You are on page 1of 10

METODE ELEKTROMAGNETIK DALAM SURVEY GEOFISIKA

Cinantya Nirmala Dewi, Dwi Ajeng E., Elwin Purwanto, Kuni Azizah, Rizka Rahmatie
A.P., Siti Hidayatunnisak
Jurusan Fisika Universitas Brawijaya
Jalan Veteran 2 Malang 65145

ABSTRAK
Salah satu cara atau metode untuk memperoleh informasi bawah permukaan bumi
(subsurface) dengan menggunakan metode survei geofisika. Metode Elektromagnetik
merupakan salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospeksi geofisika dengan
mengukur respon tanah terhadap perambatan gelombang elektromagnetik untuk eksplorasi
benda-benda konduktif. Instrumen untuk survei elektromagnetik terdiri dari bagian pemancar
dan penerima Perubahan komponen-komponen medan akibat variasi konduktivitas
dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah permukaan. Metode elektromagnetik
meliputi metode VLF (Very Low Frequency), Turam, dan TEM

PENDAHULUAN
Geofisika eksplorasi adalah pemakaian
metoda - metoda seismik, gravitasi,
kemagnetan, kelistrikan, dan
elektromagnetik untuk pencarian minyak,
gas, mineral, air tanah dan sebagainya,
untuk eksplorasi dan eksploitasi dalam arti
ekonomis. Salah satu metode yang banyak
digunakan dalam prospeksi geofisika
adalah metode elektromagnetik. Metode
Elektromagnetik, yaitu membuat medan
elektromagnetik (dengan sirkuit di
permukaan) serta kita ukur kuat medannya,
maka akan ada anomali bilaman di bawah
terdapat cebakan urat bijih/ benda metal.
Gelombang elektromagnetik
mempunyai prinsip dasar dari persamaan
Maxwell. Metode elektromagnetik
biasanya digunakan untuk eksplorasi
benda-benda konduktif. Perubahan
komponen-komponen medan akibat variasi
konduktivitas inilah yang dimanfaatkan
untuk menentukan struktur bawah
permukaan.
PEMBAHASAN
Teori medan elektromagnetik
merupakan suatu teori yang menjelaskan
hubungan antara medan magnet yang
menimbulkan rambatan gelombang
elektromagnetik. Menurut Maxwell,
medan listrik yang berubah akan
menimbulkan medan magnet, sementara
itu Faraday berpendapat bahwa perubahan
medan magnet menimbulkan medan
listrik.
Persamaan Maxwell merupakan
persamaan yang melatarbelakangi
gelombang elektromagnetik dimana
terdapat medan listrik E dan medan
magnet B.
Pada medium konduktif,
persamaan Maxwell dinyatakan dengan:

Solusi medan listrik maupun medan
magnet untuk medium homogen dapat
menghitung besar amplitudo pada
kedalaman tertentu atau dikenal dengan
skin depth atau kedalaman penetrasi.

Kedalaman penetrasi pada
gelombang elektromagnetik dinyatakan
dengan seberapa dalam gelombang
terpenetrasi sehingga intensitasnya
menjadi nol. Dalam hal ini gelombang
medan magnet dan medan listrik akan
sebanding dengan invers kedalaman
penetrasi gelombang (Syamsuddin,2009).
Medan elektromagnetik yang
digunakan dapat diperoleh dengan sengaja
membangkitkan medan elektromagnetik di
sekitar daerah observasi, pengukuran
semacam ini disebut teknik pengukuran
aktif. Contoh metode ini adalah metode
turam. Daerah observasi dari metode ini
dibatasi oleh besarnya sumber yang dibuat.
Teknik pengukuran lain adalah teknik
pengukuran pasif, teknik ini
memanfaatkan medan elektromagnetik
yang berasal dari sumber yang tidak secara
sengaja dibangkitkan di sekitar daerah
pengamatan. Gelombang elektromagnetik
seperti ini berasal dari alam
(magnetotellurik) dan dari pemancar
frekuensi rendah (15-30 kHz), yaitu VLF
(Very Low Frequency) yang digunakan
untuk kepentingan navigasi kapal selam di
seluruh dunia. Teknik ini mempunyai
jangkauan daerah pengamatan yang luas.
1. Metode Turam
Metode ini merupakan metode
elektromagnetik mengukur respon tanah
terhadap perambatan gelombang
elektromagnetik. Metode ini menggunakan
dua koil yakni koil pemancar dan
penerima. Koil pemancar digunakan untuk
menghasilkan sebuah medan
elektromagnetik primer (P) yang kemudian
dipancarkan ke bawah permukaan (sub-
surface) bumi. Medan ini akan
menginduksi konduktor di sub-surface
sehingga konduktor tersebut menghasilkan
arus induksi yang dinamakan dengan arus
eddy).

Gambar 1. Prinsip umum survei
elektromagnetik
Metode elektromagnetik mengukur
konduktivitas material. Hasil pengukuran
dari instrumen pada survei
elektromagnetik berupa konduktivitas
semu.


: Konduktivitas semu (Siemen/m)
H
s
:Medan mgnet sekunder yang
diukur penerima (nT)
H
p
:Medan magnet primer yang diukur
oleh koil penerima (nT)
:2f, f adalah frekuensi dari
gelombang elektromagnetik (Hz)

0
: Permeabilitas ruang hampa
s :Jarak antara koil pemancar dengan
koil penerima (m)
Instrumen yang diperlukan dalam metode
ini adalah:
Catu daya
Osilator yang berperan sebagai
penghasil sumber arus bolakbalik pada
konduktivitas meter.
Koil pemancar berfungsi sebagai
penghasil gelombang elektromagnetik.
Antena berfungsi sebagai alat yang
dapat meradiasikan gelombang radio.
Koil penerima terdiri atas dua koil
yang mempunyai nilai induktansi yang
sama (identik) dan berfungsi sebagai
medan primer dan sekunder.
Perekam data : Sebuah mikrokontroler
dapat digunakan untuk mengendalikan
proses perekaman data tersebut.
Cara kerja :
Instrumen yang digunakan untuk
survei elektromagnetik terdiri atas dua koil
yang terpisah dengan jarak tertentu. Medan
magnet dari koil pemancar menginduksi
arus di dalam tanah, sehingga
menghasilkan medan magnet yang
dideteksi oleh koil penerima.

Gambar 2. Skema survei elektromagnetik
Instrumen ini dapat digunakan
dalam dua mode, yaitu: vertikal dan
horizontal. Sumbu koil tegak lurus dengan
tanah jika dalam mode vertikal dan sumbu
koil sejajar dengan tanah jika dalam mode
horizontal. Penggunaan masing-masing
mode memiliki penetrasi kedalaman yang
berbeda-beda.
Instrumen untuk survei
elektromagnetik terdiri atas bagian
pemancar dan penerima. Bagian pemancar
berfungsi sebagai sumber energi
elektromagnetik. Sumber arus bolak-balik
dihasilkan oleh sebuah osilator dan jika
dilewatkan ke sebuah kumparan, maka
akan dihasilkan medan magnet bolak-
balik. Medan magnet bolak-balik ini
kemudian dipancarkan ke tanah dan udara
(sejajar tanah) menggunakan sebuah
antena. Bagian penerima berfungsi sebagai
pengukur dan perekam medan magnet
primer dan sekunder. Medan magnet
tersebut diukur menggunakan dua koil
yang didesain khusus sehingga diperoleh
resultan dari kedua medan magnet
tersebut. Hasil pengukuran yang
diinginkan dari instrumen ini adalah beda
fasa antara medan primer dengan medan
sekunder. Pengukuran beda fasa ini
dilakukan dengan mengukur resistansi
potensiometer pada rangkaian penerima.
Supaya dapat direkam pada suatu memori,
maka arus tersebut harus dikonversi
menjadi tegangan kemudian didigitalisasi
menggunakan ADC (Analog to Digital
Converter).
Survei lapangan menggunakan
metode elektromagnetik dilakukan dengan
tracking pada daerah yang diinginkan. Di
setiap titik tracking, nilai resistansi dari
potensiometer diukur dan dicatat (mode
manual) ataupun disimpan ke memori
(mode semi-otomatis). Resistansi yang
dimaksud adalah ketika medan primer (P)
dengan medan sekunder (S) dalam
keadaan berlawanan fasa yang ditandai
oleh indicator nol yang bernilai nol. (I = 0
mA atau tidak terdengat suara berisik pada
headset). Amperemeter digunakan sebagai
indikator nol.
Interpretasi Data :
Hasil pengukuran dari metode ini
adalah resistansi dari potensiometer
kemudian diplot pada kurva perbedaan
fasa dimana R sebagai sebagai sumbu-y
dan jarak dari titik acuan (x) sebagai
sumbu-x.
Pada grafik di bawah ini terdapat
anomali yakni, jarak antara titik potong
dengan medan elektromagnetik normal.
Anomali melebar terhadap kedalaman,
tetapi amplitudonya berkurang. Amplitudo
anomaly juga berkurang terhadap
keberadaan lubang pada benda konduktif.

Gambar 3. Interpretasi Data
Elektromagnetik
2. TEM
TDEM (Time Domain
Electomagnetic) atau kadang disebut juga
TEM (transient electromagnetic)
merupakan metoda elektromagnetik yang
mengukur peluruhan tegangan transien
sebagai fungsi dari waktu.

Gambar 4. TDEM dengan sumber dipole
listrik yang ujungnya ditancapkan kedalam
tanah.
Metode Transient Electromagnetic
(TEM) merupakan salah satu metode
geofisika yang biasa digunakan dalam
investigasi air (hidrogeofisika), dan juga
untuk memetakan kondisi bawah
permukaan. Metode ini mempunyai
resolusi yang cukup baik untuk
menganalisis kondisi bawah permukaan
dan menentukan bidang batas (interface)
serta jumlah lapisan berdasarkan variasi
resistivitas listriknya.
Pada metode ini arus tidak secara
langsung diinjeksikan, tetapi dilakukan
induksi pada saat arus dalam loop
transmiter dimatikan (dalam posisi off).
Arus induksi pada tanah didifusikan ke
bawah dan akan menjalar ke bawah
permukaan (subsurface) sehingga akan
menghasilkan medan magnetik sekunder
yang diukur di permukaan dengan sebuah
koil induksi kecil. Sifat resistivitas listrik
batuannya sangat dipengaruhi oleh jumlah
air, kadar garam, dan bagaimana cara air
didistribusikan ke dalam batuan. Jika
garam terlarut dalam air maka ion-ion
pembawanya akan terpisah dan bergerak
bebas dalam air. Batuan yang pori-porinya
terisi air, nilai resistivitas listriknya
berkurang dengan bertambahnya
kandungan air
Arus transmitter yang masih
periodik dan sinyal receiver ditunjukkan
pada gambar 5.

Gambar 5. (a) arus transmitter. (b) sinyal
receiver
3. VLF
Metode VLF-EM merupakan salah
satu dari berbagai macam metode
Geofisika yang memanfaatkan parameter
frequensi. Metode ini tergolong metode
geofisika pasif, karena pada kerjanya
metode ini hanya menangkap sinyal-sinyal
frequensi dari stasiun-stasiun yang ada
diseluruh dunia. seperti namanya, metode
ini memanfaatkan sinyal pemancar radio
berfrekuensi rendah. Medan
elektromagnetik yang dipancarkan antena
pemancar radio VLF-EM selanjutnya akan
diterima stasiun penerima dalam empat
macam perambatan gelombang, yaitu
gelombang langit, gelombang langsung,
gelombang pantul dan gelombang
terperangkap. Adapun yang paling sering
dimanfaatkan dan terukur sewaktu
pengukuran data VLF-EM di daerah
survey adalah gelombang langit.

Gambar 6. Jenis-jenis penjalaran
gelombang pada metode VLF
Metode VLF bertujuan untuk
mengukur harga daya konduktivitas batuan
berdasarkan pengukuran gelombang
elektormagnetik sekunder dengan
memanfaatkan gelombang hasil induksi
elektomagnetik yang berfrekuensi sangat
rendah sehingga memiliki penetrasi yang
cukup dalam. Gelombang ini juga menjalar
ke seluruh dunia dengan atenuasi yang
kecil dalam pandu gelombang antara
permukaan bumi dan ionosfer.
Metode elektromagnetik VLF
memanfaatkan medan elektromagnetik
yang dibangkitkan pemancar-pemancar
gelombang radio VLF berdaya besar yang
dioperasikan untuk kepentingan militer.
Medan magnetik dan medan listrik yang
dibangkitkannya disebut sebagai medan
primer. Medan primer membangkitkan
medan sekunder sebagai akibat adanya
arus induksi yang mengalir pada benda-
benda konduktor di dalam tanah. Medan
sekunder yang timbul bergantung pada
sifat-sifat medan primer, sifat listrik
benda-benda di dalam tanah dan medium
sekitarnya, serta bentuk dan posisi benda-
benda tersebut.
Adapun parameter elektromagnet
VLF yang penting adalah :
1. Pemancar
Pemancar ini mulai dibangun sejak Perang
Dunia I, digunakan untuk komunikasi
jarak jauh karena kemampuannya untuk
komunikasi gelombang dengan pelemahan
yang sangat kecil pada gelombang bumi
ionesfer.Penetrasinya cukup efektif hingga
dapat menembus laut dalam.
2. Pengaruh Atmosfer
Sumber nois yang utama adalah radiasi
medan elektromagnetik akibat kilat
atmosfer baik di tempat dekat atau jauh
dari lokasi pengukuran. Pada frekwensi
VLF radiasi medan ini cukup dapat
melemahkan sinyal yang dipancarkan oleh
pemancar. Daerah yang cukup banyak
badai tersebut adalah Afrika tengah dan
Asia tenggara termasuk Indonesia. Noise
kedua adalah variasi diurnal medan
elektromagnetik bumi di mana terjadi
pergerakan badai dari arah timur ke barat
yang terjadi mulai siang hingga sore
hampir malam.
3. Rambatan Gelombang Elektromagnetik
Pada elektromagnetik VLF dengan
frekuensi <100 KHz, arus pergeseran akan
lebih kecil dari arus konduksi karena
permitivitas dieletrik batuan rata-rata
cukup kecil dan konduktivitas target
biasanya > 10
-2
S/m. Hal ini menunjukkan
efek medan akibat arus konduksi
memegang peranan penting ketika terjadi
perubahan konduktivitas batuan.
4. Pelemahan (Atenuasi) Medan
Pelemahan medan ini mempengaruhi
kedalaman. Kedalaman pada saat
amplitudo menjadi 1/e (kira-kira 37%)
dikenal sebagai skin depth atau kedalaman
kulit. Kedalaman ini dalam metode
elektromagnetik disebut sebagai
kedalaman penetrasi gelombang,
Dalam metoda Very Low sinyal
yang dibangkitkan oleh antena pemancar
terdiri atas medan magnet dan medan
listrik yang berosilasi dalam frekuensi
yang dipilih antena Akibat interaksi
dengan benda konduktif di dalam bumi
maka komponen horisontal magnetik
medan primer membangkitkan komponen
horisontal medan listrik dalam arah
penjalarannya. Pada suatu daerah tak
homogen, komponen vertikal magnetik
dibangkitkan untuk beberapa variasi
konduktivitas. Medan elektromagnetik
primer akan menginduksi benda konduktif
ketika melewatinya sehingga akan
terbentuk arus listrik dan terbentuk medan
magnetik sekunder (Hs), medan yang
terekam adalah medan resultan yang
disebut polarisasi ellip.
Pengukuran VLF dengan mode tilt
angle digunakan untuk mengetahui
struktur konduktif dan kontak geologi
seperti zona alterasi, patahan, dan dike
konduktif. Dalam mode ini, arah strike
target memiliki sudut 45 dengan lokasi
pemancar. Pada konfigurasi pengukuran
semacam ini, medan primer akan
memberikan fluks yang maksimum jika
memotong struktur, sehingga memberikan
kemungkinan anomali yang paling besar.
Medan magnet yang memiliki
komponen horisontal dan vertikal
membentuk sebuah elips yang dapat
ditunjukkan dengan sudut tilt dari sumbu
mayor dan sumbu horisontalnya, dan
eliptisitasnya (perbandingan sumbu
minor/sumbu mayor). Alat akan mengukur
dua besaran tersebut dari pengukuran
komponen in-phase dan out-of-phase
medan magnetik vertikal dari medan
horisontalnya. Data tilt biasanya disajikan
dalam derivative Fraser.

Gambar 7. Parameter Polarisasi Ellips
Karakteristik gelombang
elektromagnetik dalam metode VLF dapat
dijelaskan sebagai berikut. Pada saat
gelombang primer masuk kedalam
medium, gaya gerak listrik (ggl) induksi
s

akan muncul dengan frekuensi yang sama,
tetapi fase tertinggal 90
o
. Gambar 8
menunjukkan diagram vektor antara
medan primer P dan ggl induksinya.
Kombinasi antara medan P dan
medan S (R cos ) disebut komponen real
(in phase) dan komponen yang tegak lurus
P (R sin ) disebut komponen imaginer
(out-of-phase, komponen kuadratur).

Gambar 8. Hubungan ampitudo dan fase
gelombang sekunder dan primer (P)
Jika medan magnet horizontal adalah H
x

dan medan magnet vertikalnya adalah H
z
,
maka besar sudut tilt dapat ditunjukkan
seperti Gambar 9, yang besarnya adalah

dan eliptisitasnya diberikan sebagai


Gambar 9. Parameter Polarisasi Ellips
Tangen dari sudut tilt dan eliptisitas dapat
digunakan untuk membandingan
komponen medan magnetik sekunder S
vertikal dengan medan magnetik primer P
horizontal, serta membandingkan
komponen kuadrat dari medan sekunder S
vertikal terhadap medan primer P
horizontal
4. GPR (Ground Penetrating Radar)
Metode ground penetrating radar
atau georadar merupakan salah satu
metode geofisika yang mempelajari
kondisi bawah permukaan berdasarkan
sifat elektromagnetik dengan
menggunakan gelombang radio dengan
frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar
menggunakan gelombang elektromagnet
dan memanfaatkan sifat radiasinya yang
memperlihatkan refleksi seperti pada
metode seismik refleksi.
Pengukuran dengan menggunakan
GPR ini merupakan metode yang tepat
untuk mendeteksi benda benda kecil yang
berada di dekat permukaan bumi (0,1-3
meter) dengan resolusi yang tinggi yang
artinya konstanta dielektriknya menjadi
rendah. Ada tiga jenis pengukuran yaitu
refleksi, velocity sounding, dan
transiluminasi. Pengukuran refleksi biasa
disebut Continuous Reflection Profiling
(CRP). Pengukuran velocity Sounding
disebut Common Mid Point (CMP) untuk
menentukan kecepatan versus kedalaman,
dan transiluminasi disebut juga GPR
Tomografi.
GPR terdiri dari sebuah
pembangkit sinyal, antena transmitter dan
receiver sebagai pendeteksi gelombang
EM yang dipantulkan. Signal radar
ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa yang
tidak terabsorbsi oleh bumi tetapi
dipantulkan dalam domain waktu tertentu.
Mode konfigurasi antena transmitter dan
receiver pada GPR terdiri dari mode
monostatik dan bistatik. Mode monostatik
yaitu bila transmitter dan receiver
digabung dalam satu antena. Sedangkan
moded bistatik bila kedua antena memiliki
jarak pemisah.
Transmitter membangkitkan pulsa
gelombang EM pada frekuensi tertentu
sesuai dengan karaketristik antena tersebut
(10 MHz 4 GHz). Receiver diset untuk
melakukan scan yang secara normal
mancapi 32-512 scan per detik. Setiap
hasil scan ditampilkan pada layar monitor
(real-time) sebagai fungsi waktu two-way
traveltime, yaitu waktu yang dibutuhkan
gelombang EM menjalar dari transmitter,
target dan ke receiver. Tampilan ini
disebut radargram.
STUDI KASUS
Judul :
Estimasi Aliran Sungai Bawah Tanah
dengan Menggunakan Metode Geofisika
VLF EM, Mode Sudut Tlit di Daerah
Dengok dan Ngrejok Wetan, Gunungkidul,
Yogyakarta
Metode Penelitian :
Beberapa peralatan utama yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dar
satu unit T-VLF Iris yang berfungsi
sebagai receiver, enam buah baterai 1.5
Volt (pemakaian 8 jam) sebagai sumber
daya untuk unit sensor dan sebuah baterai
9 volt sebagai daya internal monitor.
Desain survei penelitian dengan metode
Very Low Frequency pada mode sudut tilt
adalah sebagai berikut:
1. Mode sudut tilt digunakan untuk
mengetahui struktur konduktifitas
kontak geologi seperti zona alterasi,
patahan, dan dike konduktif.
2. Arah strike target memiliki sudut
toleransi 45 derajat dengan lokasi
pemancar
3. Medan primer akan memberikan fluks
yang maksimum jika memotong struktur,
sehingga akan memberikan kemungkinan
anomali yang besar.
Tabel Parameter Akuisisi Survey VLF :
PARAMETER NILAI
PARAMETER
Jumlah lintasan 5 lintasan
Panjang tiap
lintasan
990 m
Spasi titik
pengukuran
10 m
Jumlah titik
pengukuran tiap
lintasan
100 titik
Frekuensi
pengukuran
19800 hz
Data terukur Tilt, elliptisitas

Hasil Dan Pembahasan :

Gambar 10. Gambar estimasi pola aliran
sungai bawah tanah dengan kerapatan arus
ekivalen
Gambar di atas merupakan
gabungan lima lintasan hasil pengolahan
data sudut tilt dengan filter liniear yang
dihitung pada berbagai kedalaman.
Sehingga didapatkan indikasi adanya
daerah konduktif dengan nilai rapat arus
ekivalen yang tinggi. Kelima lintasan
tersebut, bila dikorelasikan keberadaan
sungai bawah tanah, diperoleh hasil
interpretasi distribusi aliran sungai bawah
tanah.
Nilai resistivitas hasil pemodelan
kebelakang berkisar dari (0 hingga 15000
ohm-meter). Nilai resistivitas terendah
ditandai dengan warna biru dan resistivitas
tertinggi ditandai dengan warna merah.
Semakin rendah resistivitas batuan maka
konduktifitas batuan yang berada
disekitarnya semakin tinggi atau
berbanding terbalik.

Gambar 11. Hasil gabungan estimasi
sungai bawah tanah Bribin dari beberapa
penelitian
Dari gambar di atas dapat diketahui
bahwa estimasi aliran sungai bawah tanah
dari beberapa penelitian gabungan yang
telah dilakukan mengalir dari arah
Timurlaut menuju Baratdaya. Dari
penelitian yang telah dilakukan melalui
proses pengolahan dan interpretasi data
VLF di daerah Dengok dan Ngrejok
Wetan Gunungkidul Yogyakarat maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara kualitatif sungai bawah tanah di
Dusun Dengok dan Ngrejok Wetan
terdiri dari dua sungai bawah tanah
2. Secara kuantitatif sungai bawah tanah
mengalir dari arah Timurlaut menuju
Baratdaya dan kedalaman sungai bawah
tanah berkisar 55-75 meter.


DAFTAR PUSTAKA
Anita, Febrina dan Sismanto.2009.
Estimasi Aliran Sungai Bawah
Tanah dengan Menggunakan
Metode Geofisika VLF EM, Mode
Sudut Tlit di Daerah Dengok dan
Ngrejok Wetan, Gunungkidul,
Yogyakarta. Prosiding Pertemuan
Ilmiah XXV HFI Jateng dan
DIY.Yogyakarta.
Astra I Made, dkk. 2011. Desain dan
Pembuatan Alat Ukur Geofisika
Berbasis Sensor Fluxgate dan
Sensor Medan Listrik. Jakarta.
Milsom, John. 2003. Field Geophysics.
John Willey & Sons Ltd. Chichester.
Siregar, Plato M. 2010. Instrumentasi
Meteorologi Bab 7: Metode
Elektromagnetik. Prodi Meteorologi,
ITB.
Syamsudin dan Lantu. 2009. Modul
Pembelajaran SCL Geolistrik dan
Geoelektromagnetik. Fisika FMIPA
Universitas Hasanudin. Makasar.
Syukri, Muhammad. 2009. Analysis of
Subsurface Characteristic by Using
Transient Electromagnteic Methode.
Jurnal Natural Vol 9 No.2 2009.
Telford, W.M. 1990. Applied Geophysics
Second Edition. Cambridge
University Press. Cambridge.

You might also like