You are on page 1of 10

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR TIPE PWR 1000 MWe
Puji Santosa

PRPN BATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310

ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR TIPE PWR 1000 MWe ,Telah dilakukan perancangan sistem pengolahan limbah cair pabrik element bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe, limbah berasal dari jalur kering terintregrasi dan jalur Amonium Uranil Karbonat dengan jumlah limbah sebesar 5 m3/hari. Sistem dilakukan secara batch untuk proses kimia, sedangkan proses biologi biofilter aerob secara kontinyu.Sistem proses kimia dilakukan dengan pengendapan dengan senyawa Ca(OH)2, dilanjutkan dengan proses koagulasi dengan tawas.Proses kimia dirancang kapasitas 0,6125 m3 sekali olah. Pengolahan mengacu ke kandungan senyawa HF, sedangkan untuk senyawa UF6 masih dibawah ambang batas yaitu 91 ppm. Untuk besaran beban COD, BOD dalam limbah diperkirakan sebesar 20000 ppm dan 10000 ppm. Untuk sistem biologi menggunakan proses biofilter aerob dengan pertimbangan proses mudah dan mampu beroperasi dengan beban COD ,BOD yang besar. Kata kunci: pengolahan limbah, HF, pengendapan Ca(OH)2, koagulasi, flokulasi, biologi, biofilter aerob.

ABSTRACT WASTE WATER TREATMENT DESIGN FOR NUCLEAR FUEL ELEMENT OF PWR 1000 MWe TYPE PLANT. It was done designed waste water treatment for nucluer fuel element plant. Waste water produced from intregrated dry route and amonium uranil carbonat (AUC) route with capacity of waste water 5 m3/ day. Treatment is done with batch chemical proccess and biological process by biofilter aerob.Chemical treatment with capacity 0.6125 m3 per cycle. Chemical process by Ca(OH)2,, continuted with Al2(SO4)3 coagulation floculation. Process based on HF, UF6 under regulation limit 91 ppm. COD estimated 20000 ppm, and BOD is 10000 ppm. For biological treatment is biofilter aerob because this process can operated with very large COD or BOD. Keywords: waste tratment, HF, precipitation of Ca(OH)2, coagulation, flocculation, biological, biofilter aerob.

1. PENDAHULUAN Sesuai aturan yang berlaku , untuk sebuah pabrik baik pabrik kimia maupun pabrik elemen bakar nuklir tipe 1000 MWe, perlu memiliki sistem pengolahan air limbah

termasuk pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe. Dalam makalah akan dibahas

- 37 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

sistem pengolahan limbah cair pabrik elemen bakar nuklir melalui jalur kering terintegrasi (JKT) maupun jalur ammonium uranium karbonat (AUK), sumber limbah dijelaskan dalam tabel berikut ini [1]. Tabel 1. Sumber limbah dari aktivitas pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe No. Asal limbah 1 JALUR AMMONIUM URANIL KARBONAT 2 JALUR KERING TERINTREGRASI Sumber limbah Waste Tank TL 0201 Komposisi UF6 H2O HF NH4OH Total flow UF6 H2O HF Total flow Total limbah Jumlah 1,208 kg /jam 81,026 kg/jam 3,086 kg/jam 62 ,1400 kg/jam 147,46 kg/jam 0,035 kg/jam 11,453 kg/jam 6,094 kg/jam 17,582 kg/jam 165,042 kg/jam

WASTE TANK T-0104

Hal yang terpenting dalam sistem perancangan pengolahan limbah adalah estimasi beban COD, BOD dalam limbah , dari data diatas diperkirakan beban COD, BOD serta polutan yang ada dijelaskan dalam tabel berikut ini. Tabel 2. Komposisi polutan limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe melalui jalur JKT dan AUK [2]. No. 1 2 3 4 5 6 Komposisi UF6 H2O HF NH4OH COD BOD Jumlah 1,243 kg/jam 91,479 kg/jam 9,155 kg/jam 62 ,1400 kg/jam Estimasi Estimasi Konsentrasi, mg/liter (ppm) 75,785 558,232 3789,024 20.000 10.000 Baku mutu, mg/liter (ppm) 91 Maksimal 1 Maksimal 10 Maksimal 100 Maksimal 50

Untuk sistem baku mutu limbah mengacu ke aturan sebagai berikut ini: 1. Batas keluaran air limbah dari proyek harus tidak boleh melebihi effluent dan aliran standard berdasarkan Keputusan Kepala BAPETEN No. 02/Ka/BAPETEN/V/1999, standard menetapkan sebagai berikut: untuk Uranium adalah 1x103 Bq/liter atau sama dengan 91 mg U/liter, 2. Keputusan Kementrian Negara Lingkungan Hidup No.: 03/MENLH/1998 mengenai Baku Mutu Limbah Cair di Kawasan Industri.

- 38 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

2. TATA KERJA RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH 2.1. Pemilihan proses pengolahan limbah Dari data sumber limbah permasalahan utama dari limbah cair tersebut adalah kandunagn flour (F ) yang tinggi sampai 558,232 ppm , dalam jumlah lebih besar dari 2,5 mg/l fluor (F) dapat mengakibatkan penyakit perut, gigi keropos (emailinsities) dan email gigi berwarna coklat, serta toksit pada tulang sirip ikan dan sisiknya mudah rapuh, sehingga ikan mudah terserang jamuryang mematikan. Jamur air dan biak air akan subur dengan adanya fluor akan berakibat dan berefek sekunder merusak dan melembekkan sisik dan tulang ikan (Japerson, 1987) [3]. Dari data diatas sistem pengolahan limbah yang digunakan adalah 1. Proses pengendapan dengan Ca (OH )2 2. Proses koagulasi dengan tawas 3. Proses biologi 2.1.1. Pengendapan dengan kapur Ca (OH )2 Proses yang digunakan untuk pengolahan limbah flour adalah dengan proses pengendapan,menggunakan kapur. Degreemont (1987), memberikan istilah pengolahan penghilangan fluor dengan butiran kapur dan tawas dalam bentuk cairan. Menurut teknologi pengolahan yang pernah dilakukan oleh Japerson (1987), setiap 1 mg/l Fluor membutuhkan 50 mg/l larutan kapur, bahkan tepatnya secara stokiometri setiap 8 mg/l fluor membutuhkan 34 mg/l kalsium. Pengaruh penambahan kapur Ca(OH)2 akan bereaksi dengan bikarbonat yang ada dalam air, yang akan diolah membentuk endapan CaCO3 dan MgCO3. Bila kapur yang ditambahkan cukup banyak sehingga pH melebihi pH = 7, maka terbentuk endapan Mg (OH)2. Kelebihan ion Ca++ pada pH tinggi tersebut dapat diendapkan dengan penambahan soda abu. Pada air yang mengandung fluor akan terbentuk kalsium fluorida (Tebut, 1979)(3). Reaksinya : Ca(OH)2 + Ca(HCO3) 2Ca(OH)2 + Mg(HCO3) Ca(OH)2 + Na2CO3 Ca(OH)2 + HF 2CaCO3 ( s) + 2H2O 2CaCO3 (s) + Mg(OH)2 ( s) CaCO3 (s) + Na+ CaF ( s ) + 2H2O

- 39 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

2.1.2. Proses Koagulasi dengan tawas. Senyawa Al2(SO4)3 disebut juga tawas, dan tawas tersebut merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan, karena bahan ini paling murah dan mudah didapatkan di pasaran serta mudah penyimpanannya. Selain itu tawas juga cukup efektif untuk menurunkan kadar fluor. Menurut Degremont (1987), pemakaian tawas yang semakin banyak, pH makin turun karena hasilnya asam sulfat, sehingga perlu dicari dosis tawas optimum yang harus ditambahkan. Pemakaian tawas paling efektif antara pH 5,8 7,4 atau 5,9 7, pemakaian yang pernah diteliti adalah setiap 150 gr/l menjadi air minum yang memenuhi persyaratan. Dengan kualitas air yang ada di Amerika Serikat pH = 6, kadar karbonat sebagai CaCO3 dan MgCO3( 3). Reaksi yang terjadi : Al2(SO4) 3 + Ca(HCO2) 2 Al2(SO4) 3 H2O Al(OH)3 + F Ca(OH)2 + HF 2.1.3.Proses biologi Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya menggunakan teknologi pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimia-fisika. Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah 2Al+ H+ + OH Al (OH)3 ( flok )
3a

Al (OH) 3 + 3CaSO4 + 3 SO4-2)

Selanjutnya Al+3 + 6OH AlF3 + H2O

Dalam Reaksi Stokiometri : CaF7 + 2H2O

dengan beban BOD yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi. Dalam makalah ini uraian dititik beratkan pada proses pengolahan air limbah secara aerobik. Pengolahan air limbah secara biologis aerobik secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam. Proses biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikro-organime yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses pengolahan dengan sistem ini antara lain :

- 40 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

proses lumpur aktif standar/konvesional (standard activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainya. Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah dimana mikro-organisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter atau biofilter, rotating biological contactor (RBC), contact aeration/oxidation (aerasi kontak) dan lainnya. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara alami, senyawa polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukam proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi (stabilization pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan sebagai proses biologis dengan biakan tersuspensi [4]. Secara garis besar klasifikasi proses pengolahan air limbah secara aerobik dapat dilihat seperti pada gambar berikut ini:

Gambar.1. Bagan Klasifikasi Proses Biologi

- 41 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

Untuk sistem proses biologi yang digunakan untuk sistem pengolahan limbah ini menggunakan proses pertumbuhan melekat yaitu proses biofilter aerob, dengan pertimbangan sebagai berikut ini:
1. pengelolaannya sangat mudah, 2. biaya operasinya rendah, 3. dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang dihasilkan relatif sedikit, 4. dapat menghilangkan NH4OH, 5. suplai udara untuk aerasi relatif kecil, 6. dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.

2.2. Blok Diagram Dari data-data di atas dapat disusun blok diagram proses yang dijelaskan dalam gambar berikut ini:

Gambar 2. Blok diagram sistem perancangan limbah pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe

- 42 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

2.3. Kapasitas Pengolahan Limbah Kapasitas desain diambil 120 % dari jumlah limbah yang dihasilkan 120 % x kg/L,

165,042 kg/jam x 24 jam/hari = 4753,2 kg/hari, jika densitas limbah diambil 1 5 m3/hari, jika ditambah dari limbah fabrikasi kapasitas limbah sebesar 5, 3 m3/hari. Operasional pengolahan untuk sistem kimia diambil 8
3

maka jumlah limbah sebesar 4753,2 liter per hari 4,753 M3 per hari , dibulatkan ke atas

jam per hari, kapasitas

pengolahan proses kimia 0,6125 m per jam, dilanjutkan proses biologi biofilter aerob diambil 24 jam per hari, dengan kalkulasi design reactor mengikuti beban proses kimia.

2.4. Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair

Gambar.3. Diagram alir proses pengolahan limbah cair kapasitas 5 m3/hari pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe

- 43 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

3. PEMBAHASAN Dari data diatas, permasalahan utama adalah limbah kimia mengandung flour , dimana senyawa ini sangat korosif, untuk itu tahap pertama dalam sistem pengolahan ini mereduksi senyawa flour , tahapan yang dilakukan adalah dengan pengendapan dengan senyawa Ca(OH)2 ,akan membentuk senyawa CaF yang lebih stabil, dilanjutkan dengan proses koagulasi, flokulasi dengan Al(OH)3, untuk senyawa UF6 akan terabsorb kedalam endapan CaF dan flok Al (OH)3 masing-masing sebesar 50 % [6], sehingga endapan dikirim ke fasilitas penyimpanan limbah padat. Hal ini dilakukan meskipun menurut aturan dari Keputusan Kepala BAPETEN No. 02/Ka/BAPETEN/V/1999, menetapkan bahwa limbah mengandung Uranium adalah standar baku mutu 1x103 Bq/liter atau sama

dengan 91 mg U/liter, sehingga kadar senyawa UF6 dalam limbah sebesar 75,785 ppm dibawah dari ambang baku mutu [5]. Dari gambar 3 terlihat bahwa mekanisme penurunan senyawa polutan dijelaskans ebagai berikut ini. Untuk penurunan senyawa UF6 dari tahap pengendapan dengan Ca(OH)2 , sebesar 50 % demikian untuk proses selanjutnya. Sedangkan untuk senyawa NH4 OH untuk proses kimia tidak mengalami penurunan, senyawa tersebut baru bisa turun dalam proses biologi biofilter aerob, demikian pula untuk beban polutan COD dan BOD. Sistem pengolahan untuk proses kimia dilakukan 8 jam per hari , dengan proses batch 8 kali pengolahan sehingga untuk sekali olah sebesar 0,6125 M3. Proses dilakukan dengan penambahan bahan kimia dengan cara penuangan kedalam tangki pencampur 1, kemudian dilakukan proses pengadukan , kemudian dilakukan proses pengendapan,

setelah itu dilakukan proses pemisahan padatan dan beningan. Beningan dikirim ke tangki penampur 2 , dilakukan proses yang sama dengan penambahan bahan kimia yang berbeda. Beningan dari tangki pencampur 2 dikirim ke bak biofilter aerob. Biofilter aerob yang digunakan 3 stage proses aerasi. Hal ini dilakukan karena adanya senyawa NH4OH yang cukup tinggi serta adanya senyawa HF, senyawa HF ini bersifat toksik terhadap mikroba dalam proses biologi, oleh karena itu HF diturunkan terlebih dahulu sampai batas toksititas mikroba sebesar 1 ppm. Untuk proses biologi sistem disini menggunakan proses biofilter aerob dengan pertimbangan bahwa proses biofilter ini terdapat zona aerobic nitrogen ammonium sehingga senyawa NH4 OH akan mudah terurai menjadi senyawa nitrit nitrat. Sistem ini dilengkapi dengan media biofilter yang biasa disebut media sarang tawon, dengan adanya media sarang tawon ini akan menaikkan kapasitas beban Chemical Oxygen

- 44 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

Demand (COD) maupun Biological Oksigen Demand (BOD) yang ada. Hal ini karena dalam media sarang tawon akan melekat mikroba dalam jumlah besar , sehingga kemampuan untuk mendedagrasi polutan menjadi besar. Disamping itu bahwa teknologi jenis ini kebutuhan energi terutama untuk suplai udara realtif kecil, beberapa kasus yang kami tangani untuk limbah rumah sakit dengan kapasitas 25 M3/hari kebutuhan blower sebesar 600 watt [6].. Untuk media biofilter , hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan materialnya adalah harus mempunyai luas spesifik yang besar, mempunyai fraksi rongga yang tinggi, diameter celah besar, tahan terhadap penyumbatan. Diantara faktor pemilihan tersebut yang harus diperhatikan adalah masalah penyumbatan, tetapi bukan berarti faktor

diabaikan. Hal lain adalah mempunyai kekuatan mekanik yang besar, harga per unit murah, mempunyai flekbilitas yang tinggi, pemeliharaanya mudah.

4. KESIMPULAN Dalam proses perancangan sistem pengolahan limbah pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe, sistem didasarkan pada pengambilan senyawa HF, sedangkan senyawa UF6 , masih dibawah ambang batas yang telah ditentukan. Proses perancangan dengan pengendapan senyawa CaF, dilanjutkan dengan koagulasi floklulasi dengan tawas, dilajutkan proses biologi biofilter aerob 3 tahap. Proses dilakukan secara batch untuk proses kimia, dan kontinyu 24 jam untuk proses biofilter aerob. Proses biologi yang digunakan biofilter aerob karena proses proses ini mudah, murah dan hemat energi.

5. DAFTAR PUSTAKA 1. Prayitno, dkk. Unit Design Basis Pabrik Elemen Bakar Nuklir Tipe PWR 1000 MWe di Indonesia. Laporan kegiatan perekayasaan pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe. 2. Santosa, Puji , General Requrement Design Pabrik Elemen Bakar Nuklir Tipe PWR 1000 MWe di Indonesia, Laporan kegiatan perekayasaan pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR 1000 MWe. 3. DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL MENENGAH DEPARTEMEN

PERINDUSTRIAN, Pengelolaan Limbah Cair Industri, Jakarta, 2007. 4. SAID, NUSAIDAMAN,Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Dengan Sistem Biofilter Anaerob-Aerob, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,Jakarta.

- 45 -

Prosiding Pertemuan Ilmiah Perekayasaan Perangkat Nuklir PRPN BATAN, 14 November 2013

5. Santosa ,Puji, Laporan Uji Fungsi Panas Unit Pengolahan Limbah Cair secara Kimia,PTLR, BATAN, Serpong, 1999. 6. Santosa,Puji Laporan Akhir Proyek Instalasi pengolahan Air limbah Rumah sakit Asyifa Sukabumi, Serpong, 2013.

TANYA JAWAB

Pertanyaan: 1. Siapa yang melakukan kajian AMDAL, apakah BATAN atau Badan Independen karena BATAN (PTLR) sudah dan selalu melakukan kajian pemantauan zona lingkungan. (Utomo)

Jawaban: 1. Yang melakukan adalah badan independen.

- 46 -

You might also like