Pembentukan Kebijakan Perdagangan Nasional, dan Kerja
Sama Internasional antar Bangsa Ringkasan Mata Kuliah Bisnis Global
Disusun oleh: Boston Hatorangan Manurung 1306484173 Ersan Febrian 1306484394 Nur Fitriani Ulfah 1306484980 Steven Joy 1306485390 Singgih Widigdya 1306485346
Program Studi Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2013 World Trade Organization World Trade Organization (WTO) merupakan organisasi internasional yang mengatur jalannya perdagangan antar negara. WTO didirikan pada 1 Januari 1995 sebagai modifikasi lanjutan atas General Agreement on Tariff and Trade (GATT). Kantor pusat WTO berlokasi di Geneva, Switzerland. Sebagai suatu organisasi internasional, WTO memiliki fungsi dasar sebagai berikut. 1. Menyelenggarakan perjanjian perdagangan 2. Sebagai forum negosiasi perdagangan 3. Penanganan sengketa perdagangan 4. Memantau kebijakan perdagangan 5. Bantuan teknis dan pelatihan bagi negara berkembang 6. Menjalin kerjasama dengan organisasi internasional lainnya Konsep perdagangan internasional WTO memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai berikut. 1. Most Favoured Nation (MFN) Negara yang tunduk di bawah aturan WTO tidak diperkenankan untuk melakukan diskriminasi terhadap negara mitra bisnisnya. 2. National Treatment Pemerintah suatu negara tidak diperkenankan melakukan pembedaan antara barang dan jasa hasil produksi dalam negeri dengan barang dan jasa hasil produksi luar negeri. 3. Freer Trade Mengutamakan negosiasi untuk menurunkan hambatan perdagangan. 4. Predictability Pemerintah, Investor, dan Perusahaan Asing mengetahui bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah suatu negara tidak diambil secara sewenang-wenang. Tarif perdagangan dan komitmen pembukaan pasar harus terikat pada aturan WTO. 5. Promoting Fair Competition Meminimalisasi kompetisi tidak adil seperti subsidi ekspor dan dumping di bawah harga pasar. 6. Encouraging Development and Economic Reform Mengutamakan negara-negara kecil dan berkembang dengan memberikan waktu lebih untuk melakukan penyesuaian. Secara garis besar, kesepakatan WTO menyangkut 4 hal besar, yaitu: 1. General Agreement on Tariff and Trade (GATT) Secara garis besar, kesepakatan ini menyangkut perdagangan barang serta tarif perdagangan. 2. General Agreement on Trade in Services (GATS) Kesepakatan yang mengatur perdagangan jasa . 3. Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs) Kesepakatan yang mengatur perdagangan hal-hal yang menyangkut kekayaan intelektual. 4. Dispute Settlement Klausul-klausul yang berisi prosedur sengketa perdagangan antar negara berikut penyelesaiannya. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
Tujuan Indonesia Mengikuti AFTA ASEAN-China FTA adalah :
1. Untuk Indonesia, kerjasama AFTA ASEAN-China merupakan peluang yang cukup terbuka bagi kegiatan ekspor komoditas pertanian yang selama ini dihasilkan dan sekaligus menjadi tantangan untuk menghasilkan komoditas yang kompetitif di pasar regional AFTA ASEAN-China. 2. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi di antara negara-negara anggota. 3. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang dan jasa serta menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk mempermudah investasi. 4. Menggali bidang kerjasama baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama antara negara-negara anggota. 5. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih aktif dari para anggota ASEAN baru dan menjembatani kesenjangan pembangunan ekonomi antar anggota. Untuk itu bagi Indonesia dalam rangka menghadapi ASEAN China FTA harus bisa mempersiapkan berbagai macam strategi dalam hal :
1. Promosi dan Penetrasi Pasar Banyak produk barang dan jasa Indonesia yang masih belum dikenal luas oleh bangsa lain. Potensi wisata dan industri kreatif Indonesia sangat besar. Namun semua itu tidak akan bernilai dan dikenal oleh masyarakat dunia apabila kita tidak bisa melakukan promosi dan penetrasi pasar internasional. Oleh sebab itu keikutsertaan Indonesia dalam kunjungan dagang atau promosi wisata internasional sangatlah penting. 2. Peningkatan efisiensi produksi. Kita ketahui hamper semua jenis indusri Indonesia masih mengalami ekonomi biaya tinggi (hig cost economy), hal ini bisa disebabkan oleh system birokrasi yang terlalu panjang ataupun banyaknya pungutan liar. Selain itu memotong panjangnya rantai distribusi juga akan menurunkan harga bahan baku. 3. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Menurut saya kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia masih kalah bersaing dengan Negara-negara di Negara ASEAN lainnya, walaupun tidak bisa disamaratakan untuk seluruh wilayah di Indonesia. Sehingga tugas utama pemerintah adalah untuk melakukan peningkatan kualitas pendidikan Indonesia secara menyeluruh dan merata di seluruh wilayah Indonesia harus dilakukan tidak hanya di kota besar saja agar Sumber Daya Manusia Indonesia siap bersaing dengan tenaga kerja asing. 4. Perlindungan terhadap industri kecil. Pelaksanaan ASEAN China FTA menyebabkan tingginya persaingan antar pengusaha. Bagi pengusaha besar akan meningkatkan volume penjualannya dan menekan ongkos produksinya, sementara bagi pengusaha kecil dengan kapasitas produksi yang tetap akan semakin tertekan. Sehingga dibutuhkan regulasi dari pemerintah untuk melindungi pengusaha kecil baik dengan sebuah undang-undang ataupun dengan sebuah organisasi gabungan bagi pengusaha kecil. 5. Upaya untuk meningkatkan daya saing industri pertanian Indonesia. Sebagai Negara agraris seharusnya pemerintah lebih meningkatkan kapasitas produksi semua industry pertanian, membuat regulasi untuk melindungi lahan produktif, mengatur system distribusi pupuk, system irigasi dan system pasca panen. Masih rendahnya produksi industri pertanian Indonesia bisa dilihat dari banyaknya pemerintah mengimpor bahan pangan seperti beras, kedelai, jagung, dsb yang seharusnya bisa diproduksi di Indonesia asalkan pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan jangka pendek, menengah dan panjang untuk melindungi industri pertanian Indonesia.