You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN Ocular burns adalah luka bakar yang terjadi pada sklera, konyungtiva, kornea, dan kelopak

mata. Ini bisa terjadi karena trauma kimia ataupun trauma termal. Ocular burns merupakan salah satu cedera yang bisa menyebabkan vision loss. 1 Menurut data dari Amerika Serikat 7 18% dari cedera mata di bagian gawat darurat adalah ocular burns. 3-4% dari cedera mata disebabkan karena pekerjaan. Sebagian besar dari ocular burns merupakan trauma kimia. Trauma termal terjadi 16% dari kasus ocular burns. Sebanyak 15 20% dari pasien dengan luka bakar pada kepala dapat mengalami cedera pada mata. 1 Tingkat keparahan dari ocular burns sangat terkait dengan lama paparan dan agen penyebabnya. Untuk itu sangat diperlukan pemeriksaan anamnesis,
1

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dan memberikan terapi yang tepat pada pasien dengan ocular burns.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ocular burns adalah luka bakar pada sklera, konyungtiva, kornea, dan kelopak mata. 1 2.2. Epidemiologi Data dari Amerika Serikat menyatakan bahwa 7 18% dari cedera mata di bagian gawat darurat adalah ocular burns. 3-4% dari cedera mata disebabkan karena pekerjaan. Sebagian besar dari ocular burns merupakan trauma kimia. Trauma termal terjadi 16% dari kasus ocular burns. Sebanyak 15 20% dari pasien dengan luka bakar pada kepala dapat mengalami cedera pada mata. 1 Semua kelompok umur berisiko untuk mengalami ocular burns. Satu penelitian menyatakan bahwa rata-rata umur pasien ocular burns adalah 36 tahun. Terdapat hubungan erat antara ocular burns dengan kelompok umur yang lebih muda dalam lingkungan kerja. 1 Ocular burns lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Perbedaan ini mungkin disebabkan laki-laki lebih mendominasi dalam perkerjaan industri yang berisiko tinggi untuk terjadi cedera pada mata, seperti tukang bangunan atau pertambangan. 1 2.3. Etiologi Trauma termal bisa disebabkan oleh benda panas (contohnya: cairan yang panas, rokok, dan lain-lain). Cairan panas lebih sering melukai okular dengan percikan yang mengenai mata dari substansi yang meletus. Salah satu contohnya adalah ketika sedang memindahkan barang yang baru dipanaskan dengan menggunakan microwave. Uap air panas juga berpotensi sebagai penyebab dari trauma termal. Api juga bisa menyebabkan luka bakar pada muka dan mata. 1

2.4. Klasifikasi Klasifikasi dari ocular burns menurut Roper-Hall adalah sebagai berikut:2 Tabel 1. Klasifikasi Ocular Burns Menurut Roper-Hall Derajat 1 2 Kornea Mengenai epitel kornea Corneal haze, iris masih terlihat Lapisan epitel hilang, stromal haze, iris tidak jelas Kornea opak, iris dan pupil tidak jelas Konyungtiva/Limbus Tidak ada limbal iskemik <1/3 limbal iskemik

1/3-1/2 limbal iskemik

>1/2 limbal iskemik

2.5. Patofisiologi Rapid-reflex eyelid closure, fenomena Bell, dan gerakan refleks untuk menghindari sumber panas dapat mengurangi kerusakan karena trauma panas. Tingkat keparahan dari ocular burns sangat terkait dengan lama paparan dan agen penyebabnya. Sedangkan pada trauma kimia, tingkat keparahan terkait dengan pH dari zat kimia, lama kontaknya, jumlah zatnya, dan kemampuannya untuk menembus.1,3 Panas dari benda logam yang berkontak dengan mata dapat mengakibatkan trauma pada kornea yang mengakibakan scar permanen. Panas adalah pemicu utama dari inflamasi dan protease stromal dan dapat memicu kolagen jika berat. Luka bakar merusak jaringan secara primer dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel dan secara sekunder dengan menyebabkan kerusakan iskemik pada vaskular. Cedera disebabkan energi radiasi biasanya disebabkan kontak dengan cairan panas, gas panas, kembang api, atau besi yang dicairkan. Kematian sel disebabkan trauma termal terbatas pada epitel superfisial, bagaimanapun nekrosis dan penetrasi akibat trauma termal bisa terjadi. 1,3

Tingkat keparahan trauma termal dan kimia ditentukan berdasarkan kedalaman dan derajat dari kerusakan epitel dan iskemik pada limbus. Jika limbus terlibat secara signifikan, kornea mungkin mengalami defek epitel yang rekuren. Invasi dari konyungtiva ke kornea juga bisa terjadi. Ini akibat dari kehilangan sel stem yang berfungsi untuk pembaruan epitel kornea. 1 2.6. Diagnosis Anamnesis Trauma termal sering disebabkan oleh kontak langsung dengan objek panas. Meskipun luka bakar ini bisa berefek area permukaan okuler yang luas, ia biasanya bersifat superfisial. Pasien dengan luka bakar superfisial sering mengeluhkan gejala yang mirip dengan abrasi kornea. Keluhan yang terseing adalah tearing, fotofobia atau sensasi benda asing. 1 Pada kasus dengan melibatkan paparan api, harus dipertimbangkan keterlibatan luka bakar pada mata karena bisa terlepas pandang pada situasi kasus dengan luka bakar yang luas. Luka bakar pada kornea bisa muncul dengan sparing dari kelopak mata disebabkan individu yang tetap membuka mata sewaktu mencari jalan keluar dari kebakaran. 1 Pemeriksaan Fisik Pada awal pemeriksaan fisik, perhatikan potensi cedera yang mengancam nyawa lainnya. Pemeriksaan awal pada mata terbatas pada penentuan pH dan evaluasi dari tajam penglihatan. 1 Setelah dilakukan irigasi yang secukupnya, pemeriksaan oftalmologi yang lengkap diperlukan. Bisa ditemukan tearing, injeksi konyungtiva, injeksi sklera, sklera menjadi pucat, defek kornea, opasifikasi kornea, uveitis, glaukoma, atau perforasi bola mata. Penurunan tajam penglihatan bisa ditemukan. Pemeriksaan fluoresen diperlukan untuk menentukan luasnya luka. 1

2.7. Terapi Penatalaksanaan trauma termal biasanya bisa dianggap identik dengan penatalaksanaan pada abrasi kornea. Agen yang merusak mata harus disingkirkan, jika perlu, kelopak mata dieversikan untuk membersihkan sisa-sisa debris.1 Irigasi dengan segera dan banyak sangat berpengaruh pada prognosis. Irigasi juga membantu untuk menyingkirkan zat partikel residu pada mata. Penatalaksanaan yang tertunda bisa mengakibatkan morbiditas yang nyata. 1 Idealnya, mata yang terkena harus diirigasi sesegera mungkin dengan cairan NaCl yang steril. Cairan fisiologis seimbang yang steril dapat mengurangi kebarangkalian kerusakan yang lanjut pada mata. Pasien harus coba unutk membuka kelopak mata seluas mungkin untuk mendapatkan hasil irigasi yang terbaik. Anestesi topikal untuk irigasi atau insersi spekulum pada kelopak mata sangat membantu. 1 Tujuan dari terapi pada pasien ocular burns adalah:3 1. Mengurangi rasa tidak nyaman. 2. Mencegah inflamasi eskunder kornea, ulserasi, dan perforasi dari infeksi atau dari paparan yang disebabkan oleh kerusakan kelopak mata. 3. Meminimalisir scar pada kelopak mata dan yang diakibatkan malfungsi. Sikloplegik dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan dari spasme siliar sekunder atau iridosiklitis. Antibiotik profilaksis (topikal dan/ atau sistemik) dapat membantu mencegah infeksi dan mengurangi kemungkinan infeksi dari kornea yang ulserasi. Debrideman terbatas pada devitalisasi jaringan dan jaringan granulasi, digunakan dengan full-thickness skin grafts dan tarsor-rhapy, membantu meminimalkan scar pada kelopak mata dan ektropion. Jaringan okular yang terbakar dapat dilindungi dengan memberikan lubrikan dan sterile plastic wrap. Kortikosteroid topikal membantu menekan dari iridosiklitis, tapi bisa juga menghambat penyembuhan luka kornea dan mesti digunakan dengan hati-hati dan dalam waktu yang ditentukan. 3

2.8. Prognosis Prognosis tergantung dari derajat trauma. Prognosis pada ocular burns adalah sebaga berikut: 1,2 Jika derajat 1 prognosis sangat baik. JIka derajat 2 prognosis baik, tapi ada kemungkinan terjadi scar permanen. Jika derajat 3, prognosis bervariasi dan biasanya penglihatan terganggu. Jika derajar 4, prognosis adalah buruk.

BAB III ILUSTRASI KASUS Seorang pasien laki-laki berumur 22 tahun, datang ke IGD RSUP dr. M.Djamil Padang pada tanggal 7 Agustus 2013 dengan : Keluhan Utama : Mata kiri terkena percikan petasan 7 hari yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang Mata kiri terkena percikan petasan 7 hari yang lalu. Orang sakit merasakan mata kiri perih dan panas setelah percikan petasan. Orang sakit merasakan mata kiri perih dan panas selama 2 hari. Perih dan panas sudah tidak ada lagi sekarang. Kelopak mata sebelah kiri tidak bisa membuka sendiri setelah terkena percikan petasan. Pasien mengeluhkan penglihatan mata kirinya kabur sejak terkena percikan petasan dan menetap hingga sekarang. Tidak ada keluar darah dari mata kiri. Tidak ada penglihatan ganda. Tidak ada penglihatan seperti tertutup asap. Mata kiri tidak terasa silau. Trauma pada tempat lain tidak ada. Setelah terkena petasan pasien dibawa ke RSUD Sawah Lunto. Mata kiri pasien dicuci. Pasien langsung dirujuk ke RSUP dr. M. Djamil Padang karena fasilitas dan dokter spesialis mata tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak memakai kacamata sebeelumnya. Riwayat infeksi pada mata sebelumnya tidak ada. Pasien tidak pernah mengalami trauma mata sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit ini.

Pemeriksaan Fisik ( dilakukan tanggal 14 Agustus 2013 ) Keadaan Umum Kesadaran Tekanan darah Pernafasan Nadi Suhu Kulit Mata Thoraks Abdomen Palpasi Ekstremitas : tampak sakit sedang : CMC : 120/80 mmHg : 19 x/menit : 81x/menit : afebris : tidak ditemukan kelainan : status oftalmologi : tidak ditemukan kelainan : : hepar dan lien tidak teraba : Refleks fisiologis +/+ Refleks patologis -/STATUS OFTALMIKUS Visus tanpa koreksi Visus dengan koreksi Refleks Fundus Silia / Supersilia OD 5/5 + Trikiasis (-) Distrikriasis (-) Madarosis (-) Poliosis (-) 8 OS 1/300 Tidak bisa dikoreksi Silia terbakar

STATUS OFTALMIKUS Palpebra Superior

OD Krusta (-) Edem (-) Ptosis (-) Entropion (-) Ektropion (-)

OS Edem (+) Ptosis (-) Entropion (-) Ektropion (-) Ekskoriasi dengan ukuran 1 cm x 1 cm Edem (+)

Edem (-) Palpebra Inferior Entropion (-) Ektropion (-) Edema (-) Hiperemis (-) Margo Palpebra Ulserasi (-) Ekskoriasi (-) Aparat Lakrimalis Skuama (-) Normal Hiperemis (-) Sikatrik (-) Folikel (-) Papil (-) Hiperemis (-)

Entropion (-) Ektropion (-) Ekskoriasi dengan ukuran 1 cm x 1,5 cm Edema (+) Hiperemis (+) Ulserasi (-) Ekskoriasi (+) Skuama (-) Normal Hiperemis (+) Sikatrik (-) Folikel (-) Papil (-) Hiperemis (+) Hiperemis (-) Injeksi konyungtiva (-) Injeksi siliar (-) Konyungtiva nasal tampak lebih pucat dari konyungtiva temporal Putih Edema (+) Descement fold (-)

Konyungtiva Tarsalis

Konyungtiva Fornics

Hiperemis (-) Konyungtiva Bulbii Injeksi konyungtiva (-) Injeksi siliar (-)

Sklera Kornea

Putih Bening

STATUS OFTALMIKUS Kamera Okuli Anterior

OD Cukup dalam Hipopion (-) Coklat Rugae (+) Atropi iris (-) Bulat Diameter 2 mm

OS Sulit dinilai

Iris

Sulit dinilai Sulit dinilai Refleks cahaya sulit dinilai karena pasien menggunakan sulfas atropin Sulit dinilai Sulit dinilai Keruh Sulit dinilai

Pupil

Regular Refleks cahaya +/+ Sinekia (-) Jernih Bening Bening Bulat Batas tegas Cup/disc : 0,3-0,4 Perdarahan (-) Eksudat (-) Refleks fovea (+) 2:3 N (palpasi) Orto Bebas -

Lensa Korpus Vitreum Fundus:-Media -Papil Optikus

-Retina -Makula -aa / vv retina Tekanan Bulbus Okuli Posisi Bola Mata Gerakan Bulbus Okuli Pemeriksaan Lainnya Gambar

Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai N (palpasi) Orto Bebas -

Gambar perkembangan kondisi mata pasien:

10

7 Agustus 2013 Diagnosis Kerja Diagnosis Banding Rencana Pemeriksaan Anjuran terapi EDTA 4 x 1 OS Tetrasiklin 4 x 250 mg Ciprofloksasin 2 x 500 mg Floxa 6 x 1 OS Sulfas atropin 2 x 1 OS Cenfresh tiap 5 menit OS Lubricent gel 6 x 1 OS Nonflamin 3x 1 OS Noncort 6 x 1 OS :

13 Agustus 2013 : trauma termal grade IV :: USG :

14 Agustus 2013

Anjuran kepada Pasien

Pasien dianjurkan bed rest. Mata kiri pasien ditutup dengan perban untuk mengurangi pergerakan. : flap amnion

Rencana terapi

11

Dr. Hakim SIP 0810314157 Praktek Umum Senin-Jumat, pk 18.00-20.00 WIB Jalan Jati no VI, Padang Telp (0751) 29080 Padang, 14 Agustus 2013 R/ EDTA ED MD no.. I 12

S 4 gtt 1 OS R/ Floxa ED MD no. I S 6 gtt 1 OS R/ Atropin 1% ED MD no. I S 2 gtt 1 OS R/ Cenfresh ED MD no. I Sue R/ Lubricent gel tube no. I Sue R/ Nonflamin ED MD no. I S 3 gtt 1 OS R/ Tetrasiklin 250 mg tab no. XX S 4 tab I R/ Ciprofloksasin 500 mg tab no. X S 2 tab I

Pro Usia

: Tn. AP : 22 tahun BAB IV DISKUSI Telah dirawat seorang pasien laki-laki berumur 22 tahun datang ke IGD

Alamat: Sawah Lunto

RSUP. dr .M.Djamil Padang pada tanggal 7 Agustus 2013 dengan keluhan mata kiri terkena percikan petasan 7 hari yang lalu. Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik mata, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan bahwa orang sakit merasakan mata kiri perih dan panas setelah percikan petasan selama 2 hari. Kelopak mata 13

sebelah kiri tidak bisa membuka sendiri setelah terkena percikan petasan. Orang sakit mengeluhkan penglihatan mata kirinya kabur sejak terkena percikan petasan dan menetap hingga sekarang. Ketika pasien pertama kali diperiksa tampak epitel kornea lepas dan iskemik limbus pada mata kiri. Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2013, pada mata kanan didapatkan visus 5/5. Tidak didapatkan kelainan pada media refraksi. Pada pemeriksaan funduskopi juga tidak didapatkan kelainan. Pada mata kiri didapatkan visus 1/300 dan tidak bisa dikoreksi. Pada pemeriksaan dengan slit lamp, media sulit dinilai karena kornea oedem. Tampak konyungtiva pada bagian nasal lebih pucat daripada bagian temporal. Pada pemeriksaan funduskopi juga sulit dinilai karena media keruh. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan diagnosis kerja pasien tersebut adalah trauma termal grade IV menurut klasifikasi Roper-Hall (kornea opak, iris dan pupil tidak jelas,> dari setengah limbus iskemik). Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan EDTA 4 x 1 OS. Pemberian ini bertujuan untuk anti koagulasi sehingga mencegah perlengketan dari konyungtiva. Tetrasiklin 4 x 250 mg dan ciprofloksasin 2 x 500 mg diberikan sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Floxa 6 x 1 OS adalah antibiotik topikal untuk mencegah infeksi karena pada pasien ini epitel kornea terlepas. Sulfas atropin 2 x 1 OS sebagai sikloplegik. Cenfresh tiap 5 menit OS dan lubricent gel 6 x 1 OS untuk mencegah mata kering. Nonflamin 3x 1 OS dan noncort 6 x 1 OS untuk antiinflasmasi dan mengurangi nyeri pada mata. Pada pasien ini juga direncanakan dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat kelainan pada bagian posterior. Prognosis pada pasien ini adalah buruk karena pasien mengalami trauma termal grade IV.

14

DAFTAR PUSTAKA 1. Solano Joshua. Ocular Burns. Available at www.medscape.com . Diakses pada tanggal 14 Agustus 2013. 2. Dua Harminder. 2001. A New Classification of Ocular Surface Burns. In BJ Ophthalmol. 1379-1383. 3. American Academy of Ophtalmology. 2011-2012. External Disease and Cornea. San Fransisco: AAO.

15

You might also like