1

Analisis Vibrasi Mesin

Training Vibrasi Tingkat Dasar
Copyright P.T Tiara Vibrasindo Pratama
Sheraton Hotel
J akarta, 11 14 J uly 2005
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 2
Analisis SpektrumVibrasi
Komponen Synchronous N X RPM
Komponen Subsynchronous <1 X RPM
Komponen Nonsynchronous F X RPM
(F >1.0 non integer)
2
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 3
J enis - J enis Permasalahan
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 4
J enis - J enis Permasalahan
Unbalance 40%
Misalignment 20%
Resonansi 20%
Rolling Element Bearing
Sleeve Bearing
Roda Gigi 20%
Motor Elektrik
Kavitasi
Vane pass
Ralph T Buscarello
Update International
3
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 5
J enis - J enis Permasalahan
Masalah umumyang sering ditemui:
1. Unbalance
2. Misalignment
3. Looseness
4. Rolling element bearing
5. Resonansi
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 6
Unbalance
Unbalance (ketidakseimbangan) adalah kondisi
dimana pusat masa tidak sesumbu dengan
sumbu rotasi.
4
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 7
Unbalance
Force / Static Unbalance
Couple Unbalance
F1 =F2
Dynamic Unbalance
F1 F2
Overhung Unbalance
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 8
Penyebab Unbalance
Kesalahan saat proses pemesinan dan assembly
Eksentrisitas komponen
Adanya kotoran saat proses pengecoran
Korosi dan keausan
Distorsi geometri karena beban termal dan beban
mekanik
Penumpukan material, misalnya debu pada vane
kompresor
Komponen yang bengkok atau patah
5
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 9
Karakteristik Unbalance
Analisis Spektrum
Amplitudo yang tinggi di 1xRPM
Rasio amplitudo antara pengukuran arah
horisontal dan vertikal kecil (H/V <3), kecuali
pada kasus struktur yang memiliki kekakuan
yang tidak simetris.
Ampitudo yang rendah di 1xRPM pada arah
aksial (kecuali untuk kasus mesin overhung)
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 10
Karakteristik Unbalance
Analisis Time Waveform
Sangat sinusoidal, bentuk waveform simetrik setiap
satu kali putaran poros.
Analisis Data Fasa
Beda fasa antara pembacaan horisontal dan vertikal
pada bearing yang sama adalah 90 derajat out of
phase (30).
Fasa antara pembacaan horisontal (atau vertikal)
pada kedua bearing adalah sefasa/in phase (30).
Data fasa relatif stabil, perubahannya antara 15 -
20.
6
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 11
Unbalance
ROUTE WAVEFORM
16-DEC-99 09:18:51
PK = .3408
PK(+) = .4376
PK(-) = .3263
CRESTF= 1.82
0 40 80 120 160 200
-0.4
-0.2
0
0.2
0.4
0.6
Time in mSecs
V
e
l
o
c
i
t
y

i
n

I
n
/
S
e
c
PGT - Duri Gas Turbine 7
DG7 -GOV Generator Outboard Vertical
ROUTE SPECTRUM
16-DEC-99 09:18:51
OVRALL= .3423 V-DG
PK = .3405
LOAD = 100.0
RPM = 3600.
RPS = 60.00
0 20000 40000 60000
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
Frequency in CPM
P
K

V
e
l
o
c
i
t
y

i
n

I
n
/
S
e
c
Freq:
Ordr:
Spec:
3525.0
.979
.320
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 12
Unbalance
P
K

V
e
l
o
c
i
t
y

i
n

I
n
/
S
e
c
Frequency in Hz
PGTD - Duri Gas Turbine 7
DG7 - PTS=GOV GOH
0 200 400 600 800 1000
Max Amp
.53
Plot
Scale
0
1.2
16-DEC-99 09:18
DG7 -GOV
21-DEC-99 15:01
DG7 -GOV
16-DEC-99 09:20
DG7 -GOH
21-DEC-99 14:58
DG7 -GOH
Freq:
Ordr:
Sp 1:
58.75
.979
.320
BEFORE PERFORMING BALANCE JOB
BEFORE PERFORMING BALANCE JOB
AFTER PERFORMING BALANCE JOB
AFTER PERFORMING BALANCE JOB
7
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 13
Misalignment
1. Angular Misalignment
2. Parallel Misalignment
Pada umumnya kedua jenis misalignment
tersebut muncul bersama-sama.
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 14
Angular Misalignment
Amplitudo tinggi di 1X rpm (arah aksial)
Beda fasanya 180 (arah aksial)
8
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 15
Parallel Misalignment
Amplitudo tinggi di 2X rpm (arah radial)
Beda fasanya 180 (arah radial)
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 16
Misalignment
Amplitudo yang tinggi di 2xRPM
menunjukkan adanya misalignment.
Data waveform menunjukkan adanya
2 puncak (peak) untuk setiap putaran
poros (garis vertikal pada waveform
mewakili satu putaran poros).
9
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 17
Bent Shaft
Masalah bent shaft sering rancu dengan
masalah misalignment dan unbalance.
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 18
Bent Shaft
Bent Shaft menyebabkan munculnya amplitudo
tinggi di 1xRPM pada arah aksial. Frekuensi
dominan umumnya ada di 1xRPM (jika posisi
bengkoknya dekat dengan posisi tengah poros),
tetapi akan dominan di 2xRPM (jika posisi
bengkoknya dekat dengan kopling).
10
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 19
Bent Shaft
Pembacaan fasa di ujung-ujung poros pada
arah aksial adalah 180 derajat out of phase.
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 20
Mechanical Looseness
Non Rotating (Structural) Looseness
base mount
split casings
bearing caps
bearings supports
Rotating Looseness
Impellers
Fans
Bearings
couplings
11
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 21
Karakteristik Looseness
Excessive clearance, misalnya pada bearing, akan
menghasilkan harmonik dari 1xRPM bahkan
harmonik dari 0,5xRPM (kondisi parah).
Perbedaan amplitudo antara pembacaan horisontal
dan vertikal sangat besar.
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 22
Karakteristik Looseness
Looseness mengakibatkan time waveform yang
terpotong. Hasil pembacaan fasa tidak stabil
dan bervariasi antara satu pengukuran dengan
pengukuran yang lainnya.
12
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 23
Karakteristik Looseness
Disebabkan oleh structural looseness dari tumpuan
mesin, pondasi, baut yang kendor, deteriorated grouting,
frame distortion.
Typical spectrum
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 24
Karakteristik Looseness
Caused by loose pillowblock bolts, cracks in the
frame structure or bearing pedestal
Typical spectrum
13
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 25
Rolling Element Bearing
Tahap kerusakan rolling element bearing :
1. Ultrasonic Frequencies
2. Natural Frequencies
3. Defect Frequencies & Harmonics
4. Random Broadband
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 26
Rolling Element Bearing
Bearing Defect Frequencies :
BPFI = Ball Pass Frequency
Inner Race
BPFO = Ball Pass Frequency
Outer Race
BSF = Ball Spin Frequency
FTF = Fundamental Train
Frequency
14
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 27
Rolling Element Bearing
) cos 1 (
2
x
Pd
Bd
x S x
Nb
BPFI + =
) cos 1 (
2
x
Pd
Bd
x S x
Nb
BPFO =
] ) (cos ) ( 1 [
2
2 2
x
Pd
Bd
x S x
Bd
Pd
BSF =
) cos 1 (
2
x
Pd
Bd
x
S
FTF =
Inner race rotate and
Outer race fixed
RPM = revolutions per minute
S = speed, revolutions per
second
FTF = fundamental train (cage)
frequency
BPFI = ball pass frequency of the
inner race
BPFO = ball pass frequency of the
outer race
BSF = ball spin frequency
Bd = ball or roller diameter
Nb = number of balls or rollers
Pd = pitch diameter
= contact angle
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 28
Rolling Element Bearing
) cos 1 (
2
x
Pd
Bd
x S x
Nb
BPFI + =
) cos 1 (
2
x
Pd
Bd
x S x
Nb
BPFO =
] ) (cos ) ( 1 [
2
2 2
x
Pd
Bd
x S x
Bd
Pd
BSF + =
) cos 1 (
2
x
Pd
Bd
x
S
FTF + =
Inner race fixed and
Outer race rotate
RPM = revolutions per minute
S = speed, revolutions per
second
FTF = fundamental train (cage)
frequency
BPFI = ball pass frequency of the
inner race
BPFO = ball pass frequency of the
outer race
BSF = ball spin frequency
Bd = ball or roller diameter
Nb = number of balls or rollers
Pd = pitch diameter
= contact angle
15
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 29
Rolling Element Bearing
Level noise normal.
Temperatur normal.
Pengukuran dengan
ultrasonik, spike energi
meningkat.
Overall vibrasi rendah.
10-20% umur bearing.
Tahap 1 - Ultrasonic Frequencies
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 30
Rolling Element Bearing
Tahap 2 Natural Frequencies
Level noise sedikit
meningkat.
Temperatur normal.
Pengukuran dengan
ultrasonik, spike energi
meningkat tajam.
Overall vibrasi sedikit
meningkat.
Bearing frequency mulai
terlihat dalamskala log.
5-10% umur bearing.
16
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 31
Rolling Element Bearing
Tahap 3 Defect Frequencies & Harmonics
Level noise terdengar.
Temperatur sedikit
meningkat.
Pengukuran dengan
ultrasonik, spike energi
sangat tinggi.
Overall vibrasi meningkat
jelas.
Bearing frequency dan
harmonic diikuti sideband
jelas terlihat .
Noise floor mulai muncul.
1-5% umur bearing.
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 32
Rolling Element Bearing
Stage 4 Random Broadband
Level noise sangat jelas
dengan irama yg bervariasi.
Temperatur meningkat
drastis.
Pengukuran dengan
ultrasonik, spike energi
turun dan tiba-tiba dapat
meningkat drastis.
Overall vibrasi meningkat
drastis dalamvelocity dan
displacement tetapi dalam
acceleration menurun.
Bearing frequency dan
harmonic diikuti sideband
jelas terlihat.
Noise floor sangat dominan.
0.2% umur bearing.
17
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 33
Natural Frequency
Natural frequency (frekuensi pribadi) adalah vibrasi bebas
dari sistemvibrasi tanpa damping.
Setiap benda paling tidak memiliki satu buah frekuensi
pribadi, sedangkan mesin yang kompleks memiliki lebih
dari satu frekuensi pribadi.
Frekuensi pribadi tidak akan menjadi masalah selama
sistemtersebut tidak dieksitasi oleh vibrasi yang lain yang
berfrekuensi sama dengan frekuensi pribadi sistem
tersebut.
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 34
Natural Frequency
Untuk sistemtanpa redaman dengan satu derajat
kebebasan, frekuensi pribadinya bisa dicari dengan
persamaan:
m
k
fn
2
1
=
Dimana k adalah kekakuan dan m adalah massa.
18
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 35
Natural Frequency
Cara sederhana untuk mencari frekuensi pribadi dari
mesin/struktur adalah dengan Bump Test.
Peralatan :
Transducer
Hammer
Data logger
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 36
Resonansi
Resonansi terjadi jika sistemdieksitasi oleh
sumber vibrasi lain yang berfrekuensi sama
dengan frekuensi pribadi sistemtersebut.
J ika komponen yang bergetar adalah
komponen berputar maka frekuensi pribadi
sering disebut sebagai critical speed.
19
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 37
Resonansi
Resonansi tidak mengakibatkan terjadinya vibrasi
HANYA memperkuat amplitudo vibrasinya.
J adi bisa disimpulkan bahwa resonansi bukanlah suatu cacat
pada mesin melainkan sifat dari mesin atau struktur.
Oleh karena itu resonasi tidak menjadi masalah selama
sistemtersebut tidak dieksitasi oleh sumber vibrasi lain yang
berfrekuensi sama dengan frekuensi pribadi sistemtersebut.
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 38
Resonansi
Aturan umum:
Frekuensi pribadi setidaknya 20 % menjauh
dari frekuensi eksitasi
J ika frekuensi eksitasi
mendekati frekuensi
pribadi struktur akan
mengakibatkan vibrasi
dengan amplitudo
tinggi
20
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 39
Resonansi
Karena perbedaan karakteristik struktur untuk
arah vertikal dan horisontal maka frekuensi
pribadi akan berbeda untuk tiap-tiap arah
tersebut. Oleh karena itu resonansi bersifat
directional.
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 40
Resonansi
Massa, kekakuan dan redaman adalah 3 parameter
yang menentukan besarnya frekuensi pribadi dan
amplitudo resonansi.
1. Menambah massa akan menurunkan frekuensi
pribadi.
2. Menambah kekakuan akan menaikkan frekuensi
pribadi.
3. Menambah redaman akan menurunkan amplitudo
resonansi.
21
11 - 14 J uli 2005 Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 41
Resonansi
J ika vibrasi mesin sama dengan atau mendekati
frekuensi pribadi, maka ada 3 alternatif jalan
keluar :
1. Menggeser forcing frequency menjauh dari
frekuensi pribadi.
2. Menggeser frekuensi pribadi menjauh dari
forcing frequency.
3. Menambah redaman untuk mengurangi
amplification factor dari resonansi.