You are on page 1of 123

[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA


KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-1

1.1.Latar Belakang
Perkembangan suatu kota di tunjang dari potensi-potensi yang di punyai kota tersebut.
Kota yang dipandang sebagai suatu objek studi dimana didalamnya terdapat masyarakat yang
sangat kompleks, telah mengalami proses interelasi antar manusia dan antara manusia dengan
lingkungannya. Pola perencanaan kota pada jaman kuno berpedoman bahwa kota di bangun
sebagai landasan. Landasan fisik dari kota adalah perwujudan nyata dari bangunan, jalan, dan
keistimewaan lain yang membentuk kota. Landasan politik kota adalah sangat penting bagi
makna yang dikandungnya. Landasan ekonomi kota merupakan hal yang menyediakan
banyak alasan bagi keberadaan landasan lainnya. Dan landasan sosial adalah sangat
diperlukan bagi kehidupan kota.
Perkembangan suatu kota akan menyebabkan luasnya wilayah kota dan beragamnya
jenis kegiatan yang ada. Produksi dari tiap potensi kegiatan juga akan meningkat. Hal ini
menuntut penyediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga pergerakan penunjang
dan barang menjadi efektif dan efisien. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan kota
perlu diarahkan melalui suatu konsep perencanaan agar dapat menciptakan keserasian dan
keseimbangan kegiatan kota.
Perencanaan kota dapat berguna sebagai bimbingan atau arahan pembangunan kota
yang baru dan berubah sedemikian rupa sehingga masyarakat akan diberi bentuk fisik yang
sebagaimana mestinya. Untuk mencapainya perlu mengetahui sejarah tentang masyarakat,
elemen-elemen perencanaan yang dapat dipakai untuk mengubah bentuk kota, dan
mekanisme untuk melaksanakan usulan- usulan, serta pengoptimalan potensi yang dimiliki.
Pertumbuhan dan perkembangan kota secara alami terus berubah. Untuk it u diperlukan suatu
perencanaan yang matang dan menyeluruh agar perkembangan suatu kota dapat diarahkan
dan dikendalikan pertumbuhannya. Perencanaan ini mengandung pengertian sebagai suatu
upaya untuk meningkatkan dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan
mempertahankan segala keterbatasan yang ada guna suatu tujuan efektif dan efisien.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan rencana pemanfaatan ruang wilayah
yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar potensi dalam rangka
mengendalikan program-program pembangunan wilayah dalam jangka panjang secara khusus
pada wilayah Perkotaan. Perencanaan Wilayah itu sendiri merupakan proses yang
berkelanjutan yang dimulai dari tahap pengumpulan data, analisis data sampai dengan tahap
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-2

perencanaan dan penyusunan kebijaksanaan pelaksanaan. Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengarahkan perkembangan
dan pembangunan suatu kota/perkotaan.
Kecamatan Kuta Utara merupakan salah satu Kecamatn yang terletak di Kabupaten
Badung Propinsi Bali. Kecamatan Kuta Utara memiliki potensi yang cukup baik untuk
dikembangkan sehingga sangat baik untuk diidentifikasi, baik itu potensi sumber daya
manusia, sumber daya alam berupa sektor pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan,
perikanan), pertambangan, maupun sumber daya buatannya. Hal tersebut dilakukan guna
mengetahui seberapa besar potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan guna
kemajuan Kecamatan Kuta Utara. Namun selain potensi yang ada, ada juga permasalahan
yang terdapat di Kecamatan Kuta Utara, permasalahan yang dimaksud seperti perubahan
fungsi lahan pertanian untuk pengembangan sarana dan prasarana seiring dengan
perkembangan wilayah yang setiap tahunnya selalu meningkat. Maka adanya
pengidentiikasian permasalahan dan potensi, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan
yang ada, sehingga nantinya dengan perencanaan yang baik Kecamatan Kuta Utara dapat
lebih maju dari saat ini baik dari segi sosial, fisik dan perekonomian.
Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana dimaksud merupakan dasar bagi penyusunan
peraturan zonasi. Di dalam UU 26 / 2007 tentang Penataan Ruang pasal 35, juga
menyebutkan bahwa : Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Sehingga suatu Rencana Detail Tata Ruang dapat dijadikan dasar sebagai penentuan zonasi
yang tepat dan sesuai dengan keadaan kawasan tersebut serta ketentuan umum peraturan
zonasi yang berisi acuan umum untuk penyusunan peraturan zonasi pada Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.
Rencana rinci tata ruang yang ada pada UU no.26/2007 disebutkan mengenai :
a) Rencana tata ruang pulau/kepulauan
b) Rencana tata ruang kawasan strategis nasional
c) Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi
d) Rencana detail tata ruang kabupaten/kota
e) Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-3

Sehingga penataan ruang dalam hal ini merupakan pedoman untuk perumusan
kebijaksanaan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang di wilayah Kabupaten/Kota,
mewujudkan keterpaduan dan keseimbangan perkembangan antar kawasan wilayah
Kabupaten/Kota dan pelaksanaan pembangunan dalam pemanfaatan ruang bagi kegiatan
pembangunan.
Rencana Detail Tata Ruang dipergunakan untuk Output produk rencana yang fleksibel
dan dinamis, serta sebagai pedoman pengarahan dan pengendalian bagi pelaksanaan
pembangunan perkotaan. Berdasarkan variabel-variabel terkait serta mengacu pada Undang-
Undang No. 26 tahun 2007 maka RDTRK Kabupaten Badung diharapkan dapat berguna
untuk :
o Pengembangan wilayah Perkotaan Kuta Utara yang optimal pada masa yang akan
datang sesuai dengan potensi atau karakter daerah yang dimiliki
o Terbentuknya suatu wilayah yang terencana dengan baik, dari segi ekonomi, sosial
dan budaya
o Pengembangan atau penyebaran dan peningkatan sarana dan prasarana yang ada
guna penunjang kegiatan ekonomi, misalnya kegiatan perdagangan dan jasa.
o Serta pengembangan kawasan di bidang pariwisata, terutma wisata air yang meliputi
beberapa titik lokasi. Di antaranya :
1. Pantai Petitengget di Kelurahan Kerobokan
2. Pantai Berawa di Desa Tibubeneng
3. Pantai Batu Bolong di Desa Canggu
4. Pantai Canggu di Desa Canggu

1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang ada di suatu kota sangat beragam dan kompleks, karena seperti yang
telah diketahui kota terdiri dari berbagai unsur fisik maupun non fisik yang saling berkaitan.
Begitu pula dengan permasalahan yang ada di Kecamatan Kuta Utara, Pertumbuhan
Kecamatan Kuta Utara dengan segala macam sumberdaya yang dimilikinya merupakan
potensi dan sekaligus masalah bagi perkembangan kota tersebut terutama dalam
pemerataanya.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-4

Secara umum, permasalahan yang cenderung berkembang di Kecamatan Kut a Utara
antara lain yaitu :
1. Bagaimanakah rumusan kebijakan pengembangan kota yang baik dan sesuai dengan
kondisi di Kecamatan Kuta Utara ?
2. Bagaimanakah pengembangan sumber daya alam (SDA), fisik dan lingkungan
(pengembangan kawasan lindung dan budidaya) di Kecamatan Kuta Utara? Dan apakah
terjadi konflik lahan ?
3. Sejauh mana tingkat kepadatan penduduk dan penyebarannya di Kecamatan Kuta Utara?
Dan bagaimana memproporsionalkan pemanfaatan lahan dalam penanganan tingkat
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat ?
4. Bagaimanakah pengembangan sumber daya buatan (SDB) baik sistem jariangan
transportasi, sistem jaraingan energi/kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem
jaraingan sumber daya air dan sistem jaringan lainnya di Kecamatan Kuta Utara? Dan
sejauh mana pelayanannya terhadap masyarakat ?
5. Bagaimanakah pengembangan sarana baik fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan
jasa, peribadatan, rekreasi dan olahraga? Dan sejauh mana pelayanannya terhadap
masyarakat ?
6. Sejauh mana pengelolaan kawasan yang mengandung benda cagar budaya di Kecamatan
Kuta Utara? Dan bagaimanakah pengembangannya?
7. Bagaimanakah penataan struktur ruang dan pola ruang Kecamatan Kuta Utara?
8. Sejauh mana intervensi berbagai kelembagaan baik formal (pemerintah dan jajarannya)
dan informal (LSM, peruguruan tinggi dan masyarakat) dalam operasionalisasi penataan
ruang terkait pada perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang di
Kecamatan Kuta Utara ?

1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran
Maksud, tujuan dan sasaran dalam studi ini merupakan garis besar yang akan
dikembangkan dalam wilayah studi. Tujuan merupakan apa yang ingin dan akan dicapai, dan
sasaran merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam pencapaian tujuan.
Dalam permen 20 tahun 2011 terdapat muatan muatan RDTR Kabupaten/Kota yang
terdiri atas :
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-5

1. Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan
2. Rencana pola ruang.
3. Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang di prioritaskan
penanganannya.
4. Arahan pemanfaatan ruang.
5. Peraturasn zonasi (Apabila peraturan zonasi disatukan dengan RDTR) ketentuan
tambahan dan ketentuan khusus peraturan zonasi (apabila peraturasn zonasi
dipisah dengan RDTR).

1.3.1. Maksud
Penyusunan RDTR Kecamatan Kuta Utara dimaksudkan sebagai berikut :
1. Membuat usulan RDTR yang layak dan seimbang guna menciptakan penggunaaan lahan
yang sesuai dengan karakter dan fungsi lahan.
2. Memantapkan atau menegaskan fungsi dan peranan kawasan perencanaan dalam lingkup
yang lebih luas maupun untuk kawasan bersangkutan;
3. Mengatur potensi kota, kegiatan masyarakat, mobilitas pergerakan dan kecenderungan
perkembangan Perkotaan secara harmonis dan saling mendukung satu dengan yang
lainnya
4. Pemantapan program-program pembangunan.

1.3.2. Tujuan
Tujuan dari perencanaan tata ruang wilayah Kecamatan Kuta Utara adalah mewujudkan
ruang wilayah perkotaan yang memenuhi kebutuhan pembangunan senantiasa berwawasan
lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam
penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejuahteraan masyarakat yang
berlandaskan pada permen 20 tahun 2011.
Perencanaan tata ruang di wilayah Kecamatan Kuta Utara diharapkan dapat
mewujudkan ruang wilayah perkotaan yang memenuhi kebutuhan pembangunan senantiasa
berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejuahteraan masyarakat yang
berlandaskan pada permen 20 tahun 2011.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-6

Adapaun tujuan utama dari pembuatan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta
Utara Kabupaten Badung ini adalah untuk memajukan sektor pariwisata.Dalam hal ini sektor
pariwisata yang di maksud adalah wisata pantai.Karena Kuta Utara memilik pantai yang
sangat berpotensi untuk memajukan ekonomi masyarakat sekitar.Adapun pantai pantai
tersebut adalah Pantai Petitenget di Kelurahan Kerobokan, lalu ada Pantai Canggu, Pantai
Eco Beach dan pantai Batu Bolong di Desa Canggu, serta di Desa Tibubeneng terdapat
pantai Berawa.Kemudian nantinya di harapkan agar pantai pantai ini dapat di dukung
dengan berbagai macam fasilitas serta sarana & prasarana yang memadai demi memenuhi
kebutuhan wisatawan asing maupun domestik.
1.3.3. Sasaran
Sasaran secara umum yang ingin dicapai dalam RDTR Kecamatan Kuta Utara adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan kebijakan pengembangan kota sebagai acuan seluruh aspek perencanaan
2. Merumuskan rencana pemanfaatan ruang kota agar terciptanya pembangian dan
peruntukan lahan secara jelas, dan pengendalian pemanfaatan pola ruang agar tidak terjdi
konflik lahan
3. Merumuskan rencana pemanfaatan lahan dengan memanfaatkan lahan kurang produktif,
seiring dengan tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat
4. Merumuskan rencana pengembangan sumber daya buatan (SDB) baik sistem jaraingan
energi/kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaraingan sumber daya air dan
sistem jaringan lainnya, dan rencana pemerataan prasarana sesuai jumlah penduduk di
setiap Desa/Kecamatan
5. Merumuskan rencana pengembangan sarana baik fasilitas pendidikan, kesehatan,
perdagangan jasa, peribadatan, rekreasi dan olahraga dan rencana pemerataan sarana
dalam pelayanannya sesuai jumlah penduduk disetiap Desa/Kecamatan.
6. Merumuskan rencana pengembangan dan pengelolaan kawasan yang mengandung benda
cagar budaya, yang marupakan salah satu aset yang dapat dikembangkan sebagai
parawisata.
7. Merumuskan rencana struktur ruang dan pola ruang Kecamatan Kuta Utara?
8. Meningkatkan kapasitas kelembagaan baik formal (pemerintah dan jajarannya) dan
informal (LSM, peruguruan tinggi dan masyarakat) dalam operasionalisasi penataan ruang
terkait pada perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang?
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-7


1.4. Landasan Kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Landasan kegiatan penyusunan rencana detail tata ruang berdasarkan peraturan menteri
nomor 20 tahun 2011.

1.4.1. Kedudukan, Kedalaman, Fungsi dan Pengesahan/Penetapan
1.4.1.1. Kedudukan RTRW Nasional, RTRW Provinsi dan RDTR Kabupaten/Kota
Berdasarkan peraturan perundangan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor
26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang
mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana
tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari
pembangunan nasional, ketiga tingkatan (RTRW Nasional, RTRW Propinsi, dan RTRW
Kabupaten/Kota) mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain serta perlu dijaga
konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya.
Rencana Rinci Tata Ruang yang ada pada UU no.26/2007 disebutkan mengenai :
f) Rencana tata ruang pulau/kepulauan
g) Rencana tata ruang kawasan strategis nasional
h) Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi
i) Rencana detail tata ruang kabupaten/kota
j) Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
RTRW Nasional adalah strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah
Negara yang meliputi tujuan nasional dan arahan pemanfaatan ruang yang memperhatikan
keterkaitan antar pulau dan antar propinsi. RTRW Nasional disusun pada tingkat ketelitian
skala 1 : 1.000.000 dengan jangka waktu perencanaan selama 25 tahun.
RTRW Propinsi merupakan strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang
wilayah propinsi yang berfokus pada keterkaitan antara kawasan/kabupaten/kota karena
perkembangan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari wilayah lain disekitarnya. RTRW
Propinsi disusun pada tingkat ketelitian skala 1 : 250.000 dengan jangka waktu
perencanaan selama 15 tahun.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-8

Pada jenjang berikutnya RDTR Kabupaten/Kota disusun oleh daerah otonom dengan
memperhatikan RTRW lainnya pada tingkat ketelitian internal yang lebih dalam pada
skala kabupaten/kota.

1.4.1.2. Kedalaman RDTR Kabupaten/Kota
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota disusun dengan kedalaman substansi
yang sesuai dengan ketelitian atau skala petanya. Unit analisis yang digunakan dalam
RDTR Kota adalah unit Kelurahan. Sedangkan system jaringan prasarana digambarkan
pada kedalaman system primer dan sekunder.
1.4.1.3. Fungsi Kota
RDTR kabupaten/kota berikut berfungsi sebagai (permen 20 2011) :

a. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan\
RTRW
b. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diamanatkan dalam RTRW;
c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
d. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang
e. acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dan
rencana yang lebih rinci lainnya
1.4.1.4. Pengesahan dan Penetapan RDTR Kabupaten/Kota
Proses dan prosedur penetapan RDTR Kabupaten/Kota merupakan tindak lanjut dari
proses dan prosedur penyusunan RDTR Kabupaten/Kota sebagai satu kesatuan sistem
perencanaan tata ruang wilayah kota. Pedoman ini memberikan acuan bagi proses dan
prosedur penyusunan RDTR Kabupaten/Kota, sedangkan proses dan prosedur
penetapannya diatur berdasarkan ketentuan perundang- undangan. Namun demikian, secara
garis besar proses dan prosedur penetapan RDTR Kabupaten/Kota meliputi tahapan
sebagai berikut:
1. Pengajuan rancangan peraturan daerah (raperda) kota tentang RDTR Kabupaten/Kota
dari walikota kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota;
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-9

2. Penyampaian raperda kota kepada Menteri untuk permohonan persetujuan substansi
dengan disertai rekomendasi gubernur, sebelum raperda kota disetujui bersama ant ara
pemerintah daerah kota dengan DPRD kota;
3. Penyampaian raperda kota kepada gubernur untuk dievaluasi setelah disetujui bersama
antara pemerintah daerah kota dengan DPRD kota; dan
4. Penetapan rapeda kota tentang RDTR Kabupaten/Kota oleh Sekretariat Daerah kota.

1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam suatu studi akan memberikan kemudahan dalam pencapaian
tujuan, karena dengan ruang lingkup ini maka seorang perencana dapat mengetahui lebih
jauh tentang kondisi wilayah yang menjadi pokok perencanaan. Adapun ruang lingkup ini
terbagi atas ruang lingkup materi dan ruang lingkup lokasi berdasarkan permen nomor 20
tahun 2011tentang penyusunan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi
kabupaten/kota , yaitu sebagai berikut :
1.5.1. Lingkup Wilayah
RDTR Kabupaten/Kota berikut Peraturan Zonasi disusun dengan kriteria, se-
bagai berikut (permen 20 2011):
a) RTRW Kabupaten/Kota belum dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang,dimana RTRW
Kabupaten/Kota dianggap dapat dijadikan acuan apabila memiliki peta po- la
dan struktur ruang dengan tingkat ketelitian skala minimal 1: 5000;
b) RTRW Kabupaten/Kota mencakup wilayah perencanaan yang luas
dan skala peta memerlukan rincian sebelum dioperasionalkan; dan/atau
c) RTRW Kabupaten/Kota sudah mengamanatkan bagian dari
wilayahnya yang perlu disusun RDTR nya.
Apabila ketiga hal tersebut diatas tidak terpenuhi, maka hanya disusun Peraturan
Zonasi kabupaten/kota yang disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun
yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota, tanpa disertai penyusunan RDTR.

Luasan wilayah perencanaan RDTR berkisar antara 60-1500 hektar. Lingkup
wilayah perencanaan RDTR ditetapkan pada:
a. wilayah administrasi kecamatan;
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-10

b. kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota / Sub Wilayah Kota;
c. bagian wilayah kabupaten/ kota yang memiliki ciri perkotaan;
d. kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan;
e. bagian wilayah kabupaten/kota yang berupa kawasan pedesaan dan
direncanakan menjadi kawasan perkotaan.


[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-11

Gambar 1.1
Contoh Zona Perencanaan Berdasar RDTR
















Gambar 1.2
Contoh Lingkup Wilayah Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan Batas Administrasi
Kecamatan dalam Wilayah Kota














[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-12

Gambar 1.3
Contoh Lingkup Wilayah Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan Kawasan Fungsional
(wilayah perencanaan) dalam Wilayah Kota


















Gambar 1.4
Contoh Lingkup Wilayah Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan
Fungsi Kawasan yang Memiliki Ciri Perkotaan dalam Wilayah Kabupaten













[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-13




Gambar 1.5
Lingkup Wilayah Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan Kawasan Strategis
Kabupaten/kota yang Memiliki Ciri Kawasan Perkotaan
















A. Lingkup Regional
Wilayah kegiatan pemetaan dan identifikasi pola ruang permukiman Kabupaten
Badung meliputi seluruh Wilayah Kabupaten Badung dengan yang memiliki luas wilayah
418,52 Km atau 41.852 Ha yang terletak pada koordinat 0814'20 - 0850'48 LS (Lintang
Selatan) dan 11505'00 - 11526'16 BT (Bujur Timur), dengan batas-batas Administrasi
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Bangli dan Kabupaten Bulelelng
Sebelah Timur : Kabupaten Bangli, Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Barat : Kabupaten Tabanan
Batas wilayah administrisi wilayah Kabupaten Badung dapat dilihat pada Peta 1.1
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-14

Wilayah Kabupaten Badung terletak pada ketinggian 0 2.075 meter di atas
permukaan laut (DPL), dengan luas wilayah 418,52 Km atau 7,44% dari luas wilayah
Provinsi Bali. Luas lahan terbangun tahun 2009 seluas 7.900 Ha atau 18,88% dari Luas
wilayah Kabupaten Badung,
Kondisi pemnafaatan lahan Kabupaten Badung tahun 2009 semakin ke utara
persentase lahan terbangun semakin kecil dibandingkan pada bagian selatan. Hal ini memberi
indikasi bahwa secara fisik pembangunan berlangsung lebih cepat di bagian selatan, sehingga
dapat dikatakan bahwa makin ke selatan wilayah Kabupaten Badung semakin bersifat Urban
dan semakin ke utara semakin Rural.
Kemiringan lereng Kabupaten Badung dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
yaitu :
i. kemiringan lereng 0 5%, merupakan daerah landai, umumnya merupakan daerah
dataran aluvial sungai, rawa dan pantai. Penyebarannya meliputi Kelurahan Tanjung
Benoa, sebagian Kelurahan Benoa dan Jimbaran, serta Kelurahan Kuta, Badung dan
Kedonganan, sebagian Kelurahan Kelurahan Legian, Kelurahan Seminyak dan
Kelurahan Kerobokan Kelod, dengan luas daerah 4.733 Ha atau 11,3% dari luas
daerah;
ii. Kemiringan lereng 5 15%, merupakan daerah bergelombang umumnya merupakan
daerah perbukitan bergelombang, penyebarannya meliputi daerah : sebaian
Kecamatan Kuta Utara, sebagian Kecamatan Mengwi, dan sebagian Kecamatan
Abiansemal dengan luas daerah 20.540 Ha atau 49,1 % dari luas daerah;
iii. kemiringan lereng 15 40%, merupakan daerah miring. Penyebarannya meliputi
Sebagian Kelurahan Jimbaran dan Kelurahan Benoa, Desa Unggasan, Desa Pecatu,
dan Desa Kutuh serta sebagian Desa Pelaga, Desa Sulangai dan Desa Belok Sidan
dengan luas daerah 15.813 Ha atau 37,8% dari luas daerah;
iv. kemiringan lereng > 40%, merupakan daerah yang sampai curam. Penyebarannya
meliputi sebagian Kelurahan Benoa, Desa Unggasan, Desa Pecatu, dan Desa Kutuh
serta daerah puncak G. Catur Desa Pelaga, dengan luas daerah 766 Ha atau 1,8%
dari luas daerah.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-15

Adapun batas batas administratif wilayah Kabupaten Badung adalah sebagai
berikut:




Peta 1.1
Administrasi Regional Kabupaten Badung
Tahun 2011





















[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-16









B. Lingkup Lokal
Lingkup lokal yaitu Wilayah Kecamatan Kuta Utara terletak pada koordinat
08o38'44.2" LS (Lintang Selatan) dan 115o09'42.3" BT (Bujur Timur) yang mempuyai
luas 3.386 Ha yang terdiri dari, 3 kelurahan dan 3 Desa yaitu, Kelurahan Kerobokan,
Kelurahan Kerobokan Kaja, Kelurahan Kerobokan Kelod, Desa Dalung, Desa
Tibubeneng dan Desa Canggu. Ruang lingkup lokasi studi pada wilayah Kecamatan
Kuta Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Mengwi
Sebelah Timur : Kota Denpasar
Sebelah Selatan : Kecamatan Kuta
Sebelah Barat : Samudra Hindia
Batas wilayah administrisi wilayah Kecamatan Kuta Utara dapat dilihat pada Peta 1.2

1. Lingkup Perkotaan di Kecamatan Kuta Utara yaitu melingkupi:
a) Lingkup Perkotaan Kerobokan Kaja yang mempunyai luas 530 Ha yang terdiri
dari 23 Kepala Banjar. Adapun batas administratif wilayah Perkotaan
Bulumeduro adalah:
Sebelah Utara : Desa Dalung
Sebelah Selatan : Kelurahan Kerobokan
Sebelah Timur : Desa Padangsambian Kaja, Kecamatan
Denpasar Barat
Sebelah Barat : Desa Tibubeneng
b) Lingkup Perkotaan Kerobokan yang mempunyai luas 542 Ha yang terdiri dari 10
Kepala Banjar. Adapun batas administratif wilayah Perkotaan Bulujowo adalah:
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-17

Sebelah Utara : Kerobokan Kaja
Sebelah Selatan : Kerobokan Kelod
Sebelah Timur : Desa Tibubeneng
Sebelah Barat : Kerobokan Kaja
c) Lingkup Perkotaan Kerobokan Kelod yang mempunyai luas 526 Ha yang terdiri
dari 12 Kepala Banjar. Adapun batas administratif wilayah Perkotaan Kerobokan
Kelod adalah:
Sebelah Utara : Kerobokan Kaja
Sebelah Selatan : Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta
Sebelah Timur : Kota Denpasar
Sebelah Barat : Samudra Hindia

d) Lingkup Perkotaan Dalung yang mempunyai luas 615 Ha yang terdiri dari 23
Kepala Banjar . Adapun batas administratif wilayah Perkotaan Dalung adalah:
Sebelah Utara : Kelurahan Abianbase dan Kapal
Sebelah Selatan : Kelurahan Kerobokan dan Desa Tibubeneng
Sebelah Timur : Desa Buduk dan Desa Canggu
Sebelah Barat : Kelurahan Sempididan Desa Padangsambian
Kaja
Batas wilayah administrisi wilayah Perkotaan Kuta Utara dapat dilihat pada Peta 1.3
Peta wilayah Perkotaan Kuta Utara dalam lingkup Kabupaten Badung.

[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-18

Peta 1.2
Administrasi Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung
Tahun 2011

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-19

Peta 1.3
Orientasi Wilayah Perkotaan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung
Tahun 2011















[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-20

1.5.2. Lingkup Materi
Lingkup materi yang akan kan dihasilkan dari Penyusunan RDTR Wilayah Perkotaan
Kuta Utara, yang sesuai dengan PERMEN PU Nomor 20 Tahun 2011, meliputi :
Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang dalam RDTR Kabupaten/Kota merupakan rencana distribusi
sub zona peruntukan (hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona
bawahannya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran,
industri, RTNH, dan penggunaan lainnya) ke dalam blok-blok.
Peta pola ruang juga berfungsi sebagai zoning map bagi Peraturan Zonasi, baik
apabila Peraturan Zonasi dipisah maupun disatukan dengan RDTR.
Rencana pola ruang berfungsi:
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegi- atan
pelestarian fungsi lingkungan dalam wilayah perencanaan;
b. sebagai dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c. sebagai dasar penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
d. sebagai dasar penyusunan rencana jaringan prasarana RDTR.

Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan:
a. daya dukung dan daya tampung ruang dalam wilayah perencanaan; dan
b. prakiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
pelestarian fungsi lingkungan.
Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria:
a. mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten/Kota;
b. memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
c. memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah perencanaan; dan
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-21

d. menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat.

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:
a. Zona Lindung yang meliputi:
i. zona Hutan Lindung;
ii. zona yang memberikan perlindungan terhadap zona bawahannya, yang meliputi
zona bergambut dan zona resapan air;
iii. zona perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempa- dan sungai,
zona sekitar danau atau waduk, zona sekitar mata air;
iv. zona ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain meliputi taman RT, taman
RW, taman kota dan pemakaman;
v. zona suaka alam dan cagar budaya;
vi. zona rawan bencana alam, yang antara lain meliputi zona rawan tanah longsor,
zona rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir; Zona ini digambarkan
dalam peta terpisah;
vii. zona lindung lainnya.

b. Zona Budidaya yang meliputi:
i. zona perumahan yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan kepadatan:
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah; Bila diperlukan dapat
dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah deret, rumah
tunggal, rumah taman, dan sebagainya;
ii. zona perdagangan dan jasa yang meliputi perdagangan jasa deret dan
perdagangan jasa tunggal; Bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam
pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan sebagainya;
iii. zona perkantoran yang meliputi perkantoran pemerintah dan perkan- toran
swasta;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-22

iv. zona sarana pelayanan umum yang meliputi sarana pelayanan umum
pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi, sarana pela- yanan umum
kesehatan, sarana pelayanan umum olahraga, sarana pelayanan umum sosial
budaya, sarana pelayanan umum peribadatan;
v. zona industri yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan lo- gam
dasar, industri kecil, dan aneka industri;
vi. zona Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH);
vii. zona khusus (yang selalu ada di wilayah perkotaan namun tidak termasuk ke
dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 6)
meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan keamanan, zona Instalasi
Pembuangan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pengolahan Akhir (TPA), dan
instalasi penting lainnya; dan
viii. zona lainnya (yaitu: zona yang tidak selalu ada di kawasan perko- taan) antara
lain seperti pertanian, pertambangan, dan pariwisata
Rencana pola ruang tersebut di atas digambarkan kedalam peta wilayah peren-
canaan. Setiap wilayah perencanaan terdiri atas sub wilayah perencanaan yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan:
1) morfologi wilayah perencanaan;
2) keserasian dan keterpaduan fungsi wilayah perencanaan;
3) jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan wilayah perencana- an kota
yang memperhatikan rencana struktur ruang RTRW.
Setiap sub wilayah perencanaan terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan
fisik antara lain seperti jalan, sungai dan sebagainya. Pengilustra- sian pertampalan peta yang
didelineasi berdasarkan fisik (wilayah perenca- naan, sub wilayah perencanaan dan blok)
hingga peta yang didelineasi ber- dasarkan fungsi (zona dan sub zona) dapat dilihat pada
contoh Gambar 2.1.
Dalam hal luas wilayah perencanaan relatif kecil, rencana pola ruang dapat langsung
digambarkan ke dalam blok. Contoh pendelineasian peta yang digam- barkan dari wilayah
perencanaan ke sub wilayah perencanaan hingga blok dapat dilihat pada Gambar 2.2, dan
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-23

contoh pendeliniasian peta yang digambar- kan dari wilayah perencanaan langsung ke blok
dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Adapun pengilustrasian pembagian zona-zona peruntukan kedalam blok diser- tai
pengkodean berbagai sub zona pada suatu sub wilayah perencanaan dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
Apabila wilayah perencanaan terlalu luas untuk digambarkan kedalam satu peta berskala
1:5000, maka peta rencana pola tersebut dapat digambarkan lagi kedalam beberapa lembar
peta dimana pembagiannya tergantung dari sub wilayah perencanaan, seperti yang dapat
dilihat pada contoh Gambar 2.5.

















Gambar 2.1
Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke Sub Wilayah Perencanaan


[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-24












Gambar 2.2
Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke Sub Wilayah
Perencanaan kemudian Blok














Gambar 2.3
Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan langsung ke Blok.



[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-25














[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-26

Gambar 2.4
Ilustrasi Pembagian Sub Zona di dalam Blok dan Sub Blok pada satu Sub Wilayah Perencanaan











Ketentuan penggambaran peta rencana pola ruang sekaligus zoning map adalah
sebagai berikut:
a) rencana pola ruang RDTR digambarkan pada peta dengan tingkat keteli- tian skala
minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan sistem informasi geo- grafis yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang;
b) cakupan rencana pola ruang RDTR meliputi ruang darat dan dapat meliputi ruang laut
dengan batasan 4 (empat) mil laut diukur dari garis pantai di wi- layah kabupaten/kota
atau sampai batas negara yang disepakati secara in- ternasional apabila
kabupaten/kota terkait berbatasan laut dengan negara lain;
c) rencana pola ruang RDTR dapat digambarkan dalam beberapa lembar pe- ta yang
tersusun secara beraturan mengikuti ketentuan yang berlaku;
d) peta rencana pola ruang RDTR juga berfungsi sebagai zoning map bagi
e) peraturan zonasi;
f) peta rencana pola ruang RDTR harus sudah menunjukkan batasan persil untuk
wilayah yang sudah terbangun.

1. Rencana Jaringan Prasarana
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-27

Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem jar- ingan
prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur RTRW Kabupaten/ Kota.
Rencana jaringan prasarana wilayah perencanaan berfungsi sebagai:
a) pembentuk sistem pelayanan dan pergerakan di dalam wilayah perenca- naan;
b) dasar perletakan jaringan dan rencana pembangunan prasarana, dan utili- tas dalam
wilayah perencanaan sesuai dengan fungsi pelayanannya; dan
c) dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL dan
rencana teknis lainnya.
Rencana jaringan prasarana wilayah perencanaan dirumuskan berdasarkan:
a. rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota dalam RTRW kabupaten/ kota;
b. kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi wilayah perencanaan;
c. rencana pola ruang wilayah perencanaan dalam RDTR;
d. sistem pelayanan dan pergerakan sesuai fungsi dan peran wilayah peren- canaan; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana jaringan prasarana wilayah perencanaan dirumuskan dengan kri teria:
a. memperhatikan rencana struktur ruang bagian dari wilayah kabupaten/kota lainnya
atau wilayah administrasi kabupaten/kota sekitarnya yang berbata- san;
b. menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan pembangunan prasara- na dan
utilitas dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah perencana- an;
c. mengakomodasi kebutuhan pelayanan prasarana dan utilitas wilayah pe- rencanaan;
dan
d. mengakomodasi kebutuhan fungsi dan peran pelayanan kawasan di dalam struktur
ruang wilayah perencanaan.

Materi dari rencana jaringan prasarana RDTR meliputi :
a. Rencana Jaringan Pergerakan
Rencana jaringan pergerakan dalam RDTR merupakan seluruh jaringan primer dan
jaringan sekunder pada wilayah perencanaan yang meliputi: ja- lan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, jalan lingkungan,dan jaringan jalan lain nya yang tidak termasuk dalam jaringan
pergerakan yang direncanakan dalam RTRW, terdiri atas:
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-28


1) jaringan jalan arteri primer dan sekunder;
2) jaringan jalan kolektor primer dan sekunder;
3) jaringan jalan lokal primer dan sekunder;
4) jaringan jalan lingkungan sekunder;
5) jaringan jalan lainnya yang meliputi :
i. jalur kereta api termasuk kereta bawah tanah,monorail,dan stasiun (jika ada);
ii. jalur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai, danau, penyebra- ngan, dan
pelabuhan/ dermaga pada wilayah perencanaan (jika ada);
iii. jalan masuk dan keluar terminal barang serta terminal orang/ pe- numpang sesuai
ketentuan yang berlaku (terminal tipe A, B dan C hingga pangkalan angkutan
umum);
iv. jaringan jalan moda transportasi umum (jalan masuk dan keluarnya terminal barang/
orang hingga pangkalan angkutan umum dan hal- te); jalan masuk dan keluar
parkir;
v. sistem jaringan jalur pejalan kaki dan jalur sepeda.
b. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan
Rencana pengembangan jaringan energi/listrik menjabarkan tentang jari- ngan
distribusi dan pengembangannya berdasarkan prakiraan kebutuhan energi/listrik di wilayah
perencanaan yang terdiri atas:
1) jaringan subtransmisi yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumber daya
besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak
di wilayah perencanaan (jika ada);
2) jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, SUTT) berfungsi
menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi
sekunder, infrastruktur pendukung pada jaringan distribusi primer meliputi :
i. gardu induk berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtrans- misi (70-
500 kv) menjadi tegangan menengah ( 20 kv)
ii. gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu
distribusi;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-29

3) jaringan distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan/ menghu- bungkan daya
listrik tegangan rendah ke konsumen, infrastruktur pen- dukung pada jaringan
distribusi sekunder adalah gardu distribusi yang berfungsi menurunkan tegangan
primer ( 20 kv) menjadi tegangan se- kunder (220v /380 v);
4) penjabaran jaringan pipa minyak dan gas bumi, di wilayah perencana- an (jika
ada); (sesuai UU no.20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan,Kepmen ESDM
no.865 tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum
Ketenagalistrikan)

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-30

c. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi
Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi terdiri atas:
1) rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa lokasi pusat
automatisasi sambungan telepon;
2) kebutuhan penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel (dari jari ngan kabel
primer hingga jaringan kabel sekunder), termasuk penyedi- aan:
i. stasiun telepon otomat;
ii. rumah kabel;
iii. kotak pembagi;
3) kebutuhan penyediaan telekomunikasi telepon selular, termasuk pe- nyediaan
infrastruktur telepon nirkabel berupa lokasi menara telekomu- nikasi termasuk
menara Base Transceiver Station (BTS);
4) rencana sistem televisi kabel seperti stasiun transmisi dan jaringan ka- bel distribusi;
5) rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi dan rencana jaringan serat
optik.

d. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
Rencana pengembangan jaringan air minum berupa rencana kebutuhan dan sistem
penyediaan air minum, yang terdiri atas:
1) sistem penyediaan air minum wilayah kabupaten/kota mencakup sistem jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan;
2) bangunan pengambil air baku;
3) seluruh pipa transmisi air baku dan instalasi produksi;
4) seluruh pipa unit distribusi hingga persil;
5) seluruh bangunan penunjang dan bangunan pelengkap; dan
6) bak penampung.

e. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
Rencana pengembangan jaringan drainase terdiri atas:
1) sistem jaringan drainase untuk mencegah genangan di wilayah peren- canaan;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-31

2) rencana kebutuhan sistem drainase, terdiri atas: rencana jaringan primer, sekunder,
tersier, dan lingkungan di wilayah perencanaan; dan
3) kondisi topografi di wilayah perencanaan yang berpotensi terjadi gena- ngan maka
perlu dibuat:
i. kolam retensi
ii. sistem pemompaan
iii. pintu air

f. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
Prasarana dan sarana air limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah
setempat (onsite) dan atau terpusat (offsite). Sistem pembuangan air limbah terpusat,terdiri
atas:
1) seluruh saluran pembuangan
2) bangunan pengolahan air limbah
Sistem pembuangan air limbah setempat, terdiri atas:
1) bak septik (septic tank)
2) IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja)

g. Penyediaan prasarana lainnya.
Direncanakan melalui penyediaan dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan wilayah perencanaan, contoh: wilayah perencanaan yang memiliki kawasan
rawan bencana wajib menyediakan rencana jalur evakuasi bencana yang terdiri atas :
1) jalur evakuasi bencana (escape way) untuk skala kabupaten/kota, ka- wasan, maupun
lingkungan dan direncanakan untuk segala jenis ben- cana yang mungkin terjadi;
2) jalur evakuasi bencana dapat dengan memanfaatkan jaringan jalan yang sudah ada
dengan memperhatikan kapasitas jalan.

Rencana jaringan prasarana di wilayah perencanaan digambarkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Peta rencana jaringan prasarana memuat:
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-32

1) jaringan jalan yang terdiri dari beberapa kelas dan tingkat jalan yang ter- dapat dalam
wilayah perencanaan;
2) sistem prasarana wilayah lainnya digambarkan pada satu lembar peta wilayah
perencanaan secara utuh dan dapat digambarkan masing- masing pada peta tersendiri;
dan
3) sistem jaringan prasarana jalan harus digambarkan mengikuti trase jalan yang
sebenarnya.

b. Rencana jaringan prasarana digambarkan dengan ketelitian peta skala mi- nimum
1:5.000 dan untuk wilayah perencanaan yang memiliki wilayah pe- sisir dan laut
dapat dilengkapi dengan peta batimetri yang menggambar- kan kontur laut; dan

c. Penggambaran peta rencana jaringan prasarana bagian dari wilayah kabu- paten/kota
harus mengikuti peraturan perundangan-undangan terkait pe- pemetaan rencana tata
ruang sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang ditentukan oleh
instansi yang berwenang dan mengikuti pe- raturan perundangan- undangan terkait
lainnya;

d. Pada kawasan perkotaan di kabupaten yang secara fisik,ekonomi, dan so- sial sudah
mendekati kriteria kota otonom, maka wilayah perencanaan yang disusun rencana
detailnya harus dibagi menjadi beberapa wilayah perencanaan sesuai dengan fungsi
kawasan (homogenitas fungsi);

e. Penyusunan RDTR pada wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud huruf d bisa
dilakukan keseluruhan wilayah perencanaan atau parsial pada tiap wilayah
perencanaan.

Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan Penanganannya
Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan pena- nganannya
merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan kedalam rencana
penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang di- prioritaskan.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-33


Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanga- nannya
berfungsi :
a. mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordina- sikan
keterpaduan pembangunan, dan/ atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang
bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi diban- dingkan bagian dari
wilayah perencanaan lainnya;
b. sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan rencana
teknis pembangunan yang lebih rinci lainnya; dan
c. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RDTR.

Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanga- nannya
ditetapkan berdasarkan:
a. tujuan penataan ruang wilayah perencanaan;
b. nilai penting di bagian dari wilayah perencanaan yang akan ditetapkan;
c. kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan di bagian dari wilayah pe-
rencanaan yang akan ditetapkan;
d. usulan dari sektor;
e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di wilayah perencanaan; dan
f. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanga- nannya
ditetapkan dengan kriteria:

a. dapat merupakan faktor kunci mendukung perwujudan rencana pola ruang, rencana
jaringan prasarana, dan pelaksanaan peraturan zonasi di wilayah perencanaan;
b. dapat mendukung tercapainya agenda pembangunan;
c. dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang memiliki nilai pen- ting
dari sudut kepentingan ekonomi , sosial-budaya, pendayagunaan sum- ber daya
alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung lingku- ngan hidup,
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-34

dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai dengan kepentingan
pembangunan wilayah perencanaan;
d. dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang dinilai perlu di-
dikembangkan, diperbaiki, dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar
tertentu berdasarkan pertimbangan ekonomi , sosial-budaya, dan/ atau lingkungan.

Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanga- nannya
minimum harus memuat:
a. Lokasi
Lokasi adalah tempat bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya.

Lokasi bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganan nya perlu
digambarkan dalam peta. Batas delineasi lokasi bagian dari wila- yah perencanaan yang
diprioritaskan penanganannya, dapat dilakukan de- ngan mempertimbangkan:

1) batas fisik, seperti blok dan sub-blok;
2) fungsi kawasan, seperti masing- masing zona dan sub-zona;
3) wilayah administratif, seperti RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan wila- yah
perencanaan/desa;
4) penentuan secara kultural tradisional (traditional cultural-spatial units), seperti desa
adat, gampong, dan nagari;
5) penentuan berdasarkan kesatuan karakter tematis, seperti kawasan ko- ta lama,
lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendi- dikan, dan kawasan
permukiman tradisional; dan
6) penentuan berdasarkan jenis kawasan, seperti kawasan baru yang ber- kembang
cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan,ka- wasan dilestarikan,
kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.

b. Tema Penanganan
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-35

Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema penanganan
bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, dapat meliputi:

1) perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan; contohnya melalui penataan
lingkungan permukiman kumuh/nelayan (perbaikan kam- pung), perbaikan desa
pusat pertumbuhan, perbaikan kawasan,serta pelestarian kawasan;
2) pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan; contoh nya melalui
peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta
rehabilitasi danrekonstruksi kawasan pas- cabencana;
3) pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui
pembangunan kawasan permukiman (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap
Bangun-Berdiri Sendiri), pembangunan kawasan ter- padu, pembangunan desa
agropolitan, pembangunan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D),
pembangunan kawasan perbata san, dan pembangunan kawasan pengendalian ketat
(high-control zo- ne);
4) pelestarian/ pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pengenda- lian kawasan
pelestarian, revitalisasi kawasan, serta pengendalian ka- wasan rawan bencana.

Contoh perumusan penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya, pada salah satu lokasi yang ditetapkan:

a. Lokasi: Kawasan Koridor Utama Wilayah Perencanaan
Gambar 1.11
Contoh Zona Kawasan Koridor Utama Wilayah Perencanaan







[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-36





b. Penanganan: Perbaikan Kawasan

1. Arahan Pemanfaatan Ruang
Arahan pemanfaatan ruang dalam RDTR kabupaten/kota merupakan upaya mewujudkan
RDTR dalam bentuk program penataan ruang/pengembangan untuk wilayah perencanaan
dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) ta- hunan sampai akhir tahun masa perencanaan
sebagaimana diatur dalam pedoman ini. Arahan pemanfaatan ruang ini bersifat optional
dalam pe- nyusunannya dan tergantung oleh kebutuhan daerah masing- masing.

Arahan pemanfaatan Ruang berfungsi sebagai:
a. dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan ruang/
pengembangan wilayah perencanaan;
b. arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahunan maupun penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun;
dan
d. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Arahan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan:
a. rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana;
b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan
d. prioritas pengembangan dalam wilayah perencanaan dan pentahapan rencana
pelaksanaan program sesuai dengan RPJP Daerah maupun RPJM Daerah.

Arahan pemanfaatan ruang disusun dengan kriteria:
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-37

a. mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasa- rana di
wilayah perencanaan serta mendukung perwujudan bagian dari wilayah
perencanaan yang diprioritaskan penanganannya;
b. mendukung program penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
c. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu pe-
rencanaan;
d. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam
jangka waktu tahunan maupun antarlima tahunan; dan
e. terjaganya sinkronisasi antarprogram dalam satu kerangka program ter- padu
pengembangan wilayah kabupaten/kota.

Program dalam rencana pemanfaatan ruang apabila dibuat dalam dokumen RDTR
Kabupaten/Kota memuat:
a. Program Pemanfaatan Ruang Utama, merupakan program-program pe- ngembangan
wilayah perencanaan yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan tingkat
kepentingan atau diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana
pola ruang dan rencana jari- ngan prasarana di wilayah perencanaan sesuai tujuan penataan
ruang wilayah perencanaan.
Program pemanfaatan ruang ini dapat memuat kelompok program seba- gai berikut:
1) perwujudan rencana pola ruang di wilayah perencanaan, meliputi:
i. perwujudan zona lindung pada wilayah perencanaan; dan
ii. perwujudan zona budi daya pada wilayah perencanaan, dapat meliputi:
(a) perwujudan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di wilayah
perencanaan;
(b) perwujudan ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap jenis pola ruang (zona)
jika peraturan zonasi terpisah dari dokumen RDTR;
(c) perwujudan intensitas pemanfaatan ruang blok; dan
(d) perwujudan tata massa bangunan.
2) program perwujudan rencana jaringan prasarana di wilayah perenca- naan, meliputi:
i. perwujudan pusat pelayanan kegiatan di wilayah perencanaan; dan
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-38

ii. perwujudan sistem jaringan prasarana untuk wilayah perencanaan, yang mencakup
pula sistem prasarana nasional dan wilayah/re- gional di dalam wilayah perencanaan,
dapat meliputi:
(a) perwujudan sistem jaringan pergerakan di wilayah perenca- naan;
(b) perwujudan sistem jaringan energi;
(c) perwujudan sistem jaringan kelistrikan;
(d) perwujudan sistem jaringan telekomunikasi; (e) perwujudan sistem air minum;
(f) perwujudan sistem drainase;
(g) perwujudan sistem air limbah; dan
(h) perwujudan sistem jaringan lainnya sesuai kebutuhan wilayah
perencanaan.
3) perwujudan penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprio- ritaskan
penanganannya, dapat meliputi:
i. perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan
ii. pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan;
iii.pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan;dan
iv. pelestarian/pelindungan blok/kawasan

4. Lokasi, tempat dimana usulan program akan dilaksanakan.
5. Besaran, merupakan perkiraan jumlah satuan masing- masing usulan pro- gram utama
pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
6. Sumber Pendanaan,yang dapat berasal dari APBD kabupaten/kota,APBD provinsi,
APBN, swasta, dan/atau masyarakat.
7. Instansi Pelaksana, yang merupakan pihak-pihak pelaksana program utama yang meliputi
pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing- masing pemerintahan), swasta, serta
masyarakat.
8. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan, usulan program direncanakan dalam kurun waktu
perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan
masing- masing program mempunyai durasi pelaksa- naan yang bervariasi sesuai
kebutuhan. Penyusunan program utama dise- suaikan dengan pentahapan jangka waktu 5
tahunan RPJP Daerah Kabu- paten/kota.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-39



1.6 Pendekatan Perencanaan
1.6.1. Asas Penataan Ruang
Berdasarkan UU nomor 26 tahun 2007 tentang pentaan ruang pasal 2, dimana dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan
asas:
a. Keterpaduan;
b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. Keberlanjutan;
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. Keterbukaan;
f. Kebersamaan dan kemitraan;
g. Pelindungan kepentingan umum;
h. Kepastian hukum dan keadilan; dan
i. Lakuntabilitas.

1.6.2. Pengertian Peninjauan Kembali
Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkala agar selalu memiliki suatu rencana
tata ruang yang berfungsi seperti yang ditetapkan dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang. Rencana Tata Ruang merupakan pedoman untuk :
1. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang di Wilayah
Kabupaten/Kota;
2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar kawasan
Wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian pembangunan antar sektor;
3. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan/atau masyarakat di Wilayah
Kabupaten/Kota;
4. Penyusunan rencana rinci tata ruang Kabupaten;
5. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-40


1.6.3. Faktor Peninjauan Kembali
Faktor yang sebenarnya menjadikan kegiatan peninjauan kembali menjadi suatu
aktivitas yang penting untuk dilakukan secara berkala dalam proses penataan ruang adalah
karena adanya ketidaksesuaian dan/atau simpangan antara rencana dengan kenyataan yang
terjadi di lapangan baik karena faktor internal maupun factor eksternal.
1.6.3.1.Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perlunya peninjauan kembali,
yaitu:
1. Adanya perubahan dan/atau penyempurnaan peraturan dan/atau rujukan sistem
penataan ruang.
2. Adanya perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan/atau sektoral dari tingkat
propinsi maupun kabupaten yang berdampak pada pengalokasian kegiatan
pembangunan yang memerlukan ruang berskala besar.
3. Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma sistem pembangunan
dan pemerintahan serta paradigm perencanaan tata ruang.
4. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan seringkali
radikal dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam meminimalkan kerusakan lingkungan.
5. Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola
pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun lindung yang
ada demi pembangunan pasca bencana.

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-41

1.6.3.2.Faktor Internal
Beberapa faktor internal yang mempengaruhi perlunya peninjauan kembali adalah:
1. Rendahnya kualitas RTRWK yang dipergunakan untuk penertiban perizinan lokasi
pembangunan, sehingga kurang dapat mengoptimalisasi perkembangan dan
pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat dan dinamis.
2. Rendahnya kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis dan
prosedur kelembagaan perencanaan tata ruang.
3. Terbatasnya pengertian dan komitmen aparatur yang terkait dengan tugas penataan
ruang, mengenai fungsi dan kegunaan RTRWK dalam pelaksanaan pembangunan.
4. Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang berlaku di
dalam masyarakat.
5. Lemahnya kemampuan aparatur yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan
ruang.

1.7. Konsep Perencanaan
1.7.1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari visi dan misi
kota dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang kota yang
diharapkan.
A. Tujuan Penataan Ruang Kota
Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah
kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
1. Tujuan penataan ruang wilayah kota memiliki fungsi:
a) Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang
wilayah kota;
b) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalamRTRW kota; dan
c) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatanruang wilayah
kota.
2. Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:
a) Visi dan misi pembangunan wilayah kota;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-42

b) Karakteristik wilayah kota; dan
c) Isu strategis dan kondisi objektif yang diinginkan.
3. Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:
a) Mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan dalam rencana tata
ruang wilayah nasional, rencana tata ruang provinsi, dan rencana tata ruang kawasan
metropolitan (untuk kota yang berada dalam kawasan metropolitan);
b) Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional;
c) Jelas dan dapat dicapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan
d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

B. Kebijakan
Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus
ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota.
1. Kebijakan penataan ruang wilayah kota berfungsi:
a) Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kota;
b) Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kota;
c) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kota; dan
d) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
kota.
2. Kebijakan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:
a) Tujuan penataan ruang wilayah kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) Karakteristik wilayah kota; dan
c) Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya.
3. Kebijakan penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:
a) Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan
ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kota bersangkutan;
b) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kota bersangkutan;
c) Mampu menjawab isu- isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-43


C. Strategi
Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan penataan
ruang wilayah kota ke dalam langkah- langkah operasional untukm mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
1. Strategi penataan ruang wilayah kota berfungsi:
a) Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan
penetapan kawasan strategis kota;
b) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kota; dan
c) Sebagai dasar penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
2. Strategi penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:
a) Kebijakan penataan ruang wilayah kota;
b) Ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c) Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam melaksanakan kebijakan penataan
ruangnya.
3. Strategi penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:
a) Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang wilayah kota;
b) Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah
nasional dan provinsi;
c) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kota bersangkutan secara efisien danefektif;
d) Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola ruang
wilayah kota; dan
e) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

1.7.2. Rencana Struktur Ruang Kota
Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan
kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah kota.
1.7.2.1. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-44

1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang
memberikan layanan bagi wilayah kota;
2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi
jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanankota; dan
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk 20 (dua puluh) tahun.

Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional yang meliputi:
1. Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional
2. Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota
3. Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota

1.7.2.2. Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota;
2. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka mendukung
kegiatan sosial ekonomi;
3. Daya dukung dan daya tampung wilayah kota; dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.7.2.3. Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:
1. Memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kota bersangkutan;
3. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus berhirarki dan
tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu
kesatuan sistem;
4. Sistem jaringan prasarana kota dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem
jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya,
dengan penjelasan sebagai berikut:

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-45

A. Sistem prasarana utama yang merupakan sistem jaringan transportasi, yang terdiri atas:
1. Sistem Jaringan Transportasi Darat, mencakup:
a) Sistem jaringan jalan yang terdiri atas:
jaringan jalan tol di dalam wilayah kota dan jaringan jalan sekunder di dalam kota
sesuai dengan PP No. 34 tahun 2006 tentang Jalan;
jaringan jalan provinsi yang ada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
jalan khusus yang berada di wilayah kota;
lokasi terminal sesuai dengan jenis dan kelas pelayanannya; dan
pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum.
b) Sistem jaringan kereta api
jaringan jalur kereta api termasuk subway dan monorail; dan
stasiun kereta api.
c) Sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan
alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai, danau,dan penyeberangan dalam
wilayah kota dan antar wilayah; dan
pelabuhan/dermaga.
2. Jaringan Transportasi Laut, mencakup:
Rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan dengan mempertimbangkan
fungsi jaringan transportasi laut:
a) alur pelayaran yang berada pada wilayah kota bersangkutan; dan
b) pelabuhan laut yang berada di wilayah kota.
3. Jaringan Transportasi Udara, mencakup:
Rencana pembangunan dan pengembangan bandar udara dengan mempertimbangkan
fungsi jaringan transportasi udara:
yang dapat berupa bandar udara pusat penyebaran primer, pusat penyebaran sekunder,
dan pusat penyebaran tersier beserta sarana pendukungnya dengan mempert imbangkan:
a) Ruang udara di atas bandara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar
udara (ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam Kawasan Keselamatan
Operasional Penerbangan (KKOP). Penentuan KKOP mengikuti ketentuan dalam
Kepmen Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2000);
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-46

b) Ruang udara di sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan; dan
c) Bandar udara yang berada di wilayah kota.
B. Sistem prasarana lainnya yang terdiri atas telekomunikasi, sumber daya air, energi, dan
infrastruktur perkotaan yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi
kegiatan yang ada di wilayah kota.
1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi/Kelistrikanyang meliputi:
a) pembangkit listrik (skala besar maupun mikro) di wilayahkota;
b) jaringan prasarana energi yang mencakup:
penjabaran jaringan pipa minyak dan gas bumi, dalam wilayah kota (jika ada);
penjabaran jaringan transmisi tenaga listrik Saluran Utama Tegangan Ultra Tinggi
(SUTUT), Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), dan Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) dalam wilayah kota (jika ada);
jalur-jalur distribusi energi kelistrikan, lokasi pembangkit, gardu induk distribusi,
dan sistem distribusi; dan
rencana sistem alternatif sumber daya lainnya seperti migas, panas bumi, tenaga
surya, dan lain sebagainya.
2. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Rencana sistem jaringan telekomunikasi yang dikembangkan meliputi sistem kabel,
sistem nirkabel, dan sistem satelit, yang terdiri atas:
a) Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan telepon
fixed line dan lokasi pusat automatisasi sambungan telepon;
b) Infrastruktur telepon nirkabel berupa lokasi menara telekomunikasi termasuk menara
Base Transceiver Station (BTS); dan
c) Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi di wilayah kota.
3. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Kota
Rencana sistem jaringan sumber daya air kota dikembangkan yang terdiri atas:
a) sistem jaringan sumber daya air lintas negara, lintas provinsi, dan lintas
kabupaten/kota yang berada pada wilayah kota bersangkutan;
b) wilayah sungai di wilayah kota, termasuk waduk, situ, dan embung pada wilayah
kota;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-47

c) sistem jaringan irigasi yang berfungsi mendukung kegiatan pertanian di wilayah
kota;
d) sistem jaringan air baku untuk air bersih; dan
e) sistem pengendalian banjir di wilayah kota.
4. Infrastruktur Perkotaan yang meliputi prasarana penyediaan air minum kota,
pengelolaan air limbah, sistem persampahan, sistem drainase kota, penyediaan dan
pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, dan jalur evakuasi
bencana.
a) Sistem Penyediaan Air Minum Kota
Sistem penyediaan air minum kota mencakup sistem jaringanperpipaan dan/atau
bukan jaringan perpipaan.
b) Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota
Sistem pengelolaan air limbah kota meliputi sistem air pembuangan yang terdiri atas
sistem pembuangan air limbah (sewage) termasuk sistem pengolahan berupa instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) dan sistem pembuangan air buangan rumah tangga
(sewerage) baik individual maupun komunal.
Untuk air limbah yang mengandung B3, diperlukan instalasi tambahan untuk
membersihkan air limbah tersebut sebelum masuk ke jaringan air buangan kota.
c) Sistem Persampahan Kota
Sistem persampahan kota meliputi tempat pembuangansampah sementara (TPS) dan
tempat pemrosesan akhirsampah (TPA).
d) Sistem Drainase Kota
Sistem drainase kota meliputi jaringan primer, sekunder, dan tersier yang berfungsi
untuk mengalirkan limpasan air hujan (storm water) dan air permukaan lainnya
untuk menghindari genangan air di wilayah kota.
e) Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan Pejalan Kaki
Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki dapat
direncanakan dalam bentuk ruang pejalan kaki di sisi jalan, ruang pejalan kaki di sisi
air, ruang pejalan kaki di kawasan komersial/perkantoran, ruang pejalan kaki di
RTH, ruang pejalan kaki di bawah tanah, dan ruang pejalan kaki di atas tanah.
f) Jalur Evakuasi Bencana
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-48

Jalur evakuasi bencana meliputi escape way dan melting point baik dalam skala kota
maupun kawasan.
5. Mengikuti ketentuan pemetaan struktur ruang wilayah kota sebagai berikut:
a) sistem pusat-pusat pelayanan dan sistem prasarana utama harus digambarkan pada
satu lembar peta wilayah kota secara utuh;
b) sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri dari pusat kota, sub-pusat kota, dan pusat
lingkungan harus digambarkan dengan simbol
c) rencana struktur ruang wilayah kota harus menggambarkan jaringan jalan yang
berada dalam wilayah kota yang menjadi kewenangan kota dan jalan primer yang
melalui kota tersebut;
d) sistem prasarana wilayah lainnya digambarkan pada satu lembar peta wilayah kota
secara utuh dan dapat digambarkan pada peta tersendiri;
e) sistem jaringan prasarana jalan harus digambarkan mengikuti terase jalan yang
sebenarnya;
f) pengambaran rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan dengan ketelitian
peta skala minimum 1:25.000 dan untuk wilayah kota yang memiliki wilayah pesisir
dan laut dapat dilengkapi dengan peta barimetri yang menggambarkan kontur laut;
dan penggambaran peta rencana struktur ruang kota harus mengikuti peraturan
perundangan-undangan terkait pemetaan rencana tata ruang sesuai dengan ketentuan
sistem informasi geografis yang ditentukan oleh instansi yang berwenang.
6. Harus mengikuti peraturan perundangan- undangan terkait;
1.8. Metodologi
1.8.1. Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun laporan ini ada beberapa metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi wilayah Kecamatan Kuta Utara.
1.8.1.1.Studi Literatur
Studi literatur yang digunakan dalam studi ini yaitu memadukan beberapa buku
panduan yang disesuaikan dengan hasil pengamatan di lapangan. Literatur- literatur yang
digunakan, antara lain:
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-49

1. Sadyohutomo, Mulyono. 2006. Penatagunaan Tanah. Surabaya : Penerbit Aditya
Media.
2. Warpani, Suwardjoko. 1984. Analisis Kota dan Daerah. Bandung : Penerbit ITB.
3. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum 2007 Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.
Direktorat Jendral Penataan Ruang. Departement Pekerjaan Umum.
4. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. 2004. Tata Cara
Pengembangan Kawasan untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Jakarta : Direktorat
Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal.
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725).
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2831).
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274).
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3419).
9. Undang-Undang 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran negara
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3317).
10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427).
11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3469).
12. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470).
13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3478).
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-50

14. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian (Lembaran Nagara
Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3479).
15. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3480).
16. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481).
17. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3493).
18. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3699).
19. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881).
20. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888).
21. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169).
22. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377).
23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.
24. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001
Tentang Standart Pelayanan Minimal Untuk Permukiman.
25. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Tata Ruang.
26. Peraturan Mentereri Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang.

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-51

1.8.1.2.Survey Lapangan
Survey yang dilakukan terbagi menjadi dua yaitu:
a. Survey primer yaitu pengamatan secara langsung ke lokasi survey.
Dikecamatan kuta utara terdapat 3 kelurahan dan 3 desa. Kami melakukan pembagaian
wilayah survey yang dimana 2 orang mendapat 1 wilayah survey yaitu andre dan icha
mendapat diwilayah kelurahan kerobokan aja,nata dan ino diwilayah desa canggu,denis
dan tuhaiwin dikelurahan kerobokan,ruly dan ajer didesa tibubeneng,ilham dan
tuhaiwin mendapat dikelurahan kerobokan kaja dan masih ada wilayah survey yaitu
didesa dalung kami melakukan survey secara bersamaan.
Dapat kita lihat tabel kegiatan survey
No Nama
Hari dan
Tanggal
jam jenis kegiatan jam jenis kegiatan
1
Rizka Oky
Purwandari
Kamis, 16
Februari
2012
12-.00
16.00
Survey primer 19.00
22.00
Merekap Data,
Memperbaiki
Peta, Mengisi
Tabel Time
Schedule
Alexander
Raymon Claudio
12-.00
16.00
Menyewa sepeda
motor di rental,
Survey primer
19.00
22.00
Merekap Data,
Memperbaiki
Peta, Mengisi
Tabel Time
Schedule
Filantrofie
Haspara Kelana
12-.00
16.00
Menyewa sepeda
motor di rental,
Survey primer
19.00
22.00
Merekap Data,
Memperbaiki
Peta, Mengisi
Tabel Time
Schedule
Muhamad Ilham 12-.00
16.00
Menyewa sepeda
motor di rental,
Survey primer
19.00
22.00
Merekap Data,
Memperbaiki
Peta, Mengisi
Tabel Time
Schedule
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-52

Florentinus H
Mukin
12-.00
16.00
Menyewa sepeda
motor di rental,
Survey primer
19.00
22.00
Merekap Data,
Memperbaiki
Peta, Mengisi
Tabel Time
Schedule

2
Rizka Oky
Purwandari
Jumat, 17
Februari
2012
10.00
17.00
Survey Primer dan
membagi
kuisioner
20.00
01.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta
Florentinus H.
Mukin
10.00
11.30
dan
13.30
17.00
Survey Primer,
Survey Sekunder,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
01.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta
Alexander
Raymond
Claudio
10.00
11.30
dan
13.30
17.00
Survey Primer,
Survey Sekunder,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
01.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta
Filantrofie
Haspara Kelana
10.00
17.00
Survey Primer dan
membagi
kuisioner
20.00
01.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta
Muhammad
Ilham
10.00
17.00
Survey Primer dan
membagi
kuisioner
20.00
01.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta

3
Rizka Oky
Purwandari
Sabtu, 18
Februari
2012
09.00
15.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
19.00
24.00
Merekap data
Florentinus H.
Mukin
09.00
15.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
19.00
24.00
Merekap data
dan membuat
peta land use
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-53

kuisioner
Alexander
Raymond
Claudio
09.00
15.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
19.00
24.00
Merekap data
dan membuat
peta land use
Filantrofie
Haspara Kelana
09.00
15.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
19.00
24.00
Merekap data
dan membuat
peta land use
Muhammad
Ilham
09.00
15.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
19.00
24.00
Merekap data
dan membuat
peta land use

4
Rizka Oky
Purwandari
Minggu, 19
Februari
2012
12.00
02.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
02.00
Merekap data
dan membuat
peta jaringan
Florentinus H.
Mukin
12.00
02.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
02.00
Merekap data
dan membuat
peta jaringan
Alexander
Raymond
Claudio
12.00
02.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
02.00
Merekap data
dan membuat
peta jaringan
Filantrofie
Haspara Kelana
12.00
02.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
02.00
Merekap data
dan membuat
peta jaringan
Muhammad
Ilham
12.00
02.00
Survey Primer,
wawancara, dan
membagi
20.00
02.00
Merekap data
dan membuat
peta jaringan
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-54

kuisioner

5
Rizka Oky
Purwandari
Senin, 20
Februari
2012
08.00
17.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
24.00
Merekap data
dan
membetulkan
peta jaringan
Florentinus H.
Mukin
08.00
17.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara
20.00
24.00
Merekap data
dan
membetulkan
peta jaringan
Alexander
Raymond
Claudio
08.00
17.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara
20.00
24.00
Merekap data
dan
membetulkan
peta jaringan
Filantrofie
Haspara Kelana
08.00
17.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
24.00
Merekap data
dan
membetulkan
peta jaringan
Muhammad
Ilham
08.00
17.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara, dan
membagi
kuisioner
20.00
24.00
Merekap data
dan
membetulkan
peta jaringan

6
Rizka Oky
Purwandari
Selasa, 21
Februari
2012
11.00
16.00
Survey Sekunder 20.00
22.00
Merekap data
Florentinus H.
Mukin
11.00
18.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara, serta
membagi
kuisioner
20.00
22.00
Merekap data
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-55

Alexander
Raymond
Claudio
11.00
18.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara, serta
membagi
kuisioner
20.00
22.00
Merekap data
Filantrofie
Haspara Kelana
11.00
18.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara, serta
membagi
kuisioner
20.00
22.00
Merekap data
Muhammad
Ilham
11.00
18.00
Survey primer,
survey sekunder,
wawancara, serta
membagi
kuisioner
20.00
22.00
Merekap data

7
Rizka Oky
Purwandari
Rabu, 22
Februari
2012
09.00
15.00
Survey sekunder 20.00
22.00
Merekap data
Florentinus H.
Mukin
10.00
18.00
Survey OD dan
LHR
20.00
22.00
Merekap data
Alexander
Raymond
Claudio
10.00
18.00
Survey OD dan
LHR
20.00
22.00
Merekap data
Filantrofie
Haspara Kelana
10.00
18.00
Survey OD dan
LHR
20.00
22.00
Merekap data
Muhammad
Ilham
10.00
18.00
Survey OD dan
LHR
20.00
22.00
Merekap data

8
Rizka Oky
Purwandari
Kamis, 23
Februari
2012
09.00
16.00
Survey Sekunder 20.00
21.00
Merekap data
Florentinus H.
Mukin
03.00
10.00
Survey OD dan
LHR
18.00
24.00
Survey OD dan
LHR
Alexander
Raymond
Claudio
03.00
10.00
Survey OD dan
LHR
18.00
24.00
Survey OD dan
LHR
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-56

Filantrofie
Haspara Kelana
03.00
10.00
Survey OD dan
LHR
18.00
24.00
Survey OD dan
LHR
Muhammad
Ilham
03.00
10.00
Survey OD dan
LHR
18.00
24.00
Survey OD dan
LHR

9
Rizka Oky
Purwandari
Jumat, 24
Februari
2012
01.00
04.00
Survey OD dan
LHR
20.00
24.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta - peta
Florentinus H.
Mukin
01.00
04.00
Survey OD dan
LHR
20.00
24.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta - peta
Alexander
Raymond
Claudio
01.00
04.00
Survey OD dan
LHR
20.00
24.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta - peta
Filantrofie
Haspara Kelana
01.00
04.00
Survey OD dan
LHR
20.00
24.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta - peta
Muhammad
Ilham
01.00
04.00
Survey OD dan
LHR
20.00
24.00
Merekap data
dan memperbaiki
peta - peta

10
Rizka Oky
Purwandari
Sabtu, 25
Februari
2012
11.00
13.00
Wawancara
pemuka adat
15.00
16.30
Asistensi ke
asisten dosen
Florentinus H.
Mukin
11.00
13.00
Merekap data 15.00
16.30
Asistensi ke
asisten dosen
Alexander
Raymond
Claudio
11.00
13.00
Wawancara
pemuka adat
15.00
16.30
Asistensi ke
asisten dosen
Filantrofie
Haspara Kelana
11.00
13.00
Merekap data 15.00
16.30
Asistensi ke
asisten dosen
Muhammad
Ilham
11.00
13.00
Merekap data 15.00
16.30
Asistensi ke
asisten dosen

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-57

11
Rizka Oky
Purwandari
Minggu, 26
Februari
2012
13.00
15.00
Packing untuk
persiapan pulang
17.30 Kumpul di base
camp Mengwi
Florentinus H.
Mukin
11.00
14.00
Mengembalikan
sepeda motor ke
rental motor
15.00
17.30
Packing untuk
persipan pulang
dan berkumpul
di base camp
Mengwi
Alexander
Raymond
Claudio
11.00
14.00
Mengembalikan
sepeda motor ke
rental motor
15.00
17.30
Packing untuk
persipan pulang
dan berkumpul
di base camp
Mengwi
Filantrofie
Haspara Kelana
11.00
14.00
Mengembalikan
sepeda motor ke
rental motor
15.00
17.30
Packing untuk
persipan pulang
dan berkumpul
di base camp
Mengwi
Muhammad
Ilham
11.00
14.00
Mengembalikan
sepeda motor ke
rental motor
15.00
17.30
Packing untuk
persipan pulang
dan berkumpul
di base camp
Mengwi


12
Rizka Oky
Purwandari
Senin, 27
Februari
2012
07.00
15.45
Menunngu
kedatangan bis
16.15 Pulang menuju
Kota Malang
Florentinus H.
Mukin
07.00
15.45
Menunngu
kedatangan bis
16.15 Pulang menuju
Kota Malang
Alexander
Raymond
Claudio
07.00
15.45
Menunngu
kedatangan bis
16.15 Pulang menuju
Kota Malang
Filantrofie
Haspara Kelana
07.00
15.45
Menunngu
kedatangan bis
16.15 Pulang menuju
Kota Malang
Muhammad
Ilham
07.00
15.45
Menunngu
kedatangan bis
16.15 Pulang menuju
Kota Malang
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-58


b. Survey sekunder/survey instansi, yaitu pendataan yang dibutuhkan dalam proses
perencanaan suatu wilayah. Untuk kelompok yang ada dikecamatan kuta utara,kami
mendapat instansi Disperindag,Disnakertrans,PLN,Kantor Kecamatan kuta utara
sendiri,Kantor kelurahan yang ada didalam kecamatan kuta utara bahkan sampai ke
banjar-banjar. Dari hasil survey,kami dapat memperoleh data dengan baik sesuai
dengan instansi yang kami survey,tetapi untuk PLN kami tidak memperoleh data,hal ini
disebabkan karena basis kerja PLN mencakup usaha.
1.8.1.3.Quisioner
Metode ini dilakukan dengan mengambil 120 sampel kuisoner untuk responden yang
ada diwilayah kecamatan kuta utara,yang disebarkan secara merata disetiap wilayah
kelurahan/desa yaitu sebanya 20 sampel.yang terbagi terdiri dari:
1. Data personal responden, meliputi: nama, alamat, umur, status dalam keluarga,
pekerjaan, dan pendapatan.
2. Data keluarga meliputi: jumlah anggota keluarga, hubungan dengan keluarga,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga.
3. Data tempat tinggal meliputi: status kepemilikan tempat tinggal, sistem pembuangan
sampah, penyuplaian air, dan sebagainya.
4. Data fasilitas meliputi: macam fasilitas, jumlah fasilitas, kondisi fasilitas, jarak dan
kendaraan.
1.8.2. Metode Analisis
Setelah melakukan tahapan survey dan pengumpulan data, maka dilakukan proses
analisa dengan beberapa metode pendekatan yang terkait,:
1.8.2.1.Analisa Fisik Dasar
Untuk mengetahui fungsi lahan suatu wilayah, menggunakan beberapa aspek fisik
dasar yaitu topografi, hidrologi, dan geologi. Ketiga aspek fisik dasar tersebut nantinya
diberi nilai dengan menggunakan standar SK mentan no. 837/Kpts/UM/II 1980 dan nomor
683/Kpts/UMII 1981 serta Kepmen Kimpraswil 534/KPTS/M/2001. Kemudian hasil nilai
ketiga aspek fisik dasar tersebut dioverlai sehingga didapat ketentuan fungsi kawasan
berdasarkan SK Mentan yaitu kawasan lindung, kawasan budidaya tahunan, kawasan
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-59

budidaya musiman dan kawasan permukiman. Kemudian hasil tersebut dioverlai dengan
kawasan konservasi berdasarkan Kepres no. 32 tahun 1990 yang didalamnya terkait
tentang sepadan sungai, sepadan pantai dan benda cagar budaya (untuk Kecamatan Kuta
Utara), sehingga didapat fungsi kawasan, berdasarkan SK Mentan dan Kepres yaitu
kawasan lindung, kawsan penyangga, kawasan budidaya tahunan, kawasan budidaya
musiman dan kawasan permukiman.
Kriteria penggunaan lahan menurut PERMEN PU NO 41/PRT/M/2007. Berdasarkan
PERMEN tersebut, penggunaan lahan dibagi menjadi 7 kawasan peruntukan, yaitu :
1. Kawasan peruntukan hutan produksi;
2. Kawasan peruntukan pertanian;
3. Kawasan peruntukan pertambangan;
4. Kawasan peruntukan permukiman ;
5. Kawasan peruntukan industri ;
6. Kawasan peruntukan pariwisata ; dan
7. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa.
Ketentuan umum
Ketentuan umum ini berisi fungsi utama, kriteria umum, dan kaidah perencanaan
kawasan budi daya.
Kawasan peruntukan hutan produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi tetap, hutan produksi
terbatas, dan hutan produksi yang dikonversi. Ketentuan lebih rinci untuk masing- masing jenis
peruntukan diatur dalam bagian ketentuan teknis.
a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan hutan produksi memiliki fungsi antara lain:
1)Penghasil kayu dan bukan kayu;
2)Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
3)Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;
4)Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Per imbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-60

b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1)Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunan
di luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Tidak mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan
dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri terkait dengan
memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian
hutan/lingkungan;
c. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan
terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara selektif.
Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan hutan; perencanaan
hutan; dan pengelolaan hutan mengacu kepada Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan;
3) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup tentang
kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, kegiatan
pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan kegiatan pemungutan hasil kayu dan atau
bukan kayu;
4) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus terlebih
dahulu memiliki kajian st udi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang
diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi dengan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL);
5) Cara pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada
rencana kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Departemen Kehutanan, dan
pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus memuat juga
rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang;
6) Kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap
mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran sungai akibat erosi
dan longsor;
7) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan
untuk menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal;
8) Kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepent ingan
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-61

pembangunan di luar sektor kehutanan sepert i pertambangan, pembangunan jaringan
listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan pertahanan dan
keamanan;
9) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi wajib memenuhi
kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek ekonomi,
sosial, dan ekologi;
10) Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan peruntukan hutan
produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan
kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan
pembangunan yang berkelanjutan dan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan sebagai daerah
resapan air hujan serta memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kawasan peruntukan pertanian
Kegiatan kawasan peruntukan pertanian meliputi pertanian tanaman pangan dan
palawija, perkebunan tanaman keras, peternakan, perikanan air tawar, dan perikanan laut.

a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan pertanian memiliki fungsi antara lain:
1) Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan dan
perikanan;
2) Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
3) Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budi daya tanaman;
serta tata ruang dan tata guna tanah budidaya tanaman mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman;
2) Ketent uan pokok tentang kegiatan perencanaan perkebunan; penggunaan
tanah untuk usaha perkebunan; serta pemberdayaan dan pengelolaan usaha
perkebunan mengacu kepada Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-62

3) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
4) Ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air unt uk usaha peternakan;
serta penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu kepada
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan;
5) Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan perikanan;
dan usaha perikanan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan;
6) Penggunaan lahan unt uk kegiatan pertanian tanaman har us
memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan
wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah
kerusakannya;
7) Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh
dialihfungsikan;
8) Kawasan pertanian tanaman lahan kering t idak produktif dapat
dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah
setempat dan atau oleh Departemen Pertanian;
9) Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi
dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang;
10) Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi
geografis dilarang dialihfungsikan;
11) Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik yang
menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu
memiliki kajian studi Amdal;
12) Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang terlarut
dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap, limbah cair)
yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam
dokumen Amdal;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-63

13) Penanganan limbah peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak, kulit ternak,
bulu unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair) yang dihasilkan harus
disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal;
14) Penanganan limbah perikanan (ikan busuk, kulit ikan/udang/kerang) dan polusi
(udara-bau) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan
dalam dokumen Amdal;
15) Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), harus
diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat;
16) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian
lahan;
17) Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif
(tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpa
mengurangi kesejahteraan masyarakat.

Kawasan peruntukan pertambangan
Sesuai dengan ketentuan pasal 4 (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967
tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan, dinyatakan bahwa kewenangan
pemerintah daerah atas bahan galian mencakup atas bahan galian C yang meliputi penguasaan
dan pengaturan usaha pertambangannya. Untuk bahan galian strategis golongan A dan vital
atau golongan B, pelaksanaannya dilakukan oleh Menteri. Khusus bahan galian golongan
B, pengaturan usaha pertambangannya dapat diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi.
a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan pertambangan memiliki fungsi antara lain:
1) Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi, bahan
galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
3) Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Per imbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan galian;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-64

bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha per tambangan;
kuasa per tambangan; dan hubungan kuasa pertambangan dengan hak-hak tanah
mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketent uan-
Ketentuan Pokok Pertambangan;
2) Ketentuan pokok tentang penguasaan dan pengusahaan; kegiatan usaha hulu; kegiatan
usaha hilir; hubungan kegiatan usaha minyak dan gas bumi dengan hak atas
tanah; serta pembinaan dan pengawasan mengacu kepada Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;
3)Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan peruntukan
pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan
yang berkelanj utan dan tetapmemperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi
lingkungan hidup;
4) Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di lingkungan
yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat;
5) Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri
dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor,
meningkatkan pener imaan negara dan pendapatan daerah ser ta memperluas
lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha;
6) Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang
dilengkapi dengan RPL dan RKL;
7) Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga
eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat;
8) Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat dan
atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan pelaksanaannya
dilaporkan secara berkala;
9) Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran
air kotor.

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-65

Kawasan peruntukan permukiman
a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:
1) Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri
kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial;
2) Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi
pembinaan keluarga.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat, dan pembinaan
perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang- Undang Nomor 4
Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);
2) Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai
dengan daya dukung tanah setempat dan har us dapat menyediakan lingkungan
yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup
yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup;
3) Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau
oleh sarana tranportasi umum;
4) Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh
ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa,
perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase)
dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama);
5) Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
6) Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
7) Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba),
penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan
pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang
Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-66


Kawasan peruntukan industri
Sebagian atau seluruh bagian kawasan peruntukan industri dapat dikelola oleh satu
pengelola tertentu. Dalam hal ini, kawasan yang dikelola oleh satu pengelola tertentu tersebut
disebut kawasan industri.

a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan industri memiliki fungsi antara lain:
1) Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu lokasi
dengan biaya investasi prasarana yang efisien;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
3) Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan;
4) Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin
ditimbulkan.

b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri; serta
izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian;
2) Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperunt ukan
bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan
peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses
aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
3) Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan
dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis
industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat
dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan
atau kemudahan akses ke pasar;
4) Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat
ditetapkan kriteria jenis industri yang diizinkan beroperasi di kawasan tersebut;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-67

5)Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan
peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri yang mengelola
kawasan industri;
6)Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden
Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis
Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta hak dan kewajiban
Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan Industri, dan Perusahaan
Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri;
7)Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi Amdal
sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.

Kawasan peruntukan pariwisata
Jenis obyek wisata yang diusahakan dan dikembangkan di kawasan peruntukan
pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan konservasi budaya.

a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi antara lain:
1) Memperkenalkan, mendayagunakan, dan melestarikan nilai-nilai sejarah/
budaya lokal dan keindahan alam;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan kegiatan
kepariwisataan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan;
2) Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan
alam, budaya, dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong
perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai- nilai budaya,
adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-68

3) Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional
dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan kegiatan
sektor jasa masyarakat;
4) Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan agama harus
memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut.
Pemanfaatan tersebut harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau
Kementerian yang menangani bidang kebudayaan;
5) Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan
dapat membant u memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya
pelestarian benda cagar budaya yang bersangkutan;
6) Ketent uan tentang penguasaan, pemil ikan, pengelolaan, dan pemanfaatan
benda-benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992
tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya;
7) Pemanfaatan ruang di kawasan perunt ukan par iwisata har us diperuntukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;
8) Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi
jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan
saluran air kotor;
9) Harus memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan
pertanian, perikanan, dan perkebunan;
10) Harus bebas polusi;
11) Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab
Pemerintah/Pemerintah Daerah;
12) Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau
memindahkan benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya.

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-69

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa
a) Fungsi utama
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi antara lain:
1) Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang
membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran);
2) Menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan
terhadap PDRB.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan:
1) Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen;
2) Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:
(a) bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir): toko, warung, tempat
perkulakan, pertokoan, dan sebagainya;
(b) bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, dan penginapan lainnya;
(c) bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat parkir, gudang;
(d) bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;
(e) bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.
3) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diperuntukan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya
tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap
memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Ketentuan teknis
Ketentuan teknis ini berisi karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan, kriteria serta
batasan teknis kawasan budi daya.

Kawasan peruntukan hutan produksi
a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 83/KPTS/UM/8/1981,
penetapan batas hutan produksi sebagai berikut:
1) Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam penetapan hutan produksi adalah
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-70

lereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah, dan intensitas hujan;
2) Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut dibedakan
dalam 5 tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat kepekaannya terhadap
erosi. Makin tinggi nilai kelas parameter makin tinggi pula tingkat kepekaannya
terhadap erosi;
3) Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter setelah
masing- masing nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk parameter
lereng, bobot 15 untuk parameter jenis tanah, dan bobot. 10 untuk parameter intensitas
hujan (lihat tabel 1, 2 dan 3);








Kelas Hasil Nilai
Lereng
Kelas x
Bobot
1 0 - 8 datar 20
2 Agust-15 landai 40
3 15 - 25 agak curam 60
4 25 - 45 curam 80
5 45
sangat
curam
100
Kisaran Lereng (%) Keterangan
Skoring Kelas Lereng
Tabel 1.1
Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak Kriteria Lokasi &
Standar Teknik, Dept. Kimpraswil
Kepekaan Hasil Nilai
Terhadap Kelas x Bobot
Erosi
Aluvial, Tanah,
Glei, Planossol,
Hidromorf
Kelabu, Literite
Air
tidak peka 15
Tanah
2 Latosol agak peka 30
3
Brown Forest
Soil, Non Calcic
kurang peka 45
Andosol,
Laterictic
Gromusol,
Podsolik
Regosol, Litosol
Organosol,
Renzine
5 sangat peka 75
Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak
Kriteria Lokasi & Standar Teknik, Dept. Kimpraswil
Kelompok Jenis
Tanah
Kelas
Tanah
Skoring Kelas Jenis Tanah
Tabel 1.2
1
4 peka 60
Kelas
Kisaran
Curah
Hujan
Hasil Nilai
Intensitas
Hujan
(mm/hari
hujan)
Kelas x
Bobot
1 8 - 13,6
sangat
rendah
10
2 13,6 - 20,7 rendah 20
3 20,7 - 27,7 sedang 30
4 27,7 - 34,8 tinggi 40
5 34,8 sangat tinggi 50
Keterangan
Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak
Kriteria Lokasi & Standar Teknik, Dept.
Kimpraswil
Tabel 1.3
Skoring Kelas Intensitas Hujan
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-71









4) Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut yaitu lereng, jenis
lahan, dan intensitas hujan suatu wilayah hutan dinyatakan memenuhi syarat untuk
ditetapkan sebagai:
a. Hutan Produksi Tetap jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai < 125; tidak
merupakan kawasan lindung; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata
dan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya;
b. Hutan Produksi Terbatas jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai 125
- 175; tidak merupakan kawasan lindung; mempunyai satuan bentangan
sekurang-kurangnya 0,25 Ha (pada ketelitian skala peta 1 : 10.000); serta bisa
berfungsi sebagai kawasan penyangga;
c. Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi jika memiliki skoring fisik
wilayah dengan nilai > 175; tidak merupakan kawasan lindung;
dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan kegiatan budi daya
lainnya; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan produksi
tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya.

b) Kriteria teknis:
(1) Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon di
kawasan hutan produksi:
a) > 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau;
b) > 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-72

rawa;
c) > 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai;
d) > 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai;
e) > 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang;
f) > 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah
dari tepi pantai.
(2)Kawasan hutan produksi dapat dikonversi dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-
masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor)
124 atau kurang, di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam;
b) Secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transportasi,
transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri.

(3)Luas kawasan hutan dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau
minimal 30% dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap provinsi
dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu menambah
luas hutannya. Sedangkan bagi provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan
hutannya lebih dari 30% tidak boleh secara bebas mengurangi luas kawasan
hutannya.

Kawasan peruntukan pertanian
a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan
Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah, pertanian
lahan kering dan pertanian tanaman tahunan. Masing- masing karateristik kawasan
peruntukan pertanian tersebut memiliki kriteria teknis seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
Kriteria teknis:
1) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian
lahan;
2) Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif
(tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan secara selektif
tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-73

3) Kawasan pertanian lahan basah mencakup:
a)Pola tanam: monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir;
b)Tindakan konservasi berkaitan dengan:
1)Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas air
tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5 - 20 L/detik/ha untuk mina
padi, mutu air bebas polusi, suhu 23 - 30C, oksigen larut 3 - 7 ppm, amoniak 0.1
ppm dan pH 5 - 7;
2)Mekanik: pembuatan pematang, teras, dan saluran drainase.
4) Kawasan pertanian lahan kering mencakup:
a)Kemiringan 0 - 6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa tindakan
konservasi secara mekanik;
b) Kemiringan 8 - 15%:
1) Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu pergiliran
tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan
organik, tanaman penguat keras;
2) Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai
tanaman penguat keras;
3) Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan interval tinggi
0,75 1,5 m dilengkapi tanaman penguat, dan saluran pembuang air
ditanami rumput.
c)Kemiringan 15 - 40%:
1)Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman
menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau,
sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak;
2)Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi
tanaman atau batu penguat teras dan rokrak, saluran pembuangan air ditanami
rumput.
5) Kawasan pertanian tanaman tahunan mencakup:
a)Kemiringan 0 -6 %: pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau
campuran. Tindakan konservasi, vegetatif tanaman penutup tanah, penggunaan
mulsa, pengolahan tanah minimum. Tanpa tindakan konservasi secara mekanik;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-74

b)Kemiringan 8 - 15%:
1) Pola tanam, monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran;
2) Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan
mulsa, pengolahan tanah minimal;
3)Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras bangku,
diperkuat dengan tanaman penguat atau rumput.
c)Kemiringan 25 - 40%:
1)Pola tanam, monokultur, interkultur atau campuran;
2)Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan
mulsa, pengolahan tanah minimal;
3)Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras individu.
6)Kawasan perikanan mencakup luas lahan untuk kegiatan budi daya tambak udang/
ikan dengan atau tanpa unit pengolahannya adalah = 25 Ha, budi daya perikanan
terapung di air tawar luas = 2,5 Ha atau jumlah = 500 unit;
7)Pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk usaha perkebunan, luas maksimum dan
luas minimumnya ditetapkan oleh Menteri dengan berpedoman pada jenis tanaman,
ketersediaan tanah yang sesuai secara agroklimat, modal, kapasitas pabrik, tingkat
kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi geografis, dan
perkembangan teknologi;
8)Hak guna usaha untuk usaha perkebunan diberikan dengan jangka waktu paling lama 35
(tiga puluh lima) tahun;
9)Lahan perkebunan besar swasta yang terlantar (kelas V) yang tidak berupaya
unt uk melakukan perbaikan usaha setelah dilakukan pembinaan, pemanfaatan
lahannya dapat dialihkan untuk kegiatan non perkebunan.
Tabel 1.4
Karakteristik kawasan peruntukan pertanian


Kri teri a Tekni s
Pertani an
Lahan Basah
Pertani an
Lahan Keri ng
Pertani an
Tanaman
Tahunan
Iklim:

Kelembaban (%) 33 - 90 29 - 32 42 - 75
Curah Hujan (mm) A, B, C (Schmidt &
Ferguson, 1951)
350 - 600 1200 - 1600
Sifat Fisik Tanah:

Drainase

agak baik s/d agak
terhambat
baik s/d agak
terhambat
baik s/d agak
terhambat
Tekstur:

h, ah, s h, ah, s h, ah, s
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-75

Bahan Kasar (%) < 15 < 15 < 35
Kedalaman Tanah (cm) > 30 > 30 > 60
Ketebalan Gambut (cm) < 200 < 200 < 200
Kematangan Gambut

saprik, hemik saprik, hemik saprik, hemik
Retensi Hara:

Kejenuhan Basa (%) > 30 > 30 > 30
Kemasaman Tanah (pH)

5,5 - 8,2 5,6 - 7,6 5,2 - 7,5
Kapasitas Tukar Kation (Cmol) > 12 > 12 > 12
Kandungan C-Organik (%) > 0,8 > 0,8 > 0,8
Toksisitas:

Kedalaman Bahan Sulf idik (cm) > 50 > 50 > 50
Salinitas (dS/m) < 4 < 4 < 4
Bahaya Erosi:

Lereng (%) < 8 < 15 < 40
Tingkat Bahaya Erosi

r sd sd
Bahaya Banjir:

Genangan

F0,F11,F12,
F21,F23
F0,F11,F12,
F21,F23
F0,F11,F12,
F21,F23
Penyiapan Lahan:

Batuan di Permukaan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25
Singkapan Batuan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25

Sumber : Puslitbang Tanah, Departemen Pertanian
Keterangan:
Tekstur Tanah
ak = agak kasar s = sedang
ah = agak halus h = halus
k = kasar

Bahaya Erosi
sr = sangat ringan r = ringan
sd = sedang b = berat
sb = sangat berat

Kelas Bahaya Banjir
(F)
F0 Tanpa F1 Ringan
F2 Sedang
F3 Agak Berat
F4 Berat

Kawasan peruntukan pertambangan
a)Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan pertambangan
golongan bahan galian C:
1) Bahan galian terletak di daerah dataran, perbukitan yang bergelombang atau landai
{kemiringan lereng antara (0 - 17), curam (17 - 36) hingga sangat curam (> 36)},
pada alur sungai, dan cara pencapaian;
2) Lokasi tidak berada di kawasan hutan lindung;
3) Lokasi tidak terletak pada bagian hulu dari alur- alur sungai (yang umumnya
bergradien dasar sungai yang tinggi);
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-76

4) Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan kecepatan sedimentasi;
5) Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara ekonomis menguntungkan
untuk dieksplorasi;
6) Lokasi penggalian tidak terletak di daerah rawan bencana alam seperti gerakan tanah,
jalur gempa, bahaya letusan gunung api, dan sebagainya.
b)Kriteria teknis:
1) Kegiatan penambangan tidak boleh dilakukan di kawasan lindung;
2) Kegiatan penambangan tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan;
3) Lokasi tidak terletak terlalu dekat terhadap daerah permukiman. Hal ini untuk
menghindari bahaya yang diakibatkan oleh gerakan tanah, pencemaran udara,
serta kebisingan akibat lalu lintas pengangkutan bahan galian, mesin pemecah batu,
ledakan dinamit, dan sebagainya. Jarak dari permukiman 1 - 2 km bila digunakan
bahan peledak dan mini- mal 500 m bila tanpa peledakan;
4) Lokasi penambangan tidak terletak di daerah tadah (daerah imbuhan)
untuk menjaga kelestarian sumber air (mata air, air tanah);
5) Lokasi penggalian tidak dilakukan pada lereng curam (> 40%) yang kemantapan
lerengnya kurang stabil. Hal ini untuk menghindari terjadinya erosi dan longsor.




Kawasan peruntukan permukiman
a)Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:
1) Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
2) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100
liter/org/hari;
3) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
4) Drainase baik sampai sedang;
5) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran
pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-77

6) Tidak berada pada kawasan lindung;
7) Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
8) Menghindari sawah irigasi teknis.

b) Kriteria dan batasan teknis:
1)Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan
yang ada, dan unt uk kawasan- kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik
serta daya dukung lingkungan;
2)Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak
bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum
yang memadai;
3)Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan
permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari
bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi
pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
4)Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan:
a)Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03 - 1733 -2004 tentang Tata
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan diPerkotaan;
b)Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga
lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus
direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap
tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan
sumur resapan air hujan mengikuti SNI 03 - 2453 -2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan dan dilengkapi dengan
penanaman pohon;
c)Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas
minimum sambungan rumah tangga 60 liter/ orang/hari dan sambungan kran umum 30
liter/orang/hari;
d)Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03 - 3242 -1994 tentang Tata
Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-78

5)Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan permukiman yang
berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai
dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci
ditunjukkan pada Tabel 1.5;
6)Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan peruntukan permukiman yang
berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai
dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian ;
7)Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga di kawasan
peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah
penduduk pendukung, luas lahan mini- mal, radius pencapaian, dan kriteria lokasi dan
penyelesaian;
8)Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan
permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk
pendukung, luas lantai dan luas lahan mini- mal, radius pencapaian, serta lokasi dan
penyelesaian
9)Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03 - 1733 - 2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum,
dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah;
10) Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik, perlu dilakukan
peremajaan permukiman kumuh yang mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun
1990 tentang Pengelolaan Kampung Kota.



Tabel 1.5
Kebutuhan sarana pendidikan pada kawasan peruntukan permukiman



No.


Jenis
Sarana

Jumlah
Penduduk
Pendukung
(Jiwa)
Kebutuhan
Per Satuan Sarana


Standar
(m
2
/Jiwa)

Kriteria
Luas Lantai
Min (m
2
)
Luas
Lahan
Min (m
2
)
Radius
Pencapaian
(m)
Lokasi Dan
Penyelesaian
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-79


1

TK

1.250

216

500

0,28

500
Ditengah kelompok
keluarga.
Tidak menyeberang jalan
raya. Bergabung dengan
taman se hi n g ga terjadi
pengelompokan kegiatan.
2

SD

1.600

633

2.000

1,25

1.000
3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat dijangkau dengan
kendaraan umum,
Disatukan dengan
lapangan olah raga.
Tidak selalu harus di
pusat lingkungan


4


SLTA


4.800


3.835


12.500


2,6


3.000


5

Taman
Bacaan


2.500


72


150


0,09


1.000
Ditengah kelompok
warga.
Tidak menyeberang jalan
lingkungan.

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan

Tabel 1.6
Kebutuhan sarana ruang Terbuka, taman, dan lapangan olah raga



No.

Jenis Sarana
Juml ah
Penduduk
Pendukung
(Ji wa)
Kebutuhan
Luas Lahan
Mi n
(m
2
)

Standar
(m
2
/Jiwa)
Radius
Pencapaian
(m)

Kri teria Lokasi
Dan Penyelesaian
1 Taman / Tempat
main
250 250 1 100 - Di tengah
kelompok tetangga
2 Taman / Tempat
main
2.500 1.250 0,5 1.000 - Di pusat kegiatan
lingkungan
3 Taman dan
Lapangan Olah Raga
30.000 9.000 0,3

- Sedapat mungkin
berkelompok dengan
sarana pendidikan
4 Taman dan
Lapangan Olah Raga
120.000 24.000 0,2

- Terletak di jalan utama
- Sedapat mungkin
berkelompok dengan
sarana pendidikan
5 Jalur Hijau - - 15 m

- Terletak menyebar
6 Kuburan /
Pemakaman Umum
120.000 2.000

- Mempertimbangkan
radius pencapaian dan
area yang
dilayani
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan


Kawasan peruntukan industri
a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan kawasan peruntukan industri yang berorientasi
bahan mentah:
1) kemiringan lereng : kemir ingan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri
berkisar 0% - 25%, pada kemiringan > 25%
- 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan
perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000
meter dpl;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-80

2) hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik
sampai sedang;
3) klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan minimum arah angin yang
menuju permukiman penduduk;
4) geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di
daerah rawan bencana longsor;
5) lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstur
sedang sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk
pertanian.
b) Kriteria teknis:
1) Harus memperhatikan kelestarian lingkungan;
2) Harus dilengkapi dengan unit pengolahan limbah;
3) Harus memperhatikan suplai air bersih;
4) Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan
memenuhi kriteria ambang limbah yang ditetapkan Kementerian Lingkungan
Hidup;
5) Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya
dikelola secara terpadu;
6) Pembatasan pembangunan perumahan baru di kawasan peruntukan industri;
7) Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku;
8) Memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan industri;
9) Pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 Km dari permukiman dan
berjarak 15-20 Km dari pusat kota;
10) Kawasan industri minimal berjarak 5 Km dari sungai tipe C atau D;
11) Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kaveling
industri, jalan dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang. Pola
penggunaan lahan pada kawasan industri secara teknis dapat dilihat pada Tabel 1.6;



[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-81

Tabel 1.6
Pola penggunaan lahan pada kawasan industri

St ru k t ur
Pengguna
an (%)

Jeni
s
Pen gg un a
an
No. Keterangan

1

Kaveling Indust ri

Maksimal 70%
Set iap kaveling harus mengikuti
ket ent uan KDB sesuai dengan
Perda set empat .




2




Jalan dan Sal uran




8 - 12%
x Terdapat jalan pri mer dan
jalan sekunder
x Tekanan gandar primer
minimal
8 to n dan sekunder
minimal 5 t on
x Perkerasan jalan
minimal 7 met er.
3

Ruang Terbuka Hijau Minimal 10%
Dapat berupa jalur hijau (green
belt), t aman dan perimet er


4


Fasilitas P enunjang


6 - 12%
Dapat be rupa kantin, guest
house, tempat ibadah, fasilit as
olahraga, tempat pengolahan air
bersih, gardu induk, rumah
t elekomunikasi. .
Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) Di Daerah, Balitbang
Indag - Puslitbang, 2001

13) Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus
mengalokasikan lahannya untuk kaveling industri, kaveling perumahan, jalan dan
sarana penunjang, dan ruang terbuka hijau. Alokasi lahan pada Kawasan Industri dapat
dilihat pada Tabel 1.7;

Tabel 1.7
Alokasi lahan pada kawasan industri


No
.
Luas Lahan Dapat Dijual
(Maksimal 70%)

Jalan & Sarana
Penunjang Lainnya
Maksimal
70%

Ruang
Terbuk
a Hijau
(%
)
Luas
Kawasan
Industri (Ha)
Kaveling
Industri (%)
Kaveling
Komersial
(%)
Kaveling
Perumahan
(%)

1

10 - 20

65 - 70

Maksimal 10

Maksimal 10
Sesuai
Kebutuhan

Minimal
10
2

> 20 - 50

65 - 70

Maksimal 10

Maksimal 10
Sesuai
Kebutuhan

Minimal
10
3

> 50 - 100

60 - 70
Maksimal
12.5

Maksimal 10
Sesuai
Kebutuhan

Minimal
10
4

> 100 - 200

50 - 70

Maksimal 15

Maksimal 10
Sesuai
Kebutuhan

Minimal
10
5

> 200 - 500

45 - 70
Maksimal
17.5

10 - 25
Sesuai
Kebutuhan

Minimal
10
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-82


6

> 500

40 - 70

Maksimal 20

10 - 30
Sesuai
Kebutuhan

Minimal
10
Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) Di
Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001

13) Kawasan Industri harus menyediakan fasilitas fisik dan pelayanan umum.
Standar teknis pelayanan umum dan fasilitas fisik di kawasan industri dapat dilihat
Tabel 1.8.
Tabel 1.8
Standar teknis pelayanan umum di kawasan industri
No.
Teknis
Pelayanan
Standar Kebutuhan Keterangan
1 Tenaga Kerja 90 - 110 tenaga kerja/Ha

2

Luas Lahan Per
Unit
Usaha

0.3 - 5 Ha
Terdapat beberapa variasi urutan kaveling.
Rata-rata kebutuhan lahan
1.34 Ha/Unit Usaha Industri
3 Listrik 0.15 - 0.2 MVA/Ha Sumber dari PLN atau swasta

4

Telekomunikasi

4 - 5 SST/Ha
Termasuk faximile/telex
Telepon umum 1 SST/16 Ha

5

Air Bersih

0.55 0.75 liter/Ha
Sumber PDAM/air tanah usaha sendiri
sesuai ketentuan yang berlaku

6

Saluran
Drainase

Sesuai debit
Ditempatkan di kiri kanan jalan utama
dan lingkungan

7

Saluran
Sewerage

Sesuai debit
Saluran tertutup yang terpisah dari saluran
drainase

8

Prasarana &
Sarana
Sampah
1 bak sampah/kaveling
1 armada sampah/20 Ha
1 unit TPS/20 Ha

Perkiraan limbah padat yang dihasilkan
adalam 4 m3/Ha/hari


9

Kapasitas
Kelola
IPAL
Standar influent : BOD :
400 - 600 mg/l COD :
600 - 800 mg/l TSS :
400 - 600 mg/l PH : 4
- 10
Kualitas parameter limbah cair yang berada di
atas standar influent yang ditetapkan, wajib
dikelola terlebih dahulu oleh pabrik yang
bersangkutan


10


Jaringan Jalan

a. Jalan utama
2 jalur 1 arah dengan perkerasan 2x7 m, atau 1
jalur dengan perkerasan minimal 8 m

b. Jalan lingkungan
2 arah dengan perkerasan minimal 7 m

11

Kebutuhan
Hunian
1.5 tenaga kerja/unit
hunian

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-83


12

Kebutuhan
Fasilitas
Komersial
Sesuai kebutuhan dengan
maksimum 20% luas lahan

Diperlukan Trade Center untuk promosi
wilayah dan produk

13

Bangkitan
Transportasi
Ekspor : 3.5
TEUs/Ha/Bulan
Impor : 3.0
TEUs/Ha/Bulan

Belum termasuk angkutan buruh dan
karyawan
Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) Di
Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001
Kawasan peruntukan pariwisata
a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:
1) Memiliki struktur tanah yang stabil;
2) Memiliki kemir ingan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa
memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan;
3) Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian yang
produktif;
4) Memiliki aksesibilitas yang tinggi;
5) Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur jalan raya regional;
6) Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih;
7) Terdiri dari lingkungan/bangunan/gedung bersejarah dan cagar budaya;
8) Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu;
9) Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair).
b) Kriteria teknis
1) Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam untuk
kegiatan pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya;
2) Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
untuk sarana pariwisata alam diselenggarakan dengan persyaratan sebagai
berikut:
a) Bentuk bangunan bergaya arsitektur setempat;
b) Tidak mengubah bentang alam yang ada;
c) Tidak mengganggu pandangan visual.


[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-84


[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-85

Tabel 1.9
Karakteristik kawasan peruntukan pariwisata
No. Jenis Wisata
Kriteria
Teknis
Fisik Prasarana Sarana
1 Wisata Alam
Wisata
Pegunungan
Luas lahan
minimal
100 Ha
Mempunyai
struktur tanah
yang stabil
Mempunyai
kemiringan
tanah yang
memungkinkan
dibangun tanpa
memberikan
dampak negatif
terhadap
kelestarian
lingkungan
Iklim sejuk (di
atas
700 dpl, atau
suhu
<20
o
C)
Mempunyai
daya
tarik flora &
fauna, air terjun,
sungai, dan
air panas
Jenis
prasarana
yang tersedia
antara lain
jalan, air
bersih,
listrik, dan
telepon
Mempunyai
nilai
pencapaian
dan
kemudahan
hubungan
yang tinggi
dan mudah
dicapai
Tidak
mengganggu
kelancaran
lalu lintas
pada jalur
regional
Tersedia
angkutan
umum
Jenis sarana
yang tersedia
yaitu
hotel/penginapan
, rumah makan,
kantor pengelola,
tempat rekreasi
& hiburan, WC
umum, mushola,
poliklinik, dan
wartel
Gaya bangunan
disesuaikan
dengan kondisi
lingkungan dan
dianjurkan untuk
menampilkan ciri-
ciri budaya daerah
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-86

Wisata
Bahari
Mempunyai
struktur tanah
yang stabil
Mempunyai
kemiringan
tanah yang
memungkinkan
dibangun tanpa
memberikan
dampak negatif
terhadap
kelestarian
lingkungan
Mempunyai
daya tarik, flora
& fauna
aquatic, pasir
putih, dan
terumbu karang
Harus bebas
bau tidak
enak, debu,
asap, serta air
tercemar
Jenis
prasarana
yang tersedia
antara lain
jalan, air
bersih,
listrik, dan
telepon
Mempunyai
nilai
pencapaian
dan
kemudahan
hubungan
yang tinggi
dan mudah
dicapai
dengan
kendaraan
bermotor

Memperhatika
n risiko
bahaya dan
bencana

Perancangan
sempadan
pantai yang
memperhatika
n tinggi
gelombang
laut
Tersedia
angkutan
umum
Jenis sarana
yang tersedia
yaitu
hotel/penginapan
, rumah makan,
kantor pengelola,
tempat rekreasi
& hiburan, WC
umum, dan
mushola
Gaya bangunan
disesuaikan
dengan kondisi
lingkungan dan
dianjurkan untuk
menampilkan ciri-
ciri budaya daerah
No.
Jenis
Wisata
Kriteria Teknis
Fisik Prasarana Sarana
2 Wisata Buatan
Dibangun
disesuaikan dengan
kebutuhan dan
peruntukannya
Status kepemilikan
harus jelas dan
tidak menimbulkan
masalah dalam
penguasaannya
Mempunyai
struktur tanah yang
stabil
Mempunyai
kemiringan tanah
yang
memungkinkan
dibangun tanpa
memberikan
dampak negatif
terhadap kelestarian
lingkungan
Mempunyai
daya tarik
historis,
kebudayaan, dan
pendidikan
Bebas bau tidak
enak, debu, dan air
tercemar
Jenis
prasarana
yang
tersedia
antara lain
jalan, air
bersih,
listrik, dan
telepon

Mempunya
i nilai
pencapaian
dan
kemudahan
hubungan
yang tinggi
dan mudah
dicapai
dengan
kendaraan
bermotor
roda empat
Tersedia angkutan
umum
Gaya bangunan
disesuaikan
dengan kondisi
lingkungan dan
menampilkan ciri-
ciri budaya daerah
Jenis sarana yang
tersedia yaitu rumah
makan, kantor
pengelola, tempat
rekreasi & hiburan,
WC umum, dan
mushola
Ada tempat untuk
melakukan
kegiatan
penerangan
wisata, pentas
seni, pameran dan
penjualan barang-
barang hasil
kerajinan
Terdapat
perkampungan adat
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-87

Taman

Rekreasi
Luas lahan min. 3
Ha
Mempunyai
struktur tanah yang
stabil
Mempunyai
kemiringan tanah
yang
memungkinkan
dibangun tanpa
memberikan
dampak negatif
terhadap kelestarian
lingkungan
Harus bebas bau
yang tidak enak,
debu, dan air yang
tercemar
Jenis
prasarana
yang
tersedia
antara lain
jalan, air
bersih,
listrik, dan
telepon

Mempun
yai nilai

Pencapaian
dan
kemudahan
hubungan
yang tinggi
dan mudah
dicapai
dengan
kendaraan
bermotor
roda empat
Tersedia angkutan
umum
Tersedia yaitu
rumah makan,
kantor
Pengelola, tempat
rekreasi &
hiburan, WC
umum, mushola,
dan tempat parkir
Tersedia
sekurangnya 3 jenis
sarana rekreasi yang
mengandung unsur
hiburan,
pendidikan,
kebudayaan, dan
arena bermain anak-
anak.
Ada tempat untuk
melakukan
kegiatan
penerangan
wisata, pentas
seni, pameran dan
penjualan barang-
barang hasil
kerajinan
Sumber : Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budi Daya, Departemen PU,
2003
3) Pihak-pihak yang memanfaatkan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya,
dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan par iwisata alam harus
menyusun Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam yang dilengkapi
dengan AMDAL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4) Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam diberikan unt uk jangka waktu paling
lama 30 tahun sesuai dengan jenis kegiatannya;
5) Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan Taman
Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam meliputi kegiatan usaha:
a) akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, dan penginapan;
b) makanan dan minuman;
c) sarana wisata tirta;
d) angkutan wisata;
e) cenderamata;
f) sarana wisata budaya.
6) Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat, pemerintah daerah dapat
menetapkan kawasan, lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan
bangunan cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya. Penetapannya dilakukan
apabila dalam suatu kawasan terdapat beberapa lingkungan cagar budaya yang
mempunyai keterkaitan keruangan, sejarah, dan arkeologi;
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-88

7) Penetapan kawasan, lingkungan dan atau bangunan bersejarah sebagai kawasan
pariwisata oleh Pemerintah Kota/Kabupaten berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
8) Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasarkan
kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, dan kelangkaan. Sedangkan kriteria
penggolongan bangunan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur,
keaslian, kelangkaan, tengeran/landmark, dan arsitektur. Kriteria dan tolak ukur
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan,
polit ik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat nasional
dan atau daerah masing-masing;
b) Umur dikaitkan dengan batas usia sekurang-kurangnya 50 tahun;
c) Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan
maupun struktur, material, tapak bangunan dan bangunan di dalamnya;
d) Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau yang
terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada lingkungan lokal, nasional, atau dunia;
e) Tengeran dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal monumen atau
bentang alam yang dijadikan simbol dan wakil dari suatu lingkungan;
f) Arsitekt ur dikaitkan dengan estet ik dan rancangan yang
menggambarkan suatu zaman dan gaya tertentu.
9)Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat
dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan lainnya.
Penggolongan lingkungan cagar budaya diatur melalui Keputusan Bupati/Walikota
setempat;
10)Pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya yang dijadikan kawasan
pariwisata harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang meliputi keaslian bentuk,
penyajian dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan;
11)Pengembangan lahan yang berada dalam kawasan lingkungan cagar budaya harus
mengikuti peraturan perundangan yang berlaku.

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-89

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa
a)Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:
1) Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;
2) Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota;
3) Dilengkapi dengan sarana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos
pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang
kegiatan komersial serta kegiatan pengunjung;
4) Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional.
b)Kriteria dan batasan teknis:
1) Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan komersial telah berada pada
persil atau merupakan bagian dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
2) Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan
dari perpetakan, kecuali untuk zona-zona tertentu;
3) Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani;
4) Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:
a) bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan,
pertokoan;
b) bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, penginapan;
c) bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang;
d) bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;
e) bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.
Adapun Standar Pelayanan Minimal untuk Per muki ma n Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/ M/2001.
Tabel 1.10
Standar Pelayanan Perdagangan dan Jasa





[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-90
















[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-91









[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-92



[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-93























[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-94










1.8.2.2. Analisa Penggunaan Lahan
Analisa penggunaan lahan yaitu melihat tingkat perubahan lahan setiap tahunnya,
seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan permukiman yang berdampak
pada berkurangnya lahan yang tersedia. Ini dilakukan dengan menggunakan data time
serias selama 5 tahun terakhir. Selanjutnya analisa ini dapat mengetahui berapa luas areal
atau kawasan yang kurang produktif untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman,
sehingga menciptakan pembangunan yang proporsional, dalam hal ini lahan yang
produktif dapat digunakan untuk lapangan kerja penduduk kalangan menengah kebawah
seperti usaha pertanian.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-95

Pn = Po x ( 1 + r x t)



Pak - Paw

Pertumbuhan = x 100 %

Paw


1.8.2.3. Analisa Kependudukan
Analisa terhadap jumlah, kepadatan, struktur penduduk dan perkembangan penduduk
yang tercakup di dalam kawasan rencana. Hasilnya digunakan sebagai dasar perhitungan
untuk perkiraan kebutuhan perumahan, fasilitas pelayanan dan utilitas kotanya.
Fasilitas pelayanan kota meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan,
bangunan umum, pemerintahan dan ruang terbuka hijau. Utilitas kota meliputi air bersih,
listrik, telepon, drainase, persampahan dan limbah. Adapun rumus analisa kependudukan
adalah sebagai berikut:
A. Pertumbuhan Penduduk
Perhitungan pertumbuhan penduduk ditujukan untuk menlihat tingkat pertumbuhan selama
5 tahun terakhir, hasil pertumbuhan tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan
metode yang akan digunakan dalam memproyeksi jumlah penduduk. Adapun rumus yang
digunakan yaitu :





Keterangan
Pak = Jumlah penduduk akhir tahun
Paw = Jumlah penduduk tahun awal

B. Proyeksi Jumlah Penduduk
(a) Model Linier


Keterangan:
Pt = Proyeks jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-96

r = Tingkat pertambahan rata-rata penduduk
t = Selang waktu atau selisih tahun proyeksi tahun dasar

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-97

Pn = Po x ( 1+r )

t

Pxt = ( Xo : Po) x Pt
Jumlah Penduduk Kelompok Umur Tahun n
Pr esentase = X 100 %
Jumlah Penduduk Tahun ke n
(b) Model Eksponensial


Keterangan:
Pt = Jumlah penduduk pada tahun tertentu
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
r = Tingkat pertambahan rata-rata penduduk
t = Selang waktu atau selisih tahun proyeksi terhadap tahun dasar

C. Proyeksi Penduduk menurut Kelompok Umur
Didalam analisa proyeksi jumlah penduduk menurut umur terlebih dahulu adalah
menentukan presentase dari tiap-tiap kelompok umur 5 tahun, yaitu :
Rumus presentase :





Selanjutnya adalah menentukan proyeksi jumal penduduk, dengan rumus :



Keterangan:
Px = Jumlah penduduk kelompok umur x pada tahun t
Xo = Jumlah kelompok umur untuk awal tahun
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t

D. Proyeksi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Proyeksi penduduk menurut tingkat pendidikan digunakan unt uk pembantu dalam
memproyeksi fasilitas pendidikan, rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut :
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-98

Kp = Jp : La
Per kembangan = ( L - M) + ( I - E)
Proyeksi Penduduk Usia TK (5- 6 Tahun)
2/5 x kelompok umur 5 -9 tahun
Proyeksi Penduduk usia SD (6- 12 Tahun)
(4/5 x kelompok umur 5- 9 tahun) + (3/5 x kelompok umur 10 14 tahun)
Proyeksi Penduduk usia SLTP (13- 15 Tahun)
(2/5 x kelompok umur 10 14 tahun) + (1/5 x kelompok umur 15 19 tahun)
Proyeksi Penduduk usia SLTA (16- 18 Tahun)
3/5 x kelompok umur 15 19 tahun
Proyeksi Penduduk usia Akademik (19- 21 Tahun)
(1/5 x kelompok umur 15-19 tahun) + (2/5 x kelompok umur 20-24 tahun)
Proyeksi Penduduk usia Perguruan Tinggi (19- 21 Tahun)
(1/5 x kelompok umur 15-19 tahun) + (3/5 x kelompok umur 20-24 tahun)

E. Kepadatan Penduduk
Rumus yang digunakan dalam menganalisa tingkat kepadatan penduduk yaitu :



Keterangan :
Kp = Kepadatan penduduk (jiwa/ha)
Jp = Jumlah penduduk (jiwa)
La = Luas lahan (ha)

F. Perkembangan Penduduk
Rumus yang digunakan dalam menganalisa perkembangan penduduk yaitu :



[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-99

Pij - Pix
Gr owth = x 100 %
Pix
Keterangan :
L = Angka kelahiran
M = Angka kematian
I = Angka imigrasi/masuk
E = Angka emigrasi/keluar

1.8.2.4. Analisa Ekonomi
A. Metode Growth
Metode Growth merupakan metode yang digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan
produktivitas hasil produksi dari tahun ke tahun.
Rumus Growth :


Keterangan :
Pij = Nilai Produksi tahun akhir
Pix = Nilai Produksi tahun awal
Dari hasil tersebut, maka dijumlahkan ke bawah dan kemudian ditentukan rata-rata. Hasil
dari rata-rata dibagi dengan jumlah data dan kemudian dijadikan standar bagi rata-rata
produksi selanjutnya. Jika hasilnya (+) maka merupakan produksi yang berpotensi,
sedangkan jika hasilnya (-) maka merupakan produksi yang kurang berpotensi untuk
dikembangkan.

B. Metode Shift Share
Model shift-share menguji perubahan ekonomi (seperti pertumbuhan atau penurunan)
sebuah wilayah dengan membaginya kedalam 3 komponen: national share, industrial mix,
danregional share.
1. Komponen national share mengukur perubahan ekonomi regional yang bisa terjadi
jika wilayah tumbuh pada tingkat yang sama seperti wilayah yang menjadi referensi
yang secara umum merujuk pada ekonomi nasional (untuk wilayah yang kecil seperti
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-100





kabupaten/kota dapat merujuk pada provinsi). Rumus yang digunakan dalam
menghitung national share yaitu :



2. Komponen industrial mix mengukur share perubahan ekonomi regional yang dapat
dihubungkan dengan industry mix wilayah regional, dan yang merefleksikan tingkat
dimana wilayah mengkhususkan pada industri- industri yang tumbuh cepat atau
lambat secara nasional. Maka, wilayah yang mempunyai share industri yang relatif
besar merupakan wilayah yang secara nasional tumbuh cepat akan mempunyai efek
industry mix yang positif.



3. Komponen regional share mengukur perubahan pada sektor tertentu dalam suatu
wilayah karena perbedaan antara tingkat pertumbuhan atau penurunan wilayah yang
menjadi referensi sektor. Komponen ini mengindikasikan pertumbuhan atau
penurunan sektor karena persaingan dalam sector



Selanjutnya menentukan hasil shift share dengan menjumlahkan ketiga komponen
tersebut. Adapun rumusnya sebagai berikut :



C. Metode LQ
Metode LQ adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai
tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai tambah
sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Dengan kata lain, LQ dapat
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-101

Si/ Ni = Si/ S
LQ =

S/ N = Ni/ N
menghitung perbandingan antara share output sektor i di kota dan share output sektor i di
provinsi, adapun rumus yang digunakan yaitu :







Keterangan :
Si = Besaran dari suatu kegiatan tertentu yang akan di ukur di daerah yang diteliti
S = Besaran total untuk seluruh kegiatan di daerah yang diteliti
Ni = Besaran total untuk kegiatan tertentu dalam daerah yang lebih luas
N = Besaran total seluruh kegiatan di daerah yang lebih luas
Ukuran LQ sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi suatu daerah, dimana:
LQ > 1, sub daerah yang bersangkutan memiliki potensi ekspor dalam kegiatan
tertentu;
LQ < 1, daerah tersebut memiliki kecenderungan impor dari sub daerah/daerah lain;
dan
LQ = 1, daerah tersebut telah memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri dalam kegiatan
tertentu (seimbang).

1.8.2.5.Analisa Fasilitas
Analisa fasilitas, dilakukan dengan memproyeksi kebutuhan fasilitas untuk
pelayanan masyarakat pada tahun tertentu. Rumus yang digunakan yaitu :







Jumlah Penduduk Proyeksi
Pr oyeksi Fasilitas = Jumlah Penduduk Pendukung
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-102

Standar penduduk pendukung yang digunakan dalam memproyeksi fasilitas, ada dua
yaitu penduduk pendukung eksisting dan penduduk pendukung PU.

A. Fasilitas Perumahan
Dengan penduduk pendukung sekitar 6 jiwa/KK. Tipe rumah yang diprediksikan
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu tipe besar, sedang dan kecil dengan perbandingan 1 : 3
: 6 dari jumlah rumah keseluruhan yang direncanakan.
B. Fasilitas Pendidikan
Untuk menentukan kebutuhan fasilitas pendidikan diperlukan penduduk berdasarkan
penggolongan umur menurut tingkat pendidikan. Standar penduduk pendukung
menggunakan standar eksisting dan PU, untuk standar PU yaitu tingkat Taman Kanak-
kanak (TK) penduduk pendukungnya sekitar 1.000 jiwa, Sekolah Dasar (SD) 1.600 jiwa,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4.800 jiwa, Sekolah Menengah Atas (SMU/SMK)
4.800 jiwa dan pendidikan informal 5.000 jiwa.

C. Fasilitas Kesehatan
Proyeksi fasilitas kesehatan menggunakan standar penduduk pendukung PU yaitu :
1. Posyandu
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 250 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 300 m
2
(0,1 m
2
/jumlah penduduk).
2. Balai pengobatan
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 3000 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 300 m2 (0,1 m2/jumlah penduduk).
3. Praktek Dokter
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 5000 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 1.500 m2 apotik.
4. Apotik
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 10.000 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 1600 m2 (0,61 m2/jumlah penduduk).
5. BKIA dan Rumah Bersalin
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-103

Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 10.000 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 1600 m2 (0,61 m2/jumlah penduduk).
6. Puskesmas Pembantu
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 30.000 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 1.200m2 (0,04 m2/jumlah penduduk).
7. Puskesmas
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 120.000 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 24.000 m2 (0,02m2/jumlah penduduk).
8. Rumah Sakit Umum
Jumlah minimum penduduk adalah 240.000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 8,64
Ha m2 (0,1 m2/jumlah penduduk).

D. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Proyeks fasilitas perdangan dan jasa menggunakan standar penduduk pendukung standar
PU yaitu :
1. Warung
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 250 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 100 m
2
(0,4 m
2
/jumlah penduduk).
2. Pertokoan
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 2500 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 1.200 m2 (0,4 m2/jumlah penduduk).
3. Pusat Perbelanjaan Kawasan
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 30.000 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 13.500 m2 (0,4 m2/jumlah penduduk).
4. Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kawasan
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 120.000 penduduk luas tanah yang
dibutuhkan 36.000 m2 (0,4 m2/jumlah penduduk).
5. Industri
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 480.000 luas tanah yang dibutuhkan
9.600 m2/jumlah penduduk).

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-104

E. Fasilitas Umum
Proyeks fasilitas umum menggunakan standar penduduk pendukung standar PU yaitu :
1. Kawasan 2.500 penduduk (RW)
Dengan luas tanah 400 m2 (0,16 m2/penduduk) yang terdiri dari: pos hansip, balai
pertemuan dan bis usrat serta parkir umum dan MCK.
2. Kawasan 30.000 penduduk (lingkungan)
Dengan luas tanah 4000 m2 (0,13 m2/penduduk) yang terdiri dari: kantor lingkungan,
pos polisi, kantor pos pembantu, pos pemadam kebakaran, parkir umum, MCK dan
bioskop
3. Kawasan 120.000 penduduk (kecamatan)
Dengan luas tanah 6.400 m2 (0,05 m2/penduduk) yang terdiri dari: kantor kecamatan,
kantor polisi, kantor pos cabang, pos pemadam kebakaran dan parkir umum.
4. Kawasan 480.000 penduduk (wilayah)
Dengan luas tanah 30.000 m2 (0,03 m2/penduduk) yang terdiri dari: kantor wilayah,
kantor polisi, kantor telepon, pemadam gedung kesenian dan parkir umum.
5. Kawasan 1.000.000 penduduk
Dengan luas tanah 3.000 m2 (0,03 m2/penduduk) yang terdiri dari: balai kota, kantor
polisi, kantor telepon, kantor PLN, kantor PDAM, kantor pos dan parkir umum.



F. Fasilitas Peribadatan
Proyeks fasilitas peribadatan menggunakan standar penduduk pendukung standar PU dan
eksisting, untuk standar PU yaitu :
1. Kelompok penduduk 2.500 (RW) 1 langgar = 300 m
2

2. Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan) 1 masjid = 1.750 m
2

3. Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan) 1 masjid = 4.000 m
2


G. Fasilitas Rekreasi dan Kebudayaan
Proyeks fasilitas umum menggunakan standar penduduk pendukung standar PU yaitu :
1. Kelompok 2.500 Penduduk (RW) 1 balai pertemuan = 300 m
2

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-105

2. Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan) 1 gedung serba guna = 1.000 m
2
dan bioskop
= 2.000 m
2

3. Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan) 1 gedung serba guna = 3.000 m
2


H. Fasilitas Olahraga dan Ruang Terbuka
Proyeks fasilitas umum menggunakan standar penduduk pendukung standar PU yaitu :
1. Kelompok 250 Penduduk (RW) 1 taman = 250 m
2
2. Kelompok 2.500 Penduduk (RW) 1 taman yang dapat digunakan untuk aktivitas
olahraga seerti volly, badminton = 10.250 m
2

3. Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan) 1 taman yang dapat melayani aktivitas-
aktivitas kelompok diarea terbuka, misal lapangan olahraga, upacara, dll = 9.000 m
2
dan
bioskop = 2.000 m
2

4. Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan) 1 taman minimal mempunyai satu lapangan
terbuka hijau dan dilengkapi dengan sarana-sarana olahraga = 24.000 m
2


1.8.2.6.Analisa Utilitas
A. Jaringan Air Bersih
Penyediaan air bersih kota atau lingkungan dengan ketentuan sambungan rumah dengan
kapasitas minimum 80 liter/hari, sambungan halaman dengan kapasitas minimum 60
liter/hari dan sambungan kran umum kapasitas minimum 30 liter/hari. Untuk
pendistribusian masing- masing akpek yaitu :
Asumsi 1 orang = 120 liter/hari
Ekonomi = 60 %
Sosial = 35 %
Perkantoran = 15 %
Kebocoran = 2 %
Cadangan = 5 %
Langkahlangkah perancangan sistem air kota :
1. Dapatkan data atau perkiraan tentang jumlah penduduk kelompok masyarakat yang
bersangkutan dimasa yang akan datang dan telaah kondisi kondisi setempat untuk
menentukan jumlah air yang harus disediakan.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-106

2. Cari satu atau beberapa sumber air yang mutunya cukup.
3. Sediakan jumlah tampungan air yang diperlukan dan rencanakan pekerjaan yang
dibutuhkan untuk menyalurkan air dari sumbernya ke masyarakat.
4. Tetapkan ciri fisik, kimia dan biologi dari air yang bersangkutan dan tentukan
persyaratan mutu air.
5. Rencanakan saranasarana pengolahan air yang diperlukan untuk memenuhi
persyaratan mutu air.
6. Rancang dan rencanakan distribusinya termaksud wadukwaduk distribusi, instalasi
pompa, tampungan tinggi, denah, dan ukuran pipa pipa serta kedudukan hidan
hidran kebakaran.

B. Jaringan Drainase
Pembuangan air kotor bersumber dari air bersih yang dipakai untuk cuci, mandi dan
lainnya, yang kotorannya disalurkan lewat drainase, asumsi pembuangan dari masing-
masing sumber yaitu :
Industri = 60 %
Perkantoran = 5 %
Sosial dan Ekonomi = 15 %

C. Jaringan Listrik
Prasarana listrik perumahan sederhana setiap unit mendapatkan daya listrik tertentu,
dilaksanakan dengan kebutuhan ruang. Untuk jarak jaringan listrik antar tiang rata-rata 40
meter, untuk penyesuaian dengan keadaan permukaan tanah jalan dan sebagainya, maka
dapat diambil jarak tiang antara 30 45 m. Untuk pendistribusian masing- masing aspek
yaitu :
Asumsi 1 oarang = 450 watt/hari
Ekonomi = 60 %
Sosial = 35 %
Perkantoran = 15 %
Penerangan Jalan = 10 %
Cadangan = 10 %
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-107

1. Perencanaan pusat listrik
Harus diketahui jumlah kebutuhan energi listrik sekarang dan masa akan datang.
Identifikasi dan sumber daya alam dan modal untuk pengembangan pusat listrik.
Setiap kemungkinan pembangunan listrik harus dihitung cost dan Benefitnya,
termaksud biaya pembangunan jaringan .
Pilih pusat listrik yang paling menguntungkan.
2. Perencanaan jaringan transmisi
sedikit mungkin diusahakan lintasan terpendek antara pusat listrik gardu induk
trasformator di dekat kota menjadi pusat konsumen. Bukit dan lembah bisa
menjadi penghalang karena akibat bentangan yang terlalu lebar antara dua tiang
Diusahakan tidak melewati desa atau permukiman penduduk, atau setidak
tidaknya tidak ada bangunan yang berada dibawah jaringan.
Meskipun kemajuan teknologi telah mungkin mendirikan tiang transmisi pada
kondisi lahan bagaimanapun juga, namun biaya pembangunan harus
diperhitungkan.
3. Perencanaan gardu induk transformator
Gardu induk diletakan diluar kota pada lokasi non permukiman, pada arah yang
sama dengan asal jaringan transmisi.
Areal yang disediakan harus cukup luas guna menjaga kemungkinan peningkatan
dimasa depan dan serbuan permukiman.

D. Jaringan Telekomunikasi
Pembangunan perumahan dilengkapi dengan jaringan telepon umum berisolasi yang
sumbernya diperoleh dari Telkom. Pendistribusian kebutuhan telepon masing- masing
aspek yaitu :
Asumsi 1 satuan sambungan = 250 penduduk
Industri = 70 %
Perkantoran = 25 %
Sosial dan Ekonomi = 30 %

E. Pembuangan Sampah
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-108

Pembuangan sampah hasil aktivitas manusia diasumsikan 1 jiwa 2.5 kg.
1. Pengumpulan sampah
Fasilitas pengumpulan sampah rumah tangga kapasitas 0,02 m
3
berdasarkan jumlah
orang dan banyaknya buangan sampah seluruh kota 0,002 m
3
/orang/hari. Sedangkan
pengumpulan sampah lingkungan kapasitas minimum volume 2 m
3
berdasarkan
jumlah rumah yang dilayani 200 rumah.
Pengumpulan sampah berupa: gerobak dorong, becak, mobil pengangkut sampah.
Kapasitas angkut tergantung jumlah dan frekuensi sampah yang akan diangkut dengan
jangka waktu angkut maksimal 2 hari sekali.
2. Pembuangan sampah
Penimbunan dengan open dumping (tidak pada daerah berair, jauh dari sumber air
dalamnya 1 meter, sampah diratakan dengan bulldozer), dengan saniter (tanah yang
rendah, lapisan sampah kurang 2 meter, sampah dipadatkan).
Pembakaran
Pabrik Kompos

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-109

TIMBUNAN SAMPAH
PERWADAHAN DAN MILIHAN
PENGUMPULAN
PENGANGKUTAN PENGOLAHAN
PEMBUANGAN
AKHIR
Proses Pengelolaan Sampah











1.8.2.7.Analisa Transportasi
Jenis transportasi yang di Kecamatan Besuki adalah sistem transportasi jalan raya.
Analisa transportasi jalan raya meliputi analisa prasarana transportasi dan sarana
transportasi.
1) Analisa prasarana transportasi, meliputi analisa pengembangan jaringan jalan, analisa
hierarki jalan, analisa dimensi jalan, analisa garis sempadan jalan, analisa penataan
perabot jalan (parkir, halte, rambu-rambu, jembatan penyeberangan, dan lain lain);
2) Analisa sarana transportasi, meliputi analisa penataan sirkulasi, penataan rute
angkutan umum, dan lain-lain.
Adapun perencanaan ataupun penataan yang dilakukan terhadap jalan tersebut didasarkan
atas komponen berikut ini:
A. Pola Jaringan Jalan
Merupakan dasar dalam menganalisa pengembangan jaringan jalan di wilayah
perencanaan. Sebelum menentukan kebutuhan pengembangan jaringan jalan harus
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-110

ditetapkan pola jaringan jalan apa yang akan diterapkan di wilayah perencanaan sesuai
dengan kondisi dan permasalahan yang terkait dengan pengembangan jaringan jalan
tersebut, misalnya: jaringan jalan eksisting, kondisi topografi wilayah, dan sebagainya.
Adapun pola-pola jaringan jalan ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu:
1. Pola Grid
Pola Grid biasanya terjadi karena adanya perpotongan jalan yang sama tegak lurus
satu sama lain dengan lebar jalan yang rata-rata sama. Pola Grid ini dapat digunakan
untuk mendistribusikan arus lalu lintas yang kompleks apabila hirarkhi jalan telah
ditetapkan.




2. Pola Radial
Pola radial, yaitu terpusat pada satu titik dan mengarah ke berbagai titik/lokasi. Pola
ini dapat digunakan untuk mengarahkan arus lalu lintas menuju suatu pusat umum
yang padat dengan berbagai aktivitas, namun pusat tersebut dapat tumbuh sedemikian
rupa sehingga sulit diatur.





3. Pola Linier
Merupakan pola garis lurus yang menghubungkan dua titik penting, Pola ini
cenderung mudah mengalami kepadatan atau kemacetan lalu lintas. Untuk
mengatasinya diadakan suatu penyaluran yang dikenal dengan sistem loop, suatu jalan
melambung yang keluar dari jalur utama disuatu titik untuk kemudian kembali lagi
masuk ke jalur utama tadi di titik yang lain.


[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-111




4. Pola Kurva linier
Merupakan gabungan dari pola garis lurus dan garis lengkung yang memanfaatkan
topografi, dengan cara mengikuti bentuk lahan sedekat mungkin. Pada pola ini jalan-
jalan tembusnya lebih sedikit dibanding dengan Pola Grid. Cul-de-sac atau jalan
buntu yang mempunyai panjang maksimum 150 meter, yang sering digunakan.
Dengan pola kurva linier, suasana jalan menjadi lebih menarik karena bervariasinya
pemandangan, jenis serta panjang jalan dan mudahnya penyesuaian terhadap
perubahan topografi.






5. Modifikasi Grid
Pola ini pada dasarnya dari pola grid yang dimodifikasi dengan sistem loop
ditengahnya atau pada kedua sisi. Pada bagian loop selain memungkinkan untuk
kawasan terbangun dan juga dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau.






6. Cul De Sac
Pola ini dibuat dengan membuat pengelompokan pada satu pola jaringan jalan secara
tertutup. Pola ini akan efisien bila jaraknya kurang 150 meter.

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-112







7. Loop
Pola ini dibuat dengan membuat sistem melingkar pada satu ruas jalan. Seperti halnya
dengan pola grid yang dimodifikasi, maka sistem loop ini pada bagian tengahnya
selain dapat digunakan sebagai kawasan terbangun juga dapat digunakan untuk ruang
terbuka hijau.





B. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah jarak pencapaian dari suatu daerah ke daerah lainnya, dimana semakin
tinggi aksebilitas suatu daerah dengan daerah lainnya maka akan semakin cepat pula
proses perkembangannya begitu pula sebaliknya. Adapun indikator yang menunjukkan
tingkat aksesibilitas pada satu kawasan yaitu kondisi dan jenis perkerasan jalan yang ada,
sedangkan untuk indikator penunjang yaitu arah perkembangan atau pergerakan penduduk.
C. Hierarkhi Jalan
Hierarkhi jalan adalah tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada
pada suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang ada di sekitar
kawasan
D. Penataan Transportasi
Penataan transportasi ini sangat menunjang sistem transportasi yang akan direncanakan,
yakni meliputi sistem sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki), sistem parkir dan perabot
jalan (tempat sampah, halte, penerangan, telepon umum, dan sebagainya).
E. LOS (Level Of Service)
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-113

I. Perhitungan Kapasitas Jalan

Co FC
W
FC
SP
FC
SF
FC
CS
C
2900 1.34 1 0.79 0.90 2762.94



[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-114

C= Co X FC
W
X FC
SP
X FC
SF
X

FC
CS
C : Kapasitas (smp/jam)
Co : Kapasitas Dasar(smp/jam)
FC
W
: Faktor Penyesuaian Lebar Perkerasan Jalan
FC
SP
: Faktor Penyesuaian Hambatan Samping
FC
CS
: Faktor Penyesuaian Ukuran Kota

F. OD (Origin Destination)
FORM ORIGIN DESTINATION (OD)
KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG PROPINSI BALI
No
Alamat /
Asal
Respon
den
Tujuan Kerja Tujuan Sekolah Sampingan
Berangkat
Pulang
Berangkat
Pulang
Berangkat
Pulang
Lokas
i
Biay
a
Wakt
u
Mod
a
Rut
e
Biay
a
Wakt
u
Mod
a
Rut
e
Lokas
i
Biay
a
Wakt
u
Mod
a
Rut
e
Biay
a
Wakt
u
Mod
a
Rut
e
Lokas
i
Biay
a
Wakt
u
Mod
a
Rut
e
Biay
a
Wakt
u
Mod
a
Rut
e
1
2
3
4
5
6
7
8
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-115

9
10
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-116

G. LHR (Lintasan Harian rata rata )
FORM LHR
STUDIO PERENCANAAN KOTA KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG


NO WAKTU
MODA
PEJALAN
KAKI
KENDARAAN
LAMBAT
PARKIR GANG MC
LV HV
Sepeda Becak Motor Colt
Pick
Up
Mobil
Pribadi
Angkutan
Umum
Taxi
Truck Kontainer Bus
Lain -
Lain
1
00.01 -
00.15
2
00.16 -
00.30
3
00.31 -
00.45
4
00.46 -
01.00

5
01.01 -
01.15
6
01.16 -
01.30
7
01.31 -
01.45
8
01.46 -
02.00

9
02.01 -
02.15
10
02.16 -
02.30
11
02.31 -
02.45
12
02.46 -
03.00

13
03.01 -
03.15
14
03.16 -
03.30
15
03.31 -
03.45
16
03.46 -
04.00

17
04.01 -
04.15
18
04.16 -
04.30
19
04.31 -
04.45
20
04.46 -
05.00

21
05.01 -
05.15
22
05.16 -
05.30
23
05.31 -
05.45
24
05.46 -
06.00

25
06.01 -
06.15
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-117

26
06.16 -
06.30
27
06.31 -
06.45
28
06.46 -
07.00

29
07.01 -
07.15
30
07.16 -
07.30
31
07.31 -
07.45
32
07.46 -
08.00

33
08.01 -
08.15
34
08.16 -
08.30
35
08.31 -
08.45
36
08.46 -
09.00

37
09.01 -
09.15
38
09.16 -
09.30
39
09.31 -
09.45
40
09.46 -
10.00

41
10.01 -
10.15
42
10.16 -
10.30
43
10.31 -
10.45
44
10.46 -
11.00

45
11.01 -
11.15
46
11.16 -
11.30
47
11.31 -
11.45
48
11.46 -
12.00

49
12.01 -
12.15
50
12.16 -
12.30
51
12.31 -
12.45
52
12.46 -
13.00

53
13.01 -
13.15
54
13.16 -
13.30
55
13.31 -
13.45
56
13.46 -
14.00

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-118

57
14.01 -
14.15
58
14.16 -
14.30
59
14.31 -
14.45
60
14.46 -
15.00

61
15.01 -
15.15
62
15.16 -
15.30
63
15.31 -
15.45
64
15.46 -
16.00

65
16.01 -
16.15
66
16.16 -
16.30
67
16.31 -
16.45
68
16.46 -
17.00

69
17.01 -
17.15
70
17.16 -
17.30
71
17.31 -
17.45
72
17.46 -
18.00



73
18.01 -
18.15
74
18.16 -
18.30
75
10.31 -
18.45
76
18.46 -
19.00

77
19.01 -
19.15
78
19.16 -
19.30
79
19.31 -
19.45
80
19.46 -
20.00

81
20.01 -
20.15
82
20.16 -
20.30
83
20.31 -
20.45
84
20.46 -
21.00

85
21.01 -
21.15
86
21.16 -
21.30
87
21.31 -
21.45
88
21.46 -
22.00
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-119


89
22.01 -
22.15
90
22.16 -
22.30
91
22.31 -
22.45
92
22.46 -
23.00

93
23.01 -
23.15
94
23.16 -
23.30
95
23.31 -
23.45
96
23.46 -
24.00

1.8.2.8.Analisa Pola Ruang
A. Kawasan Lindung
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang
mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun
kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah. Pelestarian kawasan hutan difungsikan untuk
menjaga kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai
flora dan fauna sepanjang DAS termasuk peningkatan produktivitas lahan.
Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Perlindungan Setempat yang meliputi; kawasan sekitar mata air,
kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan
irigasi, dan waduk.
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Berdasarkan penetapan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar
budaya maka terdapat cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, cagar
budaya .Rencana perlindungan kawasan cagar alam.
Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan pelestarian alam yang
dimaksudkan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem
hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping
sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut, serta pelindung usaha
budidaya dibelakangnya.
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-120

Kawasan pantai berhutan bakau ini memiliki fungsi penyeimbang lingkungan
pantai sehingga harus dilestarikan, diperluas melalui reboisasi bakau. Potensi
kawasan ini juga untuk tambak dan alih fungsi bakau untuk tambak
direncanakan maksimum 20% dari total bakau yang ada. Kawasan Cagar
Budaya Dan Ilmu Pengetahuan meliputi: lingkungan non bangunan,
lingkungan bangunan non gedung, lingkungan bangunan gedung dan
halamannya dan kebun raya yang telah memiliki umur lebih dari 50 tahun dan
perlu dilestarikan.Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam lainnya yaitu bahaya air laut pasang dan terjadi
hampir setiap tahun. Dampak dari bencana air laut pasang adalah dapat
mengakibatkan robohnya bangunan permukiman penduduk disekitar pantai,
membawa sampah yang berasal dari laut dan lainnya. Untuk menanggulangi
bahaya air laut pasang pada dasarnya tidak dapat dilakukan karena termasuk
dari gejala alam yang belum dapat diprediksi tetapi yang bisa dilakukan adalah
mengantisipasi bahaya, misalnya memperkuat kontruksi bangunan, membuat
tanggul-tanggul dikawasan permukiman sekitar pantai, penanaman hutan
bakau di sekitar pantai sebagai penahan gelombang laut dan lain sebagainya.

Tabel 1.11
Ketentuan Pola Ruang
Pola Ruang Ketentuan Kondisi di Lapangan Penanganan
1. Kawasan Lindung
Kawasan Hutan
Lindung











Kawasan hutan dengan
faktor-faktor lereng
lapangan, jenis tanah,
curah hujan yang
melebihi nilai skor 175
Kawasan hutan yang
mempunyai lereng
lapangan 40 % atau lebih
Kawasan hutan yang
mempunyai ketinggian di
atas permukaan laut
1.000-2.000 meter atau
lebih
Jenis tanah Regosol,
Litosol,

Terdapat hutan lindung di
Desa Ngujuran dengan
luas 16,88 Ha.










Lebih dijaga lagi
kelestarian hutannya dan
tidak boleh ada
penebangan hutan secara
liar.








[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-121

Atnogosol,Renzine
(Sangat Peka)
Curah hujan > 34,8
mm/hari

Kawasan
Perlindungan
Setempat
a) Sekitar mata air








b)Sempadan
pantai

















c) Sempadan
sungai














Kriteria kawasan sekitar
mata air adalah sekurang-
kurangnya dengan jari-
jari 200 meter di sekitar
mata air.




Minimal 100 meter dari
titik pasang tertinggi ke
arah darat.















Sekurang-kurangnya 100
meter di kiri kanan
sungai besar dan 50
meter di kiri kanan anak
sungai yang berada di
luar pemukiman.
Untuk sungai di kawasan
permukaan berupa
sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk
dibangun jalan inspeksi
antara 10 15 meter.





Terdapat kawasan konflik
yang mana pada kawasan
konservasi dijadikan
sebagai kawasan
permukiman seluas 2,17
Ha.




Terjadi kawasan konflik
sempadan pantai dengan
permukiman seluas 50,05
Ha.














Terjadi kawasan konflik
antara sempadan sungai
dengan permukiman
seluas 8,6 Ha.












Memindahkan
permukiman ke daerah di
luar kawasan konservasi
Pemeliharaan sumber-
sumber mata air dengan
reboisasi kawasan yang
ada di area tangkapan.


Memindahkan
permukiman ke daerah di
luar kawasan konservasi.
Mengeadakan reboisasi
kembali terhadap
keberadaan hutan bakau
untuk penyeimbang
lingkungan pantai.
Pengembangan wisata
pantai dipertahankan
dengan lebih
memperhatikan
keberadaan ekosistem
alam yang ada, dengan
peningkatan sarana
prasarana wisata secara
seimbang.


Memindahkan
permukiman ke daerah di
luar kawasan konservasi.
Penempatan fungsi RTH
pada kawasan sempadan.
Jenis tanaman yang
direkomendasikan untuk
daerah sungai ini adalah :
Ketapang, Dadap Merah,
Trembesi, Gamal, dan
Sengon.

[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-122



d)Kawasan
sekitar
waduk/danau














Kawasan Suaka
Alam, Pelestarian
alam, dan Cagar
Budaya

a. Cagar alam



















b. Kawasan Pantai
Berhutan Bakau







Cagar Budaya



Daratan sepanjang
tepian danau/waduk
yang lebarnya
proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk antara 50
100 meter dari t itik
pasang tertinggi ke arah
darat.









Memiliki
keanekaragaman jenis
tumbuhan, satwa, dan
tipe ekosistemnya.
Memiliki formasi biota
tertentu dan/atau unit-
unit penyusunnya.
Memiliki kondisi alam,
baik biota maupun
fisiknya yang masih asli
atau belum diganggu
manusia.
Memiliki luas dan bentuk
tertentu.
Memiliki ciri khas yang
merupakan satu-satunya
contoh di suatu daerah
serta keberadaannya
memerlukan konservasi.



Koridor di sepanjang
pantai dengan lebar
paling sedikit 130
(seratus tiga puluh) kali
nilai rata-rata perbedaan
air pasang tertinggi dan
terendah tahunan, diukur
dari garis air surut
terendah ke arah darat.

Tempat serta ruang
disekitar bangunan
bernilai budaya tinggi,
situs purbakala dan
kawasan dengan

Terdapat kawasan konflik
yang mana pada kawasan
konservasi dijadikan
sebagai kawasan
permukiman seluas 1,33
Ha.


















Pantai Sowan di Desa
Bogorejo.


















Keberadaan hutan bakau
di Kecamatan Lobalain
sangat mempriihatinkan,
karena banyak di rubah
menjadi kawasan tambak.




Pantai Sukolilo di Desa
Sukolilo.

Memindahkan
permukiman ke daerah di
luar kawasan konservasi.
Pengembangan tanaman
perdu, tanaman tegakan
tinggi, dan penutup tanah
atau ground cover untuk
melindungi pencemaran
dan erosi terhadap air.
Membatasi dan tidak
boleh menggunakan lahan
secara langsung untuk
bangunan yang tidak
berhubungan dengan
konservasi waduk..







Perlindungan dan
pelestarian
keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya.
Mempertahankan fungsi
ekologis kawasan alami
baik biota maupun
fisiknya melalui upaya
pencegahan pemanfaatan
kawasan pada kawasan
suaka alam dan upaya
konservasi.
Peningkatan kegiatan
konservasi dan
rehabilitasi yang berguna
untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dari
ancaman kepunahan yang
disebabkan oleh kegiatan
alam maupun manusia.

Potensi kawasan ini juga
untuk tambak dan alih
fungsi bakau untuk
tambak direncanakan
maksimum 20% dari total
bakau yang ada.



Memberi perlindungan
terhadap kawasan cagar
[[Laporan Fakta dan Analisa]]
TAHUN 2012

STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA



STUDIO PERENCANAAN KOTA
KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA


I-123

bentukan geologi
tertentu yang
mempunyai manfaat
tinggi untuk
pengembangan ilmu
pengetahuan.
budaya dari ancaman
kepunahan.
Mempertahankan fungsi
ekologis kawasan alami
baik biota maupun
fisiknya

You might also like