You are on page 1of 18

64

BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
EFISIENSI FURNACE ACTUAL (F-85-002) CDU V KILANG CD&GP DI
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III PLAJU-SUNGAI GERONG

3.2 Latar Belakang
Furnace atau alat pemanas berapi merupakan bagian dari peralatan
pengolahan minyak, dimana panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
akan dipindahkan ke fluida yang mengalir melalui tube-tube dapur tersebut.
Sumber panas furnace berasal dari pembakaran antara Fuel Oil, Fuel Gas atau
(kombinasi Fuel Oil dan Fuel Gas) dengan udara yang kemudian digunakan untuk
memanaskan Crude Oil yang mengalir dalam tube.
Furnace terdiri dari bangunan metal dimana didalamnya dilapisi dengan batu
tahan api yang akan melindungi metal dan support dapur dari radiasi panas dan
akan memancarkan panas radiasi ke tube dapur yang dikenal dengan Fire Box
atau Combustion Chamber.
Furnace pada dasarnya terdiri dari sebuah kamar pembakaran yang
menghasilkan sumber kalor dan kumparan pipa dimana mengalir fluida yang
menyerap kalor. Dalam konstruksi dapur berapi ini biasanya kumparan pembuluh
dipasang menelusuri dan merapat kebagian lorong yang menyalurkan gas hasil
bakar (fuel gas) dari ruang bakar ke cerobong asap.
Perpindahan kalor di kamar pembakaran terutama terjadi karena radiasi,
disebut seksi radiasi (radiant Section). Sedangkan di saluran gas hasil bakar,
terutama oleh konveksi dan disebut seksi konveksi (Convection Section). Untuk
mencegah supaya gas buangan tidak terlalu cepat meninggalkan ruang konveksi
maka pada cerobong sering kali dipasang penyekat (Damper). Perpindahan panas
kalor melalui pembuluh dikenal sebagai konduksi.

65


Efisiensi furnace sangat mempengaruhi kinerja alat,oleh sebab itu efisiensi
dari furnace harus di ketahui setiap hari.Seperti yang terlihat pada alat furnace (F-
85-001) di CDU V kilang CD&GP di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju
temperatur intlet yaitu 156C dan outlet 240C(Data actual dilapangan) dari
feed sudah sangat jauh dari design yaitu temperatur intlet 255C dan outlet 270C
(Data design normal operating window),sehingga di dapat entalpi yang cukup
besar dan nilai panas yang diserap cukup banyak dan meningkatkan beban
furnace dan efisiensi alat serta konsumsi bahan bakar.

3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan efisiensi furnace (F-85-002) aktual CDU V kilang
CD&GP di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi efisiensi furnace.
3. Untuk menghitung penggunaan bahan bakar secara aktual dengan
menggunakan efisiensi furnace (F-85-002) yang didapat dari data analisa
orsat CDU V kilang CD&GP di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai
Gerong.


3.4 Manfaat
Adapun Manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui seberapa besar efisiensi furnace (F-85-002) aktual
CDU V kilang CD&GP
2. Dapat menganalisa faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi furnace.
3. Dapat mengetahui seberapa banyak penggunaan bahan bakar secara aktual
dengan menggunakan efisiensi furnace (F-85-002) yang di dapat dari data
analisa orsat CDU V kilang CD&GP di PT Pertamina (Persero) RU III
Plaju-Sungai Gerong.


66


3.5 Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana menentukan efisiensi furnace (F-85-002)
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi furnace.
3. Bagaimana menghitung penggunaan bahan bakar secara aktual dengan
menggunakan efisiensi furnace (F-85-002) yang didapat dari data analisa
orsat CDU V kilang CD&GP di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai
Gerong.

3.6 Tinjauan pustaka
3.6.1 Macam - Macam Tipe Furnace
Furnace memiliki beberapa jenis atau tipe. Perbedaan furnace berdasarkan
bentuk fisik, konstruksi serta efektifnya memanasi minyak, setiap furnace
mempunyai kemampuan dan efisiensi yang berbeda-beda. Beberapa tipe furnace
yang digunakan dalam industri minyak bumi:
1. Box Furnace
Furnace tipe box mempunyai bagian radiasi dan konveksi yang dipisahkan
oleh dinding batu tahan api yang disebut bridge wall. Burner dipasang pada ujung
dapur dan api diarahkan tegak lurus dengan pipa atau dinding samping dapur (api
sejajar dengan pipa). Dapur jenis ini jarang digunakan karena perhitungan
ekonomi/harganya mahal.
- Aplikasi dapur tipe box :
a) Beban kalor berkisar antara 60-80 MM Btu/Jam atau lebih
b) Dipakai untuk melayani unit proses dengan kapasitas besar.
c) Umumnya bahan bakar yang dipakai adalah fuel oil
d) Dipakai pada instalasi-instalasi tua, adakalanya pada instalasi baru yang
mempunyai persediaan bahan bakar dengan kadar abu (ash) tinggi.
- Keuntungan memakai dapur tipe box :
a) Dapat dikembangkan sehingga bersel 3 atau 4
b) Distribusi fluks kalor merata disekeliling pipa
67


c) Ekonomis untuk digunakan pada beban kalor diatas 60-80 MM. Btu/jam
- Kerugian memakai dapur tipe box :
a) Apabila salah satu aliran fluida dihentikan, maka seluruh operasi dapur harus
dihentikan juga, untuk mencegah pecahnya pipa (kurang fleksibel)
b) Tidak dapat digunakan memanasi fluida yang harus dipanasi pada suhu tinggi
dan aliran fluida yang singkat.
c) Harga relative mahal
d) Membutuhkan area relative luas.
e) Pelaksanaan pemeliharaan lebih sulit, karena pipa pembuluh tersusun
mendatar.
2. Vertical Cylindrical Furnace
Merupakan furnace berbentuk silinder tegak lurus yang mempunyai burner
pada lantai dengan nyala api tegak lurus ke atas sejajar dengan dinding furnace,
sedangkan tube-tube didalam seksi radiasi dipasang tegak lurus.
- Contoh jenis pemanas berapi tipe vertical :
a) Pemanas vertical silindris tanpa seksi konveksi
b) Pemanas vertical silindris berkumparan helix
c) Pemanas vertical silindris dengan ruang konveksi aliran silang
d) Pemanas silindris tanpa seksi konveksi terpadu
e) Pemanas tipe punjang (orbor atau wicket)
f) Pemanas vertical api ganda.
- Keuntungan memakai dapur tipe silindris :
a) Konstruksi sederhana, sehingga harganya relatif murah
b) Area yang diperlukan relative kecil
c) Luas permukaan pipa dapat tersusun lebih besar sehingga thermal efisiensinya
lebih tinggi.
d) Ekonomis untuk bahan bakar sekitar 60-80 MM Btu/jam
- Kerugian memakai dapur tipe silindris :
a) Kapasitas feed relative kecil
b) Plot area minimal dan perlu pengoperasian yang lebih hati-hati
c) Pada kasus dimana kapasitas dapur kecil, kurang efisien.
68


3. Cabin furnace
Dapur tipe kabin mempunyai bagian radiasi pada sisi samping dan bagian
kerucut furnace. Bagian konveksi terletak di bagian atas furnace sedangkan
bagian terbawah disebut shield section. Burner dipasang pada lantai dapur dan
menghadap ke atas sehingga arah pancaran api maupun flue gas tegak lurus
dengan susunan pipa, adakalanya burner dipasang horizontal. Dapur tipe ini
ekonomis karena efisiensi termalnya tinggi.
- Keuntungan memakai dapur tipe kabin :
a) Bentuk konstruksi kompak dan mempunyai thermal effisiensi tinggi
b) Beban panas sekitar 20-300 MM Btu/jam
c) Pada dapur tipe kabin bersel, memungkinkan pengendalian operasi secara
terpisah (fleksibel).
4. High Temperatur Chemical furnace
Furnace tipe ini umumnya digunakan sebagai reactor, dimana fluida yang
mengalir melalui pipa radiasi akan memperoleh panas radiasi secara merata.
Burner dipasang dilantai dengan arah pancaran api vertical dan dipasang di
dinding dengan arah pancaran api mendatar. Dengan cara pemasangan Burner
tersebut maka tube akan memperoleh panas radiasi yang sama dari kedua sisinya
sehingga mengurangi kemungkinan terbentuknya coke serta penurunan suhu metal
di tube.

3.6.2 Proses Perpindahan Panas
Mekanisme proses perpindahan panas dari sumber panas ke penerima
dibedakan atas tiga cara, yaitu :
1. Perpindahan Panas secara Konduksi
Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dimana
melekul-molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat tetapi molekul-
molekul tersebut hanya menghantarkan panas atau proses perpindahan panas dari
suhu yang tinggi ke bagian lain yang suhunya lebih rendah.
2. Perpindahan Panas secara Konveksi
69


Perpindahan panas secara konveksi diakibatkan molekul-molekul zat perantara
ikut bergerak mengalir dalam perambatan panas atau proses perpindahan panas
dari satu titik ke titik lain dalam fluida antara campuran fluida dengan bagian
yang lain. Perpindahan panas ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Konveksi alam (Natural Convection)
Perpindahan panas yang terjadi bila aliran panas yang berpindah diakibatkan
perbedaan berat jenis. Pada konveksi alam aliran fluida disebabkan oleh
perbedaan suhu antara bagian satu dengan bagian lainnya sehingga terjadi
perbedaan densitas. Densitas bagian fluida dingin lebih besar dari bagian fluida
panas. Aliran terjadi akibat adanya perbedaan densitas.
b) Konveksi paksa (Forced Convection)
Perpindahan panas yang terjadi bila aliran fluida disebabkan oleh adanya
gerakan dari luar, seperti pemompaan, pengadukan, dll.
3. Perpindahan Panas secara Radiasi
Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi
karena perpindahan energi melalui gelombang elektromagnetik secara pancaran
atau proses perpindahan panas dari sumber panas ke penerima panas yang
dilakukan dengan pancaran gelombang panas. Antara sumber panas dengan
penerima panas tidak terjadi kontak. Bagian dapur yang terkena radiasi adalah
ruang pembakaran.
Ada beberapa variabel penting yang sangat berpengaruh terhadap kerja dari
furnace, yaitu :
a) Lajur alir fluida di dalam tube
b) Inlet dan outlet temperature
c) Laju alir fuel
d) Heat duty design furnace

3.6.3 Komponen Utama Furnace
Komponen-komponen utama furnace dapat diuraikan sebagai berikut
1. Instrumentasi
70


Umumnya instrumentasi yang terpasang pada suatu pemanas berapi adalah
thermometer, manometer dan on line analyzer.
a. Termometer : instrument pengukuran temperatur ini dibagi menjadi
beberapa tipe tergantung kebutuhannya.
1. TI (Temperatur Indicator)
2. TR (Temperatur Recorder)
3. TC (Temperatur Controller)
4. TA (Temperatur Alarm)
5. TS (Temperatur Shutdown)
b. Manometer : banyak digunakan untuk mengukur tekanan udara di ruang
pembakaran, tekanan gas buang di cerobong, tekanan bahan bakar
gas/cair, tekanan fluida masuk dan keluar ruang pembakaran.
c. O2 analyzer : fungsi alat ini melakukan analisa kandungan oksigen,
karbon dioksida pada gas buang.
2. Dinding dapur
Umumnya dinding dapur dibuat berlapir-lapis. Lapisan terluar terbuat dari
baja yang berfungsi menahan struktur dapur. Lapisan sebelah dalam terbuat dari
refaktori yang berfungsi untuk isolasi panas, agar kehilangan panas sekecil
mungkin.
Lapisan bagian dalam dapat dipasang satu lapis atau dua lapis. Jika dinding
dalam dipasang dua lapis maka pada lapisan yang berlangsung terkena api,
dipasang refaktori batu tahan api (fire brick) sedang pada lapisan bagian dalam
yang tidak langsung terkena api dipasang batu isolasi (insulation brick). Pada
dapur baru biasanya dipasang satu lapis saja yang berfungsi sebagai fire brick dan
insulation brick.
3. Tube Coil
Komponen ini terbuat dari sejumlah pipa lurus yang dihubungkan secara
seri satu sama lain dari furnace. Tube berfungsi sebagai media penghantar panas
kepada crude oil, tube coil terbuat dari low molybdenum steel, yaitu suatu bahan
yang tahan terhadap temperatur tinggi dan daya hantar panas (thermal
conductivity) yang tinggi serta tahan terhadap korosi pada temperatur tinggi.
71


4. Combustion Air Pheheater
Furnace modern biasanya dilengkapi dengan Combustion Air Peheater yang
berfungsi memanfaatkan sisa panas dari flue gas setelah melewati tube coil dalam
Convection Section, kemudian dimanfaatkan untuk memanaskan udara yang
dialirkan ke ruang pembakaran. Panas yang hilang dari flue gas yang semestinya
dibuang ke udara melalui stack (cerobong dapur) dapat dipindahkan ke udara
pembakar, sehingga efisiensi dapur menjadi lebih baik, dari 75% menjadi 81%.
- APH dilengkapi dengan:
1) Induced Draft Fan (IDF), dipasang diantara ducting dengan stacik yang
berfungsi untuk menghisap flue gas dari dalam furnace.
2) Force Draft Fan (FDF), dipergunakan untuk mensupply udara pembakaran
ke burner, system dipasang agar terjadi pencampuran bahan bakar dengan
udara yang lebih baik.
3) Rotor APH, merupakan silinder yang bersekat dan berputar didalam suatu
casing. Udara yang akan dipanaskan mengalir pada bagian sisi yang satu
sedangkan flue gas mengalir pada bagian yang lainnya. Gambar APH

Sumber : Control Room CDU V kilang CD&GP Pertamina RU III Plaju, 2013
Gambar 8. Bagan APH furnace II CDU V kilang CD&GP



72


5. Cerobong Asap (Stack) dan Katup (Damper)
Cerobong asap (stack) dapur berapi biasanya terbuat dari carbon steel
berfungsi mengalirkan gas hasil pembakaran (flue gas) dari convection section ke
atmosfir. Tinggi cerobong ditentukan berdasarkan draft di ruang pembakaran dan
peraturan tentang polusi udara. Bahan konstruksi cerobong biasanya baja karbon.
Katup cerobong (damper) berfungsi untuk mengatur draft di dalam ruang
pembakaran. Bahan konstruksinya dapat beraneka ragam tergantung dari
temperaturnya. Pada saat operasi bukaan katup cerobong dikondisikan sedemikian
rupa sehingga dicapai keadaan optimal antara kesempurnaan pembakaran dan
efisiensi.
6. Gun Burner (Alat Pembakar)
Pada dapur-dapur berapi di industri, bahan bakar yang dipakai pada umumnya
berupa gas (fuel gas) maupun cair (fuel oil), maka fungsi dari burner tergantung
dari jenis fuel yang dipakai.
Burner berfungsi untuk merubah bahan bakar berupa senyawa hydrocarbon
menjadi fase gas dan akan bercampur dengan udara pembakaran sehingga terjadi
pembakaran yang sempurna. Fasilitas yang ada burner biasanya terdiri dari:
a) Steam atomisasi
b) Udara primary dan secondary
c) Tip gun burner
d) Nozzle pilot
7. Lubang intip (Peep Hole)
Lubang kecil yang dibuat pada dinding ruang pembakaran untuk mengamati
keadaan diruang pembakaran, seperti nyala api, warna pipa pemanas dan warna
batu tahan api. Lubang pengintip dilengkapi dengan penutup dari baja dan harus
selalu tertutup setelah digunakan. Jumlah lubang pengintip ini tergantung dari
ukuran dan tipe dapurnya, yang penting semua titik diruang pembakaran harus
dapat diamati dari lubang-lubang pengintip ini.



73


3.6.4 Nilai Kalori
Nilai kalori (heating value) dari bahan bakar cair dan gas dapat dikatakan
sebagai jumlah panas yang dihasilkan dari setiap kilogram (kg) atau m
3
bahan
bakar yang dinyatakan dalam satuan kkal/kg atau kkal/m
3
bahan bakar. Nilai
kalori biasanya disebut gross/higher heating value dan net/lower heating value.
a. Gross/Higher Heating Value(HVH)
Semua bahan bakar mengandung unsur H
2
yang akan bereaksi dengan O
2

menjadi air. Panas dari hasil pembakaran bahan bakar ini sebagian digunakan
untuk menguapkan air yang ada menjadi uap air. Jadi HVH adalah jumlah
panas total yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar dan panas
penguapan air yang terbentuk dari hasil pembakaran.
b. Net/Lower Heating Value(LHV)
Jika panas yang diserap oleh uap air hasil pembakaran tidak dilepas karena
tidak terjadi kondensasi, maka jumlah total panas bersih yang diperoleh dari
per kilogram (kg) bahan bakar yang trebakar dinyatakan sebagai Lower
Heating Value (LHV). Jadi LHV = HHV panas penguapan air yang
terbentuk dari hasil pembakaran.

3.6.5 Efisiensi Furnace
Pada operasional energi yang dimasukkan ke dalam furnace berupa fuel yang
dibakar diruang bakar (combustion chamber), pengelolaan panas yang baik dapat
meningkatkan efisiensi pembakaran fuel ke fluida proses.
Perhitungan untuk menentukan efisiensi furnace dapat dilakukan dengan
menggunakan :
Efisiensi () =


x 100%............................................... (Hougen)

Keterangan :
Q
absorb
: nilai panas yang diserap dari bahan yang dipanaskan (kcal)
Q
bahan bakar
: nilai panas bahan bakar yang digunakan (kcal)




74


3.7 Data Pengamatan
Pengamatan dilakukan dari tanggal 29 juli sampai dengan 2 agustus 2013,di
dapat kan data sebagai berikut:
Tabel 25. Data Kondisi Operasi FurnaceF
1
C
1

Data CO

Flow Rate Crude OiI SG CO
F2C1 F2C2 F2C1 F2C2
29-07-2013 1151 1361 0.8534 0,8889
30-07-2013 1164 1349 0.8620 0,8888
31-07-2013 1194 1355 0.8630 0,8890
1-08-2013 1089 1413 0.8580 0,8878
2-08-2013 1161 1383 0.8690 0,8892
Rata-rata 1151,8 1372,2 0,8610 0,8887


Tabel 26. Data-data Temperature Inlet Crude Oil ke Furnace
Data Temp.
Tanggal
Temp. Inlet Crude Oil ke Furnace (
o
C)
F2C1 F2C2
29-07-2013 283,2 316,1
30-07-2013 289,5 316,1
31-07-2013 289,7 317,5
1-08-2013 280 309,5
2-08-2013 285,2 314,2
Rata-rata 285,2 312,62


Tabel 27. Data-data Temperature Outlet Crude Oil ke Furnace
Data Temp.
Tanggal
Temp. Outlet Crude Oil ke Furnace (
o
C)
F2C1 F2C2
29-07-2013 319 358
30-07-2013 319 358
31-07-2013 323 356
1-08-2013 317,5 360
2-08-2013 328,5 360
Rata-rata 321,4 358,4

75


Tabel 28.Data-data Fuel Oil , Fuel Gas, O
2
Analyzer, Temp Stack,danAPH

Data
Tanggal
RD Fuel
Gas
SG Fuel
Oil
APH
0
C
O
2
Analyzer
%
Temp
Stack
22-07-2013 0,7056 0.9328 200 8,7 205
23-07-2013 0,7025 0.9308 200 8,3 205
24-07-2013 0,7040 0.9240 200 8,81 205
25-07-2013 0,7032 0.9310 195 8,64 205
26-07-2013 0,7039 0.9302 195 8,59 205
Rata-rata 0,0345 0,9297 198 8,61 205



Tabel 29.Data-data Fuel Oil dan dan Steam
Data
Tanggal
Steam Supplay
(Ton/day)
Tekanan
Steam
Temperatur
Steam
Tekanan
fuel oil
22-07-2013 285 10 232,7 9
23-07-2013 284 10,3 234,2 9,1
24-07-2013 285 9,9 236,5 9,4
25-07-2013 283 9,8 230,2 8,9
26-07-2013 285 10,4 231,5 8,6
Rata-rata 284,4 10 233,02 9












76


3.8 Perhitungan
- Diagram Alir Perpindahan Panas Secara Radiasi pada Coil F
1
C
1

CDU V
Basis 1 jam Operasi

Loss Stack


Crude Oil Masuk Crude Oil Keluar
T
in
= 285,2
o
C T
out
= 321,4
o
C


Steam 233,02
0
C
Bahan Bakar + Udara
Fuel Gas = 2 T/D
Fuel oil = 4 T/D
Ditanya :

Q
Crude Oil inlet F2C1
= ?
Q
Crude Oil inlet F2C2
= ?
Q
Crude Oil Outlet F2C1
= ?
Q
Crude Oil Outlet F2C1
= ?
Q
Fuel Oil
= ?
Q
Fuel Gas
= ?
Q
Steam
= ?
Q
udara
= ?
Total Q Masuk = ?
Total Q Keluar = ?

Loss ke Stack = ?
Efisiensi () = ?

FURNACE F-85-001
77



Penyelesaian Perhitungan Dapat dilihat di Lampiran Perhitungan Hal. 83
Total Q Masuk = (Q
Fuel Gas
+ Q
Fuel oil
+ Q
Steam
+ Q
udara
+ (Q
Crude Oil inlet F2C1
+ Q
Crude Oil inlet
F2C2
)

= ((3390780,557 +1674196,071 + 9683,056 + 358,431) +
(9219936,459 + 12164646,68 ))
= 26459601,26 kcal/jam

Total Q Keluar = (Q
Oil Outlet F2C1
+

Q
Oil Outlet F2C2
)
= (10.775.832,11+14.980.151,44)
= 25.755.983,55 kcal/jam

Tabel Neraca Panas
Komponen
Masuk
Q Masuk (Kcal) Komponen Keluar Q Keluar (Kcal)
Crude Oil F
2
C
1
9.219.936,459 Crude Oil F
2
C
1
10.775.832,11
Crude Oil F
2
C
2
12.164.646,68 Crude Oil F
2
C
2
14.980.151,44
Fuel Gas 3.390.780,557 Loss Stack
Fuel Oil 1.674.196,071
Q Udara Suplai
APH
358,431
Q Steam 9.683,056
Total 26459601,26 25.755.983,55



78


Menghitung Efisiensi
Jumlah panas yang diserap oleh minyak yang dipanaskan di dalam furnace
Q
Absorb
= Q
Oil Outlet
- Q
Oil Inlet

=(10.775.832,11+14.980.151,44)(9.219.936,459+
12.164.646,68) kcal/jam
= (25.755.983,55 -21384583,14) kcal/jam
= 4.371.400,404 kcal/jam


Efisiensi () =
% 100 x
release Heat
total absorb Heat

=
115 , 018 . 075 . 5
404 , 400 . 371 . 4
x 100 %
= 86,13 %









79


3.9 Analisa dan Pembahasan
Untuk melakukan perhitungan efisiensi terhadap furnace (F-85-002) CDU V
dilakukan pengambilan data-data dari tanggal 29 Juli s/d 2 Agustus 2013 dimana
data-data tersebut meliputi data feed kondisi operasi furnace, analisis bahan bakar
minyak dan gas baik dari kondisi aktual maupun data desain furnace CDU V.
Dalam menghitung efisiensi furnace digunakan metode heat released and heat
absorbed. Dari hasil perhitungan didapat efisiensi sebagai berikut:
Tabel 31. Hasil perhitungan
Deskripsi Furnace F-83-002
Heat Absorb 4.371.400,404
Heat Release
5.075.018,115
Heat Loss 26459601,26
Efisiensi Aktual () 86,13 %
Efisiensi Desain () 85 %
Jumlah Burner Fuel Oil
Jumlah Burner Fuel Gas
2
2

Sebelum kita menghitung efisiensi pada dasarnya kita harus mengetahui teori
dalam proses pembakaran, dimana proses pembakaran adalah pencampuran
antara bahan bakar (C & H) dengan udara (oksigen) sehingga terbentuk api yang
menghasilkan panas dan gas hasil pembakaran (fuel gas).
Untuk melakukan pembakaran bahan bakar dibutuhkan oksigen. Oksigen
yang digunakan disuplay dari udara. Komposisi udara akan menentukan kualitas
Oksigen yang digunakan. Selain Oksigen dan nitrogen, pada kenyataannya ada
partikel-partikel lain sebagai inert yang akan ikut keluar stack dengan membaca
panas (rugi panas). Kelembaban udara juga akan mempengaruhi besarnya panas
yang hilang karena terbawa oleh uap air. Efisiensi furnace dapat dijelaskan
sebagai fraksi panas yang dapat ditransfer dari hasil pembakaran fuel ke fluida
proses. Bedasarkan perhitungan secara manual yang telah dilakukan terjadi
peningkatan efisiensi tinggi yaitu 86,13 %dari efisiensi desainnya yaitu 85%
Kerja suatu furnace dapat dilihat dari banyaknya panas yang diserap fluida
dibandingkan dengan panas yang dilepaskan bahan bakar.
80


Dari analisa orsat laju alir bahan bakar fuel oil CDU V sebanyak 6 T/D dan
fuel gas 9 T/D dengan mengasumsi laju alir bahan bakar setiap burner sama maka
pada furnace 2 yang menggunakan 2 burner fuel gas dan 2 burner fuel oil maka
laju alir bahan bakar fuel gas 2 T/D dan 4 T/D untuk memanaskan feed sekitar
1100-1500 T/D dengan rang suhu yang cukup jauh yaitu pada F1C1 T
intlet
= 280C
dan T
outlet
= 328C dan pada F2C2 T
inlet
= 317,5C

dan

T
outlet
= 360C sedangkan
secara design suhu inlet furnace adalah 310C dan outlet sekitar 365C sehingga
di dapat entalpi yang cukup besar dan nilai panas yang diserap cukup banyak dan
meningkatkan beban furnace dan konsumsi bahan bakar.Hal ini juga di buktikan
dengan hasil efisiensi yang didapat dari analisa orsat yaitu 85,9% melebihi disain
dengan menggunakan metode grafik. Untuk % O
2
15 dan Temperatur Stack
389
0
C maka excess air dari Grafik Flue Gas Oxygen Content Against Excess Air
Level For Fuel Oil and Refinery Gas on a DRY basis, kemudian excess air di
plotkan ke grafik Based on Natural gas As Fuel Combustion Effeciency for Oil,
Coal,and wood is slightly Higher, sehingga akan diperoleh efisiensi furnace.
Dari perbandingan tersebut dapat diketahui beberapa faktor yang
menyebabkan kesalahan perhitungan manual adalah temperatur intlet furnace
yang sangat rendah dari disain yang menyebabkan beban furnace meningkat.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi efisiensi furnace seperti design yang
tidak tepat, penggunaan burner yang tidak tepat, penggunaan bahan bakar dan
udara berlebih yang tidak optimum, tidak adanya waste heat recovery, kesalahan
pembacaan oleh instrument, kesalahan maintenance dan kinerja alat sebelunya
yaitu HE yang berfungsi melakukan pertukaran panas sebelum feed masuk ke
furnace yang bekerja kurang maksimum sehingga suhu intlet dari feed masuk ke
furnace sangat kecil.
Selanjunya menghitung penggunaan bahan bakar secara aktual dengan
menggunakan efisiensi furnace (F-85-002) yang didapat dari data analisa orsat
pada tanggal 29 juli 2013 CDU V kilang CD&GP di PT Pertamina (Persero) RU
III Plaju-Sungai Gerong,efisiensi yang di dapat dari analisa orsat digunakan untuk
menghitung laju alir bahan bakar fuel oil dan fuel gas secara aktual dengan cara
mencari panas yang dilepas dari bahan bakar dengan menggunakan hubungan
81


antara efisiensi yang di ketahui dengan panas yang diserap oleh feed sehingga,
kemudian membaginya dengan masing masing LHV dari masing-masing bahan
bakar yaitu LHV fuel oil dan LHV fuel gas.
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi efisiensi furnace adalah heat loss.
Heat loss terbesar berasal dari flue gas yang tersisa dari proses APH yang
dikeluarkan melalui stack. Hal ini terlihat dari temperatur stack rata-rata sebesar
198
o
C. seharusnya >200
o
C dari design.

You might also like