Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
95
PENGARUH UMUR PENYIMPANAN SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN BETON
Hamzani Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh
Abstrak
Kekuatan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mutu bahan pembentuk, jumlah air, perbandingan campurannya, cara pelaksanaan dan peralatan yang dipergunakan. Salah satu mutu bahan pembentuk beton adalah mutu semen sebagai bahan pengikat sangan mempengaruhi kekuatan beton yang dinyatakan dengan kuat tekan dalam menerima beban maksimum per satuan luas. Peneiltian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur penyimpanan semen terhadap kuat tekan pada benda uji silinder beton. Dengan cara memvariasikan umur penyimpanan semen pada campuran beton dengan FAS 0,55 untuk uji silinder didapatkan persentase penurunan kuat tekan. Tahapan penelitian ini dimulai dari pemeriksaan sifat fisis material untuk disesuaikan dengan spesifikasi teknik campuran beton, dilanjutkan dengan pengujian kuat tekan silinder beton. Variasi umur penyimpanan semen dengan interval 2 minggu dimulai 0 minggu, 2 minggu, sampai 24 minggu. Jumlah benda uji seluruhnya berjumlah 65 buah dengan FAS 0,55. Dari hasil pengujian kuat tekan silinder beton menunjukkan bahwa kuat tekan beton nyata dipengaruhi oleh umur penyimpanan semen hal ini dapat dilihat dari hasil kuat tekan yang didapat pada umur 0 minggu nilai kuat tekan sebesar 316.894 kg/cm 2 . Sedangkan pada umur penyimpanan semen 24 minggu nilai kuat tekan beton sebesar 169,765 kg/cm2, dari kedua hasil tersebut terjadi penurunan sebesar 46,23%.
Kata Kunci : Kuat tekan, tegangan, regangan dan umur semen
1. Pendahuluan Beton merupakan campuran hidrolis antara agregat, semen dan air dalam suatu perbandingan tertentu, kemudian campuran tersebut mengeras akibat proses hidrasi. Kekuatan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah air, mutu bahan pembentuk beton, perbandingan campuran, kadar udara dalam mortal, cara pelaksanaan dan peralatan yang dipergunakan. Faktor tingginya nilai kuat tekan beton bergantung pada mutu bahan pembentuk beton salah satunya mutu semen sebagai bahan pengikat.
Mutu semen sebagai bahan pengikat dalam campuran beton untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur semen akibat penyimpanan, tempat penyimpanan dan lain sebagainya. Menurut Murdock, Brook dan Hendarko (1986), meskipun semen disimpan pada kondisi yang baik, semen dalam bungkusan dapat kehilangan 20 persen dari kekuatannya setelah disimpan selama 2 bulan dan 40 persen setelah disimpan 6 bulan.
Mengingat banyak hal yang dapat mempengaruhi kekuatan beton maka dalam penelitian ini yang menjadi peninjauan adalah faktor mutu dari salah satu Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
96
bahan pembentuk beton yaitu mutu semen akibat penyimpanan semen. Adapun penelitian ini ingin mengetahui pengaruh umur semen terhadap kuat tekan beton dengan menggunakan faktor air semen 0,55.
Material yang digunakan adalah agregat kasar, agregat halus dan semen, agregat kasar digunakan kerikil yang lolos saringan diameter 31,5 mm dan agregat halus terdiri dari pasir halus dan pasir kasar. Semua agregat yang digunakan adalah hasil desintegrasi alami dari sungai Krueng Mane Kabupaten Bireuen. Adapun semen yang digunakan dalam keadaan baik dan pemeriksaan sifat-sifat fisis dan kimiawinya tidak dilakukan karena semen memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) No. 0013-81.
Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui pengaruh umur penyimpanan semen terhadap kuat tekan beton pada uji selinder dengan menggunakan faktor air semen 0,55 pada umur 28 hari. Pengambilan batasan faktor air semen dari 0,35 sampai 0,60 adalah disesuaikan dengan faktor air semen yang sering dipergunakan dilapangan pekerjaan. Adapun pengujian kuat tekan dilakukan pada umur beton 28 hari, karena pengikatan beton pada umur tersebut dianggap relatif sempurna.
2. Tinjauan Kepustakaan 2.1 Sifat-sifat Fisis Agregat Pemeriksaan sifat fisis agregat dimaksudkan untuk menentukan agregat yang dipergunakan memenuhi syarat sebagai material pembentuk beton yang baik. Sifat yang penting dari agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen serta ketahanan terhadap penyusutan. Pengujian sifat fisis menggunakan metode standar ASTM, British Standard, ACI, dan PBI (1971). Sifat fisis agregat yang dilakukan pengujiaannya antara lain berat jenis dan absorbs agregat, berat volume, dan kandungan bahan organik.
Berat jenis dan absorbsi agregat dan berat volume menentukan mutu agregat. Kerikil, pasir kasar dan pasir halus sebagai agregat pembentuk beton mempunyai harga berat jenis tertentu yang dapat dipakai sebagai campuran untuk menghasilkan mutu beton yang baik. Menurut Orchard (1979), kerikil yang baik mempunyai berat jenis anatara 2,6 sampai 2,7 kg/dm 3 ; pasir berat jenisnya lebih besar dari 2,6 kg/dm 3 . Selanjutnya Orchard juga melaporkan bahwa besarnya absorbsi untuk agregat berkisar antara 0,40% sampai dengan 1,90%, sedangkan Troxel menentukan besarnya absorbs berkisar antara 0,5% sampai 1,0% dan pasir antara 0 sampai 2%.
Berat jenis kering air permukaan (Sg ssd ) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(1)
Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
97
di mana: S g (ssd) = berat jenis agregat pasir kering air permukaan W s = berat agregat pasir kering air permukaan (gr) W csw = berat gelas berisi agregat dan air (gr) W cw = berat gelas dan air (gr)
Untuk mendapatkan berat jenis kering oven, agregat tersebut dibuang airnya dan dioven selama 24 jam dengan temperature 105 o C kemudian ditimbang. Berat jenis kering oven dapat dihitung dengan rumus:
(2)
di mana: S g (od) = berat jenis agregat pasir kering oven W d = berat agregat pasir kering air oven (gr)
Untuk pemeriksaan berat jenis kerikil tidak dapat digunakan dengan metode Thaulow karena resiko gelas dapat pecah sangan riskan, tetapi menggunakan timbangan khusus buatan Maruto type C.158.A. Berat jenis kerikil kering permukaan dihitung dengan rumus:
(3)
di mana: S g (ssd) = berat jenis agregat kerikil kering air permukaan W w = berat agregat kerikil dalam air (gr)
Untuk menentukan Berat jenis kerikil kering oven maka dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(4)
di mana: S g (od) = berat jenis agregat kerikil kering oven W d = berat agregat kerikil kering oven (gr)
Absorsi adalah persentase perbandingan berat air yang diserap oleh agregat pada keadaan kering air permukaan dengan berat agregat pada keadaan kering oven. Pengukuran absorbsi dari pasir halus, pasir kasar, dan kerikil dihitung dengan rumus:
(5)
di mana: W = besarnya absorbsi (%) Ws = berat agregat kerikil kering air permukaan (gr) Wd = berat agregat kerikil kering oven (gr) Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
98
Berat volume menurut British Standard 812 yang dikutip oleh Orchard (1979), digunakan sebagai konversi dari volume agregat menjadi berat agregat atau sebaliknya dalam perhitungan rancangan campuran beton. Orchard (1979), mengatakan bahwa berat volume agregat yang baik untuk material beton lebih besar dari 1,445 kg/l, sedangkan Troxel melaporkan berat volume kerikil yang baik adalah 1,56 kg/l dan pasir 1,40 kg/l.
Kandungan bahan organik dalam agregat ditentukan dari tingkat kepekatan warna percobaan Abrams-Harder. Warna-warna yang mungkin timbul dari hasil penelitian adalah warna kuning muda dan coklat tua. Warna kuning muda menunjukkan bahwa agregat tanpa kandungan bahan organik dan warna coklat tua menunjukkan bahwa agregat banyak mengandung bahan organik. Bahan organik ini dalam jumlah lebih besar dari pada batas tertentu dapat mengganggu proses pengerasan beton, yang mengakibatkan dapat mengurangi kekuatan beton.
2.2 Semen Portland Murdock, Brook dan Hendarko (1986), menyatakan bahwa kuat hancur beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satu diantaranya adalah jenis semen dan kualitasnya. Kualitas semen dipengaruhi juga diantaranya lamanya peyimpanan dan keadaan tempat penyimpanan.
Pemeriksaan terhadap semen tidak dilakukan kecuali pemeriksaan terhadap bungkusan dari pembungkusnya dan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan pembungkusnya. Semen dibungkus dengan kertas pembungkus khusus dianggap dapat menahan kontak langsung semen dengan uap air dan bahan-bahan lain yang dapat mempengaruhi dari sifat-sifat semen tersebut. Kecepatan dari reaksi kimia yang berlangsung selama pengikatan dan pengerasan tergantung pada suhu perawatannya. Masalah utama di dalam penyimpanan semen adalah bagaimana menjaganya tetap kering.
Menurut Murdock (1986), meskipun semen disimpan dalam keadaan baik, semen dalam bungkusan dapat kehilangan 20 persen dari kekuatannya setelah disimpan 2 bulan, dan 40 persen setelah disimpan 6 bulan.
2.3 Kuat Tekan Beton Kuat tekan beton merupakan kemampuan beton menerima beban maksimum sebelum hancur. Kuat tekan beton sangat bergantung kepada faktor air semen, bentuk dan ukuran benda uji, umur beton, serta mutu material antara lain umur semen. PBI (1971), menyarankan pelaksanaan pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 28 hari, karena pengikatan beton pada umur 28 hari dianggap relatif sempurna. Hal ini sesuai dengan Mosley dan Bungey (1984), bahwa tambahan kuat tekan relatifbesa saat pengerasan beton dari umur 1 hingga 28 hari.
Kuat tekan beton pada keadaan beban tetap menghasilkan kuat tekan maksimum beton. Apabila data besar beban yang bekerja dan defleksi yang timbul diperoleh maka dapat dihitung tegangan regangannya. Perhitungan kuat tekan yang timbul dihitung dengan rumus: Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
99
(6)
di man: fc = kuat tekan maksimum yang timbul (Kg/cm 2 ) P = beban maksimum (N) A = luas tampang (cm 2 )
Selanjutnya regangan dinyatakan dengan persamaan:
(7)
di mana: = regangan (%) = perpendekan yang terjadi dalam arah pembebanan (cm) l = panjang daerah yang diamati (20 cm)
Sifat-sifat umum tegangan regangan beton diperoleh diperoleh dari data pengujian beban tekan sentris dan besarnya defleksi yang terjadi pada deflection dial akibat perpendekan dial gage yang diakibatkan oleh beban. Kurva hubungan tegangan regangan beton menurut Granholm (1965) dari 0,3 fc sampai 0,5fc adalah linier dan segera memperlihatkan hubungan nonlinier begitu melewati ambang batas 0,5fc.
2.4 Analisa Data Data dari hasil mpengujian tekan silinder untuk tahap pertama diseleksi secara kasar dan selanjutnya diseleksi secara statistik. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI.1971) menyatakan bahwa nilai besar kecilnya penyebaran dari hasil pengujian dinamakan simpangan baku (deviasi standar) yang dinyatakan dengan persamaan berikut ini.
(8)
di mana: s = standar deviasi (kg/cm) = kuat tekan beton rata-rata dari sejumlah benda uji x = kuat tekan beton dari masing 2 benda uji (kg/cm 2 ) N = jumlah benda uji/sampel
3. Metode Penelitian Langkah penelitian dimulai dengan studi literature kemudian dilanjutkan persiapan dan pengadaan material untuk pembuatan benda uji. Agregat yang digunakan berupa agregat halus dan agregat kasar yang didatangkan terlebih dahulu sedangkan semen didatangkan tepat pada saat pengecoran pertama benda uji sehingga umur semen pada saat itu terhitung 0 minggu. Adapun air digunakan Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
100
untuk campuran beton secara fisuil memenuhi syarat PUBI (1982), bersih, tidak mengandung minyak serta dapat diminum.
Sebelum didesain perbandingan campuran beton (mix design), terlebih dahulu diperiksa mutu agregat yang meliputi pemeriksaan sifat-sifat fisis. Tujuan pemeriksaan mutu agregat adalah untuk mengetahui apakah agregat yang digunakan telah memenuhi syarat sebagai material beton yang baik.
Rancangan campuran beton (mix design) dilaksanakan berdasarkan metode ACI Standard 211.1-77, dan gradasi butiran disesuaikan dengan persyaratan PBI (1971). Dengan bantuan tabel ACI, dan rencana tinggi slump antara 8 sampai 10 cm dan diameter agregat maksimum 31,50 mm, maka dapat diperoleh perbandingan campuran antara semen, agregat kasar, agregat halus, dan air. Perbandingan campuran beton dirancang berdasarkan faktor air semen (fas) yang digunakan yaitu 0,55.
Pembuatan benda uji untuk tes kuat tekan yang dibuat berjumlah 5 buah dengan 13 tingkatan umur semen, sehingga jumlah seluruhnya benda uji adalah 5 x 13 = 65 buah dengan faktor air semen 0,55 dalam 13 tingkatan umur semen dengan interval umur semen 2 minggu (14 hari). Interval umur semen dimulai pada umur semen 0 minggu (saat semen didatangkan), 2 minggu, 4 minggu sampai 24 minggu, dengan jumlah benda uji 5 buah untuk setiap tingkatan umur semen.
Percobaan kuat tekan dilakukan setelah benda uji berumur 28 hari dan telah direndam pada umur 48 jam setelah cetakan dibuka. Sehari sebelum dilakukan pembebanan, benda uji dikeluarkan dari bak perawatan agar air pada permukaan benda uji kering. Metode yang digunakan untuk percobaan kuat tekan adalah ASTM C 39-72.
Untuk menentukan mutu beton masing-masing perlakuan dilakukan percobaan pembebanan tekan terhadap lima buah benda uji silinder beton sampai hancur dengan tambahan beban tekan tetap 2 ton secara kontinu. Beban maksimum diketahui dengan turunnya beban dan hancurnya benda uji
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Pengujian Sifat-Sifat Fisis Agregat Agregat yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari quarry Krueng Mane Kabupaten Bireuen dan semen yang digunakan adalah semen portlan tipe I pruduksi PT. Semen Andalas Indonesia (PT. SAI) pengantongan Pelabulan Krueng Geukueh Aceh Utara. Pemeriksaan terhadap agregat yang digunakan untuk pembuatan benda uji bertujuan untuk mengetahui mutu dari agregat.
Hasil pengujian sifat-sifat fisis yang meliputi berat jenis, absorbsi, berat volume, susunan butir dan kandungan bahan organik. Hasil pemeriksaan berat jenis, absorbsi, dan berat volume agregat diperlihatkan Tabel 1
Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
101
Tabel 1 Berat jenis, absorbsi, dan berat volume agregat
Jenis Agregat Berat jenis Absorbsi Berat Volume (kg/l) Kering air permukaan Kering oven Kerikil 2,665 2,618 1,794 1,772 Pasir kasar 2,661 2,599 2,403 1,836 Pasir halus 2,572 2,471 4,059 1,707
Pengujian terhadap kadar bahan organik dilakukan dengan memasukkan 130 ml agregat kedalam gelas ukur, kemudian ditambahkan larutan sodium hydroxide (NaOH) sebanyak 3% hingga volume campuran menjadi 200 ml. Setelah dikocok campuran dibiarkan selama 24 jam, lalu diamati ternyata campuran agregat menunjukkan berwarna kuning muda. Dengan demikian berarti agregat tidak mengandung bahan organik yang dapat mempengaruhi mutu beton.
Untuk menghasilkan susunan butir agregat campuran yang baik diambil nilai Fineness Modulus (FM) campuran pasir halus dan pasir kasar antara 2,4 sampai 3,0, kemudian dilakuakan perhitungan sehingga diperoleh susunan butir agregat yang baik menurut PBI (1971). Hasil akhir yang dipakai adalah yang diperoleh dengan FM campuran 5,365.
Rancangan campuran beton (mix design) dilakukan berdasarkan metode ACI Standard 211.1-77, dan gradasi butiran disesuaikan dengan persyaratan PBI (1971). Dengan bantuan tabel ACI, dan rencana tinggi slump antara 8 sampai 10 cm dan diameter agregat maksimum 31,50 mm, maka dapat diperoleh perbandingan campuran antara semen, agregat kasar, agregat halus, dan ai yang dirancang berdasarkan faktor air semen (fas) 0,55. Perhitungan komposisi campuran mortal untuk per m 3 beton seperti tertera pada Tabel 2
Tabel 2 Perbandingan berat material untuk 1 m 3 beton
FAS Jenis material dan berat (kg) Air Semen Kerikil Pasir kasar Pasir halus Jumlah 0,55 186,333 338,787 1093,587 151,420 624,373 2394,500
4.2 Susunan Butir Agregat Pengujian susunan butir ketiga jenis agregat yaitu kerikil, pasir kasar, dan pasir halus dilakukan untuk mengetahui susunan butir agregat yang baik menurut PBI (1971). Untuk menghasilkan susunan butir agregat campuran yang baik diambil FM campuran pasir halus dan pasir kasar antara 2,4 sampai 3,0. Hasil akhir yang dipakai adalah yang diperoleh dengan FM campuran 5,365.
4.3 Pembuatan Benda Uji Jumlah benda uji sesuai dengan rancana berjumlah 65 buah dengan 13 kali pengecoran dan tingkatan umur semen. Beberapa variabel yang besar pengaruhnya terhadap mutu beton akibat perbedaan waktu dan keadaan Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
102
pengecoran dicatat dievaluasi. Nilai rata-rata terhadap temperatur, kadar udara, slump, dan berat volume mortal diperlihatkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai temperatur, kadar udara, slump, dan berat volume mortal
Nilai slump pada pelaksanaan pengecoran seluruhnya sesuai dengan rencana yaitu berada antara 8-10 cm dengan rata-rata 9,4 cm, berat volume mortal adalah 2394,5 kg/cm 3 , hal ini sesuai dengan yang disyaratkan yaitu lebih besar dari 1,445 kg/l.
4.4 Pengujian Kuat Tekan Silinder Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan pada saat beton berumur 28 hari. Pengujian kuat tekan dilakukan sesuai dengan prosedur yang didasarkan oleh ASTM C-39-72. Dari hasil pengujian kuat tekan untuk setiap benda uji didapat nilai kuat tekan 316,895 kg/cm 2 untuk umur semen 0 minggu, 241,066 kg/cm 2
untuk umur 10 minggu, dan 200,283 kg/cm 2 untuk umur semen 24 minggu. Data hasil pengujian kuat tekan selengkapnya diperlihatkan pada Tabel 7
Tabel 7. Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Terhadap Umur Semen No Umur Semen Beban (P) Maksimum Kuat Tekan Regangan (%) (Minggu) (ton) (Kg/cm 2 ) 1 0 56.00 316.894 0.1809 2 2 55.20 312.141 0.2028 3 4 47.00 266.191 0.1804 4 6 50.20 284.300 0.2032 5 8 45.40 256.722 0.1519 6 10 42.60 241.066 0.2187 7 12 41.40 234.275 0.2452 8 14 38.70 219.223 0.1861 9 16 42.10 238.237 0.1766 10 18 34.00 192.385 0.0771 11 20 31.50 178.344 0.0791 12 22 28.70 162.604 0.0674 13 24 32.90 169.765 0.1403
Berdasarkan data hasil pengujian kuat tekan tersebut, maka dibuat grafik yang menyatakan hubungan umur penyimpanan semen dengan kuat tekan yang terjadi pada beban (P) maksimum. Berikut ini ditampilkan grafik hubungan umur semen dengan kuat tekan fas 0,55, seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
103
Gambar 2. Grafik Hubungan Umur Semen dan Kuat Tekan Fas 0,55
4.5 Hubungan Tegangan Regangan Beton Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan/tegangan-regangan yang didapat pada setiap kenaikan beban 2 ton. Hasil tegangan dan regangan diambil dari setiap benda uji kemudian dihitung rata-ratanya untuk masing-masing pembebanan maksimum, maka dibuat grafik hubungan tegangan regangan pada setiap umur semen. Berikut ini ditampilkan grafik hubungan tegangan-regangan beton untuk masing-masing umur semen 0 minggu dengan faktor air semen 0,55.
Gambar 3. Hubungan Tegangan-Regangan rata-rata untuk umur semen 0 minggu fas 0,55
4.6 Pembahasan Dari hasil pengujian kuat tekan silinder yang dilakukan berdasarkan umur semen, diperoleh nilai kuat tekan dan regangan pada beban maksimum untuk setiap interval umur semen. Nilai kuat tekan maksimum diperoleh dengan umur semen 0 minggu pada beban maksimum 56 ton adalah 316,894 kg/cm 2 dan niali regangan yang timbul adalah 0,1609%. Adapun nilai kuat tekan minimum diperoleh dengan umur semen 22 minggu pada beban maksimum 28,7 ton yaitu sebesar 162,604 kg/cm 2 dengan nilai regangan sebesar 0,0674%. Dari hasil tersebut semakin lama waktu penyimpanan semen semakin menurun nilai kuat tekan beton yang didpat, hal ini disebabkan pada waktu penyimpanan semen mengalami pengikatan antar butir semen itu sendiri yang dipengaruhi oleh uap air dari udara.
Teras Jurnal, Vol.1, No.2, Juni 2011 ISSN 2088-0561 Pengaruh Umur Penyimpanan Semen Terhadap Kuat Tekan Beton - Hamzani
104
Dari hasil pengujian kuat tekan tersebut terjadinya penurunan yang tajam setelah umur semen 2 minggu yaitu sekitar 16% dan pada umur penyimpanan semen 24 minggu (6 bulan) penurunan kuat tekan sebesar 46,43% lebih besar dari pada yang dikemukakan Murdock. Hal ini kemungkinan pada saat penyimpanan semen untuk dilakukan pengujian kadar air dalam udara (kelembaban) sangat tinggi.
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan silinder dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kuat tekan silinder beton menunjukkan bahwa umur penyimpanan semen berpengaruh terhadap kuat tekan beton dapat dilihat dengan turunnya kekuatan setiap pertambahan umur penyimpanan. 2. Untuk mengetahui persentase penurunan kuat tekan terhadap umur penyimpanan semen, jika variabel umur diketahui dapat dihitung dengan persamaan Y= 98,85 (2,03)X dengan faktor air semen 0,55. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada pihak produsen semen untuk dapat mencantumkan tanggal produksi, untuk dapat memudahkan mengetahui persen penurunan kuat tekan dari suatu campuran beton.
Daftar Kepustakaan
1. Anonim 1, 1971, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, NI-2, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. 2. Anonim2, 1977, Recommended Practice for Selecting Proportions for Normal and Heavyweight Concrete, ACI Standard 211.1-77, Michigan. 3. Anonim 3, 1979, Concret and Mineral Agregates, Annual Book of ASTM Standard, New York. 4. Hines, W.W., and D.C. Montgomery, 1990, Probabilita dan Statistik Dalam Ilmu Rekayasa dan Manajemen, Edisi Kedua, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 5. Mosley, W.H., dan Bungey, J.H., 1984, Perencanaan Beton Bertulang, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta. 6. Murdock, L. J., dan Brook, K, M., 1986, Bahan dan Praktek Beton, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta. 7. Orchard, D, F., 1979, Concrete Technology, Applied Science, London. 8. Park, R., and Paulay, T., 1975, Reinforced Concrete Structure, John Wiley and Son. Inc., New York. 9. Rahman, I. A., 1988, Hubungan Kuat Tekan, Bentuk Benda Uji dan Umur Beton, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Darussalam. 10. Rahman, I. A., dan Hanafiah, A., 1983, Pengaruh Faktor Air Semen Terhadap Kuat Tekan Beton, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Darussalam. 11. Spiegel, M. R., 1972, Reinforced Concrete Structure, Mc. Graw Hill Book Company, New York.