You are on page 1of 24

TL 4203 KESEHATAN

LINGKUNGAN KERJA (2 SKS)


Semester II 2010/2011
Terbagi menjadi 5 kelas
Kelas 01: Dr. Herto Dwi Ariesyady
Kelas 02: Dr. Dwina Roosmini
Kelas 03: Dr. Indah Rachmatiah S S
Kelas 04: Dr. Katharina Oginawati
Kelas 05: Dr. Tresna Dermawan Kunaefi
Jadwal: Selasa, jam 14-16
Ruang: Kelas 01: 9124 (TL)
Kelas 02: TVST A (TL)
Kelas 03: TVST C (TL)
Kelas 04: 9009 (TL)
Kelas 05: 9008 (TL)

Tata Tertib
Kehadiran 80%
Toleransi keterlambatan 10-15 menit
Berpakaian rapi, tidak memakai sandal,
bersepatu dengan baik
Tidak melakukan kecurangan akademik
(menyontek, plagiat, dsb.)
Mengikuti perkuliahan dengan sungguh, tidak
mengobrol saat kuliah
Menjalankan SKS perkuliahan dengan
sungguh-sungguh

Silabus
Pengantar dan prinsip dasar hygiene
industri; identifikasi, evaluasi dan
kontrol terhadap faktor-faktor bahaya di
lingkungan kerja (zat fisik:kebisingan,
radiasi, pengion dan non-pengion,
temperatur, tekanan, kimia: pelarut,
debu; biologi: jamur, bakteri, dll., serta
ergonomi); penyakit-penyakit dan
gangguan akibat lingkungan kerja;
pengantar manajemen SMK3
Kesehatan Lingkungan Kerja
1. Pelarut dan kesehatan di lingk. kerja
2. Debu penyebab Pneumoconiosis
3. Dermatitis industri
4. Kebisingan industri
5. Konsep dasar keamanan radiasi pengion
6. Radiasi non-pengion: laser, microwave,
cahaya
7. Efek temperatur dan tekanan barometrik
ekstrim
8. Stres ergonomik
9. Pengantar SMK3
Kesehatan Lingkungan Kerja
Pustaka:
1. Fundamental of Industrial Hygiene, Olishifski
2. The Industrial Environment its Evaluation and control,
Powell
3. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Sumamur
4. Diktat Kuliah Kesehatan Lingkungan Kerja
Sejarah perkembangan
Manusia selalu berusaha meningkatkan
kesejahteraannya
Perkembangan produksi: produksi
domestikkerajinansistem prabrik modern
Revolusi industri dimulai dengan adanya mesin uap
- perlu banyak bahan baku
- perlu banyak tenaga kerja
Data revolusi industri:
- 50% penduduk Inggris meninggal usia 20 th
- usia buruh = 22 th CDR 36/1000, usia kelas sosial
ekonomi tinggi = 44 th CDR 22/1000
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja tinggi

Penyakit jabatan
Penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor
berbahaya yang ada didalam lingkungan kerjanya
Diketahui sejak lama:
- Mesir kuno: kesehatan petani, pekerja pencelup
menderita penyakit yang sama
- Yunani & Romawi: keracunan Pb, keracunan Cu pada
pekerja tambang, dst.
- Sebelum Ramazinni: Paracelcus penyakit akibat
logam (orang pertama kesehatan industri)
- Ramazinni (1633-1714): Bapak ilmu kesehatan kerja,
menulis buku penyakit jabatan dan cara
pencegahannya
- Revolusi industri aturan kesejahteraan pekerja
Peraturan K3
Di luar negeri dimulai dari UU yang membatasi jam kerja dari
79 jam menjadi 40 jam per minggu
- Usia chimney sweeper dari 10 th menjadi 14 th (1788) dan
21 th (1840)
-1980-1900 terbentuk asosiasi dari pekerja
Di Indonesia: 1910 aturan perburuhan dari Belanda,
berdasarkan survey tenaga ahli ILO 1953 dicabut
diundangkan UU no.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
dibentuk Lembaga K3 dibawah Dep.Perburuhan
- UU kecelakaan 1947-1951 mengatur kompensasi
- 1970 mengatur hak dan kewajiban baik pengusaha dan
pekerja
- 1997 NAB
- Jamsostek
- SMK3
- K3 untuk B3

Higiene Industri

Mempelajari, mengevaluasi dan mengontrol
pengaruh-pengaruh dari lingkungan kerja yang
menyebabkan timbulnya penyakit, gangguan pada
kesehatan, kenyamanan bekerja dari pekerja
tersebut.
Dilakukan dengan penilaian terhadap faktor-faktor
penyebab penyakit dalam lingkungan kerja melalui
pengukuran yang hasilnya untuk dipergunakan
sebagai dasar tindakan korektif terhadap
lingkungan kerja.
Kesehatan Kerja:
Bertujuan agar pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya,
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif
terhadap penyakit dan gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja
Tujuan Utama:
Sebagai alat untuk mencapai derajat
kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya.
Sebagai alat untuk meningkatkan produksi
dengan memperhatikan lingkungan kerja
yang memenuhi syarat.
Gangguan Kesehatan dan Daya Kerja
Agar pekerja berada dalam keserasian yang
sebaik baiknya maka perlu adanya
keseimbangan di antara:

Beban kerja (fisik, mental, sosial)
Beban tambahan akibat dari lingkungan
kerja fisik, kimia, biologi, fisiologis, mental
psikologis
Kapasitas kerja (tergantung ketrampilan,
keserasian-fitness, keadaan gizi, jenis
kelamin, usia ukuran tubuh).
Penyakit akibat kerja
Penyebabnya dapat dikelompokkan dalam:
Golongan fisik
Golongan Kimia
Golongan Infeksi
Golongan Fisiologi
Golongan Mental, Psikologi
Penyakit akibat kerja (1)
Penyebabnya dapat dikelompokkan dalam:
Golongan fisik:
Suara (pekak, tuli)
Radiasi sinar radioaktif (kulit, susunan darah)
Radiasi infra merah (katarak pada lensa)
Suhu (heat stroke, frost bite)
Sinar (penerangan lemah, kelainan pada mata dan
kelelahan, penerangan karena silau, mudah kecelakaan).

Golongan kimia:
Debu: pneumoconiosis (silicosis, asbestosis)
Uap: metal fume fever, penyakit kulit, keracunan
Gas CO: kurang O2 terbentuk carboxy haemoglobine
Larutan: penyakit kulit

Penyakit akibat kerja (2)
Golongan infeksi: penyakit kulit yang disebabkan oleh
bibit penyakit anthrax & brucella pada pekerja
penyamakan kulit.

Golongan fisiologis: yang diakibatkan oleh peralatan
yang tidak anatomis, akan melelahkan dan merubah
fisik pekerja.

Golongan mental, psikologis: yang diakibatkan oleh
hubungan kerja yang tidak baik, membosankan
(monoton).



Diagnosa
Diagnosa penyakit yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja adalah berbeda
dengan penyakit umum..

?



Diagnosa
Diagnosa penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan kerja adalah
berbeda dengan penyakit umum..

?

Pemeriksaan klinis tidak cukup, harus
diteliti tempat kerja dan cara kerja,
wawancara dan kuesioner untuk
mengetahui keadaan sebelum kerja,
kebiasaan hidup (merokok dan hal lain
yang mendukung).


Langkah-langkah penelitian
Riwayat penyakit dan riwayat pekerjaan, diteliti sejak
timbul gejala sejak dini dan perkembangan penyakit
selanjutnya yang dikaitkan dengan pekerjaan (sejak awal,
sebab ada kemungkinan dapat diakibatkan oleh pekerjaan
terdahulu, sebelumnya).
Pemeriksaan klinis, untuk menentukan tanda dan gejala
yang sesuai suatu sindrom, contoh: Pneumoconiosis,
keracunan Pb (noda timah hitam pada gusi).
Pemeriksaan lab untuk memastikan dugaan yang
diperoleh dari pemeriksaan klinis, dengan memeriksa
darah, air seni, faeces dll, Rontgen, untuk menentukan
penyakit paru-paru pneumo-coniosis).
Pemeriksaan ruang kerja yang ada kaitannya dengan
penyebab penyakit dari lingkungan kerja, contoh
pneumoconiosis harus diteliti kadar debu yang
terkandung dalam udara di daerah pernafasan pekerja
(breathing zone) diameter 5-10 micron.
Metoda Pengontrolan



Sumber Lingkungan Kerja Penerima
Substitusi bahan - pemeliharaan lingk..bersih - training, penyuluhan
Perubahan proses - ventilasi umum - rotasi pekerja
Menutup proses - perlebar jarak S&P - ruangan khusus (AC)
Isolasi proses - pemantauan menerus - alat pemantauan film
Metoda basah - program maintenance badge
Ventilasi lokal LEV yang menerus - perlindungan individu
- pembatas (respirator)
- pemeliharaan
kesehatan
Pembahasan
Bagaimana caranya melakukan pengontrolan
lingkungan kerja selama periode pekerjaan
itu berlangsung (dikaitkan dengan risiko
yang terjadi apabila penanganannya kurang
benar).
Di dalam pengontrolan akan dibahas
mengenai potensi dari risiko-risiko yang
ditemukan dalam industri terhadap
kesehatan pekerja dan usaha-usaha yang
perlu dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut sekecil mungkin.
Keahlian yang dituntut
Mampu mengenal faktor-faktor lingkungan
kerja yang memberikan pengaruh kepada:
kesehatan pekerja, kenyamanan bekerja.
Mampu mengevaluasi lingkungan kerja
tersebut yaitu dengan melalui pengukuran-
pengukuran.
Menyimpulkan apa yang diperlukan untuk
mengurangi/mengontrol pengaruh-
pengaruh tersebut.
Bidang pekerjaan
1. Pengenalan lingkungan kerja dan pengaruhnya, yang
dapat dikelompokkan dalam 4 kategori.
Kimia: cair, debu, asap, uap, gas
Fisika: elektromagnet, radiasi, ionisasi, bising,
vibrasi, panas, tekanan
Biologi: insekta, fungi, bakteri, virus
Ergonomi: hubungan antara alat yang digunakan
pekerja, disesuaikan dengan organ tubuh (bentuk),
kerja monoton.
2. Evaluasi dari hasil penelitian lingkungan kerja dan
memberikan pendapat usulan perbaikan yang
disesuaikan dengan standar yang berlaku.
3. Kontrol/pengawasan terhadap bahaya yang timbul
pada lingkungan kerja.
Pelaksanaan pekerjaan
Pengumpulan data primer dan sekunder
dari industri yang bersangkutan
Analisis data dan rekomendasi dari hasil
data yang diperoleh
Penentuan hal-hal yang perlu dilakukan
melalui pengontrolan dan pengukuran
Tindakan yang perlu diambil sehubungan
dengan hasil pengukuran yang dilakukan.

You might also like