You are on page 1of 44

KONFIGURASI METODE GEOLISTRIK

(Laporan Praktikum Eksplorasi Geolistrik)







Oleh:
Virgian Rahmanda
(1215051054)























LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

i
Judul Percobaan : Konfigurasi Metode Geolistrik

Tanggal Percobaan : 13 Mei 2014

Tempat Percobaan : Laboratorium Teknik Geofisika

Nama : Virgian Rahmanda

NPM : 1215051054

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 2 (Dua)

















Bandar Lampung, 13 Mei 2013

Mengetahui,
Asisten,



Achmadi Hasan N
NPM. 1115051002

ii
KONFIGURASI METODE GEOLISTRIK


Oleh
Virgian Rahmanda


ABSTRAK


Telah dilakukan praktikum mengenai konfigurasi metode geolistrik pada tanggal
13 Mei 2013 di Labratorium Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas
Lampung. Percobaan ini bertujuan agar praktikan mampu mengetahui jenis-jeins
elektroda, menghitung nilai faktor geometri serta mengetahui sensitifitasserta
menganalisis konfigurasi yang paling baik dalam survey eksplorasi air tanah dan
bahan tambang (bijih besi) dan dari masing-masing konfigurasi elektroda. Dari
praktikum yang telah dilakukan, praktikan telah menghitung dan menganalisa dari
masing-masing elektroda geolistrik tahanan jenis antara lain konfigurasi wenner,
konfigurasi wenner-schlumberger, konfigurasi schlumberger, konfigurasi pole-pole,
konfigurasi pole-dipole, konfigurasi dipole-dipole dan konfigurasi kubus(square).
Dari hasil analisa sensitivitas berdasarkan faktor geometri didapatkan bahwa
konfigurasi schlumberger memiliki sensitifitas vertikal yang baik sehingga digunakan
dalam eksplorasi air tanah, sedangkan konfigurasi wanner memiliki sensitifitas yang
baik secara lateral sehingga digunakan dalam eksporasi bijih besi. Selain itu
konfigurasi square banyak digunakan dalam pengukuran dip dan strike karena lebih
sensitif dalam perlakuan medan anisotropik.



DAFTAR ISI


Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................
B. Tujuan Percobaan....................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jenis-jenis konfigurasi metode geolistrik................................
B. Faktor geometeri pada konfigurasi elektroda..........................

III. TEORI DASAR
A. Konfigurasi Wenner................................................................
B. Konfigurasi Schlumberger......................................................
C. Konfigurasi Wanner-Schlumberger.......................................
D. Konfigurasi Dipole-dipole......................................................
E. Konfigurasi Pole-dipole..........................................................
F. Konfigurasi Pole-pole.............................................................
G. Konfigurasi Square..................................................................
H. Faktor Geometri.......................................................................
I. Hukum-hukum Kelistrikan......................................................

IV. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat Praktikum................................................
B. Alat Praktikum..........................................................................
C. Pengambilan data Praktikum......................................................
D. Pengolahan data Praktikum.......................................................
E. Diagram Alir Praktikum............................................................




1
2



3
5



7
8
10
11
12
12
13
14
16


17
18
18
18
19
iii
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Praktikum........................................................................20
B. Pembahasan..............................................................................23

VI. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


iv

v

DAFTAR GAMBAR


Gambar Halaman
Gambar 2.1 Konfigurasi Schlumberger ................................................................. 3
Gambar 2.2 Konfigurasi Wenner........................................................................... 4
Gambar 2.3 Konfigurasi Wenner-Schlumberger ................................................... 4
Gambar 2.4 Konfigurasi Dipole-dipole ................................................................. 4
Gambar 2.5 Konfigurasi pole-pole ........................................................................ 4
Gambar 2.6 Konfigurasi pole-dipole ..................................................................... 5
Gambar 2.7 Konfigurasi Square ............................................................................ 5
Gambar 3.1 Konfigurasi Wenner........................................................................... 8
Gambar 3.2 Konfigurasi Schlumberger ................................................................. 9
Gambar 3.3 Konfigurasi Wenner Schlumberger ................................................. 11
Gambar 3.4 Letak elektroda arus dan potensial di permukaan bumi .................. 16
Gambar 4.1 Laptop .............................................................................................. 17
Gambar 4.2 Alat tulis .......................................................................................... 17
Gambar 5.1 Konfigurasi Schlumberger ............................................................... 24
Gambar 5.2 Konfigurasi Wenner-Schlumberger ................................................. 25
Gambar 5.3 Konfigurasi Wenner......................................................................... 27
Gambar 5.4 Konfigurasi Dipole-dipole ............................................................... 28
Gambar 5.5 Konfigurasi pole-pole ...................................................................... 30
Gambar 5.6 Konfigurasi pole-dipole ................................................................... 31
Gambar 5.7 Konfigurasi Square .......................................................................... 32





DAFTAR TABEL


Tabel Halaman
Tabel 5.1 Data praktikum konfigurasi metode geolistrik.................................22





vi
I. PENDAHULUAN




A. Latar Belakang
Metode Geolistrik Tahanan Jenis adalah salah satu metode eksplorasi
geofisika yang menggunakan sifat kelistrikan untuk mempelajari keadaan
bawah permukaan seperti stratigrafi, struktur geologi dan distribusi sifat
material. Dalam eksplorasi geolistrik terdapat konfigurasi elektroda yang
mimiliki sensitivitas terhadap lapisan bawah permukaan dengan karakteristik
yang berbeda-beda. Konfigurasi tersebut diantaranya; konfigurasi wenner,
konfigurasi schlumberger, konfigurasi wenner-schlumberger; konfigurasi
dipole-dipole, konfigurasi pole-pole, konfigurasi pole dipole dan konfigurasi
square. Dalam peletakan elektroda sejatinya elektroda potensial dapat
ditancapkan ke sambarang tampat di permukaan bumi. Tetapi untuk
mempermudah pekerjaan dan pelaksanaan interpretasi elektroda-elektroda
tersebut diletakkan menurut aturan tertantu.

Berdasarkan Penjelasan tersebut, pada praktikum ini akan dilakukan
pemahaman terhadap ketujuh jenis-jenis konfigurasi elektroda, menghitung
faktor geometri dari masing-masing konfigurasi elektroda serta menganalisa
sensivitas dari masing-masing konfigurasi elektroda tersebut terhadap lapisan
batuan dibawah permukaan sebagai objek survey geolistrik tahanan jenis.

Mengingat pentingnya pemahaman terhadap jenis-jenis konfigurasi lektroda
dalam eksplorasi geolistrik tahanan jenis dan masing-masing konfigurasi serta
sensivitasnya, Maka dilakukanlah praktikum tentang Konfigurasi Metode
Geolistrik ini.
2

B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum tentang Konfigurasi Metode Geolistrik kali ini
antara lain :
1. Dapat mengetahuai jenis-jenis elektroda
2. Dapat menghitung nilai K sesuai dengan faktor geometri masing-
masing konfigurasi elektroda
3. Dapat mengetahui sensivitas masing-masing konfigurasi elektroda
















II. TINJAUAN PUSTAKA




A. Jenis-Jenis Konfigurasi Elektroda Geolistrik Tahanan Jenis
Pada metode geolistrik tahanan jenis akan banyak ditemukan beberapa
konfigurasi elektroda untuk setiap pengukuran yang berbeda dan sensivitas
terhadap sesuatu yang akan dicari ketika eksplorasi geolistrik. Berikut ini
adalahjenis-jenis konfigurasi elektroda yang digunakan pada eksplorasi
geolistrik tahanan jenis :
1. Konfigurasi Elektroda Schlumberger


Gambar 2.1 Konfigurasi Schlumberger


2. Konfigurasi elektroda Wenner

Gambar 2.2 Konfigurasi Wenner



3. Konfigurasi Elektroda Wenner-Schlumberger

Gambar 2.3 Konfigurasi Wenner-Schlumberger


4. Konfigurasi Elektroda Dipole-dipole

Gambar 2.4 Konfigurasi Dipole-Dipole


5. Konfigurasi Elektroda Pole-pole



Gambar 2.5 Konfigurasi Pole-Pole




4



6. Konfigurasi Elektroda Pole-Dipole


Gambar 2.6 Konfigurasi Pole-Dipole


7. Konfigurasi Elektroda Square


Gambar 2.7 Konfigurasi Persegi (Square)
(Zaenudin, 2014)




B. Faktor Geometri Konfigurasi Elektroda Geolistrik Tahanan Jenis

Berdasarkan Konfigurasi Elektroda dari Metode Geolistrik tahan jenis, dapat
diketahui faktor dari masing-masing mkonfigurasi. Antara lain sebagai
berikut :
1. Konfigurasi Wenner ; a
2. Konfigurasi Schlumberger


3. Konfigurasi Wanner-Schlumberger ;
4. Konfigurasi Dipole-dipole
5



5. Konfigurasi Pole-dipole ;
6. Konfigurasi Pole-Pole ;
7. Konfigurasi Square ;
(Waluyo, 2008).


6


III. TEORI DASAR




A. Konfigurasi Wenner
Aturan elektroda wenner pertama kali diperkenalkan oleh Wenner pada tahun
1915. Aturan elektroda ini banyak berkembang di Amerika. Aturan ini dapat
dipakai baik untuk resistivity mapping maupun resistivity sounding. Jenis
konfigurasi ini hanya dapat dilakukan dengan kondisi yang sesuai dengan
syarat-syarat batas yang berlaku pada persamaan yang diturunkan pada kasus
bumi datar, sehingga konfigurasi wenner-pun harus diterapkan hanya pada
daerah yang permukaanya relatif datar. Jika konfigurasi ini diterapkan untuk
kasus permukaan bumi yang miring maka perlu adanya koreksi yang
diperlukan.

Pada Konfigurasi wenner, elektroda arus dan elektroda potensial diletakkan
secara simetris terhadap titik sounding. Jarak antar elektroda arus adalah tiga
kali jarak antar elektroda potensial. Jadi jika jarak masing-masing elektroda
arus terhadap titik sounding adalah a/2 maka jarak maisng-masing elektroda
arus terhadap titik soun ding adalah 3a/2. Perlu diingat bahwa keempat
elektroda dengan titik sounding harus membentuk suatu garis.




Gambar 3.1 Konfigurasi Wenner

Pada resitivity mapping, jarak spasi elektroda tersebut tidak berubah-ubah
untuk setiap titik sounding yang diamati (besarnya a tetap). Sedang pada
resitivity sounding, jarak spasi elektroda tersebut diperbesar secara gradual,
mulai dari harga kecil, untuk suatu titik sounding. Batas pembesaran spasi
elektroda ini tergantung pada kemampuan alat yang dipakai. Makin sensitif dan
besar arus yang didapat dihasilkan alat tersebut maka makin leluasa pula kita
dalam memperbesar jarak spasi elektroda tersebut, sehingga makin dalam pula
lapisan yang terdeteksi/teramati(Hendrajaya dkk, 1988).



B. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi ini dapat digunakan dalam resistivity mapping dan resistivity
sounding. Perbedaanya dengan konfigurasi wenner adalah terletak pada letak
elektroda-elektrodanya. Sedangkan cara pelaksanaanya sama yaitu untuk
resistivity mapping, jarak antar elektroda dibuat tetap untuk masing-masing
titik amat (titik sounding) sedang untuk resistivity sounding, jarak spasi
elektroda diubah-ubah secara gradual utnuk suatu titik amat. Pada aturan
elektroda schlumberger, spasi elektroda arus jauh lebih besar dari spasi
elektroda potensial. Secara garis besar aturan elektroda ini dapat dilihat pad
gambar 3.2. Pada gambar ini dapat diketahui bahwa jarak spasi antar elektroda
8



arus adalah 2L, sedangkan jarak spasi antar elektroda potensial adalah 2I.
Dalam hal ini harus dipenuhi bahwa (L-x) jauh lebih besar dari pada 1.


Gambar 3.2 Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi schlumberger, jarak elektroda potensial relatif jarang diubah-
ubah meskipun jarak elektroda arus selalu diubah-ubah. Hanya harus diingat
bahwa jarak antar elektroda arus harus jauh lebih besar dibanding jarakj
elektroda potensial selama melakukan perubahan jarak spasi elektroda.
Secara garis besar, aturan elektroda schlumberger mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Elektroda potensial tidak sering diubah-ubah sehingga mengurangi jumlah
pekerja yang dipergunakan
2. Tetapi dengan tidak serinnya elektroda potensial tersebut diubah
menyebabkan aturan ini tidak sensitif terhadap adanya ketidakhomogenan
lokal pada laposan dangkal, seperti gawir-gawir dan lensa-lensa. Oleh
karena itu, aturan ini dianjurkan untuk dipakai pada penyelidikan dalam
3. Harga perbandingan L/I harus cukup besar, tetapi jika terlalu besar juga
akan menimbulkan deviasi pada faktor geometri. Akibatnya disarankan
agar harga perbandingantersebut terletak adiantara 5-50. Lebih baik lagi
jika perbuahn jerak elektroda arus berdasarkan hasil penggambaran
hargaresistivitas terbaca terhadap jarak L yang dilakukan pada saat
interpretasi pendahuluan. Pengubahan jarak lektroda potensial tersebut
dilakukan jika terdapat loncatan bentuk kurva lapangan tersebut.

Dibawah ini disebutkan perbadaan antara konfigurasi wenner dan konfigurasi
schlumberger :
9



1. Kurva lapangan yang dihasilkan oleh pengukuran konfigurasi wenner lebih
mencerminkan resistivitas sebenarnya dibanding dengan konfigurasi
schlumberger
2. Konfigurasi wenner dapat mendeteksi ketidak-homogenan lokal sedangkan
konfigurasi schlumberger kurang dapat
3. Konfigurasi schlumberger disarankan untuk dipakai penyelidikan dalam
sedangkan konfigurasi wenner untuk penyelidikan dangkal.
4. Konfigurasi wenner lebih banyak membutuhkan pekerja dari ppada
konfigurasi schlumberger (Hendrajaya dkk, 1988).



C. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Modifikasi dari bentuk konfigurasi Wenner dan konfigurasi
Schlumberger dapat digunakan pada sistem konfigurasi yang menggunakan
aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor untuk konfigurasi ini adalah
perbandingan jarak antara elektroda C
1
-P
1
dan C
2
-P
2
dengan spasi antara
elektroda P
1
-P
2
. Dimana, a adalah jarak antara elektroda P
1
-P
2
. Konfigurasi ini
secara efektif menjadi konfigurasi Schlumberger ketika faktor n menjadi 2 dan
seterusnya. Sehingga ini sebenarnya merupakan kombinasi antara konfigurasi
Wenner-Schlumberger yang menggunakan spasi elektroda yang konstan
(seperti yang biasanya digunakan dalam penggambaran penampang resistivity
2D). Disamping itu cakupan horizontal lebih baik, penetrasi maksimum dari
konfigurasi ini 15 % lebih baik dari konfigurasi Wenner. Dan untuk
meningkatkan penyelidikan kedalaman maka jarak antara elektroda P
1
-
P
2
ditingkatkan menjadi 2a dan pengukuran diulangi untuk n yang sama sampai
pada elektroda terakhir, kemudian jarak antara elektroda P
1
-P
2
ditingkatkan
menjadi 3a (Sakka, 2001).

10




Gambar 3.3 Konfigurasi Wenner-Schlumberger



D. Konfigurasi Dipole-Dipole
Pada Sounding listrik metode resistivity (sounding resistivitas) untuk penetrasi
dalam, kedua konfigurasi schlumberger dan wenner menjadi sangat lemah,
karena mambutuhkan bentengan lektroda lurus yang panjang dengan akibat
akibat tuntutan keadaan lapangan yang baik (merata) dan tuntutan pelaksanaan
perubahan bentangan yang memakan waktu lama. Untuk mengatasi kelemahan
kedua konfigurasi tersebut digunakan konfigurasi dipole-dipole yang pada
prinsipnya mempunyai keunggulan dalam pelaksanan yang dapat menutup
beberapa kelemahan konfigurasi schlumberger dan wenner tersebut di atas,
terutama kebutuhan kabel dan waktu untuk perubahan bentangan yang relatif
lebih pendek.

Karakteristik esensial dalam metoda dipole-dipole ini adalah jarak antara kedua
dipoleh harus jauh lebih besar dibandingkan dengan masing-masing panjang
dipole. Batasan geometris ini memungkinkan kita untuk membuat asumsi-
asumsi penyederhanaan pada teori interpretasinya. Termasuk khususnya,
interpretasi data melalui transformasi schllumberger.
11



Dalam sistem dipole-dipole, intensitas medan listrik berkurang dengan cepat
sesuai dengan se-per jarak pangkat tiga, sehingga pelaksaanaan pengukuran
medan listrik menjadi sulit pada jarak pengukuran yang cukup jauh. Masalah
ini dapat diatasi dengan memperbesar arus atau panjang dipole. Namun jelas
dalam metode dipole perbesaran panjang dipole arus hanya dapat dilakukan
selama panjang dipole tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan jara
pengukuran berupa jarak antara kedua dipole. Alternatif lain untuk mengatasi
kesulitan ini adalah memperbesar arus yang dialirkan pada dipole-arus. Ini
berarti memerlukan alat berkemampuan tinggi yang memungkinkan
pengukuran jarak jauh (Hendarajaya dkk, 1988).



E. Konfigurasi Pole-Dipole
Konfigurasi Pole Dipole, yaitu sumber arus tunggal tetapi pengukuran beda
potensial dilakukan pada elektroda P1 dan P2 yang membentuk dipole (saling
berdekatan) dengan jarak a. Konfigurasi Pole-diPole, yaitu merupakan
konfigurasi elektroda elementer dimana terdapat satu titik sumber arus dan
satu titik ukur potensial. Untuk itu salah satu elektroda arus C2 dan elektroda
potensial P2 ditempatkan di tempat yang cukup jauh relatif terhadap C1 dan
P1 sehingga pengaruhnya dapat diabaikan ( Harnovi, 2011).


F. Konfigurasi Pole-Pole
Konfigurasi Pole-Pole memiliki keunggulan untuk mendeteksi adanya
besarnya tahanan jenis (resistivitas) bawah permukaan tanah. Konfigurasi
Pole-Pole jarang digunakan dalam survei geolistrik untuk prosedur sounding.
Konfigurasi ini bertujuan mencatat gradien potensial atau intensitas medan
listrik dengan menggunakan pasangan elektroda detektor (potensial) yang
berjarak relatif dekat dibanding dengan jarak elektroda arus. Elektroda
detektor diletakkan pada bagian tengah dari susunan tersebut .Dalam susunan
12



ini empat elektroda terletak dalam suatu garis lurus.. Di mana C1=P1= na/2;
sedangkan C2=P2= (Rohim dkk, 2010).


G. Konfigurasi Persegi (Square)
Metode resistivitas konfigurasi persegi sounding telah digunakan untuk
memperkirakan arah strike pada sebuah model anomali di bawah permukaan
bumi Keuntungan konfigurasi persegi yaitu lebih sensitif dalam perlakuan
medan anisotropik di bawah permukaan seperti strike. Strike merupakan salah
satu faktor penting untuk meletakkan konfigurasi bentangan dalam metode
resistivitas.Bentangan umumnya diletakkan sejajar atau memotong arah strike
bergantung pada struktur anomali yang akan diteliti. Konfigurasi persegi
mapping digunakan untuk mengetahui adanya respon anomali model pada
lintasan pengukuran Jarak elektroda yang digunakan 1 m, 1,4 m, 2 m dan 2,8
m. Nilai resistivitas semu azimuth yang diperoleh melalui perhitungan
selanjutnya diplot pada diagram Rossete. Arah strike ditentukan tegak lurus
dari nilai resistivitas semu azimuth maksimum pada diagram Rossete.
Konfigurasi persegi mapping menggunakan jarak bentangan 10 meter dengan
jarak elektroda 1 meter. Konfigurasi Wenner menggunakan jarak bentangan 5
meter dengan jarak elektroda 0,5 meter. Hasil yang diperoleh konfigurasi
persegi sounding menunjukkan bahwa konfigurasi ini dapat diterapkan untuk
menentukan arah strike yang terdapat pada suatu struktur geologi.

Menurut Lane dkk[3], konfigurasi persegi lebih sensitif dalam perlakuan
medan anisotropik di bawah permukaan dan membutuhkan luas daerah
pengukuran yang lebih kecil daripada konfigurasi segaris. Keutamaan lainnya,
menurut Watson and Barker yaitu bahwa konfigurasi bentangan persegi ini
dapat mengukur dua arah saling tegak lurus dalam satu kali pengambilan data
di lapangan. Konfigurasi ini sesuai untuk survei skala kecil dengan pemisahan
elektroda hanya pada kisaran beberapa meter. Konfigurasi ini memiliki nilai
tersendiri dalam pemetaan tiga dimensi, misalnya untuk penyelidikan
13



arkeologis dangkal. Dengan menghitung rata-rata dua arah saling tegak lurus
tersebut maka pengukuran untuk menentukan resistivitas semu dengan dua
arah saling tegak lurus dapat ditentukan dalam satu konfigurasi saja. Hal ini
akan mengakibatkan survei lebih efisien. Konfigurasi persegi ini menunjukkan
nilai sensitifitas yang besar pada pengukuran anisotropik seperti dip dan
strike. Respon anomali yang dihasilkan lebih sensitif pada medan yang
memiliki struktur geologi seperti dip atau bedding yang memiliki
kecenderungan strike tertentu. Strike merupakan suatu garis maya yang
terbentuk melalui perpotongan pada struktur geologi seperti lipatan (fold),
patahan (fault) atau rekahan (fracture). Struktur geologi seperti tersebut
menjadi tujuan pada eksplorasi geofisika. Untuk dapat mendefinisikan struktur
geologi tersebut maka konfigurasi elektroda diletakkan dengan memotong
atau sejajar arah strike. Oleh sebab itu strike merupakan salah satu faktor
penting untuk meletakkan konfigurasi bentangan dalam metode resistivitas.

Konfigurasi persegi mapping dilakukan untuk mengetahui adanya respon
model yang tertanam di bawah permukaan terhadap jarak lintasan ukur. Model
yang tertanam di bawah permukaan tanah menunjukkan adanya respon
terhadap konfigurasi persegi mapping. Respon anomali model dapat dilihat
melalui grafik respon model terhadap konfigurasi persegi mapping pada
gambar 1 ( Cahyono dkk, 2007).



H. Faktor Geometri
Letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua elektroda harus saling
mempengruhi besarnya beda potansial diantara kedua elektroda potensial
tersebut. Besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap letak kedua
elektroda arus disebut faktor geometri.
Jika lapisan bumi merupakan medium homogen isotropis, dan diinjeksikan arus
listrik melalui satu buah lektroda, maka berdasarkan perhitungan , potensial di
tittik sejauh r dari lektroda tersebut adalah
14



..........(3.1)

Dengan :
I : besarnya arus listrik dalam ampere
: resistivitas medium dalam ohm m
V(r) : potensial di titik sejauh r dari sumber arus

Jika pada permukaan bumi terdapat dua sumber arus yang polaritasnya saling
berlawanan (melalui dua buah lektroda arus), maka besarnya potensial di suatu
titik P adalah :

...........(3.2)
Dengan :

= jarak dari titik P ke Sumber arus positif

= jarak dari titik P ke sumber arus negatif



Sedangkan bentuk permukaan ekipotensial dan arah aliran arus listrik yang
terjadi akubat adanya dua buah sumber arus yang saling berlawanan
polaritasnya (besar sama yaitu I) . Pada metoda geolistrik, pengukuran
potensial dilakukan di permukaan bumi dengan mennggunakan dua buah
elektroda potensial.

Pada metoda geolistrik, pengukuran potensial dilakukan di permukaan bumi
dengan menggunakan dua buah elektroda potensial seperti pada gambar 3.4
berikut
15




Gambar 3.4 Letak elektroda arus dan potensial di permukaan bumi pada
metode geolistrik


Sehingga,



= K

..................(3.4)
Dengan,



= Faktor Geometri
Jelas pada persamaan diatas faktor geometri bergantung pada elektroda arus
maupun potensial. Penjelasan tersebut berdasarkan asumsi bahwa lapisan bumi
merupakan medium homogen isotropis. Sebetulnya perumusan faktor geometri
diatas juga berlaku untuk kasus bumi berlapis-lapis. Hal ini disebabkan karena
faktor geometri hanya mencerminkan pengaruh letak dari elektroda potensial
terhadap letak elektroda arus. Sedangkan pengaruh keadaan medium berlapis-
lapis atau tidak tercermin pada potensial V (Hendrajaya dkk, 1988).





16



I. Hukum-hukum Kelistrikan
Pada Geolistrik Tahanan jenis terdapat beberapa hukum dasar, diantara lain
hukum Coloumb ;

................(3.5)
Dimana :
F : gaya colomb
Q : muatan sumber
q : muatan uji
r : jarak kedua muatan
: Konstantanta permitivitas ruang hampa
: 8.854 x 10
-12
C
2
/N m
2

Selain itu juga terdapat hukum Gauss, dalam hukum gauss dinyatakan bahwa
usaha yang dilakukan tidak bergantung pada llintasan tetapi bergantung pada
keadaan akhir yang disebut juga medan konservatif, dengan perumusan ;

....................................(3.6)

...............(3.7)

Hukum berikutnya yang mendasari Geolistrik tahanan jenis adalah Hukum
Ohm yang manjelaskan hubungan potensial listrik (V), Hambatan (R) dan arus
(I) yang memiliki persamaan ;

V = I.R........................................(3.8) ( Hendrajaya dkk, 1988).


17


IV. METODOLOGI PRAKTIKUM




A. Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun waktu dan tempat dilaksanakanya praktikum mengenai konfigurasi
metode Geolistrik adalah sebagia berikut :
Waktu : Senin, 13 Mei 2014
Tempat : Laboratorium Teknik Geofisika Universitas Lampung



B. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan selama praktikum berlangsung , antara lain :






Gambar 4.1 Laptop






Gambar 4.2 Alat Tulis



C. Pengambilan Data Praktikum
Data praktikum diperoleh dari studi literatur tentang konfigurasi elektroda dan
faktor geometri yang berasal dari literatur berupa buku dan Jurnal Ilmiah serta
materi yang bersumber dari Internet dengan sumber yang jelas.



D. Pengolahan data Praktikum
Pengolahan data praktikum pada praktikum ini adalah mencari nilai geometri
atau faktor geometri (K) berdasarkan konfigurasi elektroda geolistrik tahanan
jenis pada konfigurasi wenner, konfigurasi wenner-schlumberger, konfigurasi
schlumberger, konfigurasi pole-pole, konfigurasi pole-dipole, konfigurasi
dipole-dipole dan konfigurasi kubus(square), lalu menganalisa sensitivitas
masing-masing konfigurasi terhadap eksplorasi air tanah dan eksplorasi bahan
tambang (bijih besi).
















19



E. Diagram Alir Praktikum
Adapun Diagram Alir pada praktikum tentang konfigurasi elektroda Geolistrik
tahanan Jenis adalah sebagai berikut;





MULAI
Menggambarkan
masing-maisng jenis
konfigurasi
elektroda
Menghitung Nilai
Faktor Geometri
masing-masing jenis
konfigurasi
Menganalisis jenis konfigurasi yang paling sensitif
untuk eksplorasi air.tanah dan eksplorasi bahan
tambang.

SELESAI
Menuliskan
sesnsitivitas
masing-masing
konfigurasi
elektroda

20






V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN




A. Data Praktikum
Adapun Data praktikum yang akan dianalisa adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Data Praktikum Konfigurasi metode Geolistrik
Konfigurasi Elektroda Faktor Geometri





Schlumberger







Wenner










Wenner-Schlumberger







Dipole-dipole








Pole-pole








Pole-dipole









Square





22
B. Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan praktikan diharuskan untuk menganalisa
metode geolistrik dengan berbagai konfigurasi, antara lain konfigurasi wanner,
konfigurasi wenner-schlumberger, konfigurasi schlumberger, konfigurasi
pole-pole, konfigurasi pole-dipole, konfigurasi dipole-dipole serta konfigurasi
square (persegi) serta menganalisis jenis konfigurasi yang paling sensitif
untuk eksplorasi air tanah dan eksporasi bahan tambang (bijih besi).

Pada Teknik pengukuran geolistrik ada tiga macam yaitu mapping, sounding
dan imaging. Masing-masing teknik pengukuran geolistrik dapat dilakukan
untuk tujuan yang berbeda. Untuk tujuan penentuan airtanah, struktur geologi,
litologi dan penyelidikan mineral-mineral logam, maupun untuk keperluan
geoteknik, teknik pengukuran geolistrik yang digunakan adalah teknik
sounding. Istilah sounding diambil dari Vertical Electrical Sounding (VES),
yaitu teknik pengukuran geofisika yang bertujuan untuk memperkirakan
variasi resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman pada suatu titik pengukuran.
Konfigurasi elektoda yang sering digunakan dalam teknik sounding yaitu
konfigurasi Schlumberger. Konfigurasi Schlumberger memiliki jangkauan
yang paling dalam dibandingkan konfigurasi yang lain.

Konfigurasi Schlumberger menggunakan dua elektroda arus yang sering
dinamakan A , B dan dua elektroda potensial yang dinamakan M, N. Pada
konfigurasi Schlumberger, dua elektroda potensial (MN) diletakkan di antara
dua elektroda arus (AB). Jarak elektroda potensial (MN/2) dibuat tetap, tetapi
jarak antara elektroda arus (AB/2) diubah-ubah agar diperoleh banyak
informasi tentang bagian dalam bawah permukaan tanah. Untuk mengetahui
struktur bawah permukaan yang lebih dalam, maka jarak masing-masing
elektroda arus (AB/2) dan elektroda potensial (MN/2) dapat ditambah secara
bertahap, sehingga efek penembusan arus ke bawah semakin dalam.

Untuk menentukan kedalaman akuifer dan air tanah, proses akuisasi data
resistivitas menggunakan konfigurasi Schlumberger dengan teknik vertical
23
electrical sounding, sehingga akan diperoleh nilai resistivitas lapisan-lapisan
batuan bawah permukaan secara vertikal. Pengukuran geolistrik dimulai dari
titik tengah lintasan, yaitu dengan menyusun empat buah elektroda dengan
konfigurasi Schlumberger di tengah-tengah lintasan dan mengatur posisi
resistivity meter di pertengahan lintasan. Resistivty meter yang digunakan
adalah Naniura resistivity meter. Setelah arus diinjeksikan ke dalam tanah
melalui resistivity meter, parameter yang diukur dan yang dicatat yaitu arus
listrik (I) dan beda potensial (V) yang terbaca dari resistivity
meter. Untuk pengukuran geolistrik selanjutnya, elektroda arus AB
dipindahkan sesuai dengan jarak yang telah ditentukan, sedangkan elektroda
potensial MN tidak dipindah dan hanya dipindahkan jika jarak MN/2 adalah
1/5 jarak AB/2. Data lapangan yang diperoleh yaitu beda potensial (V), arus
listrik (I) dan K.

Adapun gambar dan faktor geometri konfigurasi schlumberger adalah sebagai
berikut :






Gambar 5.1 Konfigurasi Schlumberger

Dengan faktor geometri :







24


Berikutnya adalah Konfigurasi Wenner-Schlumberger yaitu, konfigurasi
dengan sistem aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor n untuk
konfigurasi ini adalah perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 (atau C2-P2)
dengan spasi antara P1-P2 . Jika jarak antar elektroda potensial (P1 dan P2)
adalah a maka jarak antar elektroda arus (C1 dan C2) adalah 2na + a. Proses
penentuan resistivitas menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan dalam
sebuah garis lurus.











Gambar 5.2 Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Pada Konfigurasi wenner-schlumberger setelah diketahui konfigurasinya,
dapat diturunkan persamaan faktor geometri sebagai berikut :













25














Konfigurasi berikutnya yaitu konfigurasi Wenner. Pada Konfigurasi wenner,
elektroda arus dan elektroda potensial diletakkan secara simetris terhadap titik
sounding. Jarak antar elektroda arus adalah tiga kali jarak antar elektroda
potensial. Jadi jika jarak masing-masing elektroda arus terhadap titik sounding
adalah a/2 maka jarak maisng-masing elektroda arus terhadap titik sounding
adalah 3a/2. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian
pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang
relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda
AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang
relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi
homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap
hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner,
sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga
hasil perhitungan menjadi kurang akurat.




26








Gambar 5.3 Konfigurasi wenner

Berdasarkan konfigurasi tersebut dapat dihitung faktor geometrinya (K) adalah
sebagai berikut ;

























Selanjutnya adalah konfigurasi Dipole-Dipole. Pada konfigurasi dipole-dipole
dua elektroda potensial yang diletakkan di luar elektroda arus. Jarak antar
elektroda potensial merupakan nilai , sedangkan n merupakan jarak antara
27
elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam. Jika n semakin besar maka
kedalaman penyelidikan akan semakin besar. Kelemahan konfigurasi ini antara
lain Survey Dipole-dipole mebutuhkan waktu yang relative lama, Kedalaman
maksimal yang masih bisa di tafsir dengan baik <100 m, Kurang sensitif
digunakan untuk target yang berlapis. Kelebihan dari metode ini antara lain,
Sensitivitas konfigurasi dipole-dipole baik secara vertikal dan horisontal
(lateral) baik digunakan untuk target berupa intrusi, urat (vein) kuarsa.
Interpterasi dan aplikasi dari konfigurasi dipole-dipole ini antara lain :
1. Identifikasi lapisan batubara
2. Pencarian pagar candi
3. Energi panas bumi
4. Eksplorasi mineral sulfida
5. Penafsiran struktur geologi
6. Intrusi
7. Pillow lava








Gambar 5.4 Konfigurasi dipole-dipole

Berdasarkan konfigurasi elektroda dipole-dipole diperoleh nilai faktor
geometeri sebagai berikut :





28
































29
Konfigurasi berikutnya yang dianalisa adalah konfigurasi pole-pole.
Konfigurasi Pole-Pole memiliki keunggulan untuk mendeteksi adanya
besarnya tahanan jenis (resistivitas) bawah permukaan tanah. Konfigurasi
Pole-Pole jarang digunakan dalam survei geolistrik untuk prosedur sounding.
Konfigurasi ini bertujuan mencatat gradien potensial atau intensitas medan
listrik dengan menggunakan pasangan elektroda detektor (potensial) yang
berjarak relatif dekat dibanding dengan jarak elektroda arus. Dalam susunan
ini empat elektroda terletak dalam suatu garis lurus. dimana C1=P1= na/2;
sedangkan C2=P2= .






Gambar 5.5 Konfigurasi Pole-Pole

Berdasarkan konfigurasi tersebut dapat dihitung faktor geometri dari
konfigurasi pole-pole adalah sebagai berikut ;













30
Konfigurasi keenam yang dilakukan analisa adalah konfigurasi pole-dipole.
Konfigurasi Pole Dipole, yaitu sumber arus tunggal tetapi pengukuran beda
potensial dilakukan pada elektroda P1 dan P2 yang membentuk dipole (saling
berdekatan) dengan jarak a. Konfigurasi Pole-dipole, yaitu merupakan
konfigurasi elektroda elementer dimana terdapat satu titik sumber arus dan
satu titik ukur potensial. Untuk itu salah satu elektroda arus C2 dan elektroda
potensial P2 ditempatkan di tempat yang cukup jauh relatif terhadap C1 dan
P1 sehingga pengaruhnya dapat diabaikan.








Gambar 5.6 Konfigurasi Pole-dipole

Adapun faktor geometrinya adalah sebagai berikut ;













31














Konfigurasi terakhir yang akan dianalisis adalah konfigurasi square atau
konfigurasi persegi. Metode resistivitas konfigurasi persegi sounding telah
digunakan untuk memperkirakan arah strike pada sebuah model anomali di
bawah permukaan bumi Keuntungan konfigurasi persegi yaitu lebih sensitif
dalam perlakuan medan anisotropik di bawah permukaan seperti strike.
konfigurasi persegi lebih sensitif dalam perlakuan medan anisotropik di bawah
permukaan dan membutuhkan luas daerah pengukuran yang lebih kecil
daripada konfigurasi segaris. Keutamaan lainnya, yaitu bahwa konfigurasi
bentangan persegi ini dapat mengukur dua arah saling tegak lurus dalam satu
kali pengambilan data di lapangan. Konfigurasi ini sesuai untuk survei skala
kecil dengan pemisahan elektroda hanya pada kisaran beberapa meter.
Konfigurasi ini memiliki nilai tersendiri dalam pemetaan tiga dimensi,
misalnya untuk penyelidikan arkeologis dangkal. Dengan menghitung rata-
rata dua arah saling tegak lurus tersebut maka pengukuran untuk menentukan
resistivitas semu dengan dua arah saling tegak lurus dapat ditentukan dalam
satu konfigurasi saja. Hal ini akan mengakibatkan survei lebih efisien.
Konfigurasi persegi ini menunjukkan nilai sensitifitas yang besar pada
pengukuran anisotropik seperti dip dan strike. Respon anomali yang
32
dihasilkan lebih sensitif pada medan yang memiliki struktur geologi seperti
dip atau bedding yang memiliki kecenderungan strike tertentu.








Gambar 5.7 Konfigurasi Square

Berdasarkan gambar tersebut diperoleh faktor geometri yaitu






















Secara umum, Konfigurasi elektroda schlumberger sensitif terhadap arah
vertikal saja sedangkan Konfigurasi elektroda Wenner, Konfigurasi elektroda
Wenner-Schlumberger, Konfigurasi elektroda Dipole- Dipole, Konfigurasi
elektroda Pole-pole, Konfigurasi elektroda Pole-Dipole sensitivitas terhadapa
arah vertikal dan horizontal.
33
Dari penjelasan tersebut, setelah analisa sensitivitas dan faktor geometri,
Untuk menentukan kedalaman akuifer dan air tanah, proses akuisasi data
resistivitas menggunakan konfigurasi Schlumberger dengan teknik vertical
electrical sounding, sehingga akan diperoleh nilai resistivitas lapisan-lapisan
batuan bawah permukaan secara vertical. Karena memiliki sensitibilitas
vertikal yang tinggi jika dibandingkan dengan konfigurasi yang lain, namun
dalam sensitifibilitas lateral tidak cukup baik, sehingga konfigurasi
schlumberger kurang mampu mendeteksi efek variasi resistivitas pada lapisan
bumi yang dangkal. Konfigurasi Schlumberger Sifatnya tetap pada hasil
pengukuran, sehingga jika terdapat ketidakhomogenan lokal pada lapisan
tersebut tidak dapat terlihat. Hal ini desebabkan karena jarak antara elektroda
potensial yang tidak sering diubah-ubah .

Selain itu pada eksplorasi bahan tambang seperti bijih besi, konfigurasi yang
digunakan adalah konfigirasi wanner. Alasanya digunakan Konfigurasi
Wenner, karena konfigurasi ini memungkinkan untuk menerka pada daerah
daerah yang dijadikan sasaran dan belum diketahui pasti persebaran
kandungan bijih besinya. Sehingga diperlukan konfigurasi yang dapat
memetakan persebaran bijih besi dibawah permukaan tanah(secara
lateral/horizontal atau disebut mapping) oleh sebab itu konfigurasi wanner
banyak digunakan pada survey eksplorasi bijih besi.

34

V. KESIMPULAN




Dari hasil praktikum tentang metode konfigurasi geolistrik yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Penentuan faktor geometri diperoleh dari susunan konfigurasi elektroda-
elektroda pada metode geolistrik tahanan jenis
2. Secara umum, Konfigurasi elektroda schlumberger sensitif terhadap arah
vertikal saja sedangkan Konfigurasi elektroda Wenner, Konfigurasi
elektroda Wenner-Schlumberger, Konfigurasi elektroda Dipole- Dipole,
Konfigurasi elektroda Pole-pole, Konfigurasi elektroda Pole-Dipole
sensitivitas terhadapa arah vertikal dan horizontal (lateral)
3. Konfigurasi persegi lebih sensitif dalam perlakuan medan anisotropik di
bawah permukaan dan membutuhkan luas daerah pengukuran yang lebih
kecil daripada konfigurasi segaris, sehingga lebih efisien dalam
pengukuran anisotropik seperti dip dan strike
4. Untuk menentukan kedalaman akuifer dan air tanah, proses akuisasi data
resistivitas menggunakan lebih cocok menggnakan konfigurasi
Schlumberger dengan teknik vertical electrical sounding, sehingga akan
diperoleh nilai resistivitas lapisan-lapisan batuan bawah permukaan secara
vertical
5. Pada eksplorasi bijih besi diperlukan konfigurasi yang dapat memetakan
persebaran bijih besi dibawah permukaan tanah(secara lateral/horizontal
atau disebut mapping)



DAFTAR PUSTAKA




Cahyono, Agung dan Gatot Yulianto. 2007. Estimasi Arah Strike menggunakan
Resistivitas konfigurasi Persegi. Jurnal berkala Fisika. Vol 10. , No.1, Januari
2007, hal 45-51. Halaman 45-46

Harnovi. 2011. Metode Geolistrik. http:// harnovi. wordpress. com/2011/03/29/
metode-geolistrik/. Diakses pada 31 Mei pukul 00.10 WIB

Hendrajaya, Lilik dan Idam Arif. 1985. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium
Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA. ITB : Bandung

Rohim dkk. 2010. Aplikasi Metode Geolistrik Sounding Dengan Kofigurasi Pole-
Pole Untuk Mengukur Resistivitas Bawah Permukaan Tanah Dan
Mengetahui Struktur Tanah. PKM Universitas Negeri Malang : Malang

Sakka, 2002. Metoda Geolistrik Tahanan Jenis. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNHAS, Makassar

Waluyo. 2008. Panduan Workshop Geofisika UGM. Universitas Gajah Mada :
Yogjakarta

Zaenudin, Ahmad. 2014. Penuntun Praktikum Eksplorasi Geolistrik. Teknik
Geofisika Universitas Lampung : Bandar Lampung










LAMPIRAN

You might also like