You are on page 1of 5

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT KEKURANGAN ENERGI PROTEIN

Riwayat alamiah terjadinya masalah gizi (defisiensi gizi), dimulai dari 1. tahap prepatogenesis yaitu proses interaksi antara penjamu (host=manusia), dengan penyebab (agent=zatzat gizi) serta lingkungan (environment). Pada tahap ini terjadi keseimbangan antara ketiga komponen yaitu tubuh manusia, zat gizi dan lingkungan dimana manusia dan zat-zat gizi makanan berada (konsep : John Gordon). Ada 4 kemungkinan terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi : a. Pertama : makanan yang dikonsumsi kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas b. Kedua: Peningkatan kepekaan host terhadap kebutuhan gizi mis : kebutuhan yang meningkat karena sakit c. Ketiga: Pergeseran lingkungan yang memungkinkan kekurangan pangan, misalnya misalnya gagal panen d. Keempat:Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host mis : kepadatan penduduk di daerah kumuh

Zat gizi dipergunakan oleh sel tubuh untuk berbagai aktifitas, bila zat gizi kurang maka sel tubuh akan mengambil cadangan zat gizi (depot), bila zat gizi yang dikonsumsi berlebihan maka akan disimpan dalam tubuh. Bila depot simpanan habis dan konsumsi zat gizi kurang maka akan terjadi proses biokimia untuk mengubah unsur-unsur pembangun struktur tubuh, ini artinya telah terjadi gangguan biokimia tubuh misalnya saja kadar Hb dan serum yang turun. Bila terus berlanjut maka terjadi gangguan fungsi sel, jaringan dan organ tubuh. Bila tidak segera diatasi dengan konsumsi gizi yang adekuat maka secara anatomi sel-sel, jaringan dan organ tubuh akan terlihat mengalami kerusakan misalnya saja pada penyakit defisiensi gizi kwashirkor dan marasmus. Gangguan anatomi dengan kerusakan jaringan yang parah dapat berakhir dengan kematian. Pada masa prepatogenesis bibit penyakit belum mamasuki penjamu, namun demikian telah ada interaksi antara penjamu, bibit penjakit dan lingkungan, jika penjamu tidak dalam keadaan baik, maka kondisi kesehatan menurun sehinga ada kemungkinan bibit penyakit masuk kedalam tubuh. HOST (pejamu) : Manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat proses alamiah perkembangan penyakit defisiensi gizi. AGENT (penyebab): Zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yang dapat

menyebabkan suatu penyakit defisiensi gizi. ENVIRONMENT (lingkungan): Semua faktor luar dari individu (manusia) 2. Tahap patogenesis Penerapan patogenesis penyakit defisiensi gizi dalam upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi akan lebih mudah lagi difahami jika diterapkan dalam konsep pohon masalah yang dapat memperlihatkan penyebab langsung, tidak

langsung, penyebab utama dan akar masalah. Seperti diperlihatkan dibawah ini ( Konsep Masalah Gizi menurut Unicef). Masalah gizi dalam tahapan penyebab langsung disebabkan oleh konsumsi zat gizi (yang rendah), pada pendekatan patogenesis dinyatakan sebagai Agent dan adanya penyakit infeksi dinyatakan sebagai host. Kedua penyebab langsung ini juga saling berinteraksi memperparah terjadinya masalah gizi.

Dengan di diketahui penyebab langsung. Maka selanjutnya Penyebab tidak langsung, penyebab utama dan akar masalah akan dengan mudah dijabarkan dalam upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi. Mempelajari konsep patogenesis (penyakit defisiensi gizi), sekaligus juga akan akan terurai upaya-upaya pencegahan sesuai dengan tahapan patogenesis yang terjadi. Leavell and Clark 1958, yang telah menjabarkan lima tahapan pencegahan

berdasarkan proses alamiah terjadi penyakit yang bisa juga diterapkan dalam upaya pencegahan penyakit defisiensi gizi, seperti yang diperlihatkan pada gambar Five Level of Prevention. Lima tingkatan (tahapan) pencegahan itu adalah

1. Pertama; Promosi Kesehatan (Health Promotion), penyusunan Standar Kebutuhan Gizi yang di Anjurkan, atau pedoman penerapan gizi seimbang yang dulu lebih dikenal dengan 4 sehat 5 sempurna merupakan bagian dari promosi kesehatan 2. Kedua ; Perlindungan Khusus (specific Protektion) , pemberian zat gizi tertentu misalnya saja Pemberian vitamin A pada anak balita dua kali dalam setahun untuk melindungi anak dari kebutahan, merupakan salah satu upaya dalam tahapan perlindungan khusus ini. Tahap pertama dan Kedua tingkatan pencegahan ini berada pada periode prepatogenesis. Tingkatan Pencegahan yang berada pada periode patogenesis yaitu tahapan atau tingkat ke 3. Ketiga; Diagnosa Dini dan Pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Prompt Treatment), sekrening survei berat badan dibawah garis merah pada KMS balita untuk penentukan anak balita yang benar-benar menderita gizi kurang dan anak balita yang benar-benar tidak menderita gizi kurang adalah salah satu contoh dari tahapan ini. 4. Kempat; Mengurangi Kelemahan (Disability Limitation). Pemberian diet sebagai bagian dari proses penyembuhan penyakit merupakan bagian dari tahapan ini. Dan tahapan yang terakhir adalah 5. Tingkatan Kelima; Rehabilitasi, Pemberian makananyang disesuaikan dengan keadaan pasien merupakan bagian dari tahapan ini. Leavell and Clark juga mengelompokan lima tingkatan pencegahan dalam tiga kelompok pencegahan promosi kesehatan dan perlindungan khusus sebagai 1. pencegahan tingkat pertama (primer) 2. diagnosa dini dan pengobatan yang tepat sebagai pencegahan tingkat kedua (sekunder), 3. pengurangi kecatatan dan rehabilitasi sebagai pencegahan tingkat tiga (tertiary).

You might also like