You are on page 1of 8

PENGARUH DIAMETER INTAKE VALVE TERHADAP UNJUK KERJA

MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH


Surya Irawan, Slamet Wahyudi, Lilis Yuliati
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: suryairawan36@yahoo.com
Abstrak
Memperbesar diameter intake valve akan meningkatkan performa pada
motor bakar 4 langkah, karena perbesaran diameter tersebut menyebabkan jumlah
campuran (bahan bakar dan udara) yang masuk ke silinder akan bertambah
sehingga akan meningkatkan efisiensi volumetriknya. Variabel bebasnya adalah
diameter intake valve (diameter 25, 26, dan 28). Variabel terikatnya adalah torsi
(T), daya efektif (Ne), konsumsi bahan bakar spesifik efektif (SFCe), serta
kandungan CO dan HC dalam gas buang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengujian menggunakan intake valve dengan diameter 26 mm dan 28 mm
mempengaruhi unjuk kerja mesin. Torsi tertinggi dihasilkan intake valve dengan
diameter 28 mm sebesar 0,993 kg.m pada putaran 4000 rpm. Daya tertinggi
dihasilkan intake valve dengan diameter 28 mm sebesar 7,119 HP pada putaran
6000 rpm. Konsumsi bahan bakar spesifik terendah dihasilkan intake valve
dengan diameter 26 mm sebesar 0,0722 kg/HP.jam pada putaran 5000 rpm.
Kandungan gas HC terendah dihasilkan intake valve diameter 26 mm sebesar 98
ppm vol, serta kandungan gas CO pada emisi gas buang terendah dihasilkan
intake valve diameter 25 mm (standard) sebesar 0,023% vol. Dalam penelitian ini
penggunaan intake valve diameter 28 mm yang terbaik dalam torsi dan daya.
Kata Kunci : Intake valve, unjuk kerja, motor 4 langkah.
mencapainya. Dalam kenyataannya
pabrikan motor baru masih belum
maksimal dalam menghasilkan tenaga
dari mesin sehingga kenyamanan
dalam berkendara kurang maksimal
terutama di medan yang sulit dan
tanjakan di daerah pegunungan yang
memerlukan torsi dan daya yang
besar dari motor bakar itu sendiri.
Upaya untuk mengatasi
kurangnya daya atau tenaga pada
motor bakar 4 langkah salah satunya
dengan memodifikasi dimensi intake
valve dengan diameter lebih besar
dari ukuran standar yang bertujuan
untuk
meningkatkan
efisiensi
volumetrik. Efisiensi volumetrik
adalah banyaknya volume muatan
udara segar dibanding dengan volume

Pendahuluan
Motor
bakar
torak
merupakan mesin konversi energi
yang banyak digunakan dewasa ini.
Perkembangan teknologi di bidang
otomotif semakin pesat, sehingga
menuntut industri permesinan untuk
berfikir melakukan modifikasi dalam
segala
hal
dengan
tujuan
meningkatkan unjuk kerja dari mesin.
Perkembangan
motor
bensin
umumnya dititik beratkan pada daya
yang
dihasilkan,
peningkatan
efisiensi, kandungan emisi gas buang,
penurunan konsumsi bahan bakar
serta
kenyamanan
dalam
pemakaiannya.
Berawal
dari
pemikiran tersebut, telah dilakukan
berbagai
macam
cara
untuk
1

langkah. Efisiensi volumetrik motor


standar aktualnya tidak mencapai
100%, tetapi hanya berkisar antara
65% sampai dengan 85%. Semakin
besar efisiensi volumetrik akan
semakin besar daya dan torsi mesin
yang dihasilkan.
Penelitian
mengenai
modifikasi valve telah dilakukan
diantaranya oleh Poernomo (2011),
yang meneliti mengenai, pengaruh
ukuran intake dan exhaust valve
terhadap kinerja motor bakar. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
penggunaan intake dan exhaust valve
Suzuki Shogun mampu meningkatkan
daya 10,4% dan torsi 2,29% serta
pengunaan intake dan exhaust valve
Honda Sonic mampu meningkatkan
daya 75,4% dan 163,3%.
Karakteristik unjuk kerja suatu
motor bakar torak dinyatakan dalam
beberapa
parameter
dalam
diantaranya adalah torsi, daya efektif,
konsumsi bahan bakar spesifik dan
kandungan gas HC dan CO pada
emisi gas buang. Berikut ditampilkan
rumus-rumus dari beberapa parameter
yang digunakan menentukan unjuk
kerja motor bakar torak sebagai
berikut :
Torsi adalah momen putar yang
dihasilkan oleh poros.
T= F.L
Dengan :
T = torsi yang dihasilkan (kg.m)
F = besar beban pada timbangan (kg)
L = panjang lengan dinamometer (m)
Daya efektif adalah daya yang
dihasilkan poros engkol untuk
menggerakkan beban.

= .

Ne =

=
,

. 2. .
60

(HP)

( .

/ )

Dengan
Ne = daya efektif (HP)
= kecepatan anguler poros engkol
(rad/s)
n = putaran poros engkol (rpm)

Komsumsi bahan bakar spesifik


efektif (SFCe) adalah banyaknya
bahan bakar yang diperlukan untuk
menghasilkan daya efektif 1 HP
selama 1 Jam.
SFCe =
Dengan
SFCe =
FC

konsumsi bahan bakar


spesifik efektif (kg/PS.jam)

= penggunaan bahan bakar tiap


jam (kg/jam)

Penelitian yang saya lakukan


berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Poernomo (2011). Pada
penelitian Poernomo (2011) unjuk
kerja yang diteliti hanyalah torsi dan
daya sedangkan pada penelitian ini
akan diteliti torsi, daya, konsumsi
bahan bakar dan kadar CO dan HC
dalam gas buang
METODE PENELITIAN
Bahan utama dalam penelitian
ini adalah intake valve berdiameter
25, 26, dan 28 mm.
Alat-alat yang digunakan pada
penilitian adalah sepeda motor
Shogun 110 cc, dynamometer prony
brake, Tachometer, Gas analyzer,
Barometer, stopwatch dan gelas ukur.
Sebelum
melakukan
penelitian,
dipelukan
persiapan.
Persiapan meliputi penyiapan bahan
bakar
didalam
gelas
ukur,

Gambar 1
Keterangan
1.
2.
3.
4.

Gelas ukur bahan bakar


Katup gelas ukur bahan bakar
Karburator
Intake manifold

5.
6.
7.
8.
9.

Tachometer
Ruang Bakar
Knalpot
Gas Analyzer
Dynamometer Prony Brak

HASIL DAN PEMBAHASAN


Torsi
1
0,95
0,9

Torsi (kg.m)

pemasangan tachometer pada ujung


busi,
perakitan
peralatan
dynamometer
prony
brake,
pemasangan gas analyzer pada
saluran buang
Penilitian pertama dilakukan
pada mesin dengan intake valve
standar. Mesin distart, kemudian rpm
dinaikan perlahan sampai 1000 rpm.
Setelah mencapai putaran 1000 rpm,
emisi gas buang diukur dengan gas
analyzer dan pemakaian 10 ml bahan
bakar untuk berapa detik. Pada saat
yang sama data lain yang dicatat
adalah
gaya
pengereman
mengunakan dynamometer prony
brake. Putaran mesin dinaikkan
sampai putaran 6000 rpm dengan
kenaikan putaran sebesar 1000 rpm.
Pada putaran-putaran tersebut tersebut
data dicatat seperti pada putaran 1000
rpm. Penelitian berikutnya dilakukan
terhadap motor yang sama tetapi
intake valve telah dimodifikasi
dengan variasi diameter intake valve
26 mm dan 28 mm.
Instalasi
penelitian
yang
digunakan dapat dilihat pada gambar
1:

0,85

Intake Valve
Standard

0,8

Intake Valve 26
mm

0,75

Intake Valve 28
mm

0,7
0,65
0,6
900 2000 3100 4200 5300 6400

Putaran (rpm)

Gambar 2 Grafik hubungan antara


putara poros dengan torsi pada variasi
intake valve
Pada gambar diatas dapat
dilihat bahwa dengan bertambahnya
putaran maka torsi yang terjadi akan
semakin meningkat. MenurutSusilo
(2011), hal ini dikarenakan semakin
bertambah putaran maka semakin
banyak langkah kerja yang terjadi
pada satuan waktu yang sama, hal ini
mengakibatkan jumlah bahan bakar
dan udara yang masuk dalam silinder
lebih banyak sehingga torsi yang
dihasilkan semakin meningkat. Pada
grafik diatas torsi terbesar terjadi pada
putaran 4000 rpm, lalu mengalami
penurunan torsi
pada putaran
selanjutnya. Hal ini terjadi karena
pada putaran tinggi proses buka tutup
katup yang terjadi terlalu cepat yang
mengakibatkan pengisian silinder
tidak optimal, sehingga menurunkan

torsinya. Selain karena mekanisme


buka tutup katup, penurunan torsi
juga disebabkan oleh daya mekanis
yang hilang akibat gesekan antara
piston dengan dinding silinder
semakin besar dan menjadi faktor
dominan menurunnya torsi pada
putaran tinggi.
Pada gambar 2 torsi tertinggi
terjadi pada penggunaan diameter
intake valve 28 mm pada putaran
4000 rpm dan diameter intake valve
26 mm pada putaran 2000 rpm
menghasilkan torsi
terkecil dari
intake valve standar. Dari ketiga
variasi tersebut, penggunaan intake
valve
berdiameter
28
mm
menghasilkan torsi terbesar. Hal ini
disebabkan karena dengan diameter
intake valve yang semakin besar maka
aliran udara dan bahan bakar yang
masuk kedalam silinder semakin
banyak
sehingga
efisiensi
volumetriknya
semakin
besar.
Dengan
semakin
banyaknya
campuran bahan bakar dan udara
yang terbakar, maka tekanan gas hasil
pembakaran
yang
dihasilkan
meningkat sehingga torsi yang
dihasilkan semakin besar.
Daya Efektif
7,8
6,8

Daya Efektif (PS)

5,8
4,8
Intake Valve Standard

3,8

Intake Valve 26 mm

2,8

Intake Valve 28 mm

1,8
0,8
900 2000 3100 4200 5300 6400
Putaran (rpm)

Gambar 3 Grafik hubungan antara


putaran poros dengan Daya Efektif

Pada gambar 3 dapat dilihat


bahwa semakin tinggi putaran maka
daya efektif yang dihasilkan semakin
tinggi. Tetapi setelah mencapai titik
maksimum, daya efektif yang
dihasilkan mengalami penurunan
seiring dengan naiknya putaran. Hal
ini terjadi karena daya efektif
dihasilkan dari perkalian antara torsi
(T) dengan putaran poros mesin (n)
sesuai dengan persamaan berikut.
Ne = T .

. . .
.

Pada putaran yang semakin


tinggi, terjadi kenaikan daya efektif
sampai titik maksimum dikarenakan
dari rumusan dapat dilihat bahwa
daya efektif berbanding lurus dengan
putaran. Selain itu kenaikan daya
efektif
dikarenakan
dengan
bertambahnya putaran maka semakin
banyak langkah kerja yang dialami
pada satuan waktu yang sama yang
mengakibatkan jumlah bahan bakar
dan udara yang masuk silinder lebih
banyak sehingga dalam proses
pembakaran menghasilkan torsi yang
semakin besar. Akan tetapi setelah
kenaikannya
mencapai
titik
maksimum, daya efektif mengalami
penurunan pada putaran tinggi
dikarenakan kenaikan putaran tidak
dapat mengimbangi penurunan torsi
yang terjadi. Penurunan torsi pada
putaran
tinggi
dikarenakan
pembukaan dan penutupan katup
terlalu cepat yang mengakibatkan
pengisian silinder tidak sempurna
sehingga efisiensi volumetriknya
menurun. Selain itu penurunan torsi
akibat adanya daya mekanis yang
hilang akibat gesekan antara torak
dengan dinding silinder semakin
besar dan menjadi faktor dominan
menurunnya daya efektif pada
putaran tinggi.

Pada gambar 3 menunjukan


bahwa pengunakan intake valve
diameter
26
dan
28
mm
mempengaruhi daya efektif yang
dihasilkan. Daya efektif mengalami
kenaikan pada pengunaan diameter 26
dan 28 mm dibandinggkan dengan
penggunaan intake valve standar. Hal
ini dikarenakan penggunaan intake
valve diameter yang lebih besar akan
memperlancar aliran bahan bakar dan
udara yang masuk kedalam silinder
sehingga
pengisian
silinder
meningkat. Pada pengunaan intake
valve diameter 28 mm pada putaran
6000
rpm
belum
mengalami
penurunan daya efektif dikarenakan
penggunaan intake valve diameter 28
mm dapat mengalirkan bahan bakar
dan udara secara maksimal sehingga
pengisian silinder sempurna yang
mengakibatkan daya efektif yang
dihasilkan masih besar.
Pada gambar 3 menunjukkan
bahwa penggunaan intake valve
berdiameter 28 mm pada putaran
6000 rpm menghasilkan daya efektif
terbesar. Sedangkan daya efektif yang
dihasilkan intake valve berdiameter
26 mm pada putaran 2000 rpm lebih
kecil dari intake valve standar.
Spesific Fuel Comsumption effective
0,19
0,17

intake valve
standard

SFCe

0,15
0,13
=

intake valve 26 mm

0,11

intake valve 28 mm

0,09
0,07
900 2000 3100 4200 5300 6400
Putaran (rpm)

Gambar 4 Grafik hubungan antara


putaran poros dengan Spesific Fuel

Comsumption effective pada variasi


intake valve
Dari gambar 4 dapat dilihat
bahwa pada putaran awal konsumsi
bahan bakar spesifik efektif sangat
tinggi. Hal ini dikarenakan pada
putaran awal diperlukan daya besar
digunakan untuk menggerakkan awal
mesin. Seiring dengan meningkatnya
putaran konsumsi bahan bakar
spesifik efektif mengalami penurunan
mencapai titik minimum. Hal ini
dikarenakan pengisian silinder sesuai
dengan kebutuhan silinder sehingga
terjadi pembakaran sempurna yang
menghasilkan daya efektif yang
maksimal. Kemudian konsumsi bahan
bakar spesifik efektif akan mengalami
peningkatan seiring dengan naiknya
putaran.
Peningkatan konsumsi bahan
bakar
spesifik
efektif
terjadi
dikarenakan dengan putaran semakin
tinggi, maka siklus yang terjadi dalam
satu satuan waktu semakin banyak
sehingga jumlah bahan bakar yang
dihisap oleh silinder juga semakin
banyak. Hal ini sesuai dengan
persamaan.
SFCe =

[Kg.

Dari
persamaan
tersebut
terlihat bahwa konsumsi bahan bakar
spesifik efektif (SFCe) berbanding
lurus dengan konsumsi bahan bakar
(Fc), dan berbanding terbalik dengan
daya
efektif
(Ne).
Dengan
meningkatnya Fc dan menurunnya Ne
akibat putaran yang meningkat, maka
SFCe cenderung meningkat.
Pada gambar 4 dapat dilihat
pemakaian intake valve dengan
diameter 26 mm dan 28 mm
konsumsi bahan bakar spesifik efektif
lebih boros dibandingkan intake valve
standar. Penggunaan konsumsi bahan
bakar spesifik efektif tertinggi pada

Kandungan gas HC pada gas buang


670

HC (ppm Vol)

550

430

intake valve
standar

310

intake valve 26
mm
intake valve 28

190

70
900 2000 3100 4200 5300 6400

Puturan (rpm)

Gambar 5 Grafik hubungan antara


putaran poros dengan kandungan gas
HC pada emisi gas buang
Pada gambar 5 hubungan
putaran dengan emisi gas HC
menunjukkan kecenderungan bahwa
semakin tinggi putaran maka emisi
gas HC mengalami penurunan sampai
putaran
tertentu,
kemudian
mengalami
kenaikan
seiring
bertambahnya
putaran.
Menurut
Sukidjo (2011) penurunan HC
dikarenakan pada saat putaran
semakin tinggi suhu mesin semakin
tinggi, sehingga proses atomisasi
menjadi lebih baik. Oleh karena itu
emisi gas HC yang dihasilkan
semakin menurun. Akan tetapi setelah
melewati putaran tertentu emisi gas
HC naik lagi. Hal ini disebabkan
semakin tinggi putaran, menghasilkan

campuran kaya bahan bakar sehingga


banyak bahan bakar yang tidak
terbakar dan menghasilkan emisi gas
HC yang keluar melalui saluran
pembuangan.
Sedangkan
penggunaan
variasi intake valve dengan diameter
26 mm dan 28 mm memiliki
kecenderungan kadar emisi gas HC
yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan mengunakan intake valve
standar.
Hal
ini
dikarenakan
pengunaan intake valve diameter 26
mm dan 28 mm meningkatkan
efisiensi
volumetrik
yang
mengakibatkan bahan bakar yang
masuk kedalam silinder lebih banyak
sehingga ada sebagian bahan bakar
yang tidak terbakar dikerenakan
proses kompresinya yang kurang
maksimal. Hanya pada intake valve
26 mm pada putaran 3000-5000 rpm
yang nilai kandungan gas HC
dibawah pengunaan intake valve
standar.
Kandungan gas CO pada emisi gas
buang
2,5

CO ( % vol)

penggunaan intake valve 28 mm


sebesar 0,186 kg/HP.jam pada
putaran 1000 rpm. Sedangkan
pengunaan konsumsi bakar bakar
spesifik efektif paling sedikit
dibandingkan intake valve standar,
terjadi pada intake valve berdiameter
26 mm sebesar 0,072 kg/HP.jam pada
putaran 2000 rpm.

1,5

intake valve standar


1

intake valve 26 mm
intake valve 28 mm

0,5

0
900

2000

3100

4200

5300

6400

Putaran (rpm)

Gambar 6 Grafik hubungan


antara putaran poros dengan
kandungan gas CO pada emisi
gas buang

. Dari gambar 6 hubungan


putaran dengan emisi gas CO
menunjukkan bahwa semakin tinggi
putaran, kadar emisi gas CO yang
dihasilkan meningkat. Hal ini
disebabkan karena pada putaran
tinggi, kandungan gas O2 dalam
proses pengabutan bahan bakar
kurang sehingga dalam proses
pembakarannya ada sebagian bahan
bakar yang tidak terbakar sempurna,
sehingga emisi gas CO yang
dihasilkan semakin meningkat.
Pada pengujian emisi gas CO
tertinggi adalah pada pengunaan
intake valve 28 mm pada putaran
6000 rpm sebesar 2,23% vol. Hal ini
disebabkan karena pada putaran
tersebut konsumsi bahan bakar sangat
tinggi sehingga proses kompresinya
kurang
maksimal
yang
mengakibatkan pembakaran kurang
sempurna dan menghasilkan emisi
gas CO yang tinggi.
Sedangkan penggunaan emisi
gas CO terendah adalah pada
penggunaan intake valve standar pada
putaran 1000 rpm sebesar 0,023%
vol. Hal ini disebabkan karena
campuran bahan bakar dan udara
segar sesuai dengan kebutuhan yang
mengakibatkan pembakaran yang
terjadi sempurna, sehingga gas yang
banyak dihasilkan adalah gas CO2.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian,
analisa dan pembahasan yang telah
dilakukan tentang pengaruh diameter
intake valve terhadap unjuk kerja
motor bakar empat langkah adalah
sebagai berikut
Torsi terbesar dihasilkan oleh
mesin dengan penggunaan intake
valve 28 mm, yaitu sebesar 0,9928
kg.m pada putaran 4000 rpm.
Daya efektif terbesar dihasilkan
oleh mesin dengan penggunaan

intake valve 28 mm, yaitu sebesar


7,199 PS pada putaran 6000 rpm.
Konsumsi bahan bakar spesifik
efektif terkecil dihasilkan oleh
mesin dengan penggunaan intake
valve 26 mm, yaitu sebesar 0,072
kg.PS1.jam1 pada putaran 2000
rpm.
Emisi gas CO yang terendah
dihasilkan oleh mesin dengan
penggunaan intake valve 25 mm,
yaitu sebesar 0,023 % vol pada
putaran 1000 rpm.
Emisi gas HC yang terendah
dihasilkan oleh mesin dengan
penggunaan intake valve 26 mm,
yaitu sebesar 98 ppm vol gas
buang pada putaran 5000 rpm
Daftar Pustaka
Arismunanadar,
Wiranto.
2003.
Penggerak Mula Motor Bakar
Torak. Bandung: Ganesha
ITB.
http://akukha.blogspotcom/2010/06/p
emahaman-mesin-bensin.html
PetrovskyN .1968 .Marine Internal
Combustion Engines; Mir
Publisher Moscow.
Poernomo, Yohanes. 2011. Pengaruh
Modifikasi Dimensi Katup
Intake dan Exhaust pada
Sepeda Motor Honda Supra X
untuk Keperluan Drag Race.
Forum Teknik, Jilid 5, No 4,
(http://dewey.petra.ac.id/jiunk
pe_dg_20142.html, diakses 20
Januari 2011).
Pulkrabek,
Wilard,
W.
1997.
Engineering Fundamentals of
the
Internal
Combustion
Engine. New Jersey: Prentice
Hall.
Soenarto. 1985. Motor serba guna.
Jakarta : P2LPTK.

Sukidjo. 2008. Pengaruh Durasi


Camshaft terhadap Konsumsi
Bahan Bakar, Emisi Gas
Buang, Torsi dan Daya mesin
pada Mesin Bensin, Forum
Teknik, Jilid 32, No.3,
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/ind
ex.php/search.html, diakses 3
September 2008).

You might also like