You are on page 1of 3

Jakarta - Disparitas tuntutan jaksa dalam penegakan UU Perlindungan Konsumen sangat terasa.

Dalam kasus pencurian pulsa yang merugikan masyarakat miliaran rupiah, jaksa hanya menuntut pelakunya dengan denda. Adapun penjual barang yang tidak berbuku panduan bahasa Indonesia malah dipenjara. Dalam catatan detikcom, Kamis (3/4/2014), tuntutan denda terhadap maling pulsa ini dikenakan terhadap Direktur PT Colibri Network, Nirmal Hiroo Bharwani alias HB Naven. Jaksa menuntut HB Naveen dengan denda sebesar Rp 750 juta dan tidak menuntut pidana penjara sama sekali. Naveen dikenakan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Padahal penyidik Bareskrim Polri yang menyebutkan bahwa kerugian konsumen atas kasus pencurian pulsa yang terjadi pada 2010 tersebut mencapai Rp 1 triliun. Atas hal itu, Jaksa Agung Basrief Arief menyatakan tuntutan denda Rp 750 juta telah sesuai dengan berita acara pemeriksaan (BAP). Namun Basrief tidak menjelaskan mengapa pihaknya tidak menuntut penjara, meski kerugian konsumen cukup besar. "Kita mendengar, membaca di media bahwa kerugian negara pada saat itu mencapi Rp 1 triliun, tapi pada kenyataannya dalam berkas perkaranya (tidak mencapai Rp 1 triliun). Kesulitan mencari korbankorban, sulit diperiksa penyidik, sehingga tidak dicapai jumlah yang sudah dipublikasikan (Polri)," kata Basrief pada 26 November lalu. Di sisi lain, jaksa malah memenjarakan dua alumnus ITB, Dian dan Rendy. Keduanya sempat ditahan selama 48 hari karena menjual iPad tidak berbuku manual bahasa Indonesia dan tidak bersertifikat. Dian dan Rendy dikenakan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. JPU menuntut Dian dan Randy selama 5 bulan penjara dan meminta barang bukti 8 iPad untuk dimusnahkan. Pada 25 Oktober 2011, PN Jakpus membebaskan keduanya. Tak puas atas vonis ini, JPU mengajukan kasasi dan dikabulkan Mahkamah Agung (MA). Yang terbaru yaitu saat jaksa menuntut pemilik toko elektronik di Banjarmasin, Juhdi dengan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Selain menuntut denda Rp 5 juta, jaksa juga menuntut seluruh isi toko dirampas untuk negara. Perampasan barang dagangan Juhdi dikabulkan majelis hakim pada 26 November 2013 dengan denda Rp 3 juta. Barang bukti yang dirampas untuk negara yaitu: -2 unit Speaker ADS 1250 -1 unit Mikrofon wires Rolind 813 -5 unit Subwoofer JBL GT 512 -4 unit speaker Audax 1285, -2 unit speaker Audax 12250 -1 unit speaker Audax 12252 -1 unit speaker 1082

-1 unit speaker Audax 12023 -18 dus Mikrofon Aikawa Meja 688 -7 speaker ACR 12" 38B -4 speaker Prodigi 12" 30 -2 speaker Black Spider 21" 201 -3 unit speaker ACR 15" special -4 unit speaker Pegasus 15" -4 unit subwoofer Sounbank 10" -1 unit subwoofer X site 1200 -2 unit speaker Black -4 unit subwoofer focal 2312 -1 unit subwoofer sound bank 12" -1 unit speaker ADS 1870 -6 dus mikrofon Ceer Ak. 52 -2 unit subwoofer Alexis 1269 -4 unit Portable Teknis 203 -2 unit speaker ACR 15400 -5 unit subwoofer Alexis 12" -2 spiler 18" -7 unit shure UGX 4 -3 unit speaker ADS 1280 -1 unit speaker ADS 1870 -4 unit speaker Audax 1292 -3 unit speaker Audax 12023 -1 dus mikrofon shure 8000 -1 dus mikrofon shur U82 -2 unit speaker Jordan 10 Wur -7 dus mikrofon Osmond 1000 -2 unit subwoofer fabulous 12" -2 unit subwoofer ADS 1000 -1 unit subwoofer ADS 1200 -1 unit speaker blackspider 15" -5 dus shure SH 200 -5 dus mikrofon Rolind 813 -4 unit speaker ADS 1280 -3 unit speaker ACR 1018 HW -2 unit speaker ADS 1890 -2 dus mikrofon PGX 242 -30 unit speaker Audax 70 -144 unit speaker Audax 61c -4 unit speaker Audax 1082 -1 unit speaker ADS 1266 -2 unit speaker ADS 1250 -5 dus speaker merk Audax @ 20 Pcs

-50 dus speaker merk NOS/ADS @ 2 Pcs -4 dus speaker merk Alexis

You might also like