You are on page 1of 8

Diskusi Kelompok Dengan Model Kooperatif Jigsaw

Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SDN Sen-Asen 1


Oleh : Ardiyansah Yuliniar Firdaus

Abstrak
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang untuk
menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk
mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu. Proses pembelajaran
mempunyai tujuan agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan.
Penelitian ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada umumnya mutu pendidikan
khususnya mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Sen-Asen 1 Kec. Konang Kab. Bangkalan
memperlihatkan hasil yang belum optimal. Data hasil belajar siswa menunjukkan rata-rata
di bawah skor pencapaian yang diharapkan. Kecenderungan ini disebabkan oleh berbagai
faktor penghambat, terutama adalah guru belum sepenuhnya melakukan pembelajaran
secara efektif yang menarik dan menyenangkan siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar IPA dengan
menerapkan metode diskusi kelompok model Jigsaw pada siswa kelas IV SDN Sen-Asen 1
Kec. Konang Kab. Bangkalan tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus
dengan prosedur tiap siklusnya adalah (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3)
Observasi, dan (4) Refleksi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa diskusi kelompok model Jigsaw pada
sekolah dasar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Sen-Asen 1 Kec.
Konang Kab. Bangkalan tahun pelajaran 2013/2014.

Kata Kunci : Motivasi belajar dengan diskusi kelompok model jigsaw.

Pendidikan dan pembelajaran IPA sebagai bagian internal dari sistem pendidikan
nasional menempati kedudukan yang penting dalam membentuk manusia Indonesia yang
memiliki kualitas intelektual yang tinggi. Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pada saat peneliti mengajar mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Sen-Asen 1 tahun
pelajaran 2013/2014, peneliti menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok. Ketika
proses berlangsung, peneliti menemukan setiap kelompok jika melakukan kerja kelompok
tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya, jika berhasil muncul
perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah
membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang peneliti
terapkan seharusnya bertujuan baik, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan
bekerjasama, justru bisa berakhir dengan kekurangharmonisan dan rasa tidak adil. Perasaan
pesimis mengenai penggunaan metode diskusi kelompok atau kooperatif tersebut seharusnya
bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam
mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode
pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada
penstrukturannya yaitu saling kergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok. Data yang peneliti peroleh dari kelas
IV SDN Sen-Asen 1 Kec. Konang tahun pelajaran 2012/2013 saat kegiatan pembelajaran
berlangsung menggunakan metode diskusi kelompok atau kooperatif pada mata pelajaran
IPA KD 1.1 Mendeskripsikan Hubungan Antara Struktur Kerangka Tubuh Manusia dengan
Fungsinya, yaitu dari jumlah 35 siswa hanya 13 siswa yang aktif (37%). Rendahnya
kemampuan diskusi kelompok pada siswa mungkin disebabkan oleh tidak diberikannya tugas
yang rata bagi setiap anggota kelompok sehingga timbul ketergantungan yang positif dalam
anggota kelompok.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti menentukan peran siswa untuk
menunjang dan saling ketergantungan yang positif. Saling ketergantungan yang positif dapat
diciptakan melalui pembagian tugas kepada tiap anggota kelompok dan mereka bekerja untuk
saling melengkapi dalam mata pelajaran IPA. Misalnya, dalam satu kelompok ada yang
diberi tugas sebagai peneliti, sebagai penyimpul, sebagai penulis, sebagai pemberi semangat,
dan ada pula yang sebagai pengawas terjadinya kerjasama. Metode pembelajaran diskusi
kelompok disusun sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok
melaksanakan tanggung jawab pribadinya. Penugasan untuk memerankan suatu fungsi
semacam itu merupakan metode yang efektif untuk melatih keterampilan menjalin kerjasama.
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut
seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian
dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Dapat diperkenalkan dalam
metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada
penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan
sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur (Lie, 2007:12). Yang
termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.
Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu temuan baru untuk
memperbaiki metode pembelajaran dalam dunia pendidikan. Pembelajaran yang masih
bersifat tradisional memberikan kejenuhan kepada siswa untuk belajar, sehingga mengurangi
minat dan motivasi siswa untuk belajar materi pembelajaran. Metode ini dikembangkan oleh
Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh
Slavin dan kawan-kawannya.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2010: 54).
Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir, dan ada juga yang menyebutnya
dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran
kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa
melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama (Rusman, 2010: 217).
Pendapat lain menyebutkan, Jigsaw learning (belajar model Jigsaw) adalah stategi
yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi
beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian (Zaini,
2008:56).
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut
pengertiannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas
proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan (Daryanto,
2011:3). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dengan prosedur tiap siklusnya adalah (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Penelitian ini
dilaksanakan di SDN Sen-Asen 1 Kec. Konang Kab. Bangkalan tahun pelajaran 2013/2014.
Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV dengan jumlah 24 orang, dan berlangsung
mulai bulan September sampai Desember 2013.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui hasil penerapan diskusi kelompok
dengan model kooperatif jigsaw dalam kegiatan pembelajaran IPA pada kelas IV SDN Sen-
Asen 1 Kec. Konang, (2) sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode
pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa guna memperbaiki model-model
pembelajaran yaitu khususnya model diskusi kelompok atau kooperatif, (3) menambah
pengetahuan dan wawasan peneliti tentang model pembelajaran, (4) siswa dapat
meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap alam untuk saling peduli terhadap
keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar, (5) menanamkan pada diri siswa
adanya sikap dan rasa tanggung jawab dan kemampuan untuk bekerja sama dalam setiap
kegiatan.
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 siklus.
Setiap siklus dibagi dalam 3 kali pertemuan. Kegiatan pelaksanaan tindakan dalam setiap
siklus disertai dengan pengamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Guru melaksanakan desain pembelajaran dengan metode diskusi yang telah direncanakan.
2. Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa secara kelompok untuk
melaksanakan diskusi.
3. Guru melakukan pengamatan dari kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa.
4. Guru mengamati presentasi yang dilakukan oleh siswa secara kelompok.
5. Guru merekam data dan mengamati kegiatan siswa sesuai dengan laporan yang telah
disusun dengan menggunakan alat perekam, pedoman pengamatan serta catatan lapangan.
Peneliti mengadakan telaah terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan,
melalui: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan menyimpulkan. Hasil yang diperoleh
berupa temuan tingkat efektivitas desain pembelajaran dengan metode diskusi yang telah
dirancang, dan menginventarisir daftar permasalahan yang muncul di lapangan yang untuk
selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pada kegiatan
berikutnya.
Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk menjaring data
penelitian, antara lain: pedoman observasi, dokumen, dan catatan lapangan. Instrumen
penelitian disusun secara fleksibel dengan harapan agar segala bentuk permasalahan yang
mungkin timbul dapat diperkecil dan dapat dicarikan solusinya dengan cepat dan tepat.
Instrumen penelitian dalam penelitian ini berupa format observasi, digunakan pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung (Sukmadinata, 2008:220).
Adapaun jenis observasi yang digunakan adalah observasi langsung, yaitu
pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang
sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat (Sudjana, 2008: 85). Observasi dilakukan
dengan menggunakan alat/instrumen pedoman pengamatan untuk memperoleh data yang
berupa pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa, yaitu aktivitas
setiap siswa dalam kegian kelompok.
Untuk mengetahui kerjasama siswa melalui instrument pengamatan, observer
memberikan nilai skor sesuai dengan hasil pengamatan. Dalam lembar pedoman pengamatan
disediakan (4) alternatif jawaban yaitu : skor 1 = tidak baik; skor 2 = kurang baik; skor 3 =
baik; skor 4 = sangat baik. Observer hanya membubuhkan tanda centang (V) pada kolom
yang tersedia.
Keterampilan kerjasama siswa dalam kelompok dapat dirumuskan dengan indikator
(a) menghargai kesepakatan, (b) berpartisipasi secara aktif, (c) memberikan penghargaan
dengan menunjukkan simpati, (d) menerima tanggung jawab, mendorong partisipasi, (e)
membuat ringkasan dan kesimpulan. Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan
pelaksanaaan keterampilan kerjasama siswa dalam kelompok, digunakan kualifikasi sebagai
berikut: persentase 0 - 50 = Tidak Baik, 51 - 65 = Kurang Baik, 66 - 85 = Baik, 86 - 100 =
Sangat Baik.
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang berupa nilai hasil belajar siswa.
Nilai hasil belajar selanjutnya disebut sebagai prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa
dijaring melalui evaluasi pada saat sebelum pelaksanaan tindakan, setelah siklus I, dan
setelah siklus II.
Untuk melengkapi informasi tentang pelaksanaan pembelajaran, partisipasi siswa,
perlu dilakukan wawancara. Kegiatan wawancara digunakan sebagai cross check apabila
terdapat hal-hal yang kurang jelas dalam proses pengamatan maupun dalam pengisisan
angket. Wawancara pada dasarnya meliputi dua jenis, yaitu wawancara yang terstruktur dan
tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah jenis wawancara di mana pertanyaan-
pertanyaan telah disusun sedemikian rupa sehingga runtut. Sedangkan pada wawancara tidak
terstruktur pertanyaan-pertanyaan tidak disusun secara ketat (Trianto, 2011:61).
Teknik pengumpulan data juga diperoleh dari catatan lapangan yang berisi rangkuman
seluruh data lapangan yang terkumpul selama sehari atau periode tertentu, yang disususn
berdasarkan catatan pendek, catatan harian, log lapangan, dan juga mencakup data terkait
yang berasal dari dokumen, rekaman dan catatan telaah dan pemahaman terhadap situasi
social yang bersangkutan (Trianto, 2011:57). Pencatatan lapangan dilakukan dengan jalan
mencatat berbagai kejadian yang dianggap penting pada saat kegiatan pembelajaran sedang
berlangsung, dan data tersebut belum terekam oleh instrument yang lain. Dengan demikian
diharapkan tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini.
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Secara garis besar
kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara
menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan membuat kesimpulan. Kegiatan
penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal penjaringan data.
2. Mereduksi data yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan
pengklasifikasian. Hasil yang diperoleh dapat berupa pola-pola dan kecenderungan-
kecenderungan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi.
3. Menyusun keterkaitan atau pengaruh dari metode diskusi dengan prestasi belajar siswa.
4. Menyususn kesimpulan dari keterkaitan atau pengaruh yang ada.
Metode diskusi kelompok model jigsaw tidak akan dapat dilakukan secara efektif bila
tidak melakukan persiapan yang matang. Konsep dan kondisi siswa harus benar-benar sudah
siap. Penjelasan tugas masing-masing kelompok dalam kegiatan pembelajaran harus telah
dipahami oleh masing-masing kelompok dengan benar. Selain itu, penjabaran tugas yang
harus dilakukan siswa, baik secara individu maupun secara kelompok juga harus terarah. Jika
tidak, maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal.
Hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini dibedakan dalam tiga kegiatan (1)
Pra Tindakan, (2) Siklus I (3) Siklus II.
1. Pra Tindakan
Kegiatan pra tindakan yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Sen-Asen 1 Kec.
Konang, menemukan permasalahan yaitu motivasi belajar siswa rendah, sebagaimana
ditunjukkan dalam motivasi belajar siswa yaitu 50%. Setelah mengkaji seluruh
permasalahan serta menentukan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan, guru
menyusun kelompok dan memberikan tugas untuk masing-masing kelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari enam siswa. Jumlah kelompok ada empat kelompok. Untuk
selanjutnya masing-masing kelompok merencanakan tugas yang akan dilaksanakan pada
setiap pertemuan, baik pada siklus I maupun siklus II
2. Siklus I
Pada Siklus I, guru sebagai peneliti melakukan tiga kali tatap muka. Setiap tatap
muka terdiri dari dua jam pelajaran dengan waktu 35 menit setiap jam pelajaran. Setiap
kali pertemuan materi yang dibahas yaitu mata pelajaran IPA. Siklus I dibagi dalam tiga
pertemuan, masing-masing pertemuan terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi.
Perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus I sebagai berikut: guru memberikan motivasi kepada siswa, guru mengadakan
apersepsi dan tanya jawab, guru membentuk kelompok dengan masing-masing kelompok
terdiri dari enam siswa. Jumlah kelompok ada empat kelompok. Guru memberikan tugas
kepada masing-masing kelompok. Siswa melakukan kerja kelompok, dan guru
membimbing kerja kelompok. Guru membimbing siswa dalam presentasi dan tanya
jawab. Guru bersama siswa membuat kesimpulan, kemudian guru mengadakan evaluasi
akhir siklus I.
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Secara
rinci pelaksanaannya sebagai berikut: Guru mengadakan presensi kelas. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I. Guru selalu
menjelaskan metode yang digunakan. Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I. Guru mengadakan
apersepsi dalam setiap pertemuan pada siklus I. Guru membentuk kelompok, masing-
masing kelompok beranggotakan 6 orang dengan jumlah keseluruhan ada 4 kelompok.
Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok. Setiap siswa dalam
kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Guru membimbing siswa dalam kerja
kelompok. Guru mengawasi siswa, baik secara individu maupun secara kelompok Siswa
dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. Setelah
selesai diskusi sebagai kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama. Setiap kelompok ahli mempresentasikan
hasil diskusi. Guru membimbing siswa dalam melakukan presentasi. Kelompok yang lain
memberikan tanggapan secara bergiliran. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui
prestasi belajar siswa pada pertemuan ketiga akhir siklus I. Kegiatan siswa dalam
melakukan diskusi sudah cukup baik, yang ditunjukkan dengan rata-rata persentase
sebesar 54,17%. Namun, untuk masing-masing kelompok masih ada yang kurang baik,
yaitu kelompok kelinci yang hanya memperoleh rata-rata persentase sebesar 45%.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil evaluasi dalam siklus I, maka kegiatan
pembelajaran dapat direfleksikan sebagai berikut: pada awal siklus pertama, pada saat
guru menyampaikan tentang penggunaan metode dan ketentuannya, kondisi siswa masih
diliputi rasa ketegangan. Pada saat guru membentuk kelompok pada pertemuan pertama,
kondisi siswa cukup gaduh, karena ada yang tidak setuju dengan anggota kelompoknya.
Namun setelah mendapat penjelasan dari guru, siswa dapat menerima. Diantara kelompok
ada yang merasa kekurangan buku sumber, sehingga kesulitan mencari jawaban.
Kemudian guru memberikan bimbingan kepada setiap kelompok. Pada saat presentasi,
situasi kelas didominasioleh beberapa ank saja. Pada pertemuan pertama, waktu untuk
berdiskusi kurang. Sehingga guru harus menghentikan proses presentasi. Pada pertemuan
kedua dan ketiga, pengaturan waktu sudah cukup baik. guru mengajak siswa untuk
menyusun kesimpulan. Kerjasama kelompok yang dilakukan oleh siswa secara umum
cukup baik, yaitu memperoleh rata-rata persentase sebesar 54,17 %.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, dan berbagai pertimbangan, maka yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam siklus berikutnya sebagai berikut: guru hendaknya dapat
memberikan alternatif matri sebagai acuan untuk memecahkan permasalahan. Guru
hendaknya dapat membagi rata diantara siswa yang berpartisipasi pada saat presentasi
oleh kelompok dilakukan. Guru hendaknya lebih mendorong siswa untuk dapat
melakukan kerja kelompok. Bimbingan guru harus lebih intensif untuk menumbuhkan
motivasi siswa.
3. Siklus II
Pada siklus kedua, guru selaku peneliti melakukan tiga kali tatap muka. Setiap
tatap muka terdiri dari dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 35 menit setiap jam
pelajaran. Setiap kali pertemuan, materi yang dibahas berbeda yaitu pada mata pelajaran
IPA, tetapi merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya. Siklus kedua dibagi dalam
tiga pertemuan, masing-masing pertemuan terdiri dari 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3)
pengamatan, dan 4) refleksi.
Perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada
siklus II yaitu sebagai berikut: Mengadakan presensi kelas, guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan digunakan, guru
memberikan motivasi kepada siswa, guru mengadakan apersepsi. Guru memberikantugas
kepada masing-masing kelompok. Siswa melakukan kerja kelompok. Guru membimbing
kerja kelompok. Guru membimbing siswa dalam melakukan presentasi. Guru
membimbing tanyajawab. Guru membuat kesimpulan bersama siswa. Guru mengadakan
evaluasi akhir siklus II
Pelaksanaaan tindakan dalam siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
Secara rinci pelaksanaannya sebagai berikut: Guru mengadakan presensi kelas. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran pada setiap peretemuan dalam siklus II. Guru
memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada setiap
pertemuan dalam siklus II. Guru mengadakan apersepsi pada setiap pertemuan dalam
siklus II. Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok. Setiap siswa dalam
kelompok diberi bagian materi yang berbeda. Guru membimbing siswa dalam kerja
kelompok. Guru mengawasi siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa
dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. Setelah
selesai diskusi sebagai kelompok ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama. Setiap kelompok ahli mempresentasikan
hasil diskusi. Guru membimbing siswa dalam melakukan presentasi. Kelompok yang lain
memberikan tanggapan secara bergiliran.. Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui
prestasi belajar siswa pada pertemuan ketiga akhir siklus II. Kegiatan siswa dalam
melakukan diskusi sudah baik, yang ditunjukkan dengan rata-rata peresentase sebesar
80,42%.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil evaluasi dalam siklus II, maka kegiatan
pembelajaran dapat direfleksikan sebagai berikut: kegiatan diskusi sudah berjalan dengan
baik dan lancar. Peran masing-masing siswa dalam kelompok sudah mulai merata. Peran
guru dalam memberikan bimbingan kepada setiap siswa klompok sudah banyak
berkurang. Pada saat presentasi, peran siswa juga sudah mulai merata. Penyususnan
kesimpulan sudah mulai didominasi siswa. Kerjasama kelompok yang dilakukan oleh
siswa secara umum sudah baik, yaitu memperoleh rata-rata peresentase sebesar 80,42%.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, dan berbagai pertimbangan, maka yang perlu
diperhatikan oleh guru sebagai berikut: guru lebih intensif dalam menggunakan metode
mengajar yang dipilih. Guru hendaknya selalu mendorong siswa untuk dapat melakukan
kerja kelompok. Bimbingan guru secara intensif perlu terus dikembangkan untuk
menumbuhkan motivasi siswa.
Berdasarkan diuraikan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa metode
diskusi kelompok model jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN
Sen-Asen 1, dimana hal ini ditandai dengan peningkatan rata-rata persentase pada siklus
I sebesar 54,17%. Hal ini berarti, kerjasama siswa dan keaktifan dalam kelompok sudah
cukup baik pada siklus I. Namun dalam siklus II, kerjasama dan keaktifan siswa dalam
kelompok mengalami peningkatan yaitu sebesar 80,42%. Hal ini berarti, kerjasama siswa
dalam kelompok sudah termasuk baik.
Berdasarkan analisis hasil penelitian sebagaimana dijelaskan diatas, maka
hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa Diskusi Kelompok Dengan Model
Koopearatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kekas IV SDN Sen-
Asen 1 dapat di terima.
Dengan berakhirnya tindakan perbaikan pembelajaran ini, maka beberapa hal
yang dapat disarankan sebagai berikut :
1. Diskusi kelompok dengan model jigsaw sangat baik digunakan dalam pembelajaran
IPA. Untuk membuat siswa lebh mantap pemahamannya terhadap materi yang
dipelajarinya.
2. Diskusi kelompok model dengan jigsaw membuat siswa merasa senang belajar IPA
dan menjadikan IPA pelajaran yang mudah untuk dipelajari. Juga dapat menjadikan
siswa memilki keberanian untuk menyampaikan ide/pendapat, menjawab
pertanyaan, member pertanyaan dan brani menjelaskan hasil kerjanya.


DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.
Jakarta: Rineksa Cipta

Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning (Mempraktekkan Kooperative Learnig di
Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Slavin, R. E. 2009. Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogjakarta: Pustaka Insan
Mandiri

You might also like