You are on page 1of 5

DESIGNING

Oleh Paulus Timothy 315110167

Mendesain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah profesi, ada seniman patung, seniman lukisan, seniman lagu, seniman yang bergerak dalam bidang berperan dalam drama, adapula seniman yang lebih kita kenal yaitu arsitek. Arsitek adalah seniman yang mendesain sebuah ruang, terlepas dari apapun fungsi yang dihasilkan, setiap arsitek tidak pernah lepas dengan kegiatan mendesain sebuah ruang. Mendesain sendiri dalam arsitektur adalah sebuah proses menemukan sebuah jawaban dari sebuah permasalahan, mensimulasikan jawaban yang sementara tersebut dengan sebanyak banyaknya yang kemudian jawaban tersebut akan menjadi sebuah jawaban yang kreatif, baru / fresh, unik, dan berkaitan dengan permasalahan dan jawaban jawaban lainnya. Sering kali jawaban yang tepat menjadi sebuah lompatan lompatan dari permasalahan kehidupan yang imajinatif. Tentunya dalam arsitektur, sering kali mendesain selalu menjadi tuntutan untuk menghasilkan sebuah jawaban yang logis, dan tidak jarang pula menggunakan metode metode ilmiah yang bersifat pasti. Lalu apakah mendesain merupakan sebuah ilmu alamiah, atau mungkin sebuah ilmu matematika, atau sebuah ilmu kesenian. Ketiganya memiliki karakter masing masing yang cukup bertolak belakang. Ilmu alam dan matematika adalah sebuah ilmu yang nilainya pasti, sedangkan ilmu seni adalah ilmu yang mengandalkan intuisi manusia dalam menghasilkan sebuah karya, dimana tidak ada tolak ukur yang pasti sehingga muncul relativitas bagi yang menikmati karya tersebut. Jika demikian, yang manakah yang merupakan ilmu yang tepat dalam merepresentasikan kata kerja mendesain? Dalam arsitektur kami mengenalnya dengan kegiatan yang hybrid, kegiatan yang memiliki karakter yang lebih dari satu. Dalam keadaan tertentu diperlukan kemampuan intuisi seseorang dalam mendesain sebuah ruang, dan dalam keadaan tertentu pula, kegiatan ini merupakan kegiatan yang memerlukan cara piker yang sangat logis, terukur, kepastian, karena akan terjadi faktor sebab dan akibat. Apa yang menjadi jawaban dari produk mendesain, akan mempengaruhi pengguna dari ruang yang diolah dan akan menimbulkan efek bagi pengguna dan

bahkan sampai sekitarnya, juga merupakan kegiatan yang tidak lepas dari hukum alam, sehingga terdapat unsur kepastian dalam sebuah jawaban tersebut. Dengan demikianlah mendesain adalah kegiatan yang memiliki karakter yang majemuk dan bertolak belakang. Lalu apakah arsitektur itu sendiri? Banyak yang mencoba mendefinisikan kata arsitektur dengan benar. Pada kenyataannya timbul banyak pandangan mengenai apa itu arsitektur. Ada yang berkata bahwa arsitektur adalah musik yang dibekukan, arsitektur adalah menjawab permasalahan, arsitektur adalah wadah kehidupan, arsitektur adalah ruang dengan fungsinya, dan lain lain. Tidak ada yang salah dari definisi tersebut, semuanya bisa dikatakan benar. Lalu yang manakah yang paling tepat, untuk pertanyaan tersebut jawabannya adalah tidak ada, bahkan bila dibahas lebih lanjut kita dapat merujuk pada sebuah kesimpulan bahwa arsitektur tidak bisa didefinisikan dengan tepat. Hal tersebut dimungkinkan juga dikarenakan arsitektur merupakan ilmu yang merambah pada prinsip ilmu ilmu lainnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa arsitektur berbicara tentang kesehatan, berbicara tentang kehidupan sehari hari, berbicara tentang pengalaman yang

menyenangkan, berbicara tentang religi, berbicara tentang politik, berbicara tentang ilmu alam, berbicara tentang ilmu social, berbicara tentang psikologi manusia, dan bahkan berbicara tentang manusia yang kurang sempurna fisiknya. Satu yang pasti, arsitek mendesain atau berarsitektur untuk menciptakan karya arsitektural yang dimana karyanya akan digunakan sebagai wadah kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa arsitektur adalah kegiatan mengolah ruang yang bertujuan untuk menaungi dan dirasakan oleh penggunanya. Desain bisa menjadi sebuah kata kerja dan juga bisa menjadi kata benda, dalam konteks kata benda, desain menjadi sebuah objek yang melalui proses desain. Dengan demikian sebuah objek akan muncul dua pengelompokan, yaitu objek desain dan non desain, dimana objek non desain adalah objek yang muncul dengan alaminya dan membentuk sebuah ruang bagi wadah kegiatan manusia, contohnya sebaris pohon kelapa di pinggir pantai yang menjadi batas antara pantai dan jalan kendaraan di pinggir pantai. Dalam konteks ini, pohon kelapa tumbuh dengan alami dan muncul menjadi elemen pembentuk ruang dengan sendirinya, tidak dengan melalui sebuah proses desain sehingga muncul di tepi jalan kendaraan di pinggir pantai.

Lain halnya jika kita berbicara taman aktif pada sebuah pekarangan bangunan. Pohon yang tumbuh di taman tersebut merupakan hasil dari proses desain. Peletakan pohon tersebut tidak direncanakan dengan sembarangan, selalu ada pertimbangan setiap langkah desain, dimana pohon ini akan diletakan, di mana pohon seharusnya menghasilkan bayangan sehingga membuat sebuah ruang yang teduh dan lain lain. Juga jenis pohon itu sendiri ditentukan oleh sang arsitek agar jenis bentuk pohon sesuai dengan efek yang ingin dihasilkan dari proses desainnya. Jadi mendesain adalah berbicara tentang produk yang dihasilkan dan produk yang dihasilkan adalah sebuah ruang dengan fungsi tertentu. Dalam mendesain akan muncul beberapa tipe bangunan, tentunya mendesain sekolah tidak akan sama dengan mendesain perkantoran. Berarti proses mendesain akan memnghasilkan tipologi sebuah bangunan, setiap fungsi yang akan dituju akan menghasilkan ruang dengan ciri ciri yang spesifik. Seperti ketika kita mendesain rumah sedang yaitu rumah sepuluh kali dua puluh meter dengan rata rata ruangan yang tidak lebih besar dari dua puluh sampai dua puluh lima meter persegi. Tentunya kita tidak akan membuat langit langit dari ruang tersebut setinggi sepuluh meter lebih, karena efek ruangnya akan terasa sempit karena fungsi dari ruang ini merupakan salah satu fungsi yang berada di rumah. Lain halnya ketika kita membuat skala yang demikian pada sebuah museum, yang menarik adalah kita kita melihat sebuah contoh yaitu tower of holocaust di museum yahudi di berlin, karya Daniel liebeskind. Dari semuanya ini akan membentuk sebuah bangunan dengan ciri ciri yang spesifik, kecuali ada perrtimbangan tertentu yang mengakibatkan perlakuan desain terhadap fungsi tertentu harus keluar dari tipologi yang ada. Tipologi bisa terbentuk dari hasil pemikiran intiuisi yang berkolaborasi dengan penjelasan yang logis. Sebuah kantor akan memiliki ciri ciri bentuk tower, pernyataan tersebut bisa saja timbul dengan intuisi seseorang, namun ketika masuk ke dalam sebuah penjelasan, kantor tersebut terdiri dari core di tengah dan ruang kantor yang mengelilinginya dengan tujuan mendapat cahaya alami untuk mengurangi pemakaian listrik dan demi mendapatkan view perkotaan atau mungkin lansekap di pekarangan bangunan tower ini agar, para pegawai mendapatkan view yang dapat menjernihkan kebosanan dan kejenuhan pikiran, sehingga kinerja pegawai tersebut dapat ditingkatkan dan meningkatkan kinerja kantor tersebut, dan menhghasilkan keuntungan yang lebih.

Tipologi bisa jadi berubah ketika mengalami perubahan jaman. Contohnya adalah perumahan pada masa sebelum era modern, belum ada rumah yang vertical, namun setelah masuk ke eera modern, muncul tren memiliki jumlah anak yang banyak. Pada titik ini munculah pergeseran tipologi yang tadinya perumahan adalah landed dan horisontal, berubah menjadi vertikal dikarenakan ledakan jumlah penduduk dan lahan yang tidak akan mencukupi dengan pertambahannya. Maka dari itu perumahan vertikal adalah salah satu jawaban bagi tantangan jaman tersebut yang menghasilkan pergeseran tipologi. Berarti dengan demikian tipologi juga bisa merupakan catetan dari sejarah kultur sebuah jaman, setiap jaman memiliki permasalahannya dengan unik dan memiliki jawaban yang juga lain dari yang lain, maka dari itu dalam arsitektur, tipologi bangunan juga bisa menjadi catatan perkembangan sejarah sebuah daerah. Jadi pada tulisan ini, mendesain dalam konteks arsitektur adalah sebuah kata kerja yang menghasilkan ruang bagi kegiatan manusia yang memiliki tipologinya sendiri karena permasalahan yang ada, sehingga menjadi sebuah identitas bagi sebuah era.

Typology adalah bagaimana menjawab metode design Typology : intuisi + penjelasan logis (biotechnical determinism) Perubahan tipologi bisa jadi dikarenakan karna sebagai menjawab tantangan jaman. Typology as instrument of culture memory Typology as mechanism composition

You might also like