KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-1
1.1.Latar Belakang Perkembangan suatu kota di tunjang dari potensi-potensi yang di punyai kota tersebut. Kota yang dipandang sebagai suatu objek studi dimana didalamnya terdapat masyarakat yang sangat kompleks, telah mengalami proses interelasi antar manusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Pola perencanaan kota pada jaman kuno berpedoman bahwa kota di bangun sebagai landasan. Landasan fisik dari kota adalah perwujudan nyata dari bangunan, jalan, dan keistimewaan lain yang membentuk kota. Landasan politik kota adalah sangat penting bagi makna yang dikandungnya. Landasan ekonomi kota merupakan hal yang menyediakan banyak alasan bagi keberadaan landasan lainnya. Dan landasan sosial adalah sangat diperlukan bagi kehidupan kota. Perkembangan suatu kota akan menyebabkan luasnya wilayah kota dan beragamnya jenis kegiatan yang ada. Produksi dari tiap potensi kegiatan juga akan meningkat. Hal ini menuntut penyediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga pergerakan penunjang dan barang menjadi efektif dan efisien. Oleh karena itu pertumbuhan dan perkembangan kota perlu diarahkan melalui suatu konsep perencanaan agar dapat menciptakan keserasian dan keseimbangan kegiatan kota. Perencanaan kota dapat berguna sebagai bimbingan atau arahan pembangunan kota yang baru dan berubah sedemikian rupa sehingga masyarakat akan diberi bentuk fisik yang sebagaimana mestinya. Untuk mencapainya perlu mengetahui sejarah tentang masyarakat, elemen-elemen perencanaan yang dapat dipakai untuk mengubah bentuk kota, dan mekanisme untuk melaksanakan usulan- usulan, serta pengoptimalan potensi yang dimiliki. Pertumbuhan dan perkembangan kota secara alami terus berubah. Untuk it u diperlukan suatu perencanaan yang matang dan menyeluruh agar perkembangan suatu kota dapat diarahkan dan dikendalikan pertumbuhannya. Perencanaan ini mengandung pengertian sebagai suatu upaya untuk meningkatkan dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan mempertahankan segala keterbatasan yang ada guna suatu tujuan efektif dan efisien. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan rencana pemanfaatan ruang wilayah yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar potensi dalam rangka mengendalikan program-program pembangunan wilayah dalam jangka panjang secara khusus pada wilayah Perkotaan. Perencanaan Wilayah itu sendiri merupakan proses yang berkelanjutan yang dimulai dari tahap pengumpulan data, analisis data sampai dengan tahap [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-2
perencanaan dan penyusunan kebijaksanaan pelaksanaan. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengarahkan perkembangan dan pembangunan suatu kota/perkotaan. Kecamatan Kuta Utara merupakan salah satu Kecamatn yang terletak di Kabupaten Badung Propinsi Bali. Kecamatan Kuta Utara memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sehingga sangat baik untuk diidentifikasi, baik itu potensi sumber daya manusia, sumber daya alam berupa sektor pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan), pertambangan, maupun sumber daya buatannya. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui seberapa besar potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan guna kemajuan Kecamatan Kuta Utara. Namun selain potensi yang ada, ada juga permasalahan yang terdapat di Kecamatan Kuta Utara, permasalahan yang dimaksud seperti perubahan fungsi lahan pertanian untuk pengembangan sarana dan prasarana seiring dengan perkembangan wilayah yang setiap tahunnya selalu meningkat. Maka adanya pengidentiikasian permasalahan dan potensi, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga nantinya dengan perencanaan yang baik Kecamatan Kuta Utara dapat lebih maju dari saat ini baik dari segi sosial, fisik dan perekonomian. Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana dimaksud merupakan dasar bagi penyusunan peraturan zonasi. Di dalam UU 26 / 2007 tentang Penataan Ruang pasal 35, juga menyebutkan bahwa : Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Sehingga suatu Rencana Detail Tata Ruang dapat dijadikan dasar sebagai penentuan zonasi yang tepat dan sesuai dengan keadaan kawasan tersebut serta ketentuan umum peraturan zonasi yang berisi acuan umum untuk penyusunan peraturan zonasi pada Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten. Rencana rinci tata ruang yang ada pada UU no.26/2007 disebutkan mengenai : a) Rencana tata ruang pulau/kepulauan b) Rencana tata ruang kawasan strategis nasional c) Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi d) Rencana detail tata ruang kabupaten/kota e) Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-3
Sehingga penataan ruang dalam hal ini merupakan pedoman untuk perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang di wilayah Kabupaten/Kota, mewujudkan keterpaduan dan keseimbangan perkembangan antar kawasan wilayah Kabupaten/Kota dan pelaksanaan pembangunan dalam pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan. Rencana Detail Tata Ruang dipergunakan untuk Output produk rencana yang fleksibel dan dinamis, serta sebagai pedoman pengarahan dan pengendalian bagi pelaksanaan pembangunan perkotaan. Berdasarkan variabel-variabel terkait serta mengacu pada Undang- Undang No. 26 tahun 2007 maka RDTRK Kabupaten Badung diharapkan dapat berguna untuk : o Pengembangan wilayah Perkotaan Kuta Utara yang optimal pada masa yang akan datang sesuai dengan potensi atau karakter daerah yang dimiliki o Terbentuknya suatu wilayah yang terencana dengan baik, dari segi ekonomi, sosial dan budaya o Pengembangan atau penyebaran dan peningkatan sarana dan prasarana yang ada guna penunjang kegiatan ekonomi, misalnya kegiatan perdagangan dan jasa. o Serta pengembangan kawasan di bidang pariwisata, terutma wisata air yang meliputi beberapa titik lokasi. Di antaranya : 1. Pantai Petitengget di Kelurahan Kerobokan 2. Pantai Berawa di Desa Tibubeneng 3. Pantai Batu Bolong di Desa Canggu 4. Pantai Canggu di Desa Canggu
1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang ada di suatu kota sangat beragam dan kompleks, karena seperti yang telah diketahui kota terdiri dari berbagai unsur fisik maupun non fisik yang saling berkaitan. Begitu pula dengan permasalahan yang ada di Kecamatan Kuta Utara, Pertumbuhan Kecamatan Kuta Utara dengan segala macam sumberdaya yang dimilikinya merupakan potensi dan sekaligus masalah bagi perkembangan kota tersebut terutama dalam pemerataanya. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-4
Secara umum, permasalahan yang cenderung berkembang di Kecamatan Kut a Utara antara lain yaitu : 1. Bagaimanakah rumusan kebijakan pengembangan kota yang baik dan sesuai dengan kondisi di Kecamatan Kuta Utara ? 2. Bagaimanakah pengembangan sumber daya alam (SDA), fisik dan lingkungan (pengembangan kawasan lindung dan budidaya) di Kecamatan Kuta Utara? Dan apakah terjadi konflik lahan ? 3. Sejauh mana tingkat kepadatan penduduk dan penyebarannya di Kecamatan Kuta Utara? Dan bagaimana memproporsionalkan pemanfaatan lahan dalam penanganan tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat ? 4. Bagaimanakah pengembangan sumber daya buatan (SDB) baik sistem jariangan transportasi, sistem jaraingan energi/kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaraingan sumber daya air dan sistem jaringan lainnya di Kecamatan Kuta Utara? Dan sejauh mana pelayanannya terhadap masyarakat ? 5. Bagaimanakah pengembangan sarana baik fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan jasa, peribadatan, rekreasi dan olahraga? Dan sejauh mana pelayanannya terhadap masyarakat ? 6. Sejauh mana pengelolaan kawasan yang mengandung benda cagar budaya di Kecamatan Kuta Utara? Dan bagaimanakah pengembangannya? 7. Bagaimanakah penataan struktur ruang dan pola ruang Kecamatan Kuta Utara? 8. Sejauh mana intervensi berbagai kelembagaan baik formal (pemerintah dan jajarannya) dan informal (LSM, peruguruan tinggi dan masyarakat) dalam operasionalisasi penataan ruang terkait pada perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kecamatan Kuta Utara ?
1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran Maksud, tujuan dan sasaran dalam studi ini merupakan garis besar yang akan dikembangkan dalam wilayah studi. Tujuan merupakan apa yang ingin dan akan dicapai, dan sasaran merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam pencapaian tujuan. Dalam permen 20 tahun 2011 terdapat muatan muatan RDTR Kabupaten/Kota yang terdiri atas : [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-5
1. Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan 2. Rencana pola ruang. 3. Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang di prioritaskan penanganannya. 4. Arahan pemanfaatan ruang. 5. Peraturasn zonasi (Apabila peraturan zonasi disatukan dengan RDTR) ketentuan tambahan dan ketentuan khusus peraturan zonasi (apabila peraturasn zonasi dipisah dengan RDTR).
1.3.1. Maksud Penyusunan RDTR Kecamatan Kuta Utara dimaksudkan sebagai berikut : 1. Membuat usulan RDTR yang layak dan seimbang guna menciptakan penggunaaan lahan yang sesuai dengan karakter dan fungsi lahan. 2. Memantapkan atau menegaskan fungsi dan peranan kawasan perencanaan dalam lingkup yang lebih luas maupun untuk kawasan bersangkutan; 3. Mengatur potensi kota, kegiatan masyarakat, mobilitas pergerakan dan kecenderungan perkembangan Perkotaan secara harmonis dan saling mendukung satu dengan yang lainnya 4. Pemantapan program-program pembangunan.
1.3.2. Tujuan Tujuan dari perencanaan tata ruang wilayah Kecamatan Kuta Utara adalah mewujudkan ruang wilayah perkotaan yang memenuhi kebutuhan pembangunan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejuahteraan masyarakat yang berlandaskan pada permen 20 tahun 2011. Perencanaan tata ruang di wilayah Kecamatan Kuta Utara diharapkan dapat mewujudkan ruang wilayah perkotaan yang memenuhi kebutuhan pembangunan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejuahteraan masyarakat yang berlandaskan pada permen 20 tahun 2011. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-6
Adapaun tujuan utama dari pembuatan Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung ini adalah untuk memajukan sektor pariwisata.Dalam hal ini sektor pariwisata yang di maksud adalah wisata pantai.Karena Kuta Utara memilik pantai yang sangat berpotensi untuk memajukan ekonomi masyarakat sekitar.Adapun pantai pantai tersebut adalah Pantai Petitenget di Kelurahan Kerobokan, lalu ada Pantai Canggu, Pantai Eco Beach dan pantai Batu Bolong di Desa Canggu, serta di Desa Tibubeneng terdapat pantai Berawa.Kemudian nantinya di harapkan agar pantai pantai ini dapat di dukung dengan berbagai macam fasilitas serta sarana & prasarana yang memadai demi memenuhi kebutuhan wisatawan asing maupun domestik. 1.3.3. Sasaran Sasaran secara umum yang ingin dicapai dalam RDTR Kecamatan Kuta Utara adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan kebijakan pengembangan kota sebagai acuan seluruh aspek perencanaan 2. Merumuskan rencana pemanfaatan ruang kota agar terciptanya pembangian dan peruntukan lahan secara jelas, dan pengendalian pemanfaatan pola ruang agar tidak terjdi konflik lahan 3. Merumuskan rencana pemanfaatan lahan dengan memanfaatkan lahan kurang produktif, seiring dengan tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang semakin meningkat 4. Merumuskan rencana pengembangan sumber daya buatan (SDB) baik sistem jaraingan energi/kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaraingan sumber daya air dan sistem jaringan lainnya, dan rencana pemerataan prasarana sesuai jumlah penduduk di setiap Desa/Kecamatan 5. Merumuskan rencana pengembangan sarana baik fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan jasa, peribadatan, rekreasi dan olahraga dan rencana pemerataan sarana dalam pelayanannya sesuai jumlah penduduk disetiap Desa/Kecamatan. 6. Merumuskan rencana pengembangan dan pengelolaan kawasan yang mengandung benda cagar budaya, yang marupakan salah satu aset yang dapat dikembangkan sebagai parawisata. 7. Merumuskan rencana struktur ruang dan pola ruang Kecamatan Kuta Utara? 8. Meningkatkan kapasitas kelembagaan baik formal (pemerintah dan jajarannya) dan informal (LSM, peruguruan tinggi dan masyarakat) dalam operasionalisasi penataan ruang terkait pada perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang? [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-7
1.4. Landasan Kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Landasan kegiatan penyusunan rencana detail tata ruang berdasarkan peraturan menteri nomor 20 tahun 2011.
1.4.1. Kedudukan, Kedalaman, Fungsi dan Pengesahan/Penetapan 1.4.1.1. Kedudukan RTRW Nasional, RTRW Provinsi dan RDTR Kabupaten/Kota Berdasarkan peraturan perundangan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional, ketiga tingkatan (RTRW Nasional, RTRW Propinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota) mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain serta perlu dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalisasinya. Rencana Rinci Tata Ruang yang ada pada UU no.26/2007 disebutkan mengenai : f) Rencana tata ruang pulau/kepulauan g) Rencana tata ruang kawasan strategis nasional h) Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi i) Rencana detail tata ruang kabupaten/kota j) Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. RTRW Nasional adalah strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah Negara yang meliputi tujuan nasional dan arahan pemanfaatan ruang yang memperhatikan keterkaitan antar pulau dan antar propinsi. RTRW Nasional disusun pada tingkat ketelitian skala 1 : 1.000.000 dengan jangka waktu perencanaan selama 25 tahun. RTRW Propinsi merupakan strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah propinsi yang berfokus pada keterkaitan antara kawasan/kabupaten/kota karena perkembangan suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari wilayah lain disekitarnya. RTRW Propinsi disusun pada tingkat ketelitian skala 1 : 250.000 dengan jangka waktu perencanaan selama 15 tahun. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-8
Pada jenjang berikutnya RDTR Kabupaten/Kota disusun oleh daerah otonom dengan memperhatikan RTRW lainnya pada tingkat ketelitian internal yang lebih dalam pada skala kabupaten/kota.
1.4.1.2. Kedalaman RDTR Kabupaten/Kota Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota disusun dengan kedalaman substansi yang sesuai dengan ketelitian atau skala petanya. Unit analisis yang digunakan dalam RDTR Kota adalah unit Kelurahan. Sedangkan system jaringan prasarana digambarkan pada kedalaman system primer dan sekunder. 1.4.1.3. Fungsi Kota RDTR kabupaten/kota berikut berfungsi sebagai (permen 20 2011) :
a. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan\ RTRW b. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diamanatkan dalam RTRW; c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; d. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang e. acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dan rencana yang lebih rinci lainnya 1.4.1.4. Pengesahan dan Penetapan RDTR Kabupaten/Kota Proses dan prosedur penetapan RDTR Kabupaten/Kota merupakan tindak lanjut dari proses dan prosedur penyusunan RDTR Kabupaten/Kota sebagai satu kesatuan sistem perencanaan tata ruang wilayah kota. Pedoman ini memberikan acuan bagi proses dan prosedur penyusunan RDTR Kabupaten/Kota, sedangkan proses dan prosedur penetapannya diatur berdasarkan ketentuan perundang- undangan. Namun demikian, secara garis besar proses dan prosedur penetapan RDTR Kabupaten/Kota meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Pengajuan rancangan peraturan daerah (raperda) kota tentang RDTR Kabupaten/Kota dari walikota kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kota; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-9
2. Penyampaian raperda kota kepada Menteri untuk permohonan persetujuan substansi dengan disertai rekomendasi gubernur, sebelum raperda kota disetujui bersama ant ara pemerintah daerah kota dengan DPRD kota; 3. Penyampaian raperda kota kepada gubernur untuk dievaluasi setelah disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan DPRD kota; dan 4. Penetapan rapeda kota tentang RDTR Kabupaten/Kota oleh Sekretariat Daerah kota.
1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam suatu studi akan memberikan kemudahan dalam pencapaian tujuan, karena dengan ruang lingkup ini maka seorang perencana dapat mengetahui lebih jauh tentang kondisi wilayah yang menjadi pokok perencanaan. Adapun ruang lingkup ini terbagi atas ruang lingkup materi dan ruang lingkup lokasi berdasarkan permen nomor 20 tahun 2011tentang penyusunan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi kabupaten/kota , yaitu sebagai berikut : 1.5.1. Lingkup Wilayah RDTR Kabupaten/Kota berikut Peraturan Zonasi disusun dengan kriteria, se- bagai berikut (permen 20 2011): a) RTRW Kabupaten/Kota belum dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang,dimana RTRW Kabupaten/Kota dianggap dapat dijadikan acuan apabila memiliki peta po- la dan struktur ruang dengan tingkat ketelitian skala minimal 1: 5000; b) RTRW Kabupaten/Kota mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta memerlukan rincian sebelum dioperasionalkan; dan/atau c) RTRW Kabupaten/Kota sudah mengamanatkan bagian dari wilayahnya yang perlu disusun RDTR nya. Apabila ketiga hal tersebut diatas tidak terpenuhi, maka hanya disusun Peraturan Zonasi kabupaten/kota yang disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota, tanpa disertai penyusunan RDTR.
Luasan wilayah perencanaan RDTR berkisar antara 60-1500 hektar. Lingkup wilayah perencanaan RDTR ditetapkan pada: a. wilayah administrasi kecamatan; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-10
b. kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota / Sub Wilayah Kota; c. bagian wilayah kabupaten/ kota yang memiliki ciri perkotaan; d. kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan; e. bagian wilayah kabupaten/kota yang berupa kawasan pedesaan dan direncanakan menjadi kawasan perkotaan.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-11
Gambar 1.1 Contoh Zona Perencanaan Berdasar RDTR
Gambar 1.2 Contoh Lingkup Wilayah Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan Batas Administrasi Kecamatan dalam Wilayah Kota
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-12
Gambar 1.3 Contoh Lingkup Wilayah Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan Kawasan Fungsional (wilayah perencanaan) dalam Wilayah Kota
Gambar 1.4 Contoh Lingkup Wilayah Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan Fungsi Kawasan yang Memiliki Ciri Perkotaan dalam Wilayah Kabupaten
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-13
Gambar 1.5 Lingkup Wilayah Rencana Detail Tata Ruang Berdasarkan Kawasan Strategis Kabupaten/kota yang Memiliki Ciri Kawasan Perkotaan
A. Lingkup Regional Wilayah kegiatan pemetaan dan identifikasi pola ruang permukiman Kabupaten Badung meliputi seluruh Wilayah Kabupaten Badung dengan yang memiliki luas wilayah 418,52 Km atau 41.852 Ha yang terletak pada koordinat 0814'20 - 0850'48 LS (Lintang Selatan) dan 11505'00 - 11526'16 BT (Bujur Timur), dengan batas-batas Administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Bangli dan Kabupaten Bulelelng Sebelah Timur : Kabupaten Bangli, Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar Sebelah Selatan : Samudera Hindia Sebelah Barat : Kabupaten Tabanan Batas wilayah administrisi wilayah Kabupaten Badung dapat dilihat pada Peta 1.1 [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-14
Wilayah Kabupaten Badung terletak pada ketinggian 0 2.075 meter di atas permukaan laut (DPL), dengan luas wilayah 418,52 Km atau 7,44% dari luas wilayah Provinsi Bali. Luas lahan terbangun tahun 2009 seluas 7.900 Ha atau 18,88% dari Luas wilayah Kabupaten Badung, Kondisi pemnafaatan lahan Kabupaten Badung tahun 2009 semakin ke utara persentase lahan terbangun semakin kecil dibandingkan pada bagian selatan. Hal ini memberi indikasi bahwa secara fisik pembangunan berlangsung lebih cepat di bagian selatan, sehingga dapat dikatakan bahwa makin ke selatan wilayah Kabupaten Badung semakin bersifat Urban dan semakin ke utara semakin Rural. Kemiringan lereng Kabupaten Badung dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu : i. kemiringan lereng 0 5%, merupakan daerah landai, umumnya merupakan daerah dataran aluvial sungai, rawa dan pantai. Penyebarannya meliputi Kelurahan Tanjung Benoa, sebagian Kelurahan Benoa dan Jimbaran, serta Kelurahan Kuta, Badung dan Kedonganan, sebagian Kelurahan Kelurahan Legian, Kelurahan Seminyak dan Kelurahan Kerobokan Kelod, dengan luas daerah 4.733 Ha atau 11,3% dari luas daerah; ii. Kemiringan lereng 5 15%, merupakan daerah bergelombang umumnya merupakan daerah perbukitan bergelombang, penyebarannya meliputi daerah : sebaian Kecamatan Kuta Utara, sebagian Kecamatan Mengwi, dan sebagian Kecamatan Abiansemal dengan luas daerah 20.540 Ha atau 49,1 % dari luas daerah; iii. kemiringan lereng 15 40%, merupakan daerah miring. Penyebarannya meliputi Sebagian Kelurahan Jimbaran dan Kelurahan Benoa, Desa Unggasan, Desa Pecatu, dan Desa Kutuh serta sebagian Desa Pelaga, Desa Sulangai dan Desa Belok Sidan dengan luas daerah 15.813 Ha atau 37,8% dari luas daerah; iv. kemiringan lereng > 40%, merupakan daerah yang sampai curam. Penyebarannya meliputi sebagian Kelurahan Benoa, Desa Unggasan, Desa Pecatu, dan Desa Kutuh serta daerah puncak G. Catur Desa Pelaga, dengan luas daerah 766 Ha atau 1,8% dari luas daerah. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-15
Adapun batas batas administratif wilayah Kabupaten Badung adalah sebagai berikut:
Peta 1.1 Administrasi Regional Kabupaten Badung Tahun 2011
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-16
B. Lingkup Lokal Lingkup lokal yaitu Wilayah Kecamatan Kuta Utara terletak pada koordinat 08o38'44.2" LS (Lintang Selatan) dan 115o09'42.3" BT (Bujur Timur) yang mempuyai luas 3.386 Ha yang terdiri dari, 3 kelurahan dan 3 Desa yaitu, Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kaja, Kelurahan Kerobokan Kelod, Desa Dalung, Desa Tibubeneng dan Desa Canggu. Ruang lingkup lokasi studi pada wilayah Kecamatan Kuta Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Mengwi Sebelah Timur : Kota Denpasar Sebelah Selatan : Kecamatan Kuta Sebelah Barat : Samudra Hindia Batas wilayah administrisi wilayah Kecamatan Kuta Utara dapat dilihat pada Peta 1.2
1. Lingkup Perkotaan di Kecamatan Kuta Utara yaitu melingkupi: a) Lingkup Perkotaan Kerobokan Kaja yang mempunyai luas 530 Ha yang terdiri dari 23 Kepala Banjar. Adapun batas administratif wilayah Perkotaan Bulumeduro adalah: Sebelah Utara : Desa Dalung Sebelah Selatan : Kelurahan Kerobokan Sebelah Timur : Desa Padangsambian Kaja, Kecamatan Denpasar Barat Sebelah Barat : Desa Tibubeneng b) Lingkup Perkotaan Kerobokan yang mempunyai luas 542 Ha yang terdiri dari 10 Kepala Banjar. Adapun batas administratif wilayah Perkotaan Bulujowo adalah: [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-17
Sebelah Utara : Kerobokan Kaja Sebelah Selatan : Kerobokan Kelod Sebelah Timur : Desa Tibubeneng Sebelah Barat : Kerobokan Kaja c) Lingkup Perkotaan Kerobokan Kelod yang mempunyai luas 526 Ha yang terdiri dari 12 Kepala Banjar. Adapun batas administratif wilayah Perkotaan Kerobokan Kelod adalah: Sebelah Utara : Kerobokan Kaja Sebelah Selatan : Kelurahan Seminyak, Kecamatan Kuta Sebelah Timur : Kota Denpasar Sebelah Barat : Samudra Hindia
d) Lingkup Perkotaan Dalung yang mempunyai luas 615 Ha yang terdiri dari 23 Kepala Banjar . Adapun batas administratif wilayah Perkotaan Dalung adalah: Sebelah Utara : Kelurahan Abianbase dan Kapal Sebelah Selatan : Kelurahan Kerobokan dan Desa Tibubeneng Sebelah Timur : Desa Buduk dan Desa Canggu Sebelah Barat : Kelurahan Sempididan Desa Padangsambian Kaja Batas wilayah administrisi wilayah Perkotaan Kuta Utara dapat dilihat pada Peta 1.3 Peta wilayah Perkotaan Kuta Utara dalam lingkup Kabupaten Badung.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-18
Peta 1.2 Administrasi Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung Tahun 2011
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-19
Peta 1.3 Orientasi Wilayah Perkotaan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung Tahun 2011
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-20
1.5.2. Lingkup Materi Lingkup materi yang akan kan dihasilkan dari Penyusunan RDTR Wilayah Perkotaan Kuta Utara, yang sesuai dengan PERMEN PU Nomor 20 Tahun 2011, meliputi : Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang dalam RDTR Kabupaten/Kota merupakan rencana distribusi sub zona peruntukan (hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona bawahannya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, RTNH, dan penggunaan lainnya) ke dalam blok-blok. Peta pola ruang juga berfungsi sebagai zoning map bagi Peraturan Zonasi, baik apabila Peraturan Zonasi dipisah maupun disatukan dengan RDTR. Rencana pola ruang berfungsi: a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegi- atan pelestarian fungsi lingkungan dalam wilayah perencanaan; b. sebagai dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang; c. sebagai dasar penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan; d. sebagai dasar penyusunan rencana jaringan prasarana RDTR.
Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan: a. daya dukung dan daya tampung ruang dalam wilayah perencanaan; dan b. prakiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan. Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria: a. mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota; b. memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan; c. memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah perencanaan; dan [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-21
d. menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
Rencana pola ruang RDTR terdiri atas: a. Zona Lindung yang meliputi: i. zona Hutan Lindung; ii. zona yang memberikan perlindungan terhadap zona bawahannya, yang meliputi zona bergambut dan zona resapan air; iii. zona perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempa- dan sungai, zona sekitar danau atau waduk, zona sekitar mata air; iv. zona ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain meliputi taman RT, taman RW, taman kota dan pemakaman; v. zona suaka alam dan cagar budaya; vi. zona rawan bencana alam, yang antara lain meliputi zona rawan tanah longsor, zona rawan gelombang pasang, dan zona rawan banjir; Zona ini digambarkan dalam peta terpisah; vii. zona lindung lainnya.
b. Zona Budidaya yang meliputi: i. zona perumahan yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan kepadatan: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah; Bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah deret, rumah tunggal, rumah taman, dan sebagainya; ii. zona perdagangan dan jasa yang meliputi perdagangan jasa deret dan perdagangan jasa tunggal; Bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan sebagainya; iii. zona perkantoran yang meliputi perkantoran pemerintah dan perkan- toran swasta; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-22
iv. zona sarana pelayanan umum yang meliputi sarana pelayanan umum pendidikan, sarana pelayanan umum transportasi, sarana pela- yanan umum kesehatan, sarana pelayanan umum olahraga, sarana pelayanan umum sosial budaya, sarana pelayanan umum peribadatan; v. zona industri yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan lo- gam dasar, industri kecil, dan aneka industri; vi. zona Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH); vii. zona khusus (yang selalu ada di wilayah perkotaan namun tidak termasuk ke dalam zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 6) meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan keamanan, zona Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pengolahan Akhir (TPA), dan instalasi penting lainnya; dan viii. zona lainnya (yaitu: zona yang tidak selalu ada di kawasan perko- taan) antara lain seperti pertanian, pertambangan, dan pariwisata Rencana pola ruang tersebut di atas digambarkan kedalam peta wilayah peren- canaan. Setiap wilayah perencanaan terdiri atas sub wilayah perencanaan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan: 1) morfologi wilayah perencanaan; 2) keserasian dan keterpaduan fungsi wilayah perencanaan; 3) jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan wilayah perencana- an kota yang memperhatikan rencana struktur ruang RTRW. Setiap sub wilayah perencanaan terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik antara lain seperti jalan, sungai dan sebagainya. Pengilustra- sian pertampalan peta yang didelineasi berdasarkan fisik (wilayah perenca- naan, sub wilayah perencanaan dan blok) hingga peta yang didelineasi ber- dasarkan fungsi (zona dan sub zona) dapat dilihat pada contoh Gambar 2.1. Dalam hal luas wilayah perencanaan relatif kecil, rencana pola ruang dapat langsung digambarkan ke dalam blok. Contoh pendelineasian peta yang digam- barkan dari wilayah perencanaan ke sub wilayah perencanaan hingga blok dapat dilihat pada Gambar 2.2, dan [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-23
contoh pendeliniasian peta yang digambar- kan dari wilayah perencanaan langsung ke blok dapat dilihat pada Gambar 2.3. Adapun pengilustrasian pembagian zona-zona peruntukan kedalam blok diser- tai pengkodean berbagai sub zona pada suatu sub wilayah perencanaan dapat dilihat pada Gambar 2.4. Apabila wilayah perencanaan terlalu luas untuk digambarkan kedalam satu peta berskala 1:5000, maka peta rencana pola tersebut dapat digambarkan lagi kedalam beberapa lembar peta dimana pembagiannya tergantung dari sub wilayah perencanaan, seperti yang dapat dilihat pada contoh Gambar 2.5.
Gambar 2.1 Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke Sub Wilayah Perencanaan
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-24
Gambar 2.2 Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke Sub Wilayah Perencanaan kemudian Blok
Gambar 2.3 Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan langsung ke Blok.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-25
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-26
Gambar 2.4 Ilustrasi Pembagian Sub Zona di dalam Blok dan Sub Blok pada satu Sub Wilayah Perencanaan
Ketentuan penggambaran peta rencana pola ruang sekaligus zoning map adalah sebagai berikut: a) rencana pola ruang RDTR digambarkan pada peta dengan tingkat keteli- tian skala minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan sistem informasi geo- grafis yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang; b) cakupan rencana pola ruang RDTR meliputi ruang darat dan dapat meliputi ruang laut dengan batasan 4 (empat) mil laut diukur dari garis pantai di wi- layah kabupaten/kota atau sampai batas negara yang disepakati secara in- ternasional apabila kabupaten/kota terkait berbatasan laut dengan negara lain; c) rencana pola ruang RDTR dapat digambarkan dalam beberapa lembar pe- ta yang tersusun secara beraturan mengikuti ketentuan yang berlaku; d) peta rencana pola ruang RDTR juga berfungsi sebagai zoning map bagi e) peraturan zonasi; f) peta rencana pola ruang RDTR harus sudah menunjukkan batasan persil untuk wilayah yang sudah terbangun.
1. Rencana Jaringan Prasarana [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-27
Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem jar- ingan prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur RTRW Kabupaten/ Kota. Rencana jaringan prasarana wilayah perencanaan berfungsi sebagai: a) pembentuk sistem pelayanan dan pergerakan di dalam wilayah perenca- naan; b) dasar perletakan jaringan dan rencana pembangunan prasarana, dan utili- tas dalam wilayah perencanaan sesuai dengan fungsi pelayanannya; dan c) dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL dan rencana teknis lainnya. Rencana jaringan prasarana wilayah perencanaan dirumuskan berdasarkan: a. rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota dalam RTRW kabupaten/ kota; b. kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi wilayah perencanaan; c. rencana pola ruang wilayah perencanaan dalam RDTR; d. sistem pelayanan dan pergerakan sesuai fungsi dan peran wilayah peren- canaan; dan e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana jaringan prasarana wilayah perencanaan dirumuskan dengan kri teria: a. memperhatikan rencana struktur ruang bagian dari wilayah kabupaten/kota lainnya atau wilayah administrasi kabupaten/kota sekitarnya yang berbata- san; b. menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan pembangunan prasara- na dan utilitas dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah perencana- an; c. mengakomodasi kebutuhan pelayanan prasarana dan utilitas wilayah pe- rencanaan; dan d. mengakomodasi kebutuhan fungsi dan peran pelayanan kawasan di dalam struktur ruang wilayah perencanaan.
Materi dari rencana jaringan prasarana RDTR meliputi : a. Rencana Jaringan Pergerakan Rencana jaringan pergerakan dalam RDTR merupakan seluruh jaringan primer dan jaringan sekunder pada wilayah perencanaan yang meliputi: ja- lan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan,dan jaringan jalan lain nya yang tidak termasuk dalam jaringan pergerakan yang direncanakan dalam RTRW, terdiri atas: [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-28
1) jaringan jalan arteri primer dan sekunder; 2) jaringan jalan kolektor primer dan sekunder; 3) jaringan jalan lokal primer dan sekunder; 4) jaringan jalan lingkungan sekunder; 5) jaringan jalan lainnya yang meliputi : i. jalur kereta api termasuk kereta bawah tanah,monorail,dan stasiun (jika ada); ii. jalur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai, danau, penyebra- ngan, dan pelabuhan/ dermaga pada wilayah perencanaan (jika ada); iii. jalan masuk dan keluar terminal barang serta terminal orang/ pe- numpang sesuai ketentuan yang berlaku (terminal tipe A, B dan C hingga pangkalan angkutan umum); iv. jaringan jalan moda transportasi umum (jalan masuk dan keluarnya terminal barang/ orang hingga pangkalan angkutan umum dan hal- te); jalan masuk dan keluar parkir; v. sistem jaringan jalur pejalan kaki dan jalur sepeda. b. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan Rencana pengembangan jaringan energi/listrik menjabarkan tentang jari- ngan distribusi dan pengembangannya berdasarkan prakiraan kebutuhan energi/listrik di wilayah perencanaan yang terdiri atas: 1) jaringan subtransmisi yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumber daya besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak di wilayah perencanaan (jika ada); 2) jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, SUTT) berfungsi menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi sekunder, infrastruktur pendukung pada jaringan distribusi primer meliputi : i. gardu induk berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtrans- misi (70- 500 kv) menjadi tegangan menengah ( 20 kv) ii. gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu distribusi; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-29
3) jaringan distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan/ menghu- bungkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen, infrastruktur pen- dukung pada jaringan distribusi sekunder adalah gardu distribusi yang berfungsi menurunkan tegangan primer ( 20 kv) menjadi tegangan se- kunder (220v /380 v); 4) penjabaran jaringan pipa minyak dan gas bumi, di wilayah perencana- an (jika ada); (sesuai UU no.20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan,Kepmen ESDM no.865 tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan)
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-30
c. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi terdiri atas: 1) rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa lokasi pusat automatisasi sambungan telepon; 2) kebutuhan penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel (dari jari ngan kabel primer hingga jaringan kabel sekunder), termasuk penyedi- aan: i. stasiun telepon otomat; ii. rumah kabel; iii. kotak pembagi; 3) kebutuhan penyediaan telekomunikasi telepon selular, termasuk pe- nyediaan infrastruktur telepon nirkabel berupa lokasi menara telekomu- nikasi termasuk menara Base Transceiver Station (BTS); 4) rencana sistem televisi kabel seperti stasiun transmisi dan jaringan ka- bel distribusi; 5) rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi dan rencana jaringan serat optik.
d. Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum Rencana pengembangan jaringan air minum berupa rencana kebutuhan dan sistem penyediaan air minum, yang terdiri atas: 1) sistem penyediaan air minum wilayah kabupaten/kota mencakup sistem jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan; 2) bangunan pengambil air baku; 3) seluruh pipa transmisi air baku dan instalasi produksi; 4) seluruh pipa unit distribusi hingga persil; 5) seluruh bangunan penunjang dan bangunan pelengkap; dan 6) bak penampung.
e. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Rencana pengembangan jaringan drainase terdiri atas: 1) sistem jaringan drainase untuk mencegah genangan di wilayah peren- canaan; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-31
2) rencana kebutuhan sistem drainase, terdiri atas: rencana jaringan primer, sekunder, tersier, dan lingkungan di wilayah perencanaan; dan 3) kondisi topografi di wilayah perencanaan yang berpotensi terjadi gena- ngan maka perlu dibuat: i. kolam retensi ii. sistem pemompaan iii. pintu air
f. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah Prasarana dan sarana air limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah setempat (onsite) dan atau terpusat (offsite). Sistem pembuangan air limbah terpusat,terdiri atas: 1) seluruh saluran pembuangan 2) bangunan pengolahan air limbah Sistem pembuangan air limbah setempat, terdiri atas: 1) bak septik (septic tank) 2) IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja)
g. Penyediaan prasarana lainnya. Direncanakan melalui penyediaan dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan wilayah perencanaan, contoh: wilayah perencanaan yang memiliki kawasan rawan bencana wajib menyediakan rencana jalur evakuasi bencana yang terdiri atas : 1) jalur evakuasi bencana (escape way) untuk skala kabupaten/kota, ka- wasan, maupun lingkungan dan direncanakan untuk segala jenis ben- cana yang mungkin terjadi; 2) jalur evakuasi bencana dapat dengan memanfaatkan jaringan jalan yang sudah ada dengan memperhatikan kapasitas jalan.
Rencana jaringan prasarana di wilayah perencanaan digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Peta rencana jaringan prasarana memuat: [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-32
1) jaringan jalan yang terdiri dari beberapa kelas dan tingkat jalan yang ter- dapat dalam wilayah perencanaan; 2) sistem prasarana wilayah lainnya digambarkan pada satu lembar peta wilayah perencanaan secara utuh dan dapat digambarkan masing- masing pada peta tersendiri; dan 3) sistem jaringan prasarana jalan harus digambarkan mengikuti trase jalan yang sebenarnya.
b. Rencana jaringan prasarana digambarkan dengan ketelitian peta skala mi- nimum 1:5.000 dan untuk wilayah perencanaan yang memiliki wilayah pe- sisir dan laut dapat dilengkapi dengan peta batimetri yang menggambar- kan kontur laut; dan
c. Penggambaran peta rencana jaringan prasarana bagian dari wilayah kabu- paten/kota harus mengikuti peraturan perundangan-undangan terkait pe- pemetaan rencana tata ruang sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang ditentukan oleh instansi yang berwenang dan mengikuti pe- raturan perundangan- undangan terkait lainnya;
d. Pada kawasan perkotaan di kabupaten yang secara fisik,ekonomi, dan so- sial sudah mendekati kriteria kota otonom, maka wilayah perencanaan yang disusun rencana detailnya harus dibagi menjadi beberapa wilayah perencanaan sesuai dengan fungsi kawasan (homogenitas fungsi);
e. Penyusunan RDTR pada wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud huruf d bisa dilakukan keseluruhan wilayah perencanaan atau parsial pada tiap wilayah perencanaan.
Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang Diprioritaskan Penanganannya Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan pena- nganannya merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan kedalam rencana penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang di- prioritaskan. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-33
Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanga- nannya berfungsi : a. mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordina- sikan keterpaduan pembangunan, dan/ atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi diban- dingkan bagian dari wilayah perencanaan lainnya; b. sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan rencana teknis pembangunan yang lebih rinci lainnya; dan c. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RDTR.
Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanga- nannya ditetapkan berdasarkan: a. tujuan penataan ruang wilayah perencanaan; b. nilai penting di bagian dari wilayah perencanaan yang akan ditetapkan; c. kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan di bagian dari wilayah pe- rencanaan yang akan ditetapkan; d. usulan dari sektor; e. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di wilayah perencanaan; dan f. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanga- nannya ditetapkan dengan kriteria:
a. dapat merupakan faktor kunci mendukung perwujudan rencana pola ruang, rencana jaringan prasarana, dan pelaksanaan peraturan zonasi di wilayah perencanaan; b. dapat mendukung tercapainya agenda pembangunan; c. dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang memiliki nilai pen- ting dari sudut kepentingan ekonomi , sosial-budaya, pendayagunaan sum- ber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung lingku- ngan hidup, [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-34
dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah perencanaan; d. dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang dinilai perlu di- dikembangkan, diperbaiki, dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan pertimbangan ekonomi , sosial-budaya, dan/ atau lingkungan.
Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanga- nannya minimum harus memuat: a. Lokasi Lokasi adalah tempat bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya.
Lokasi bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganan nya perlu digambarkan dalam peta. Batas delineasi lokasi bagian dari wila- yah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, dapat dilakukan de- ngan mempertimbangkan:
1) batas fisik, seperti blok dan sub-blok; 2) fungsi kawasan, seperti masing- masing zona dan sub-zona; 3) wilayah administratif, seperti RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan wila- yah perencanaan/desa; 4) penentuan secara kultural tradisional (traditional cultural-spatial units), seperti desa adat, gampong, dan nagari; 5) penentuan berdasarkan kesatuan karakter tematis, seperti kawasan ko- ta lama, lingkungan sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendi- dikan, dan kawasan permukiman tradisional; dan 6) penentuan berdasarkan jenis kawasan, seperti kawasan baru yang ber- kembang cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan,ka- wasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.
b. Tema Penanganan [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-35
Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi. Tema penanganan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, dapat meliputi:
1) perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan; contohnya melalui penataan lingkungan permukiman kumuh/nelayan (perbaikan kam- pung), perbaikan desa pusat pertumbuhan, perbaikan kawasan,serta pelestarian kawasan; 2) pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan; contoh nya melalui peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi danrekonstruksi kawasan pas- cabencana; 3) pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan, contohnya melalui pembangunan kawasan permukiman (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun-Berdiri Sendiri), pembangunan kawasan ter- padu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa (KTP2D), pembangunan kawasan perbata san, dan pembangunan kawasan pengendalian ketat (high-control zo- ne); 4) pelestarian/ pelindungan blok/kawasan, contohnya melalui pengenda- lian kawasan pelestarian, revitalisasi kawasan, serta pengendalian ka- wasan rawan bencana.
Contoh perumusan penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya, pada salah satu lokasi yang ditetapkan:
a. Lokasi: Kawasan Koridor Utama Wilayah Perencanaan Gambar 1.11 Contoh Zona Kawasan Koridor Utama Wilayah Perencanaan
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-36
b. Penanganan: Perbaikan Kawasan
1. Arahan Pemanfaatan Ruang Arahan pemanfaatan ruang dalam RDTR kabupaten/kota merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program penataan ruang/pengembangan untuk wilayah perencanaan dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) ta- hunan sampai akhir tahun masa perencanaan sebagaimana diatur dalam pedoman ini. Arahan pemanfaatan ruang ini bersifat optional dalam pe- nyusunannya dan tergantung oleh kebutuhan daerah masing- masing.
Arahan pemanfaatan Ruang berfungsi sebagai: a. dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan ruang/ pengembangan wilayah perencanaan; b. arahan untuk sektor dalam penyusunan program; c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan maupun penyusunan program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun; dan d. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Arahan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan: a. rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana; b. ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan; c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan d. prioritas pengembangan dalam wilayah perencanaan dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai dengan RPJP Daerah maupun RPJM Daerah.
Arahan pemanfaatan ruang disusun dengan kriteria: [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-37
a. mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasa- rana di wilayah perencanaan serta mendukung perwujudan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya; b. mendukung program penataan ruang wilayah kabupaten/kota; c. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu pe- rencanaan; d. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka waktu tahunan maupun antarlima tahunan; dan e. terjaganya sinkronisasi antarprogram dalam satu kerangka program ter- padu pengembangan wilayah kabupaten/kota.
Program dalam rencana pemanfaatan ruang apabila dibuat dalam dokumen RDTR Kabupaten/Kota memuat: a. Program Pemanfaatan Ruang Utama, merupakan program-program pe- ngembangan wilayah perencanaan yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan tingkat kepentingan atau diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana pola ruang dan rencana jari- ngan prasarana di wilayah perencanaan sesuai tujuan penataan ruang wilayah perencanaan. Program pemanfaatan ruang ini dapat memuat kelompok program seba- gai berikut: 1) perwujudan rencana pola ruang di wilayah perencanaan, meliputi: i. perwujudan zona lindung pada wilayah perencanaan; dan ii. perwujudan zona budi daya pada wilayah perencanaan, dapat meliputi: (a) perwujudan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di wilayah perencanaan; (b) perwujudan ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap jenis pola ruang (zona) jika peraturan zonasi terpisah dari dokumen RDTR; (c) perwujudan intensitas pemanfaatan ruang blok; dan (d) perwujudan tata massa bangunan. 2) program perwujudan rencana jaringan prasarana di wilayah perenca- naan, meliputi: i. perwujudan pusat pelayanan kegiatan di wilayah perencanaan; dan [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-38
ii. perwujudan sistem jaringan prasarana untuk wilayah perencanaan, yang mencakup pula sistem prasarana nasional dan wilayah/re- gional di dalam wilayah perencanaan, dapat meliputi: (a) perwujudan sistem jaringan pergerakan di wilayah perenca- naan; (b) perwujudan sistem jaringan energi; (c) perwujudan sistem jaringan kelistrikan; (d) perwujudan sistem jaringan telekomunikasi; (e) perwujudan sistem air minum; (f) perwujudan sistem drainase; (g) perwujudan sistem air limbah; dan (h) perwujudan sistem jaringan lainnya sesuai kebutuhan wilayah perencanaan. 3) perwujudan penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprio- ritaskan penanganannya, dapat meliputi: i. perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan ii. pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/kawasan; iii.pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan;dan iv. pelestarian/pelindungan blok/kawasan
4. Lokasi, tempat dimana usulan program akan dilaksanakan. 5. Besaran, merupakan perkiraan jumlah satuan masing- masing usulan pro- gram utama pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan. 6. Sumber Pendanaan,yang dapat berasal dari APBD kabupaten/kota,APBD provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat. 7. Instansi Pelaksana, yang merupakan pihak-pihak pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing- masing pemerintahan), swasta, serta masyarakat. 8. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan, usulan program direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing- masing program mempunyai durasi pelaksa- naan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan program utama dise- suaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP Daerah Kabu- paten/kota. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-39
1.6 Pendekatan Perencanaan 1.6.1. Asas Penataan Ruang Berdasarkan UU nomor 26 tahun 2007 tentang pentaan ruang pasal 2, dimana dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas: a. Keterpaduan; b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; c. Keberlanjutan; d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e. Keterbukaan; f. Kebersamaan dan kemitraan; g. Pelindungan kepentingan umum; h. Kepastian hukum dan keadilan; dan i. Lakuntabilitas.
1.6.2. Pengertian Peninjauan Kembali Peninjauan kembali dan atau penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan suatu proses yang dilakukan secara berkala agar selalu memiliki suatu rencana tata ruang yang berfungsi seperti yang ditetapkan dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Rencana Tata Ruang merupakan pedoman untuk : 1. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang di Wilayah Kabupaten/Kota; 2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar kawasan Wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian pembangunan antar sektor; 3. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah dan/atau masyarakat di Wilayah Kabupaten/Kota; 4. Penyusunan rencana rinci tata ruang Kabupaten; 5. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pembangunan. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-40
1.6.3. Faktor Peninjauan Kembali Faktor yang sebenarnya menjadikan kegiatan peninjauan kembali menjadi suatu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara berkala dalam proses penataan ruang adalah karena adanya ketidaksesuaian dan/atau simpangan antara rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal maupun factor eksternal. 1.6.3.1.Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perlunya peninjauan kembali, yaitu: 1. Adanya perubahan dan/atau penyempurnaan peraturan dan/atau rujukan sistem penataan ruang. 2. Adanya perubahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang dan/atau sektoral dari tingkat propinsi maupun kabupaten yang berdampak pada pengalokasian kegiatan pembangunan yang memerlukan ruang berskala besar. 3. Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma sistem pembangunan dan pemerintahan serta paradigm perencanaan tata ruang. 4. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan seringkali radikal dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam meminimalkan kerusakan lingkungan. 5. Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola pemanfaatan ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budidaya maupun lindung yang ada demi pembangunan pasca bencana.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-41
1.6.3.2.Faktor Internal Beberapa faktor internal yang mempengaruhi perlunya peninjauan kembali adalah: 1. Rendahnya kualitas RTRWK yang dipergunakan untuk penertiban perizinan lokasi pembangunan, sehingga kurang dapat mengoptimalisasi perkembangan dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi yang cepat dan dinamis. 2. Rendahnya kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis dan prosedur kelembagaan perencanaan tata ruang. 3. Terbatasnya pengertian dan komitmen aparatur yang terkait dengan tugas penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan RTRWK dalam pelaksanaan pembangunan. 4. Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang berlaku di dalam masyarakat. 5. Lemahnya kemampuan aparatur yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
1.7. Konsep Perencanaan 1.7.1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari visi dan misi kota dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang kota yang diharapkan. A. Tujuan Penataan Ruang Kota Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. 1. Tujuan penataan ruang wilayah kota memiliki fungsi: a) Sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota; b) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalamRTRW kota; dan c) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatanruang wilayah kota. 2. Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: a) Visi dan misi pembangunan wilayah kota; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-42
b) Karakteristik wilayah kota; dan c) Isu strategis dan kondisi objektif yang diinginkan. 3. Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria: a) Mengakomodasi fungsi dan peran kota yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang provinsi, dan rencana tata ruang kawasan metropolitan (untuk kota yang berada dalam kawasan metropolitan); b) Tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional; c) Jelas dan dapat dicapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
B. Kebijakan Kebijakan penataan ruang wilayah kota merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota. 1. Kebijakan penataan ruang wilayah kota berfungsi: a) Sebagai dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah kota; b) Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kota; c) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kota; dan d) Sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. 2. Kebijakan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: a) Tujuan penataan ruang wilayah kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan; b) Karakteristik wilayah kota; dan c) Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya. 3. Kebijakan penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria: a) Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi yang berlaku pada wilayah kota bersangkutan; b) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan; c) Mampu menjawab isu- isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan d) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-43
C. Strategi Strategi penataan ruang wilayah kota merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kota ke dalam langkah- langkah operasional untukm mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 1. Strategi penataan ruang wilayah kota berfungsi: a) Sebagai dasar untuk penyusunan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan penetapan kawasan strategis kota; b) Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kota; dan c) Sebagai dasar penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. 2. Strategi penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: a) Kebijakan penataan ruang wilayah kota; b) Ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c) Kapasitas sumber daya wilayah kota dalam melaksanakan kebijakan penataan ruangnya. 3. Strategi penataan ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria: a) Memiliki kaitan logis dengan kebijakan penataan ruang wilayah kota; b) Tidak bertentangan dengan tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional dan provinsi; c) Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan secara efisien danefektif; d) Harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur dan rencana pola ruang wilayah kota; dan e) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
1.7.2. Rencana Struktur Ruang Kota Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. 1.7.2.1. Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi: [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-44
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang memberikan layanan bagi wilayah kota; 2. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanankota; dan 3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.
Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional yang meliputi: 1. Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional 2. Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota 3. Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota
1.7.2.2. Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota; 2. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kota dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; 3. Daya dukung dan daya tampung wilayah kota; dan 4. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
1.7.2.3. Rencana struktur ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria: 1. Memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; 2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kota bersangkutan; 3. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem; 4. Sistem jaringan prasarana kota dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya, dengan penjelasan sebagai berikut:
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-45
A. Sistem prasarana utama yang merupakan sistem jaringan transportasi, yang terdiri atas: 1. Sistem Jaringan Transportasi Darat, mencakup: a) Sistem jaringan jalan yang terdiri atas: jaringan jalan tol di dalam wilayah kota dan jaringan jalan sekunder di dalam kota sesuai dengan PP No. 34 tahun 2006 tentang Jalan; jaringan jalan provinsi yang ada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta; jalan khusus yang berada di wilayah kota; lokasi terminal sesuai dengan jenis dan kelas pelayanannya; dan pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum. b) Sistem jaringan kereta api jaringan jalur kereta api termasuk subway dan monorail; dan stasiun kereta api. c) Sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan alur pelayaran untuk kegiatan angkutan sungai, danau,dan penyeberangan dalam wilayah kota dan antar wilayah; dan pelabuhan/dermaga. 2. Jaringan Transportasi Laut, mencakup: Rencana pembangunan dan pengembangan pelabuhan dengan mempertimbangkan fungsi jaringan transportasi laut: a) alur pelayaran yang berada pada wilayah kota bersangkutan; dan b) pelabuhan laut yang berada di wilayah kota. 3. Jaringan Transportasi Udara, mencakup: Rencana pembangunan dan pengembangan bandar udara dengan mempertimbangkan fungsi jaringan transportasi udara: yang dapat berupa bandar udara pusat penyebaran primer, pusat penyebaran sekunder, dan pusat penyebaran tersier beserta sarana pendukungnya dengan mempert imbangkan: a) Ruang udara di atas bandara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara (ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP). Penentuan KKOP mengikuti ketentuan dalam Kepmen Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2000); [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-46
b) Ruang udara di sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan; dan c) Bandar udara yang berada di wilayah kota. B. Sistem prasarana lainnya yang terdiri atas telekomunikasi, sumber daya air, energi, dan infrastruktur perkotaan yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kota. 1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi/Kelistrikanyang meliputi: a) pembangkit listrik (skala besar maupun mikro) di wilayahkota; b) jaringan prasarana energi yang mencakup: penjabaran jaringan pipa minyak dan gas bumi, dalam wilayah kota (jika ada); penjabaran jaringan transmisi tenaga listrik Saluran Utama Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT), Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dalam wilayah kota (jika ada); jalur-jalur distribusi energi kelistrikan, lokasi pembangkit, gardu induk distribusi, dan sistem distribusi; dan rencana sistem alternatif sumber daya lainnya seperti migas, panas bumi, tenaga surya, dan lain sebagainya. 2. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Rencana sistem jaringan telekomunikasi yang dikembangkan meliputi sistem kabel, sistem nirkabel, dan sistem satelit, yang terdiri atas: a) Rencana pengembangan infrastruktur dasar telekomunikasi berupa jaringan telepon fixed line dan lokasi pusat automatisasi sambungan telepon; b) Infrastruktur telepon nirkabel berupa lokasi menara telekomunikasi termasuk menara Base Transceiver Station (BTS); dan c) Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi di wilayah kota. 3. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Kota Rencana sistem jaringan sumber daya air kota dikembangkan yang terdiri atas: a) sistem jaringan sumber daya air lintas negara, lintas provinsi, dan lintas kabupaten/kota yang berada pada wilayah kota bersangkutan; b) wilayah sungai di wilayah kota, termasuk waduk, situ, dan embung pada wilayah kota; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-47
c) sistem jaringan irigasi yang berfungsi mendukung kegiatan pertanian di wilayah kota; d) sistem jaringan air baku untuk air bersih; dan e) sistem pengendalian banjir di wilayah kota. 4. Infrastruktur Perkotaan yang meliputi prasarana penyediaan air minum kota, pengelolaan air limbah, sistem persampahan, sistem drainase kota, penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, dan jalur evakuasi bencana. a) Sistem Penyediaan Air Minum Kota Sistem penyediaan air minum kota mencakup sistem jaringanperpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. b) Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Sistem pengelolaan air limbah kota meliputi sistem air pembuangan yang terdiri atas sistem pembuangan air limbah (sewage) termasuk sistem pengolahan berupa instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan sistem pembuangan air buangan rumah tangga (sewerage) baik individual maupun komunal. Untuk air limbah yang mengandung B3, diperlukan instalasi tambahan untuk membersihkan air limbah tersebut sebelum masuk ke jaringan air buangan kota. c) Sistem Persampahan Kota Sistem persampahan kota meliputi tempat pembuangansampah sementara (TPS) dan tempat pemrosesan akhirsampah (TPA). d) Sistem Drainase Kota Sistem drainase kota meliputi jaringan primer, sekunder, dan tersier yang berfungsi untuk mengalirkan limpasan air hujan (storm water) dan air permukaan lainnya untuk menghindari genangan air di wilayah kota. e) Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan Pejalan Kaki Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki dapat direncanakan dalam bentuk ruang pejalan kaki di sisi jalan, ruang pejalan kaki di sisi air, ruang pejalan kaki di kawasan komersial/perkantoran, ruang pejalan kaki di RTH, ruang pejalan kaki di bawah tanah, dan ruang pejalan kaki di atas tanah. f) Jalur Evakuasi Bencana [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-48
Jalur evakuasi bencana meliputi escape way dan melting point baik dalam skala kota maupun kawasan. 5. Mengikuti ketentuan pemetaan struktur ruang wilayah kota sebagai berikut: a) sistem pusat-pusat pelayanan dan sistem prasarana utama harus digambarkan pada satu lembar peta wilayah kota secara utuh; b) sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri dari pusat kota, sub-pusat kota, dan pusat lingkungan harus digambarkan dengan simbol c) rencana struktur ruang wilayah kota harus menggambarkan jaringan jalan yang berada dalam wilayah kota yang menjadi kewenangan kota dan jalan primer yang melalui kota tersebut; d) sistem prasarana wilayah lainnya digambarkan pada satu lembar peta wilayah kota secara utuh dan dapat digambarkan pada peta tersendiri; e) sistem jaringan prasarana jalan harus digambarkan mengikuti terase jalan yang sebenarnya; f) pengambaran rencana struktur ruang wilayah kota digambarkan dengan ketelitian peta skala minimum 1:25.000 dan untuk wilayah kota yang memiliki wilayah pesisir dan laut dapat dilengkapi dengan peta barimetri yang menggambarkan kontur laut; dan penggambaran peta rencana struktur ruang kota harus mengikuti peraturan perundangan-undangan terkait pemetaan rencana tata ruang sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografis yang ditentukan oleh instansi yang berwenang. 6. Harus mengikuti peraturan perundangan- undangan terkait; 1.8. Metodologi 1.8.1. Metode Pengumpulan Data Dalam menyusun laporan ini ada beberapa metode yang digunakan dalam mengidentifikasi wilayah Kecamatan Kuta Utara. 1.8.1.1.Studi Literatur Studi literatur yang digunakan dalam studi ini yaitu memadukan beberapa buku panduan yang disesuaikan dengan hasil pengamatan di lapangan. Literatur- literatur yang digunakan, antara lain: [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-49
1. Sadyohutomo, Mulyono. 2006. Penatagunaan Tanah. Surabaya : Penerbit Aditya Media. 2. Warpani, Suwardjoko. 1984. Analisis Kota dan Daerah. Bandung : Penerbit ITB. 3. Peraturan Mentri Pekerjaan Umum 2007 Kriteria Teknis Kawasan Budidaya. Direktorat Jendral Penataan Ruang. Departement Pekerjaan Umum. 4. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. 2004. Tata Cara Pengembangan Kawasan untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Jakarta : Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. 5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725). 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831). 7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274). 8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419). 9. Undang-Undang 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3317). 10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427). 11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469). 12. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470). 13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478). [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-50
14. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian (Lembaran Nagara Tahun 1992 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3479). 15. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480). 16. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481). 17. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3493). 18. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699). 19. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881). 20. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888). 21. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169). 22. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377). 23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya. 24. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 Tentang Standart Pelayanan Minimal Untuk Permukiman. 25. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Tata Ruang. 26. Peraturan Mentereri Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. 27. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-51
1.8.1.2.Survey Lapangan Survey yang dilakukan terbagi menjadi dua yaitu: a. Survey primer yaitu pengamatan secara langsung ke lokasi survey. Dikecamatan kuta utara terdapat 3 kelurahan dan 3 desa. Kami melakukan pembagaian wilayah survey yang dimana 2 orang mendapat 1 wilayah survey yaitu andre dan icha mendapat diwilayah kelurahan kerobokan aja,nata dan ino diwilayah desa canggu,denis dan tuhaiwin dikelurahan kerobokan,ruly dan ajer didesa tibubeneng,ilham dan tuhaiwin mendapat dikelurahan kerobokan kaja dan masih ada wilayah survey yaitu didesa dalung kami melakukan survey secara bersamaan. Dapat kita lihat tabel kegiatan survey No Nama Hari dan Tanggal jam jenis kegiatan jam jenis kegiatan 1 Rizka Oky Purwandari Kamis, 16 Februari 2012 12-.00 16.00 Survey primer 19.00 22.00 Merekap Data, Memperbaiki Peta, Mengisi Tabel Time Schedule Alexander Raymon Claudio 12-.00 16.00 Menyewa sepeda motor di rental, Survey primer 19.00 22.00 Merekap Data, Memperbaiki Peta, Mengisi Tabel Time Schedule Filantrofie Haspara Kelana 12-.00 16.00 Menyewa sepeda motor di rental, Survey primer 19.00 22.00 Merekap Data, Memperbaiki Peta, Mengisi Tabel Time Schedule Muhamad Ilham 12-.00 16.00 Menyewa sepeda motor di rental, Survey primer 19.00 22.00 Merekap Data, Memperbaiki Peta, Mengisi Tabel Time Schedule [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-52
Florentinus H Mukin 12-.00 16.00 Menyewa sepeda motor di rental, Survey primer 19.00 22.00 Merekap Data, Memperbaiki Peta, Mengisi Tabel Time Schedule
2 Rizka Oky Purwandari Jumat, 17 Februari 2012 10.00 17.00 Survey Primer dan membagi kuisioner 20.00 01.00 Merekap data dan memperbaiki peta Florentinus H. Mukin 10.00 11.30 dan 13.30 17.00 Survey Primer, Survey Sekunder, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 01.00 Merekap data dan memperbaiki peta Alexander Raymond Claudio 10.00 11.30 dan 13.30 17.00 Survey Primer, Survey Sekunder, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 01.00 Merekap data dan memperbaiki peta Filantrofie Haspara Kelana 10.00 17.00 Survey Primer dan membagi kuisioner 20.00 01.00 Merekap data dan memperbaiki peta Muhammad Ilham 10.00 17.00 Survey Primer dan membagi kuisioner 20.00 01.00 Merekap data dan memperbaiki peta
3 Rizka Oky Purwandari Sabtu, 18 Februari 2012 09.00 15.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi kuisioner 19.00 24.00 Merekap data Florentinus H. Mukin 09.00 15.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi 19.00 24.00 Merekap data dan membuat peta land use [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-53
kuisioner Alexander Raymond Claudio 09.00 15.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi kuisioner 19.00 24.00 Merekap data dan membuat peta land use Filantrofie Haspara Kelana 09.00 15.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi kuisioner 19.00 24.00 Merekap data dan membuat peta land use Muhammad Ilham 09.00 15.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi kuisioner 19.00 24.00 Merekap data dan membuat peta land use
4 Rizka Oky Purwandari Minggu, 19 Februari 2012 12.00 02.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 02.00 Merekap data dan membuat peta jaringan Florentinus H. Mukin 12.00 02.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 02.00 Merekap data dan membuat peta jaringan Alexander Raymond Claudio 12.00 02.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 02.00 Merekap data dan membuat peta jaringan Filantrofie Haspara Kelana 12.00 02.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 02.00 Merekap data dan membuat peta jaringan Muhammad Ilham 12.00 02.00 Survey Primer, wawancara, dan membagi 20.00 02.00 Merekap data dan membuat peta jaringan [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-54
kuisioner
5 Rizka Oky Purwandari Senin, 20 Februari 2012 08.00 17.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 24.00 Merekap data dan membetulkan peta jaringan Florentinus H. Mukin 08.00 17.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara 20.00 24.00 Merekap data dan membetulkan peta jaringan Alexander Raymond Claudio 08.00 17.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara 20.00 24.00 Merekap data dan membetulkan peta jaringan Filantrofie Haspara Kelana 08.00 17.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 24.00 Merekap data dan membetulkan peta jaringan Muhammad Ilham 08.00 17.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara, dan membagi kuisioner 20.00 24.00 Merekap data dan membetulkan peta jaringan
6 Rizka Oky Purwandari Selasa, 21 Februari 2012 11.00 16.00 Survey Sekunder 20.00 22.00 Merekap data Florentinus H. Mukin 11.00 18.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara, serta membagi kuisioner 20.00 22.00 Merekap data [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-55
Alexander Raymond Claudio 11.00 18.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara, serta membagi kuisioner 20.00 22.00 Merekap data Filantrofie Haspara Kelana 11.00 18.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara, serta membagi kuisioner 20.00 22.00 Merekap data Muhammad Ilham 11.00 18.00 Survey primer, survey sekunder, wawancara, serta membagi kuisioner 20.00 22.00 Merekap data
7 Rizka Oky Purwandari Rabu, 22 Februari 2012 09.00 15.00 Survey sekunder 20.00 22.00 Merekap data Florentinus H. Mukin 10.00 18.00 Survey OD dan LHR 20.00 22.00 Merekap data Alexander Raymond Claudio 10.00 18.00 Survey OD dan LHR 20.00 22.00 Merekap data Filantrofie Haspara Kelana 10.00 18.00 Survey OD dan LHR 20.00 22.00 Merekap data Muhammad Ilham 10.00 18.00 Survey OD dan LHR 20.00 22.00 Merekap data
8 Rizka Oky Purwandari Kamis, 23 Februari 2012 09.00 16.00 Survey Sekunder 20.00 21.00 Merekap data Florentinus H. Mukin 03.00 10.00 Survey OD dan LHR 18.00 24.00 Survey OD dan LHR Alexander Raymond Claudio 03.00 10.00 Survey OD dan LHR 18.00 24.00 Survey OD dan LHR [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-56
Filantrofie Haspara Kelana 03.00 10.00 Survey OD dan LHR 18.00 24.00 Survey OD dan LHR Muhammad Ilham 03.00 10.00 Survey OD dan LHR 18.00 24.00 Survey OD dan LHR
9 Rizka Oky Purwandari Jumat, 24 Februari 2012 01.00 04.00 Survey OD dan LHR 20.00 24.00 Merekap data dan memperbaiki peta - peta Florentinus H. Mukin 01.00 04.00 Survey OD dan LHR 20.00 24.00 Merekap data dan memperbaiki peta - peta Alexander Raymond Claudio 01.00 04.00 Survey OD dan LHR 20.00 24.00 Merekap data dan memperbaiki peta - peta Filantrofie Haspara Kelana 01.00 04.00 Survey OD dan LHR 20.00 24.00 Merekap data dan memperbaiki peta - peta Muhammad Ilham 01.00 04.00 Survey OD dan LHR 20.00 24.00 Merekap data dan memperbaiki peta - peta
10 Rizka Oky Purwandari Sabtu, 25 Februari 2012 11.00 13.00 Wawancara pemuka adat 15.00 16.30 Asistensi ke asisten dosen Florentinus H. Mukin 11.00 13.00 Merekap data 15.00 16.30 Asistensi ke asisten dosen Alexander Raymond Claudio 11.00 13.00 Wawancara pemuka adat 15.00 16.30 Asistensi ke asisten dosen Filantrofie Haspara Kelana 11.00 13.00 Merekap data 15.00 16.30 Asistensi ke asisten dosen Muhammad Ilham 11.00 13.00 Merekap data 15.00 16.30 Asistensi ke asisten dosen
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-57
11 Rizka Oky Purwandari Minggu, 26 Februari 2012 13.00 15.00 Packing untuk persiapan pulang 17.30 Kumpul di base camp Mengwi Florentinus H. Mukin 11.00 14.00 Mengembalikan sepeda motor ke rental motor 15.00 17.30 Packing untuk persipan pulang dan berkumpul di base camp Mengwi Alexander Raymond Claudio 11.00 14.00 Mengembalikan sepeda motor ke rental motor 15.00 17.30 Packing untuk persipan pulang dan berkumpul di base camp Mengwi Filantrofie Haspara Kelana 11.00 14.00 Mengembalikan sepeda motor ke rental motor 15.00 17.30 Packing untuk persipan pulang dan berkumpul di base camp Mengwi Muhammad Ilham 11.00 14.00 Mengembalikan sepeda motor ke rental motor 15.00 17.30 Packing untuk persipan pulang dan berkumpul di base camp Mengwi
12 Rizka Oky Purwandari Senin, 27 Februari 2012 07.00 15.45 Menunngu kedatangan bis 16.15 Pulang menuju Kota Malang Florentinus H. Mukin 07.00 15.45 Menunngu kedatangan bis 16.15 Pulang menuju Kota Malang Alexander Raymond Claudio 07.00 15.45 Menunngu kedatangan bis 16.15 Pulang menuju Kota Malang Filantrofie Haspara Kelana 07.00 15.45 Menunngu kedatangan bis 16.15 Pulang menuju Kota Malang Muhammad Ilham 07.00 15.45 Menunngu kedatangan bis 16.15 Pulang menuju Kota Malang [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-58
b. Survey sekunder/survey instansi, yaitu pendataan yang dibutuhkan dalam proses perencanaan suatu wilayah. Untuk kelompok yang ada dikecamatan kuta utara,kami mendapat instansi Disperindag,Disnakertrans,PLN,Kantor Kecamatan kuta utara sendiri,Kantor kelurahan yang ada didalam kecamatan kuta utara bahkan sampai ke banjar-banjar. Dari hasil survey,kami dapat memperoleh data dengan baik sesuai dengan instansi yang kami survey,tetapi untuk PLN kami tidak memperoleh data,hal ini disebabkan karena basis kerja PLN mencakup usaha. 1.8.1.3.Quisioner Metode ini dilakukan dengan mengambil 120 sampel kuisoner untuk responden yang ada diwilayah kecamatan kuta utara,yang disebarkan secara merata disetiap wilayah kelurahan/desa yaitu sebanya 20 sampel.yang terbagi terdiri dari: 1. Data personal responden, meliputi: nama, alamat, umur, status dalam keluarga, pekerjaan, dan pendapatan. 2. Data keluarga meliputi: jumlah anggota keluarga, hubungan dengan keluarga, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga. 3. Data tempat tinggal meliputi: status kepemilikan tempat tinggal, sistem pembuangan sampah, penyuplaian air, dan sebagainya. 4. Data fasilitas meliputi: macam fasilitas, jumlah fasilitas, kondisi fasilitas, jarak dan kendaraan. 1.8.2. Metode Analisis Setelah melakukan tahapan survey dan pengumpulan data, maka dilakukan proses analisa dengan beberapa metode pendekatan yang terkait,: 1.8.2.1.Analisa Fisik Dasar Untuk mengetahui fungsi lahan suatu wilayah, menggunakan beberapa aspek fisik dasar yaitu topografi, hidrologi, dan geologi. Ketiga aspek fisik dasar tersebut nantinya diberi nilai dengan menggunakan standar SK mentan no. 837/Kpts/UM/II 1980 dan nomor 683/Kpts/UMII 1981 serta Kepmen Kimpraswil 534/KPTS/M/2001. Kemudian hasil nilai ketiga aspek fisik dasar tersebut dioverlai sehingga didapat ketentuan fungsi kawasan berdasarkan SK Mentan yaitu kawasan lindung, kawasan budidaya tahunan, kawasan [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-59
budidaya musiman dan kawasan permukiman. Kemudian hasil tersebut dioverlai dengan kawasan konservasi berdasarkan Kepres no. 32 tahun 1990 yang didalamnya terkait tentang sepadan sungai, sepadan pantai dan benda cagar budaya (untuk Kecamatan Kuta Utara), sehingga didapat fungsi kawasan, berdasarkan SK Mentan dan Kepres yaitu kawasan lindung, kawsan penyangga, kawasan budidaya tahunan, kawasan budidaya musiman dan kawasan permukiman. Kriteria penggunaan lahan menurut PERMEN PU NO 41/PRT/M/2007. Berdasarkan PERMEN tersebut, penggunaan lahan dibagi menjadi 7 kawasan peruntukan, yaitu : 1. Kawasan peruntukan hutan produksi; 2. Kawasan peruntukan pertanian; 3. Kawasan peruntukan pertambangan; 4. Kawasan peruntukan permukiman ; 5. Kawasan peruntukan industri ; 6. Kawasan peruntukan pariwisata ; dan 7. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa. Ketentuan umum Ketentuan umum ini berisi fungsi utama, kriteria umum, dan kaidah perencanaan kawasan budi daya. Kawasan peruntukan hutan produksi Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi yang dikonversi. Ketentuan lebih rinci untuk masing- masing jenis peruntukan diatur dalam bagian ketentuan teknis. a) Fungsi utama Kawasan peruntukan hutan produksi memiliki fungsi antara lain: 1)Penghasil kayu dan bukan kayu; 2)Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya; 3)Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat; 4)Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Per imbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-60
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan: 1)Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Tidak mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi; b. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri terkait dengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian hutan/lingkungan; c. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara selektif. Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan hutan; perencanaan hutan; dan pengelolaan hutan mengacu kepada Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 3) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup tentang kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, kegiatan pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan kegiatan pemungutan hasil kayu dan atau bukan kayu; 4) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus terlebih dahulu memiliki kajian st udi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL); 5) Cara pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada rencana kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Departemen Kehutanan, dan pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang; 6) Kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran sungai akibat erosi dan longsor; 7) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal; 8) Kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepent ingan [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-61
pembangunan di luar sektor kehutanan sepert i pertambangan, pembangunan jaringan listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan pertahanan dan keamanan; 9) Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi wajib memenuhi kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan ekologi; 10) Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan sebagai daerah resapan air hujan serta memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Kawasan peruntukan pertanian Kegiatan kawasan peruntukan pertanian meliputi pertanian tanaman pangan dan palawija, perkebunan tanaman keras, peternakan, perikanan air tawar, dan perikanan laut.
a) Fungsi utama Kawasan peruntukan pertanian memiliki fungsi antara lain: 1) Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan dan perikanan; 2) Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya; 3) Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan: 1) Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budi daya tanaman; serta tata ruang dan tata guna tanah budidaya tanaman mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman; 2) Ketent uan pokok tentang kegiatan perencanaan perkebunan; penggunaan tanah untuk usaha perkebunan; serta pemberdayaan dan pengelolaan usaha perkebunan mengacu kepada Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-62
3) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup; 4) Ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air unt uk usaha peternakan; serta penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu kepada Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan; 5) Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan perikanan; dan usaha perikanan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 6) Penggunaan lahan unt uk kegiatan pertanian tanaman har us memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya; 7) Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan; 8) Kawasan pertanian tanaman lahan kering t idak produktif dapat dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan atau oleh Departemen Pertanian; 9) Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang; 10) Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan; 11) Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal; 12) Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang terlarut dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-63
13) Penanganan limbah peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak, kulit ternak, bulu unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal; 14) Penanganan limbah perikanan (ikan busuk, kulit ikan/udang/kerang) dan polusi (udara-bau) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal; 15) Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat; 16) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan; 17) Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat.
Kawasan peruntukan pertambangan Sesuai dengan ketentuan pasal 4 (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan, dinyatakan bahwa kewenangan pemerintah daerah atas bahan galian mencakup atas bahan galian C yang meliputi penguasaan dan pengaturan usaha pertambangannya. Untuk bahan galian strategis golongan A dan vital atau golongan B, pelaksanaannya dilakukan oleh Menteri. Khusus bahan galian golongan B, pengaturan usaha pertambangannya dapat diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi. a) Fungsi utama Kawasan peruntukan pertambangan memiliki fungsi antara lain: 1) Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi, bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C; 2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja; 3) Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Per imbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan: 1) Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan galian; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-64
bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha per tambangan; kuasa per tambangan; dan hubungan kuasa pertambangan dengan hak-hak tanah mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketent uan- Ketentuan Pokok Pertambangan; 2) Ketentuan pokok tentang penguasaan dan pengusahaan; kegiatan usaha hulu; kegiatan usaha hilir; hubungan kegiatan usaha minyak dan gas bumi dengan hak atas tanah; serta pembinaan dan pengawasan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; 3)Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan peruntukan pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanj utan dan tetapmemperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup; 4) Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di lingkungan yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat; 5) Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor, meningkatkan pener imaan negara dan pendapatan daerah ser ta memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha; 6) Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL; 7) Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat; 8) Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat dan atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan pelaksanaannya dilaporkan secara berkala; 9) Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-65
Kawasan peruntukan permukiman a) Fungsi utama Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain: 1) Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial; 2) Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga. b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan: 1) Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat, dan pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP); 2) Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan har us dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup; 3) Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum; 4) Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama); 5) Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada; 6) Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam; 7) Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-66
Kawasan peruntukan industri Sebagian atau seluruh bagian kawasan peruntukan industri dapat dikelola oleh satu pengelola tertentu. Dalam hal ini, kawasan yang dikelola oleh satu pengelola tertentu tersebut disebut kawasan industri.
a) Fungsi utama Kawasan peruntukan industri memiliki fungsi antara lain: 1) Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien; 2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja; 3) Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan; 4) Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan.
b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan: 1) Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri; serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 2) Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperunt ukan bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup; 3) Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau kemudahan akses ke pasar; 4) Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat ditetapkan kriteria jenis industri yang diizinkan beroperasi di kawasan tersebut; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-67
5)Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri yang mengelola kawasan industri; 6)Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta hak dan kewajiban Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan Industri, dan Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri; 7)Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.
Kawasan peruntukan pariwisata Jenis obyek wisata yang diusahakan dan dikembangkan di kawasan peruntukan pariwisata dapat berupa wisata alam ataupun wisata sejarah dan konservasi budaya.
a) Fungsi utama Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi antara lain: 1) Memperkenalkan, mendayagunakan, dan melestarikan nilai-nilai sejarah/ budaya lokal dan keindahan alam; 2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan. b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan: 1) Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan kegiatan kepariwisataan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan; 2) Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam, budaya, dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai- nilai budaya, adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi lingkungan hidup; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-68
3) Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan kegiatan sektor jasa masyarakat; 4) Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan agama harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut. Pemanfaatan tersebut harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau Kementerian yang menangani bidang kebudayaan; 5) Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat membant u memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya pelestarian benda cagar budaya yang bersangkutan; 6) Ketent uan tentang penguasaan, pemil ikan, pengelolaan, dan pemanfaatan benda-benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya; 7) Pemanfaatan ruang di kawasan perunt ukan par iwisata har us diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup; 8) Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor; 9) Harus memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan; 10) Harus bebas polusi; 11) Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab Pemerintah/Pemerintah Daerah; 12) Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau memindahkan benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-69
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa a) Fungsi utama Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa memiliki fungsi antara lain: 1) Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran); 2) Menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB. b) Kriteria umum dan kaidah perencanaan: 1) Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan dengan kebutuhan konsumen; 2) Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain: (a) bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan, dan sebagainya; (b) bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, dan penginapan lainnya; (c) bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat parkir, gudang; (d) bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi; (e) bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain. 3) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Ketentuan teknis Ketentuan teknis ini berisi karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan, kriteria serta batasan teknis kawasan budi daya.
Kawasan peruntukan hutan produksi a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 83/KPTS/UM/8/1981, penetapan batas hutan produksi sebagai berikut: 1) Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam penetapan hutan produksi adalah [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-70
lereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah, dan intensitas hujan; 2) Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut dibedakan dalam 5 tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat kepekaannya terhadap erosi. Makin tinggi nilai kelas parameter makin tinggi pula tingkat kepekaannya terhadap erosi; 3) Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter setelah masing- masing nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk parameter lereng, bobot 15 untuk parameter jenis tanah, dan bobot. 10 untuk parameter intensitas hujan (lihat tabel 1, 2 dan 3);
Kelas Hasil Nilai Lereng Kelas x Bobot 1 0 - 8 datar 20 2 Agust-15 landai 40 3 15 - 25 agak curam 60 4 25 - 45 curam 80 5 45 sangat curam 100 Kisaran Lereng (%) Keterangan Skoring Kelas Lereng Tabel 1.1 Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak Kriteria Lokasi & Standar Teknik, Dept. Kimpraswil Kepekaan Hasil Nilai Terhadap Kelas x Bobot Erosi Aluvial, Tanah, Glei, Planossol, Hidromorf Kelabu, Literite Air tidak peka 15 Tanah 2 Latosol agak peka 30 3 Brown Forest Soil, Non Calcic kurang peka 45 Andosol, Laterictic Gromusol, Podsolik Regosol, Litosol Organosol, Renzine 5 sangat peka 75 Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak Kriteria Lokasi & Standar Teknik, Dept. Kimpraswil Kelompok Jenis Tanah Kelas Tanah Skoring Kelas Jenis Tanah Tabel 1.2 1 4 peka 60 Kelas Kisaran Curah Hujan Hasil Nilai Intensitas Hujan (mm/hari hujan) Kelas x Bobot 1 8 - 13,6 sangat rendah 10 2 13,6 - 20,7 rendah 20 3 20,7 - 27,7 sedang 30 4 27,7 - 34,8 tinggi 40 5 34,8 sangat tinggi 50 Keterangan Sumber : Penanganan Khusus Kawasan Puncak Kriteria Lokasi & Standar Teknik, Dept. Kimpraswil Tabel 1.3 Skoring Kelas Intensitas Hujan [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-71
4) Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut yaitu lereng, jenis lahan, dan intensitas hujan suatu wilayah hutan dinyatakan memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai: a. Hutan Produksi Tetap jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai < 125; tidak merupakan kawasan lindung; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya; b. Hutan Produksi Terbatas jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai 125 - 175; tidak merupakan kawasan lindung; mempunyai satuan bentangan sekurang-kurangnya 0,25 Ha (pada ketelitian skala peta 1 : 10.000); serta bisa berfungsi sebagai kawasan penyangga; c. Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai > 175; tidak merupakan kawasan lindung; dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan kegiatan budi daya lainnya; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya.
b) Kriteria teknis: (1) Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon di kawasan hutan produksi: a) > 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; b) > 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-72
rawa; c) > 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; d) > 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; e) > 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang; f) > 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. (2)Kawasan hutan produksi dapat dikonversi dengan ketentuan sebagai berikut: a) Faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing- masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang, di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam; b) Secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri.
(3)Luas kawasan hutan dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau minimal 30% dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu menambah luas hutannya. Sedangkan bagi provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya lebih dari 30% tidak boleh secara bebas mengurangi luas kawasan hutannya.
Kawasan peruntukan pertanian a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan pertanian tanaman tahunan. Masing- masing karateristik kawasan peruntukan pertanian tersebut memiliki kriteria teknis seperti ditunjukkan pada Tabel 4. Kriteria teknis: 1) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan; 2) Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan secara selektif tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-73
3) Kawasan pertanian lahan basah mencakup: a)Pola tanam: monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir; b)Tindakan konservasi berkaitan dengan: 1)Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5 - 20 L/detik/ha untuk mina padi, mutu air bebas polusi, suhu 23 - 30C, oksigen larut 3 - 7 ppm, amoniak 0.1 ppm dan pH 5 - 7; 2)Mekanik: pembuatan pematang, teras, dan saluran drainase. 4) Kawasan pertanian lahan kering mencakup: a)Kemiringan 0 - 6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa tindakan konservasi secara mekanik; b) Kemiringan 8 - 15%: 1) Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan organik, tanaman penguat keras; 2) Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai tanaman penguat keras; 3) Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan interval tinggi 0,75 1,5 m dilengkapi tanaman penguat, dan saluran pembuang air ditanami rumput. c)Kemiringan 15 - 40%: 1)Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak; 2)Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak, saluran pembuangan air ditanami rumput. 5) Kawasan pertanian tanaman tahunan mencakup: a)Kemiringan 0 -6 %: pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran. Tindakan konservasi, vegetatif tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum. Tanpa tindakan konservasi secara mekanik; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-74
b)Kemiringan 8 - 15%: 1) Pola tanam, monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran; 2) Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal; 3)Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras bangku, diperkuat dengan tanaman penguat atau rumput. c)Kemiringan 25 - 40%: 1)Pola tanam, monokultur, interkultur atau campuran; 2)Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal; 3)Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras individu. 6)Kawasan perikanan mencakup luas lahan untuk kegiatan budi daya tambak udang/ ikan dengan atau tanpa unit pengolahannya adalah = 25 Ha, budi daya perikanan terapung di air tawar luas = 2,5 Ha atau jumlah = 500 unit; 7)Pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk usaha perkebunan, luas maksimum dan luas minimumnya ditetapkan oleh Menteri dengan berpedoman pada jenis tanaman, ketersediaan tanah yang sesuai secara agroklimat, modal, kapasitas pabrik, tingkat kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi geografis, dan perkembangan teknologi; 8)Hak guna usaha untuk usaha perkebunan diberikan dengan jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun; 9)Lahan perkebunan besar swasta yang terlantar (kelas V) yang tidak berupaya unt uk melakukan perbaikan usaha setelah dilakukan pembinaan, pemanfaatan lahannya dapat dialihkan untuk kegiatan non perkebunan. Tabel 1.4 Karakteristik kawasan peruntukan pertanian
Kri teri a Tekni s Pertani an Lahan Basah Pertani an Lahan Keri ng Pertani an Tanaman Tahunan Iklim:
Kelembaban (%) 33 - 90 29 - 32 42 - 75 Curah Hujan (mm) A, B, C (Schmidt & Ferguson, 1951) 350 - 600 1200 - 1600 Sifat Fisik Tanah:
Drainase
agak baik s/d agak terhambat baik s/d agak terhambat baik s/d agak terhambat Tekstur:
h, ah, s h, ah, s h, ah, s [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
Batuan di Permukaan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25 Singkapan Batuan (%) < atau = 25 < atau = 25 < atau = 25
Sumber : Puslitbang Tanah, Departemen Pertanian Keterangan: Tekstur Tanah ak = agak kasar s = sedang ah = agak halus h = halus k = kasar
Bahaya Erosi sr = sangat ringan r = ringan sd = sedang b = berat sb = sangat berat
Kelas Bahaya Banjir (F) F0 Tanpa F1 Ringan F2 Sedang F3 Agak Berat F4 Berat
Kawasan peruntukan pertambangan a)Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan pertambangan golongan bahan galian C: 1) Bahan galian terletak di daerah dataran, perbukitan yang bergelombang atau landai {kemiringan lereng antara (0 - 17), curam (17 - 36) hingga sangat curam (> 36)}, pada alur sungai, dan cara pencapaian; 2) Lokasi tidak berada di kawasan hutan lindung; 3) Lokasi tidak terletak pada bagian hulu dari alur- alur sungai (yang umumnya bergradien dasar sungai yang tinggi); [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-76
4) Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan kecepatan sedimentasi; 5) Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara ekonomis menguntungkan untuk dieksplorasi; 6) Lokasi penggalian tidak terletak di daerah rawan bencana alam seperti gerakan tanah, jalur gempa, bahaya letusan gunung api, dan sebagainya. b)Kriteria teknis: 1) Kegiatan penambangan tidak boleh dilakukan di kawasan lindung; 2) Kegiatan penambangan tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan; 3) Lokasi tidak terletak terlalu dekat terhadap daerah permukiman. Hal ini untuk menghindari bahaya yang diakibatkan oleh gerakan tanah, pencemaran udara, serta kebisingan akibat lalu lintas pengangkutan bahan galian, mesin pemecah batu, ledakan dinamit, dan sebagainya. Jarak dari permukiman 1 - 2 km bila digunakan bahan peledak dan mini- mal 500 m bila tanpa peledakan; 4) Lokasi penambangan tidak terletak di daerah tadah (daerah imbuhan) untuk menjaga kelestarian sumber air (mata air, air tanah); 5) Lokasi penggalian tidak dilakukan pada lereng curam (> 40%) yang kemantapan lerengnya kurang stabil. Hal ini untuk menghindari terjadinya erosi dan longsor.
Kawasan peruntukan permukiman a)Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan: 1) Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%); 2) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari; 3) Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi); 4) Drainase baik sampai sedang; 5) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-77
6) Tidak berada pada kawasan lindung; 7) Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga; 8) Menghindari sawah irigasi teknis.
b) Kriteria dan batasan teknis: 1)Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan unt uk kawasan- kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan; 2)Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai; 3)Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup; 4)Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan: a)Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03 - 1733 -2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan diPerkotaan; b)Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 03 - 2453 -2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan dan dilengkapi dengan penanaman pohon; c)Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/ orang/hari dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari; d)Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03 - 3242 -1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-78
5)Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 1.5; 6)Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian ; 7)Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lahan mini- mal, radius pencapaian, dan kriteria lokasi dan penyelesaian; 8)Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan mini- mal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian 9)Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03 - 1733 - 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah; 10) Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik, perlu dilakukan peremajaan permukiman kumuh yang mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kampung Kota.
Tabel 1.5 Kebutuhan sarana pendidikan pada kawasan peruntukan permukiman
No.
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk Pendukung (Jiwa) Kebutuhan Per Satuan Sarana
Standar (m 2 /Jiwa)
Kriteria Luas Lantai Min (m 2 ) Luas Lahan Min (m 2 ) Radius Pencapaian (m) Lokasi Dan Penyelesaian [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-79
1
TK
1.250
216
500
0,28
500 Ditengah kelompok keluarga. Tidak menyeberang jalan raya. Bergabung dengan taman se hi n g ga terjadi pengelompokan kegiatan. 2
SD
1.600
633
2.000
1,25
1.000 3 SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat dijangkau dengan kendaraan umum, Disatukan dengan lapangan olah raga. Tidak selalu harus di pusat lingkungan
4
SLTA
4.800
3.835
12.500
2,6
3.000
5
Taman Bacaan
2.500
72
150
0,09
1.000 Ditengah kelompok warga. Tidak menyeberang jalan lingkungan.
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan
Tabel 1.6 Kebutuhan sarana ruang Terbuka, taman, dan lapangan olah raga
No.
Jenis Sarana Juml ah Penduduk Pendukung (Ji wa) Kebutuhan Luas Lahan Mi n (m 2 )
Standar (m 2 /Jiwa) Radius Pencapaian (m)
Kri teria Lokasi Dan Penyelesaian 1 Taman / Tempat main 250 250 1 100 - Di tengah kelompok tetangga 2 Taman / Tempat main 2.500 1.250 0,5 1.000 - Di pusat kegiatan lingkungan 3 Taman dan Lapangan Olah Raga 30.000 9.000 0,3
- Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan 4 Taman dan Lapangan Olah Raga 120.000 24.000 0,2
- Terletak di jalan utama - Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan 5 Jalur Hijau - - 15 m
- Terletak menyebar 6 Kuburan / Pemakaman Umum 120.000 2.000
- Mempertimbangkan radius pencapaian dan area yang dilayani Sumber : SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan
Kawasan peruntukan industri a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan kawasan peruntukan industri yang berorientasi bahan mentah: 1) kemiringan lereng : kemir ingan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri berkisar 0% - 25%, pada kemiringan > 25% - 45% dapat dikembangkan kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-80
2) hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai sedang; 3) klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan minimum arah angin yang menuju permukiman penduduk; 4) geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencana longsor; 5) lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian. b) Kriteria teknis: 1) Harus memperhatikan kelestarian lingkungan; 2) Harus dilengkapi dengan unit pengolahan limbah; 3) Harus memperhatikan suplai air bersih; 4) Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup; 5) Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya dikelola secara terpadu; 6) Pembatasan pembangunan perumahan baru di kawasan peruntukan industri; 7) Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku; 8) Memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan industri; 9) Pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 Km dari permukiman dan berjarak 15-20 Km dari pusat kota; 10) Kawasan industri minimal berjarak 5 Km dari sungai tipe C atau D; 11) Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kaveling industri, jalan dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang. Pola penggunaan lahan pada kawasan industri secara teknis dapat dilihat pada Tabel 1.6;
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-81
Tabel 1.6 Pola penggunaan lahan pada kawasan industri
St ru k t ur Pengguna an (%)
Jeni s Pen gg un a an No. Keterangan
1
Kaveling Indust ri
Maksimal 70% Set iap kaveling harus mengikuti ket ent uan KDB sesuai dengan Perda set empat .
2
Jalan dan Sal uran
8 - 12% x Terdapat jalan pri mer dan jalan sekunder x Tekanan gandar primer minimal 8 to n dan sekunder minimal 5 t on x Perkerasan jalan minimal 7 met er. 3
Ruang Terbuka Hijau Minimal 10% Dapat berupa jalur hijau (green belt), t aman dan perimet er
4
Fasilitas P enunjang
6 - 12% Dapat be rupa kantin, guest house, tempat ibadah, fasilit as olahraga, tempat pengolahan air bersih, gardu induk, rumah t elekomunikasi. . Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) Di Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001
13) Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus mengalokasikan lahannya untuk kaveling industri, kaveling perumahan, jalan dan sarana penunjang, dan ruang terbuka hijau. Alokasi lahan pada Kawasan Industri dapat dilihat pada Tabel 1.7;
Tabel 1.7 Alokasi lahan pada kawasan industri
No . Luas Lahan Dapat Dijual (Maksimal 70%)
Jalan & Sarana Penunjang Lainnya Maksimal 70%
Ruang Terbuk a Hijau (% ) Luas Kawasan Industri (Ha) Kaveling Industri (%) Kaveling Komersial (%) Kaveling Perumahan (%)
1
10 - 20
65 - 70
Maksimal 10
Maksimal 10 Sesuai Kebutuhan
Minimal 10 2
> 20 - 50
65 - 70
Maksimal 10
Maksimal 10 Sesuai Kebutuhan
Minimal 10 3
> 50 - 100
60 - 70 Maksimal 12.5
Maksimal 10 Sesuai Kebutuhan
Minimal 10 4
> 100 - 200
50 - 70
Maksimal 15
Maksimal 10 Sesuai Kebutuhan
Minimal 10 5
> 200 - 500
45 - 70 Maksimal 17.5
10 - 25 Sesuai Kebutuhan
Minimal 10 [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-82
6
> 500
40 - 70
Maksimal 20
10 - 30 Sesuai Kebutuhan
Minimal 10 Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) Di Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001
13) Kawasan Industri harus menyediakan fasilitas fisik dan pelayanan umum. Standar teknis pelayanan umum dan fasilitas fisik di kawasan industri dapat dilihat Tabel 1.8. Tabel 1.8 Standar teknis pelayanan umum di kawasan industri No. Teknis Pelayanan Standar Kebutuhan Keterangan 1 Tenaga Kerja 90 - 110 tenaga kerja/Ha
2
Luas Lahan Per Unit Usaha
0.3 - 5 Ha Terdapat beberapa variasi urutan kaveling. Rata-rata kebutuhan lahan 1.34 Ha/Unit Usaha Industri 3 Listrik 0.15 - 0.2 MVA/Ha Sumber dari PLN atau swasta
4
Telekomunikasi
4 - 5 SST/Ha Termasuk faximile/telex Telepon umum 1 SST/16 Ha
5
Air Bersih
0.55 0.75 liter/Ha Sumber PDAM/air tanah usaha sendiri sesuai ketentuan yang berlaku
6
Saluran Drainase
Sesuai debit Ditempatkan di kiri kanan jalan utama dan lingkungan
7
Saluran Sewerage
Sesuai debit Saluran tertutup yang terpisah dari saluran drainase
8
Prasarana & Sarana Sampah 1 bak sampah/kaveling 1 armada sampah/20 Ha 1 unit TPS/20 Ha
Perkiraan limbah padat yang dihasilkan adalam 4 m3/Ha/hari
9
Kapasitas Kelola IPAL Standar influent : BOD : 400 - 600 mg/l COD : 600 - 800 mg/l TSS : 400 - 600 mg/l PH : 4 - 10 Kualitas parameter limbah cair yang berada di atas standar influent yang ditetapkan, wajib dikelola terlebih dahulu oleh pabrik yang bersangkutan
10
Jaringan Jalan
a. Jalan utama 2 jalur 1 arah dengan perkerasan 2x7 m, atau 1 jalur dengan perkerasan minimal 8 m
b. Jalan lingkungan 2 arah dengan perkerasan minimal 7 m
11
Kebutuhan Hunian 1.5 tenaga kerja/unit hunian
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-83
12
Kebutuhan Fasilitas Komersial Sesuai kebutuhan dengan maksimum 20% luas lahan
Diperlukan Trade Center untuk promosi wilayah dan produk
Belum termasuk angkutan buruh dan karyawan Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) Di Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001 Kawasan peruntukan pariwisata a) Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan: 1) Memiliki struktur tanah yang stabil; 2) Memiliki kemir ingan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan; 3) Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian yang produktif; 4) Memiliki aksesibilitas yang tinggi; 5) Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur jalan raya regional; 6) Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih; 7) Terdiri dari lingkungan/bangunan/gedung bersejarah dan cagar budaya; 8) Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu; 9) Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair). b) Kriteria teknis 1) Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam untuk kegiatan pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; 2) Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk sarana pariwisata alam diselenggarakan dengan persyaratan sebagai berikut: a) Bentuk bangunan bergaya arsitektur setempat; b) Tidak mengubah bentang alam yang ada; c) Tidak mengganggu pandangan visual.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-84
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-85
Tabel 1.9 Karakteristik kawasan peruntukan pariwisata No. Jenis Wisata Kriteria Teknis Fisik Prasarana Sarana 1 Wisata Alam Wisata Pegunungan Luas lahan minimal 100 Ha Mempunyai struktur tanah yang stabil Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan Iklim sejuk (di atas 700 dpl, atau suhu <20 o C) Mempunyai daya tarik flora & fauna, air terjun, sungai, dan air panas Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon Mempunyai nilai pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur regional Tersedia angkutan umum Jenis sarana yang tersedia yaitu hotel/penginapan , rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, mushola, poliklinik, dan wartel Gaya bangunan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dianjurkan untuk menampilkan ciri- ciri budaya daerah [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-86
Wisata Bahari Mempunyai struktur tanah yang stabil Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan Mempunyai daya tarik, flora & fauna aquatic, pasir putih, dan terumbu karang Harus bebas bau tidak enak, debu, asap, serta air tercemar Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon Mempunyai nilai pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan kendaraan bermotor
Memperhatika n risiko bahaya dan bencana
Perancangan sempadan pantai yang memperhatika n tinggi gelombang laut Tersedia angkutan umum Jenis sarana yang tersedia yaitu hotel/penginapan , rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, dan mushola Gaya bangunan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dianjurkan untuk menampilkan ciri- ciri budaya daerah No. Jenis Wisata Kriteria Teknis Fisik Prasarana Sarana 2 Wisata Buatan Dibangun disesuaikan dengan kebutuhan dan peruntukannya Status kepemilikan harus jelas dan tidak menimbulkan masalah dalam penguasaannya Mempunyai struktur tanah yang stabil Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan Mempunyai daya tarik historis, kebudayaan, dan pendidikan Bebas bau tidak enak, debu, dan air tercemar Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon
Mempunya i nilai pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan kendaraan bermotor roda empat Tersedia angkutan umum Gaya bangunan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan menampilkan ciri- ciri budaya daerah Jenis sarana yang tersedia yaitu rumah makan, kantor pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, dan mushola Ada tempat untuk melakukan kegiatan penerangan wisata, pentas seni, pameran dan penjualan barang- barang hasil kerajinan Terdapat perkampungan adat [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-87
Taman
Rekreasi Luas lahan min. 3 Ha Mempunyai struktur tanah yang stabil Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan Harus bebas bau yang tidak enak, debu, dan air yang tercemar Jenis prasarana yang tersedia antara lain jalan, air bersih, listrik, dan telepon
Mempun yai nilai
Pencapaian dan kemudahan hubungan yang tinggi dan mudah dicapai dengan kendaraan bermotor roda empat Tersedia angkutan umum Tersedia yaitu rumah makan, kantor Pengelola, tempat rekreasi & hiburan, WC umum, mushola, dan tempat parkir Tersedia sekurangnya 3 jenis sarana rekreasi yang mengandung unsur hiburan, pendidikan, kebudayaan, dan arena bermain anak- anak. Ada tempat untuk melakukan kegiatan penerangan wisata, pentas seni, pameran dan penjualan barang- barang hasil kerajinan Sumber : Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budi Daya, Departemen PU, 2003 3) Pihak-pihak yang memanfaatkan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan par iwisata alam harus menyusun Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam yang dilengkapi dengan AMDAL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4) Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam diberikan unt uk jangka waktu paling lama 30 tahun sesuai dengan jenis kegiatannya; 5) Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam meliputi kegiatan usaha: a) akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, dan penginapan; b) makanan dan minuman; c) sarana wisata tirta; d) angkutan wisata; e) cenderamata; f) sarana wisata budaya. 6) Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat, pemerintah daerah dapat menetapkan kawasan, lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan bangunan cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya. Penetapannya dilakukan apabila dalam suatu kawasan terdapat beberapa lingkungan cagar budaya yang mempunyai keterkaitan keruangan, sejarah, dan arkeologi; [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-88
7) Penetapan kawasan, lingkungan dan atau bangunan bersejarah sebagai kawasan pariwisata oleh Pemerintah Kota/Kabupaten berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 8) Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, dan kelangkaan. Sedangkan kriteria penggolongan bangunan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, tengeran/landmark, dan arsitektur. Kriteria dan tolak ukur tersebut adalah sebagai berikut: a) Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan, polit ik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat nasional dan atau daerah masing-masing; b) Umur dikaitkan dengan batas usia sekurang-kurangnya 50 tahun; c) Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan maupun struktur, material, tapak bangunan dan bangunan di dalamnya; d) Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada lingkungan lokal, nasional, atau dunia; e) Tengeran dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal monumen atau bentang alam yang dijadikan simbol dan wakil dari suatu lingkungan; f) Arsitekt ur dikaitkan dengan estet ik dan rancangan yang menggambarkan suatu zaman dan gaya tertentu. 9)Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan lainnya. Penggolongan lingkungan cagar budaya diatur melalui Keputusan Bupati/Walikota setempat; 10)Pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya yang dijadikan kawasan pariwisata harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang meliputi keaslian bentuk, penyajian dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; 11)Pengembangan lahan yang berada dalam kawasan lingkungan cagar budaya harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-89
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa a)Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan: 1) Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam; 2) Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota; 3) Dilengkapi dengan sarana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial serta kegiatan pengunjung; 4) Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional. b)Kriteria dan batasan teknis: 1) Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan komersial telah berada pada persil atau merupakan bagian dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 2) Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan dari perpetakan, kecuali untuk zona-zona tertentu; 3) Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani; 4) Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain: a) bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan; b) bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, penginapan; c) bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang; d) bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi; e) bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain. Adapun Standar Pelayanan Minimal untuk Per muki ma n Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/ M/2001. Tabel 1.10 Standar Pelayanan Perdagangan dan Jasa
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-90
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-91
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-92
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-93
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-94
1.8.2.2. Analisa Penggunaan Lahan Analisa penggunaan lahan yaitu melihat tingkat perubahan lahan setiap tahunnya, seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan permukiman yang berdampak pada berkurangnya lahan yang tersedia. Ini dilakukan dengan menggunakan data time serias selama 5 tahun terakhir. Selanjutnya analisa ini dapat mengetahui berapa luas areal atau kawasan yang kurang produktif untuk dikembangkan sebagai kawasan permukiman, sehingga menciptakan pembangunan yang proporsional, dalam hal ini lahan yang produktif dapat digunakan untuk lapangan kerja penduduk kalangan menengah kebawah seperti usaha pertanian. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-95
Pn = Po x ( 1 + r x t)
Pak - Paw
Pertumbuhan = x 100 %
Paw
1.8.2.3. Analisa Kependudukan Analisa terhadap jumlah, kepadatan, struktur penduduk dan perkembangan penduduk yang tercakup di dalam kawasan rencana. Hasilnya digunakan sebagai dasar perhitungan untuk perkiraan kebutuhan perumahan, fasilitas pelayanan dan utilitas kotanya. Fasilitas pelayanan kota meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, bangunan umum, pemerintahan dan ruang terbuka hijau. Utilitas kota meliputi air bersih, listrik, telepon, drainase, persampahan dan limbah. Adapun rumus analisa kependudukan adalah sebagai berikut: A. Pertumbuhan Penduduk Perhitungan pertumbuhan penduduk ditujukan untuk menlihat tingkat pertumbuhan selama 5 tahun terakhir, hasil pertumbuhan tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam memproyeksi jumlah penduduk. Adapun rumus yang digunakan yaitu :
Keterangan Pak = Jumlah penduduk akhir tahun Paw = Jumlah penduduk tahun awal
B. Proyeksi Jumlah Penduduk (a) Model Linier
Keterangan: Pt = Proyeks jumlah penduduk pada tahun tertentu Po = Jumlah penduduk pada tahun awal [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-96
r = Tingkat pertambahan rata-rata penduduk t = Selang waktu atau selisih tahun proyeksi tahun dasar
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-97
Pn = Po x ( 1+r )
t
Pxt = ( Xo : Po) x Pt Jumlah Penduduk Kelompok Umur Tahun n Pr esentase = X 100 % Jumlah Penduduk Tahun ke n (b) Model Eksponensial
Keterangan: Pt = Jumlah penduduk pada tahun tertentu Po = Jumlah penduduk pada tahun awal r = Tingkat pertambahan rata-rata penduduk t = Selang waktu atau selisih tahun proyeksi terhadap tahun dasar
C. Proyeksi Penduduk menurut Kelompok Umur Didalam analisa proyeksi jumlah penduduk menurut umur terlebih dahulu adalah menentukan presentase dari tiap-tiap kelompok umur 5 tahun, yaitu : Rumus presentase :
Selanjutnya adalah menentukan proyeksi jumal penduduk, dengan rumus :
Keterangan: Px = Jumlah penduduk kelompok umur x pada tahun t Xo = Jumlah kelompok umur untuk awal tahun Po = Jumlah penduduk pada tahun awal Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
D. Proyeksi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Proyeksi penduduk menurut tingkat pendidikan digunakan unt uk pembantu dalam memproyeksi fasilitas pendidikan, rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut : [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-98
Kp = Jp : La Per kembangan = ( L - M) + ( I - E) Proyeksi Penduduk Usia TK (5- 6 Tahun) 2/5 x kelompok umur 5 -9 tahun Proyeksi Penduduk usia SD (6- 12 Tahun) (4/5 x kelompok umur 5- 9 tahun) + (3/5 x kelompok umur 10 14 tahun) Proyeksi Penduduk usia SLTP (13- 15 Tahun) (2/5 x kelompok umur 10 14 tahun) + (1/5 x kelompok umur 15 19 tahun) Proyeksi Penduduk usia SLTA (16- 18 Tahun) 3/5 x kelompok umur 15 19 tahun Proyeksi Penduduk usia Akademik (19- 21 Tahun) (1/5 x kelompok umur 15-19 tahun) + (2/5 x kelompok umur 20-24 tahun) Proyeksi Penduduk usia Perguruan Tinggi (19- 21 Tahun) (1/5 x kelompok umur 15-19 tahun) + (3/5 x kelompok umur 20-24 tahun)
E. Kepadatan Penduduk Rumus yang digunakan dalam menganalisa tingkat kepadatan penduduk yaitu :
Keterangan : Kp = Kepadatan penduduk (jiwa/ha) Jp = Jumlah penduduk (jiwa) La = Luas lahan (ha)
F. Perkembangan Penduduk Rumus yang digunakan dalam menganalisa perkembangan penduduk yaitu :
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-99
Pij - Pix Gr owth = x 100 % Pix Keterangan : L = Angka kelahiran M = Angka kematian I = Angka imigrasi/masuk E = Angka emigrasi/keluar
1.8.2.4. Analisa Ekonomi A. Metode Growth Metode Growth merupakan metode yang digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan produktivitas hasil produksi dari tahun ke tahun. Rumus Growth :
Keterangan : Pij = Nilai Produksi tahun akhir Pix = Nilai Produksi tahun awal Dari hasil tersebut, maka dijumlahkan ke bawah dan kemudian ditentukan rata-rata. Hasil dari rata-rata dibagi dengan jumlah data dan kemudian dijadikan standar bagi rata-rata produksi selanjutnya. Jika hasilnya (+) maka merupakan produksi yang berpotensi, sedangkan jika hasilnya (-) maka merupakan produksi yang kurang berpotensi untuk dikembangkan.
B. Metode Shift Share Model shift-share menguji perubahan ekonomi (seperti pertumbuhan atau penurunan) sebuah wilayah dengan membaginya kedalam 3 komponen: national share, industrial mix, danregional share. 1. Komponen national share mengukur perubahan ekonomi regional yang bisa terjadi jika wilayah tumbuh pada tingkat yang sama seperti wilayah yang menjadi referensi yang secara umum merujuk pada ekonomi nasional (untuk wilayah yang kecil seperti [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-100
kabupaten/kota dapat merujuk pada provinsi). Rumus yang digunakan dalam menghitung national share yaitu :
2. Komponen industrial mix mengukur share perubahan ekonomi regional yang dapat dihubungkan dengan industry mix wilayah regional, dan yang merefleksikan tingkat dimana wilayah mengkhususkan pada industri- industri yang tumbuh cepat atau lambat secara nasional. Maka, wilayah yang mempunyai share industri yang relatif besar merupakan wilayah yang secara nasional tumbuh cepat akan mempunyai efek industry mix yang positif.
3. Komponen regional share mengukur perubahan pada sektor tertentu dalam suatu wilayah karena perbedaan antara tingkat pertumbuhan atau penurunan wilayah yang menjadi referensi sektor. Komponen ini mengindikasikan pertumbuhan atau penurunan sektor karena persaingan dalam sector
Selanjutnya menentukan hasil shift share dengan menjumlahkan ketiga komponen tersebut. Adapun rumusnya sebagai berikut :
C. Metode LQ Metode LQ adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Dengan kata lain, LQ dapat [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-101
Si/ Ni = Si/ S LQ =
S/ N = Ni/ N menghitung perbandingan antara share output sektor i di kota dan share output sektor i di provinsi, adapun rumus yang digunakan yaitu :
Keterangan : Si = Besaran dari suatu kegiatan tertentu yang akan di ukur di daerah yang diteliti S = Besaran total untuk seluruh kegiatan di daerah yang diteliti Ni = Besaran total untuk kegiatan tertentu dalam daerah yang lebih luas N = Besaran total seluruh kegiatan di daerah yang lebih luas Ukuran LQ sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi suatu daerah, dimana: LQ > 1, sub daerah yang bersangkutan memiliki potensi ekspor dalam kegiatan tertentu; LQ < 1, daerah tersebut memiliki kecenderungan impor dari sub daerah/daerah lain; dan LQ = 1, daerah tersebut telah memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri dalam kegiatan tertentu (seimbang).
1.8.2.5.Analisa Fasilitas Analisa fasilitas, dilakukan dengan memproyeksi kebutuhan fasilitas untuk pelayanan masyarakat pada tahun tertentu. Rumus yang digunakan yaitu :
Jumlah Penduduk Proyeksi Pr oyeksi Fasilitas = Jumlah Penduduk Pendukung [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-102
Standar penduduk pendukung yang digunakan dalam memproyeksi fasilitas, ada dua yaitu penduduk pendukung eksisting dan penduduk pendukung PU.
A. Fasilitas Perumahan Dengan penduduk pendukung sekitar 6 jiwa/KK. Tipe rumah yang diprediksikan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu tipe besar, sedang dan kecil dengan perbandingan 1 : 3 : 6 dari jumlah rumah keseluruhan yang direncanakan. B. Fasilitas Pendidikan Untuk menentukan kebutuhan fasilitas pendidikan diperlukan penduduk berdasarkan penggolongan umur menurut tingkat pendidikan. Standar penduduk pendukung menggunakan standar eksisting dan PU, untuk standar PU yaitu tingkat Taman Kanak- kanak (TK) penduduk pendukungnya sekitar 1.000 jiwa, Sekolah Dasar (SD) 1.600 jiwa, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4.800 jiwa, Sekolah Menengah Atas (SMU/SMK) 4.800 jiwa dan pendidikan informal 5.000 jiwa.
C. Fasilitas Kesehatan Proyeksi fasilitas kesehatan menggunakan standar penduduk pendukung PU yaitu : 1. Posyandu Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 250 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 300 m 2 (0,1 m 2 /jumlah penduduk). 2. Balai pengobatan Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 3000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 300 m2 (0,1 m2/jumlah penduduk). 3. Praktek Dokter Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 5000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 1.500 m2 apotik. 4. Apotik Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 10.000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 1600 m2 (0,61 m2/jumlah penduduk). 5. BKIA dan Rumah Bersalin [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-103
Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 10.000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 1600 m2 (0,61 m2/jumlah penduduk). 6. Puskesmas Pembantu Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 30.000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 1.200m2 (0,04 m2/jumlah penduduk). 7. Puskesmas Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 120.000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 24.000 m2 (0,02m2/jumlah penduduk). 8. Rumah Sakit Umum Jumlah minimum penduduk adalah 240.000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 8,64 Ha m2 (0,1 m2/jumlah penduduk).
D. Fasilitas Perdagangan dan Jasa Proyeks fasilitas perdangan dan jasa menggunakan standar penduduk pendukung standar PU yaitu : 1. Warung Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 250 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 100 m 2 (0,4 m 2 /jumlah penduduk). 2. Pertokoan Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 2500 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 1.200 m2 (0,4 m2/jumlah penduduk). 3. Pusat Perbelanjaan Kawasan Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 30.000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 13.500 m2 (0,4 m2/jumlah penduduk). 4. Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kawasan Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 120.000 penduduk luas tanah yang dibutuhkan 36.000 m2 (0,4 m2/jumlah penduduk). 5. Industri Jumlah minimum penduduk pendukung adalah 480.000 luas tanah yang dibutuhkan 9.600 m2/jumlah penduduk).
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-104
E. Fasilitas Umum Proyeks fasilitas umum menggunakan standar penduduk pendukung standar PU yaitu : 1. Kawasan 2.500 penduduk (RW) Dengan luas tanah 400 m2 (0,16 m2/penduduk) yang terdiri dari: pos hansip, balai pertemuan dan bis usrat serta parkir umum dan MCK. 2. Kawasan 30.000 penduduk (lingkungan) Dengan luas tanah 4000 m2 (0,13 m2/penduduk) yang terdiri dari: kantor lingkungan, pos polisi, kantor pos pembantu, pos pemadam kebakaran, parkir umum, MCK dan bioskop 3. Kawasan 120.000 penduduk (kecamatan) Dengan luas tanah 6.400 m2 (0,05 m2/penduduk) yang terdiri dari: kantor kecamatan, kantor polisi, kantor pos cabang, pos pemadam kebakaran dan parkir umum. 4. Kawasan 480.000 penduduk (wilayah) Dengan luas tanah 30.000 m2 (0,03 m2/penduduk) yang terdiri dari: kantor wilayah, kantor polisi, kantor telepon, pemadam gedung kesenian dan parkir umum. 5. Kawasan 1.000.000 penduduk Dengan luas tanah 3.000 m2 (0,03 m2/penduduk) yang terdiri dari: balai kota, kantor polisi, kantor telepon, kantor PLN, kantor PDAM, kantor pos dan parkir umum.
F. Fasilitas Peribadatan Proyeks fasilitas peribadatan menggunakan standar penduduk pendukung standar PU dan eksisting, untuk standar PU yaitu : 1. Kelompok penduduk 2.500 (RW) 1 langgar = 300 m 2
2. Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan) 1 masjid = 1.750 m 2
3. Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan) 1 masjid = 4.000 m 2
G. Fasilitas Rekreasi dan Kebudayaan Proyeks fasilitas umum menggunakan standar penduduk pendukung standar PU yaitu : 1. Kelompok 2.500 Penduduk (RW) 1 balai pertemuan = 300 m 2
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-105
2. Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan) 1 gedung serba guna = 1.000 m 2 dan bioskop = 2.000 m 2
3. Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan) 1 gedung serba guna = 3.000 m 2
H. Fasilitas Olahraga dan Ruang Terbuka Proyeks fasilitas umum menggunakan standar penduduk pendukung standar PU yaitu : 1. Kelompok 250 Penduduk (RW) 1 taman = 250 m 2 2. Kelompok 2.500 Penduduk (RW) 1 taman yang dapat digunakan untuk aktivitas olahraga seerti volly, badminton = 10.250 m 2
3. Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan) 1 taman yang dapat melayani aktivitas- aktivitas kelompok diarea terbuka, misal lapangan olahraga, upacara, dll = 9.000 m 2 dan bioskop = 2.000 m 2
4. Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan) 1 taman minimal mempunyai satu lapangan terbuka hijau dan dilengkapi dengan sarana-sarana olahraga = 24.000 m 2
1.8.2.6.Analisa Utilitas A. Jaringan Air Bersih Penyediaan air bersih kota atau lingkungan dengan ketentuan sambungan rumah dengan kapasitas minimum 80 liter/hari, sambungan halaman dengan kapasitas minimum 60 liter/hari dan sambungan kran umum kapasitas minimum 30 liter/hari. Untuk pendistribusian masing- masing akpek yaitu : Asumsi 1 orang = 120 liter/hari Ekonomi = 60 % Sosial = 35 % Perkantoran = 15 % Kebocoran = 2 % Cadangan = 5 % Langkahlangkah perancangan sistem air kota : 1. Dapatkan data atau perkiraan tentang jumlah penduduk kelompok masyarakat yang bersangkutan dimasa yang akan datang dan telaah kondisi kondisi setempat untuk menentukan jumlah air yang harus disediakan. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-106
2. Cari satu atau beberapa sumber air yang mutunya cukup. 3. Sediakan jumlah tampungan air yang diperlukan dan rencanakan pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyalurkan air dari sumbernya ke masyarakat. 4. Tetapkan ciri fisik, kimia dan biologi dari air yang bersangkutan dan tentukan persyaratan mutu air. 5. Rencanakan saranasarana pengolahan air yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan mutu air. 6. Rancang dan rencanakan distribusinya termaksud wadukwaduk distribusi, instalasi pompa, tampungan tinggi, denah, dan ukuran pipa pipa serta kedudukan hidan hidran kebakaran.
B. Jaringan Drainase Pembuangan air kotor bersumber dari air bersih yang dipakai untuk cuci, mandi dan lainnya, yang kotorannya disalurkan lewat drainase, asumsi pembuangan dari masing- masing sumber yaitu : Industri = 60 % Perkantoran = 5 % Sosial dan Ekonomi = 15 %
C. Jaringan Listrik Prasarana listrik perumahan sederhana setiap unit mendapatkan daya listrik tertentu, dilaksanakan dengan kebutuhan ruang. Untuk jarak jaringan listrik antar tiang rata-rata 40 meter, untuk penyesuaian dengan keadaan permukaan tanah jalan dan sebagainya, maka dapat diambil jarak tiang antara 30 45 m. Untuk pendistribusian masing- masing aspek yaitu : Asumsi 1 oarang = 450 watt/hari Ekonomi = 60 % Sosial = 35 % Perkantoran = 15 % Penerangan Jalan = 10 % Cadangan = 10 % [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-107
1. Perencanaan pusat listrik Harus diketahui jumlah kebutuhan energi listrik sekarang dan masa akan datang. Identifikasi dan sumber daya alam dan modal untuk pengembangan pusat listrik. Setiap kemungkinan pembangunan listrik harus dihitung cost dan Benefitnya, termaksud biaya pembangunan jaringan . Pilih pusat listrik yang paling menguntungkan. 2. Perencanaan jaringan transmisi sedikit mungkin diusahakan lintasan terpendek antara pusat listrik gardu induk trasformator di dekat kota menjadi pusat konsumen. Bukit dan lembah bisa menjadi penghalang karena akibat bentangan yang terlalu lebar antara dua tiang Diusahakan tidak melewati desa atau permukiman penduduk, atau setidak tidaknya tidak ada bangunan yang berada dibawah jaringan. Meskipun kemajuan teknologi telah mungkin mendirikan tiang transmisi pada kondisi lahan bagaimanapun juga, namun biaya pembangunan harus diperhitungkan. 3. Perencanaan gardu induk transformator Gardu induk diletakan diluar kota pada lokasi non permukiman, pada arah yang sama dengan asal jaringan transmisi. Areal yang disediakan harus cukup luas guna menjaga kemungkinan peningkatan dimasa depan dan serbuan permukiman.
D. Jaringan Telekomunikasi Pembangunan perumahan dilengkapi dengan jaringan telepon umum berisolasi yang sumbernya diperoleh dari Telkom. Pendistribusian kebutuhan telepon masing- masing aspek yaitu : Asumsi 1 satuan sambungan = 250 penduduk Industri = 70 % Perkantoran = 25 % Sosial dan Ekonomi = 30 %
E. Pembuangan Sampah [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-108
Pembuangan sampah hasil aktivitas manusia diasumsikan 1 jiwa 2.5 kg. 1. Pengumpulan sampah Fasilitas pengumpulan sampah rumah tangga kapasitas 0,02 m 3 berdasarkan jumlah orang dan banyaknya buangan sampah seluruh kota 0,002 m 3 /orang/hari. Sedangkan pengumpulan sampah lingkungan kapasitas minimum volume 2 m 3 berdasarkan jumlah rumah yang dilayani 200 rumah. Pengumpulan sampah berupa: gerobak dorong, becak, mobil pengangkut sampah. Kapasitas angkut tergantung jumlah dan frekuensi sampah yang akan diangkut dengan jangka waktu angkut maksimal 2 hari sekali. 2. Pembuangan sampah Penimbunan dengan open dumping (tidak pada daerah berair, jauh dari sumber air dalamnya 1 meter, sampah diratakan dengan bulldozer), dengan saniter (tanah yang rendah, lapisan sampah kurang 2 meter, sampah dipadatkan). Pembakaran Pabrik Kompos
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-109
TIMBUNAN SAMPAH PERWADAHAN DAN MILIHAN PENGUMPULAN PENGANGKUTAN PENGOLAHAN PEMBUANGAN AKHIR Proses Pengelolaan Sampah
1.8.2.7.Analisa Transportasi Jenis transportasi yang di Kecamatan Besuki adalah sistem transportasi jalan raya. Analisa transportasi jalan raya meliputi analisa prasarana transportasi dan sarana transportasi. 1) Analisa prasarana transportasi, meliputi analisa pengembangan jaringan jalan, analisa hierarki jalan, analisa dimensi jalan, analisa garis sempadan jalan, analisa penataan perabot jalan (parkir, halte, rambu-rambu, jembatan penyeberangan, dan lain lain); 2) Analisa sarana transportasi, meliputi analisa penataan sirkulasi, penataan rute angkutan umum, dan lain-lain. Adapun perencanaan ataupun penataan yang dilakukan terhadap jalan tersebut didasarkan atas komponen berikut ini: A. Pola Jaringan Jalan Merupakan dasar dalam menganalisa pengembangan jaringan jalan di wilayah perencanaan. Sebelum menentukan kebutuhan pengembangan jaringan jalan harus [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-110
ditetapkan pola jaringan jalan apa yang akan diterapkan di wilayah perencanaan sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang terkait dengan pengembangan jaringan jalan tersebut, misalnya: jaringan jalan eksisting, kondisi topografi wilayah, dan sebagainya. Adapun pola-pola jaringan jalan ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu: 1. Pola Grid Pola Grid biasanya terjadi karena adanya perpotongan jalan yang sama tegak lurus satu sama lain dengan lebar jalan yang rata-rata sama. Pola Grid ini dapat digunakan untuk mendistribusikan arus lalu lintas yang kompleks apabila hirarkhi jalan telah ditetapkan.
2. Pola Radial Pola radial, yaitu terpusat pada satu titik dan mengarah ke berbagai titik/lokasi. Pola ini dapat digunakan untuk mengarahkan arus lalu lintas menuju suatu pusat umum yang padat dengan berbagai aktivitas, namun pusat tersebut dapat tumbuh sedemikian rupa sehingga sulit diatur.
3. Pola Linier Merupakan pola garis lurus yang menghubungkan dua titik penting, Pola ini cenderung mudah mengalami kepadatan atau kemacetan lalu lintas. Untuk mengatasinya diadakan suatu penyaluran yang dikenal dengan sistem loop, suatu jalan melambung yang keluar dari jalur utama disuatu titik untuk kemudian kembali lagi masuk ke jalur utama tadi di titik yang lain.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-111
4. Pola Kurva linier Merupakan gabungan dari pola garis lurus dan garis lengkung yang memanfaatkan topografi, dengan cara mengikuti bentuk lahan sedekat mungkin. Pada pola ini jalan- jalan tembusnya lebih sedikit dibanding dengan Pola Grid. Cul-de-sac atau jalan buntu yang mempunyai panjang maksimum 150 meter, yang sering digunakan. Dengan pola kurva linier, suasana jalan menjadi lebih menarik karena bervariasinya pemandangan, jenis serta panjang jalan dan mudahnya penyesuaian terhadap perubahan topografi.
5. Modifikasi Grid Pola ini pada dasarnya dari pola grid yang dimodifikasi dengan sistem loop ditengahnya atau pada kedua sisi. Pada bagian loop selain memungkinkan untuk kawasan terbangun dan juga dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau.
6. Cul De Sac Pola ini dibuat dengan membuat pengelompokan pada satu pola jaringan jalan secara tertutup. Pola ini akan efisien bila jaraknya kurang 150 meter.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-112
7. Loop Pola ini dibuat dengan membuat sistem melingkar pada satu ruas jalan. Seperti halnya dengan pola grid yang dimodifikasi, maka sistem loop ini pada bagian tengahnya selain dapat digunakan sebagai kawasan terbangun juga dapat digunakan untuk ruang terbuka hijau.
B. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah jarak pencapaian dari suatu daerah ke daerah lainnya, dimana semakin tinggi aksebilitas suatu daerah dengan daerah lainnya maka akan semakin cepat pula proses perkembangannya begitu pula sebaliknya. Adapun indikator yang menunjukkan tingkat aksesibilitas pada satu kawasan yaitu kondisi dan jenis perkerasan jalan yang ada, sedangkan untuk indikator penunjang yaitu arah perkembangan atau pergerakan penduduk. C. Hierarkhi Jalan Hierarkhi jalan adalah tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada pada suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang ada di sekitar kawasan D. Penataan Transportasi Penataan transportasi ini sangat menunjang sistem transportasi yang akan direncanakan, yakni meliputi sistem sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki), sistem parkir dan perabot jalan (tempat sampah, halte, penerangan, telepon umum, dan sebagainya). E. LOS (Level Of Service) [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-113
I. Perhitungan Kapasitas Jalan
Co FC W FC SP FC SF FC CS C 2900 1.34 1 0.79 0.90 2762.94
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-114
C= Co X FC W X FC SP X FC SF X
FC CS C : Kapasitas (smp/jam) Co : Kapasitas Dasar(smp/jam) FC W : Faktor Penyesuaian Lebar Perkerasan Jalan FC SP : Faktor Penyesuaian Hambatan Samping FC CS : Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
F. OD (Origin Destination) FORM ORIGIN DESTINATION (OD) KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG PROPINSI BALI No Alamat / Asal Respon den Tujuan Kerja Tujuan Sekolah Sampingan Berangkat Pulang Berangkat Pulang Berangkat Pulang Lokas i Biay a Wakt u Mod a Rut e Biay a Wakt u Mod a Rut e Lokas i Biay a Wakt u Mod a Rut e Biay a Wakt u Mod a Rut e Lokas i Biay a Wakt u Mod a Rut e Biay a Wakt u Mod a Rut e 1 2 3 4 5 6 7 8 [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-115
9 10 [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-116
G. LHR (Lintasan Harian rata rata ) FORM LHR STUDIO PERENCANAAN KOTA KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG
NO WAKTU MODA PEJALAN KAKI KENDARAAN LAMBAT PARKIR GANG MC LV HV Sepeda Becak Motor Colt Pick Up Mobil Pribadi Angkutan Umum Taxi Truck Kontainer Bus Lain - Lain 1 00.01 - 00.15 2 00.16 - 00.30 3 00.31 - 00.45 4 00.46 - 01.00
1.8.2.8.Analisa Pola Ruang A. Kawasan Lindung Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Pelestarian kawasan hutan difungsikan untuk menjaga kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora dan fauna sepanjang DAS termasuk peningkatan produktivitas lahan. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan Perlindungan Setempat yang meliputi; kawasan sekitar mata air, kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan irigasi, dan waduk. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Berdasarkan penetapan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya maka terdapat cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, cagar budaya .Rencana perlindungan kawasan cagar alam. Kawasan pantai berhutan bakau yaitu kawasan pelestarian alam yang dimaksudkan untuk melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dan pengikisan air laut, serta pelindung usaha budidaya dibelakangnya. [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-120
Kawasan pantai berhutan bakau ini memiliki fungsi penyeimbang lingkungan pantai sehingga harus dilestarikan, diperluas melalui reboisasi bakau. Potensi kawasan ini juga untuk tambak dan alih fungsi bakau untuk tambak direncanakan maksimum 20% dari total bakau yang ada. Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan meliputi: lingkungan non bangunan, lingkungan bangunan non gedung, lingkungan bangunan gedung dan halamannya dan kebun raya yang telah memiliki umur lebih dari 50 tahun dan perlu dilestarikan.Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan rawan bencana alam lainnya yaitu bahaya air laut pasang dan terjadi hampir setiap tahun. Dampak dari bencana air laut pasang adalah dapat mengakibatkan robohnya bangunan permukiman penduduk disekitar pantai, membawa sampah yang berasal dari laut dan lainnya. Untuk menanggulangi bahaya air laut pasang pada dasarnya tidak dapat dilakukan karena termasuk dari gejala alam yang belum dapat diprediksi tetapi yang bisa dilakukan adalah mengantisipasi bahaya, misalnya memperkuat kontruksi bangunan, membuat tanggul-tanggul dikawasan permukiman sekitar pantai, penanaman hutan bakau di sekitar pantai sebagai penahan gelombang laut dan lain sebagainya.
Tabel 1.11 Ketentuan Pola Ruang Pola Ruang Ketentuan Kondisi di Lapangan Penanganan 1. Kawasan Lindung Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175 Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1.000-2.000 meter atau lebih Jenis tanah Regosol, Litosol,
Terdapat hutan lindung di Desa Ngujuran dengan luas 16,88 Ha.
Lebih dijaga lagi kelestarian hutannya dan tidak boleh ada penebangan hutan secara liar.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurang- kurangnya dengan jari- jari 200 meter di sekitar mata air.
Minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman. Untuk sungai di kawasan permukaan berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 15 meter.
Terdapat kawasan konflik yang mana pada kawasan konservasi dijadikan sebagai kawasan permukiman seluas 2,17 Ha.
Terjadi kawasan konflik sempadan pantai dengan permukiman seluas 50,05 Ha.
Terjadi kawasan konflik antara sempadan sungai dengan permukiman seluas 8,6 Ha.
Memindahkan permukiman ke daerah di luar kawasan konservasi Pemeliharaan sumber- sumber mata air dengan reboisasi kawasan yang ada di area tangkapan.
Memindahkan permukiman ke daerah di luar kawasan konservasi. Mengeadakan reboisasi kembali terhadap keberadaan hutan bakau untuk penyeimbang lingkungan pantai. Pengembangan wisata pantai dipertahankan dengan lebih memperhatikan keberadaan ekosistem alam yang ada, dengan peningkatan sarana prasarana wisata secara seimbang.
Memindahkan permukiman ke daerah di luar kawasan konservasi. Penempatan fungsi RTH pada kawasan sempadan. Jenis tanaman yang direkomendasikan untuk daerah sungai ini adalah : Ketapang, Dadap Merah, Trembesi, Gamal, dan Sengon.
[[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-122
d)Kawasan sekitar waduk/danau
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian alam, dan Cagar Budaya
a. Cagar alam
b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Cagar Budaya
Daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 100 meter dari t itik pasang tertinggi ke arah darat.
Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya. Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit- unit penyusunnya. Memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia. Memiliki luas dan bentuk tertentu. Memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.
Koridor di sepanjang pantai dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.
Tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan
Terdapat kawasan konflik yang mana pada kawasan konservasi dijadikan sebagai kawasan permukiman seluas 1,33 Ha.
Pantai Sowan di Desa Bogorejo.
Keberadaan hutan bakau di Kecamatan Lobalain sangat mempriihatinkan, karena banyak di rubah menjadi kawasan tambak.
Pantai Sukolilo di Desa Sukolilo.
Memindahkan permukiman ke daerah di luar kawasan konservasi. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk..
Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam dan upaya konservasi. Peningkatan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
Potensi kawasan ini juga untuk tambak dan alih fungsi bakau untuk tambak direncanakan maksimum 20% dari total bakau yang ada.
Memberi perlindungan terhadap kawasan cagar [[Laporan Fakta dan Analisa]] TAHUN 2012
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
STUDIO PERENCANAAN KOTA KABUPATEN BADUNG KECAMATAN KUTA UTARA STUDIO PERENCANAAN KOTA
I-123
bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. budaya dari ancaman kepunahan. Mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya