saya yang akan mengisi, dan kolom ketiga untuk melawan pikiran negatif atau hal positif yang D miliki. Ada yangbelum dimengerti dan mau ditanyakan? Terminasi: a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan D setelah kita mempelajari cara menghilangkan pikiran negatif dengan metode 3 kolom selama 30 menit ini? b. Evaluasi Objektif Coba D sebutkan lagi cara yang sudahkita pelajari tadi. 3. Rencana tindak lanjut Nanti D ingat-ingat lagi, jika ada positif lain yang suda D lakukan untuk diri D sendiri atau untuk keluarga D, sampaikan pada saya dan tuliskan lagi di kertas ini. 4. Kontrak a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan apa yang sudah D tuliskan . b. Tempat : Nanti dimana D mau ngobrol lagi? Baiklah.. c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa..?Baiklah setengah jam lagi saya kesini

Triangle Terapi Sesi I: Mengenali dan mengekspresikan perasaan A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain 2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis 3. TUK : a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang terjadi pada klien. b. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah klien. c. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang dihadapi. Pada saat ini, terapis menggunakan tehnik lain d. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien tersebut. e. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya) pada keluarga. tehnik komunikasi, misalnya; silence, klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a. Salam terapeutik Assalamualaikum ii. Evaluasi / validasi (c) Bagaimana perasaan D dan ibu hari ini? Kontrak 1. Topik

Sesuai dengan janji kita kemaren, hari ini kita akan membicarakan tentang masalah yang dihadapi D anak ibu b. Tempat Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja? c. Waktu Berapa lama ibu bisa? Gimana kalau 30 menit. Kerja : Baiklah bu, D anak ibu sudah seminggu dirawat disini. Ibu tentu ingin supaya D cepat sembuh dan segera kembali kerumah. Untuk itu kita bersama-sama merawat D. Saya harap bukan untuk disini saja kita merawat D, tetapi juga jika D sudah dirumah. Untuk itu tentu kita harus tahu apa yang menjadi masalah bagi D sehingga menyebabkan D dirawat disini. Bagaimana ? Sekarang, D silahkan menyampaikan apa yang sedang Riri rasakan kepada orang tua D. Ya, terus. Bagus, D sudah berani menyampaikan masalah yang D hadapi kepada orang tua D. Nah, bagaimana perasaan ibu setelah mendengarkan masalah yang dihadapi anak ibu? Jika masalah ini kita biarkan buk, kira-kira apa yang akan terjadi pada D? Bagus, ibu dapat memahaminya. Nah, kira-kira apa yang ibu harapkan dengan pertemuan kita kali ini? Saya harap ibu dapat menuliskannya pada lembaran harapan ini.

Terminasi: a. Evaluasi Subjektif b. Bagaimana perasaan D setelah menyampaikan masalah D pada orang tua D? Kalau ibu bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol selama 45 menit ini? c. Evaluasi Objektif Bisa D sebutkan lagi masalah yang D Hadapi?

3. Rencana tindak lanjut Jika ada lagi pikiran negatif atau pikiran positif yang D rasakan silahkan dicatat disini! 4. Kontrak a. Topik: Baiklah untuk pertemuan berikutnya kita akan membahas tentang bagaimana ibu (keluarga) dapat menerima orang lain, dalam hal ini adalah D anak ibu.. b. Tempat : Nanti dimana kita maunya ngobrol lagi? Baiklah..nanti kita bertemu disini lagi. c. Waktu : Bagaimana jika setengah jam lagi saya kesini lagi? Ibu masih disini kah? Baiklah .

LAPORAN PENDAHULUAN

(d) Masalah Utama

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi.......


(e) Proses terjadi masalah a. Faktor predisposisi. Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. 1). Faktor Perkembangan Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan 2). Faktor Sosiokultural Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien di besarkan. 3). Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP) 4). Faktor Psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.

5). Faktor genetik Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. b. Faktor Presipitasi Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. c. Prilaku Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu : 1. Dimensi Fisik Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama. 2. Dimensi Emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut. 3. Dimensi Intelektual Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien. 4. Dimensi Sosial Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung. 5. Dimensi Spiritual Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga proses

diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya. d. Sumber Koping Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. e. Mekanisme Koping Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri

(f)

Pohon masalah

Akibat perawatan

Kekerasan resiko tinggi

Sindroma defisit diri : mandi/kebersihan, berpakaian/berhias

Masalah Utama Penyebab

Perubahan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran Kerusakan Interaksi sosial : Menarik diri Harga diri rendah kronis

Intoleransi aktivitas

(g) Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Perubahan sensori persepsi : halusinasi ....... Data Utama: 1. Berbicara dan tertawa sendiri 2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu 3. Berhenti bicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu 4. Disorientasi 5. Konsentrasi rendah 6. Pikiran cepat berubah-rubah 7. Kekacauan alur pikir b. Kekerasan resiko tinggi Data Utama: 1. Curiga terhadap orang lain 2. Panik 3. Reaksi kemaraan 4. Berjalan bolak balik 5. Rahang dan postur tubuh kaku 6. Mengepalkan tangan

7. merusak secara langsung benda-benda yang ada disekitarnya 8. Mudah tersinggung c. Kerusakan Interaksi Sosial : menarik diri 1. Menyendiri di ruangan 2. Tidak berkomunikasi 3. Tidak ada kontak mata 4. Sedih, afek datar 5. Meringkuk ditempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu 6. Adanya perhatian yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan usia 7. Berfikir tentang sesuatu menurutnya pikirannya sendiri, tindakan berulang-ulang tidak bermakna d. Harga diri rendah kronis: 1. Menarik diri 2. Menjadi sangat kritis atau menghakimi diri dan orang lain 3. Ekspresi-ekpresi ketidak berdayaan 4. Takut gagal 5. Ketidak mampuan mengakui keberhasilan 6. Hubungan interpersonal tidak memuaskan 7. Pandangan yang negatif atau pesimistik e. Intoleransi aktivitas f. Sindroma defisit perawatan diri : mandi/kebersihan, berpakaian/berhias. 1. Ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau bagianbagian tubuh 2. Ketidak mampuan dan kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan. 3. ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan defikasi atau berkemih dengan bantuan
(h) Rencana Tindakan

KEMAMPUAN S1 Terapi Klien Kemampuan S1 1. Tujuan tindakan b) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya c) Pasien dapat mengontrol halusinasinya d) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal 1. Tindakan keperawatan e. Membatu pasien mengenali halusinasinya Untuk membantu pasien mengenali halusinasinya dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/lihat, waktu terjadi halusinasi, frekwensi terjadi halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul. f. Melatih pasien mengontrol halusinasinya Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi dengan melatih pasien 4 (empat) cara yang SP

SP 1

sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu : 3) Menghardik halusinasi Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Sehingga klien mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinai tetap ada, namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinainya. Tahapan tindakan meliputi: a). Menjelaskan cara menghardik halusinasi b). Memperagakan cara menghardik c). Meminta pasien memperagakan ulang d). Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien 4) Bercakap-cakap dengan orang lain SP 2 Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. 5) Melakukan aktivitas yang terjadwal SP 3 Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan intervensinya sebagai berikut: Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien Melatih pasien melakukan aktivitas Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.

6) Menggunakan obat secara teratur SP 4 Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat: Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program Jelaskan akibat bila putus obat Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis) a. Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok b. Melakukan Terapi keluarga Keluarga a. Tujuan Tindakan a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik dirumah sakit maupun dirumah b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. b. Tindakan Keperawatan 4. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. 5. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi. 6. Berikan kesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien. d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga Kelompok Terapi Aktivitas Kelompok

SP 5

SP 6 SP 7 SP 8

Terapi
Individu

Kemampuan Spesialis (S 2) C. Terapi Kognitif


Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis

SP
SP1

f. Terapis mengidentifikasi masalah : what, where, when, who. g. Diskusikan sumber masalah h. Diskusikan pikiran dan perasaan i. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif j. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien Sesi II : Mengungkapkan alasan a. Diskusikan pikiran otomatis b. Tanyakan penyebabnya c. Beri respon terhadap pernyataan pasien 7. Tanyakan tindakan klien 8. Anjurkan pasien menuliskan perasaannya. Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis e. f. c. d. e. f. g. h. i. Dorong pasien untuk memberikan pendapat Berikan umpan balik Dorong untuk mengungkapkan keinginan Berikan persepsi perawat terhadap keinginan Beri reinforcement posisif Jelaskan metode 3 (tiga) kolom Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom SP3 Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaian

SP2

Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis a. Anjurkan klien untuk menuliskan pikiran otomatisnya b. Dorong klien untuk mengomentari tulisan c. Beri respon dan umpan balik d. Anjurkan untuk melakukan Sesi V : Penyelesaian masalah a. Diskusikan kembali prinsip terapi 3 kolom b. Tanyakan stressor/masalah baru dan respon penyelesaian c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis negatif d. Beri reinforcement positif Sesi VI : Manfaat tanggapan j. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional k. Beri umpan balik SP6 l. Diskusikan manfaat tanggapan rasional SP5 SP 4

m. n. o. p. q. r.

Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah Tanyakan hambatan yang dialami Beri persepsi perawat Diskusikan cara mengatasi hambatan Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan Beri reinforcement positif SP7

Sesi VII : Mengungkapkan hasil a.. Beri reinforcement positif dan pendapat perawat b. Diskusikan manfaat yang dirasakan c. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah d. Berikan persepsi terhadap hambatan yang dihadapi e. Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasi f. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan g. Beri reinforcement positif Sesi VIII : Catatan harian f. g. h. i. Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian Beri reinforcement positif Diskusikan manfaat buku harian Anjurkan membuka buku harian bila menghadapi masalah yang sama j. Tanyakan kesulitan dan diskusikan cara penggunaan yang efektif. Sesi IX : Support system a. Jelaskan pada keluarga tentang terapi kognitif b. Libatkan keluarga c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang telah dimuliki klien d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah klien D. Terapi Prilaku Keluarga

SP8

Triangle Terapi

SP1 Sesi I : Mengenali dan mengekspresikan perasaan a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang terjadi pada klien. b. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah klien. c. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang dihadapi. Pada saat ini, terapis menggunakan tehnik tehnik komunikasi, misalnya; silence, klarifikasi, focusing, sentuhan

d. e.

teraupetik dan lain lain SP2 Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien tersebut. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya) pada keluarga.

Sesi II : Menerima orang lain (klien)

h. Bersama klien dan keluarga menggali SP3 kelebihan klien, dokumentasikan. i. Mengajak keluarga untuk dapat menerima orang lain dan lebih banyak memberi kepada orang lain bukan tergantung kepada orang lain (anggota keluarga) j. Memberikan lingkungan yang aman bagi anak
Sesi III : Penyelesaian masalah

a. Terapis mengajak keluarga untuk merumuskan hal hal apa yang dapat keluarga lakukan dengan kemampuannya dalam mengatasi SP4 masalah tersebut. b. Memberikan masukan apabila perlu (misalnya keluarga belum mampu untuk memutuskan sendiri) c. Memberi kesempatan pada keluarga untuk menjalankan kegiatan yang telah dirumuskan d. Memberi pujian kepada keluarga terhadap rencana kegiatan yang telah dibuat k. Menjelaskan pada keluarga bahwa kunci dari keberhasilan terapis adalah tergantung dari kedisiplinan klien dan keluarga sendiri. Sesi IV : Mengungkapkan hasil f. a. Beri reinforcemen positif g. b. Diskusikan manfaat yang diraakan h. c. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah i. d. Berikan persepsi terhadap ambaran yang dihadapi. j. e. Diskusikan untuk mengatasi sesuai memampuan k. f. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan l. g. Beri reinforcement positif Kelompok Komunitas Komunikasi Terapi C. ACT

D. Psycoeducation Therapy Kelompok Terapeutik Psycoeducation Therapy

(i)

Strategi Pelaksanaan
KEMAMPUAN S1

Untuk Klien
Masalah : Halusinasi Pertemuan : Ke 1 (j) Proses Keperawatan a) Kondisi : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri, b) Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran c) TUK : a. Membina hubungan saling percaya b. Membantu klien mengenali halusinasinya c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi. (k) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a) Salam terapeutik Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang dipanggil S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa b) Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini c) Kontrak Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit Kerja : Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang dikatakan suara itu? Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.

Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau dengar, .. Saya tidak mau dengar . Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu .bagus! Coba lagi ! Ya bagus D sudah bisa Terminasi: i. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi? ii. Evaluasi Objektif Coba sebutkan 4 cara untuk mencegah suara itu muncul lagi. iii. Rencana tindak lanjut Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?(Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). iv. Kontrak a. Topik : Bagaimana kalau kita bertemu untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara lama kita akan berlatih? b. Tempat : Dimana tempatnya c. Waktu : Jam berapa D bisa. Baiklah, sampai jumpa. Assalamualaikum Masalah Pertemuan 1. : Halusinasi : Ke 2

A. Proses Keperawatan Kondisi : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri, (l) Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran (m) TUK : a. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : 1. Salam terapeutik Assalamualaikum D. 2. Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! 3. Kontrak

Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 2 menit. Mau di mana? Di sini saja? Kerja : Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suarasuara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini;. Tolong , saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan : Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-suara. Begitu D, Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D! Terminasi: i. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? ii. Evaluasi Objektif Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah suarasuara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi. iii. Rencana tindak lanjut Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam berapa latihan bercakpa-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. iv. Kontrak a. Topik : Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? b. Tempat : Mau di mana. Di sini lagi? c. Waktu : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?. Sampai besok ya. Assalamualaikum

Untuk Keluarga
Masalah Pertemuan : Halusinasi : Ke 5

A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri, 4. Diagnosa : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran 3. TUK :

1.

Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi..

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a. Salam terapeutik Assalamualaikum Bapak/Ibu! Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak?Ibu. b. Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu? 5. Kontrak 1. Topik Hari ini kita akan mendiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak?ibu alami dan bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan. b. Tempat Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? c. Waktu Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit Kerja : Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bedanya. Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri atau marah-marah tanpa sebab Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada. Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara terebut antara lain: Pertama, dihadapkan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar atau melihatnya. Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap denganya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan! Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi Bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam , ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3x seari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7

malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minummya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu dimunum untuk mencegah kekambuhan
Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu . Kemudian suruhlah anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah aya ajarkan cara menghardik halusinasi.

Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu, Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu? Kamu ingatkan apa yang diajarakan perawat bila suara-suara itu datang? Ya, Usir suara itu, Ucapkan berulang-ulang, D Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan Bagus Pak/Bu Terminasi: b. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu? 6. Evaluasi Objektif Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak Bapak/Ibu Bagus sekali Pak/Bu. 3. Rencana tindak lanjut Baiklah, nanti dirumah bapak/ibu ingat lagi apa yang sudah kita bicarakan sehingga nanti dapat kita praktekkan pada anak bapak/ibu. 4. Kontrak a. Topik : Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapkan anak Bapak/Ibu b. Tempat : Di sini lagi ya! c. Waktu : Jam berapa bapak/ibu bias datang ke rumah sakit ini lagi? Bagaimana kalau jam 10.0. Sampai jumpa. Wassalammualaikum

Kemampuan Spesialis (S2)


Kognitif Terapi Sesi I : Ungkapkan pikiran otomatisnya. Sesi II : Alasan A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain

2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis 3. TUK : a. Terapis mengidentifikasi masalah : what, where, when, who. b. Diskusikan sumber masalah c. Diskusikan pikiran dan perasaan d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien f. Diskusikan penyebab merasa tidak berguna g. Menanyakan perasaan dan pikiran klien disaat dia merasa tidak berguna h. Memberikan reinforcement positif. B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a. Salam terapeutik Assalamualaikum b. Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan D hari ini? Masih ada mendengarkan suara-suara? Apa yang dilakukan jika suara itu muncul? 7. Kontrak 1. Topik Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai. b. Tempat Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja? c. Waktu Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit? Kerja : Apa yang menjadi masalah bagi D sekarang ini? Mengapa perasaan tidak berguna itu muncul?Sejak kapan perasaan itu mulai muncul? Adakah orang lain yang membuat D merasa tidak berguna, tidak dihargai? Apa yang terjadi sebelumnya sehingga D merasa tidak berguna? Bagaimana perasaan dan pikiran D saat m erasa tidak dihargai tersebut?(mencatat pikiran otomatis dan mengklasifikaikan dalam distorsi kognitif). Hal apa yang menyebabkan D merasa tidak berguna dan tindakan apa yang biasanya dilakukan D saat merasa tidak berguna? Baiklah D, nanti D tulis perasaan yang paling D rasakan! Nanti kita bahas apa yang D tuliskan. Terminasi: a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan D setelah kita ngobrol selama 30 menit ini? b. Evaluasi Objektif Coba D sebutkan lagi penyebab D merasa tidak berguna. 3. Rencana tindak lanjut

Nanti D ingat-ingat lagi, jika ada hal lain yang menyebabkan munculnya rasa tidak berguna, sampaikan pada saya. 4. Kontrak a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan perasaan D kembali dan belajar bagaimana menghilangkan pikiran-pikiran negatrif . b. Tempat : Nanti dimana D mau ngobrol lagi? Baiklah.. c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa..? Sesi III : Tanggapan A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain 2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis 3. TUK : a. Dorong pasien untuk memberikan pendapat b .Berikan umpan balik c. Dorong untuk mengungkapkan keinginan d. Berikan persepsi perawat terhadap keinginan e. Beri reinforcement posisif f. Jelaskan metode 3 (tiga) kolom g. Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom h. Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaian B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a. Salam terapeutik Assalamualaikum c. Evaluasi / validasi Bagaimana perasaan D hari ini? Masih ada yang D pikirkan dan akan sampaikan tentang perasaan tidak berguna? Apakah sudah dituliskan? 8. Kontrak 1. Topik Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai dengan metode 3 kolom. b. Tempat Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja? c. Waktu Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit? Kerja : Apa yang D maksudkan dengan tulisan ini. Bisa D ceritakan? Bagaimana pendapat D dengan tulisan ini? Bagus. Sekarang apa yang D inginkan?Untuk dapat menata maa depan. Baik sekali keinginan D, maukah saya bantu untuk belajar cara mewujudkan itu ? Ini ada tiga kolom, kolom pertama untuk mengungkapkan pikiran

otomatis (negatif, kolom kedua saya yang akan mengisi, dan kolom ketiga untuk melawan pikiran negatif atau hal positif yang D miliki. Ada yangbelum dimengerti dan mau ditanyakan? Terminasi: a. Evaluasi Subjektif Bagaimana perasaan D setelah kita mempelajari cara menghilangkan pikiran negatif dengan metode 3 kolom selama 30 menit ini? b. Evaluasi Objektif Coba D sebutkan lagi cara yang sudahkita pelajari tadi. 3. Rencana tindak lanjut Nanti D ingat-ingat lagi, jika ada positif lain yang suda D lakukan untuk diri D sendiri atau untuk keluarga D, sampaikan pada saya dan tuliskan lagi di kertas ini. 4. Kontrak a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan apa yang sudah D tuliskan . b. Tempat : Nanti dimana D mau ngobrol lagi? Baiklah.. c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa..?Baiklah setengah jam lagi saya kesini

Triangle Terapi Sesi I: Mengenali dan mengekspresikan perasaan A. Proses Keperawatan 1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain 2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis 3. TUK : a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang terjadi pada klien. f. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah klien. g. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang dihadapi. Pada saat ini, terapis menggunakan tehnik tehnik komunikasi, misalnya; silence, klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain lain h. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien tersebut. i. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya) pada keluarga. B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a. Salam terapeutik Assalamualaikum

ii. Evaluasi / validasi (n) Bagaimana perasaan D dan ibu hari ini? Kontrak 1. Topik Sesuai dengan janji kita kemaren, hari ini kita akan membicarakan tentang masalah yang dihadapi D anak ibu b. Tempat Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja? c. Waktu Berapa lama ibu bisa? Gimana kalau 30 menit. Kerja : Baiklah bu, D anak ibu sudah seminggu dirawat disini. Ibu tentu ingin supaya D cepat sembuh dan segera kembali kerumah. Untuk itu kita bersama-sama merawat D. Saya harap bukan untuk disini saja kita merawat D, tetapi juga jika D sudah dirumah. Untuk itu tentu kita harus tahu apa yang menjadi masalah bagi D sehingga menyebabkan D dirawat disini. Bagaimana ? Sekarang, D silahkan menyampaikan apa yang sedang Riri rasakan kepada orang tua D. Ya, terus. Bagus, D sudah berani menyampaikan masalah yang D hadapi kepada orang tua D. Nah, bagaimana perasaan ibu setelah mendengarkan masalah yang dihadapi anak ibu? Jika masalah ini kita biarkan buk, kira-kira apa yang akan terjadi pada D? Bagus, ibu dapat memahaminya. Nah, kira-kira apa yang ibu harapkan dengan pertemuan kita kali ini? Saya harap ibu dapat menuliskannya pada lembaran harapan ini. Terminasi: a. Evaluasi Subjektif b. Bagaimana perasaan D setelah menyampaikan masalah D pada orang tua D? Kalau ibu bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol selama 45 menit ini? c. Evaluasi Objektif Bisa D sebutkan lagi masalah yang D Hadapi? 3. Rencana tindak lanjut Jika ada lagi pikiran negatif atau pikiran positif yang D rasakan silahkan dicatat disini! 4. Kontrak a. Topik: Baiklah untuk pertemuan berikutnya kita akan membahas tentang bagaimana ibu (keluarga) dapat menerima orang lain, dalam hal ini adalah D anak ibu.. b. Tempat : Nanti dimana kita maunya ngobrol lagi? Baiklah..nanti kita bertemu disini lagi. c. Waktu : Bagaimana jika setengah jam lagi saya kesini lagi? Ibu masih disini kah? Baiklah .

You might also like