Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan
yang dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka
perlu diketahui alat angkut yang akan melaluinya. Jalan yang baik akan
mendukung terpenuhinya target produksi yang diinginkan dan produksi per dump
truck juga akan baik.
Geometri jalan yang harus diperhatikan yaitu, lebar jalan angkut dan
kemiringan jalan. Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih
besar, panjang dan lebih berat dibanding kendaraan angkut yang bergerak di
jalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat
angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman. Geometri jalan angkut selalu didasarkan pada
dimensi kendaraan angkut yang digunakan. Dalam proses penambangan terbuka,
alat angkut yang digunakan adalah dump truck (Awang suwandhi, 2004: 4).
Khususnya dibidang pertambangan yang merupakan salah satu sumber
pendapatan Negara yang cukup besar yang memiliki potensi jangka panjang,
serta membuka peluang kerja bagi masyarakat untuk ikut serta mengembangkan
potensi sumberdaya manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada.
B. Identifikasi Masalah
Dalam pelaksanaan studi kasus, identifikasi masalah bertujuan untuk
mempermudah dalam penyelesain masalah yang akan dibahas, sehingga pada
tahap penyelesain masalah tersebut dapat terurut dengan baik. Dalam studi kasus
ini masalahnya dapat dikelompokkan:
1. Metode penambangan
2. Alat angkut yang digunakan
3. Geometri jalan tambang (Haulling road) belum memenuhi standar
4. Evaluasi jalan tambang
C. Batasan Masalah
Untuk lebih fokusnya penelitian ini maka penulis membatasi masalah
penelitian ini pada geometri jalan tambang PT Semen Padang yang meliputi:
1. Mengukur geometri jalan tambang PT Semen Padang
2. Menghitung geometri jalan tambang dengan menggunakan rumus berdasarkan
teori
3. Membandingkan standar jalan tambang yang ditetapkan menurut teori dengan
kondisi jalan di lapangan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah
diuraikan di atas maka untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis
merumuskan masalah ditinjau dari beberapa aspek diantaranya:
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Fungsi Jalan Angkut
Pemindahan tanah mekanis merupakan suatu proses penggalian dan
pemindahan tanah dengan menggunakan alat-alat mekanis dari front menuju
disposal. Dalam proses penambangan, proses ini mutlak dilakukan
sebagaimana yang diketahui bahwa cadangan tambang terdapat di bawah
permukaan bumi sehingga kita harus melakukan proses penggalian terlebih
dahulu untuk mendapatkan cadangan tambang tersebut. Volume tanah yang
akan dipindahkan biasanya dinyatakan dalam beberapa satuan volume yaitu
BCM (bank cubic meter), LCM (loose cubic meter) dan CCM (compacted
cubic meter).
Pemindahan tanah mekanis ini berkaitan erat dengan kondisi jalan
produksi. Seperti yang diketahui, akses jalan merupakan salah satu faktor
penting dalam ketercapaian volume tanah yang dipindahkan. Sebelum
menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka kita harus mengetahui
volume tanah dan produktivitas alat angkut sehingga akan mendukung
tercapainya target produksi yang diinginkan dan produktivitas per alat angkut
juga akan baik. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
alat yang akan digunakan out put yang diinginkan, material yang akan digali
dan kondisi tempat kerja.
angkut
tambang
mempunyai
karakteristik
khusus
yang
pembabatan dan
a. Lebar Jalan
Lebar jalan angkut pada tambang pada umumnya
dibuat untuk
pemakaian jalur ganda dengan lalu lintas satu arah atau dua arah. Dalam
kenyataanya, semakin lebar jalan angkut maka akan semakin baik proses
pengangkutan dan lalu lintas pengangkutan semakin aman dan lancar.
Akan tetapi semakin lebar jalan angkut, biaya yang dibutuhkan untuk
pembuatan dan perawatan juga akan semakin besar. Untuk itu
perlu
10
= Jumlah jalur
Wt
11
Fa = Ad x sin
Fb = Ab x sin
Lebar jalan angkut pada tikungan untuk dua jalur dapat dilihat
pada gambar 2 berikut,
12
Keterangan:
Wmin
= jumlah jalur
Ad
n.(m)
Ab
mtruck (m)
= sudut penyimpangan (belok) roda depan (o)
Pada gambar 3 berikut adalah bentuk sudut penyimpangan
kendaraan,
13
VR = Kecepatan (km/jam)
14
= superelevasi
yang direncanakan dalam keadaan jalan datar terlihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jari-jari Tikungan Minimum untuk Kecepatan Rencana 30 km/jam
120
600
Vr (km/jam)
R min (m)
100
370
90
280
80
210
60
113
50
77
40
48
30
27
20
13
Jari-jari
tikungan, feet
10
15
50
0.04
0.04
100
0.04
0.04
0.04
150
0.04
0.04
0.04
0.05
250
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
300
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
0.06
600
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
1000
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
20
25
30
>35
15
pengemudi. Hal lain yang tidak bisa diabaikan dalam pembuatan tikungan
adalah superelevasi, yaitu kemiringan melintang jalan pada tikungan.
Menurut Sukirman (1999:i74) besarnya angka superelevasi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
e f
V2
127 R
Keterangan:
e
= angka superelevasi
= friction factor
= kecepatan (km/jam)
6%.
Untuk
kecepatan
rencana
<80
km/jam
berlaku
16
elevasi yang lebih tinggi ke arah terluar jari-jari tikungan. Kemiringan ini
berfungsi untuk menjaga alat angkut tidak terguling saat melewati tikungan
dengan kecepatan tertentu.
Cara pertama sangat tidak efisien karena waktu hilang yang
ditimbulkan akan besar, oleh karena itu cara kedua dianggap lebih baik.
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap pada bidang
datar atau miring dengan lintasan berbentuk lengkung seperti lingkaran,
maka pada kendaraan tersebut bekerja gaya sentrifugal mendorong
kendaraan secara radial keluar dari jalur jalannya, berarah tegak lurus
terhadap kecepatan. Untuk dapat mempertahankan kendaraan tersebut tetap
pada jalurnya seperti pada gambar 4 berikut ini.
17
h
x
Grade (%)
h
x 100%
x
18
Keterangan:
maka air
19
mendapatkan
perhatian
khusus,
hal
ini
bertujuan
untuk
20
laju dari alat angkut karena pada kondisi tersebut pengemudi akan
mengurangi kecepatan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk keamanan dan
keselamatan pengangkutan di sepanjang jalur jalan angkut menurut Awang
Suwandhi (2004: 20) yaitu:
1) Jarak Berhenti Kendaraan
Jarak berhenti kendaraan adalah jarak yang dibutuhkan
pengemudi untuk menghentikan kendaraannya pada saat menghadapi
bahaya. Jarak mengerem merupakan jarak yang ditempuh alat angkut
dari saat menginjak rem sampai kendaraan berhenti. Jarak pengereman
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ban, kondisi muka jalan,
kondisi perkerasan jalan dan kecepatan alat angkut.
Jarak pandang henti minimum adalah jarak dari saat melihat
rintangan sampai menginjak pedal rem ditambah jarak mengerem.
Selain kecepatan dan koefisien gesekan, kondisi perkerasan jalan juga
mempengaruhi didalam pengereman.
2) Jarak Pandang Pengemudi
Jarak pandang aman adalah jarak yang diperlukan oleh
pengemudi (operator) untuk melihat kedepan secara bebas pada suatu
tikungan, baik pandangan horizontal maupun vertikal. Jarak pandang
yang aman adalah minimum sama dengan jarak berhenti dari kendaraan
sedang bergerak yang secara tiba-tiba direm.
21
lebih
menjamin
keamanan
sehubungan
dengan
dioperasikannya jalan angkut tambang, maka perlu dipasang ramburambu lalu lintas, rambu-rambu yang perlu dipasang antara lain:
a) Tanda belokan
b) Tanda persimpangan jalan
c) Peringatan adanya tanjakan maupun jalan menurun
22
dilakukan
berdasarkan
interval
jarak
dan
tingkat
angkut
tambang
harus
diberi
penirisan
maupun
23
merencanakan
sistem
drainase
jalan
berdasarkan
pada
24
25
26
27
28
BAB III
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
A. Jadwal Kegiatan
Tujuan kegiatan praktek lapangan adalah untuk memperoleh pengetahuan
dan pengalaman secara nyata di lapangan. Kegiatan ini meliputi teknis
perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan pekerjaan penambangan dalam
rangka melengkapi pengetahuan teori yang didapat pada bangku perkuliahan.
Adapun kegiatan yang penulis lakukan selama praktek lapangan di PT Semen
Padang dari tanggal 10 Februari s/d 10 April 2014 adalah.
Tabel 3. Jadwal Kegiatan
No
Kegiatan
Pengenalan lokasi
Pengambilan data
Pengolahan data
Minggu
1
28
29
C. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang penulis peroleh langsung dari
lapangan yaitu data pengukuran lebar jalan angkut tambang pada jalan lurus,
lebar jalan tikungan, jari-jari tikungan, superelevasi, cross slope, safety berms,
grade dan drainase.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh penulis dari studi
literature PT Semen Padang, untuk mendukung data-data penelitian seperti
peralatan tambang, data spesifikasi alat angkut, data pendukung geometri
jalan angkut tambang, sejarah perusahaan, deskripsi perusahaan dan data
pendukung lainnya.
D. Metode Pengambilan Data
1. Studi Literatur
Dilakukan dengan mengumpulkan berbagai referensi kepustakaan
mengenai kajian teknis geometri jalan tambang (hauling road) dan
mempelajari laporan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana cara melakukan evaluasi mengenai
geometri jalan tambang yang baik dan benar.
2. Observasi
Merupakan kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai
studi kasus seperti melakukan pengukuran geometri jalan tambang dan aspek
30
pendukung kegiatan pengankutan. Alat ukur yang peneliti gunakan adalah alat
ukur manual berupa meteran untuk mendapatkan data primer, namun untuk
beberapa data yang tidak dapat diukur langsung di lapangan menggunakan
alat ukur manual, peneliti dibantu oleh supervisor Surveying dalam
pengambilan data penunjang (data sekunder) berupa data survey dan
pemetaan yang diambil menggunakan alat ukur theodolit yang telah
dikonversi ke dalam bentuk peta kontur menggunakan software datamine.
E. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan pencarian solusi dari permasalahan yang
ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, berikut ini adalah tahapan
analisis data:
1. Pengukuran Lebar Jalan Lurus
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada jalan
lurus di beberapa titik pengukuran menggunakan alat ukur manual berupa
meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori.
2. Pengukuran Lebar Jalan pada Tikungan
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada
tikungan di beberapa titik pengukuran menggunakan alat ukur manual berupa
meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori.
3. Pengukuran Jari-jari Tikungan dan Superelevasi
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai jarijari tikungan
pada jalan dan superelevasi pada tikungan menggunakan alat ukur manual
31
berupa meteran dan dibantu dengan data sekunder yang peneliti peroleh dari
peta topografi hasil pengukuran survey topografi yang di input ke dalam
software datamine dibantu supervisor dan kemudian data pengukuran
dianalisa berdasarkan teori.
4. Pengukuran Kemiringan Melintang (Cross slope)
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai kemiringan melintang
(cross slope) pada permukaan jalan angkut tambang menggunakan alat ukur
manual berupa meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa
berdasarkan teori.
5. Pengukuran Safety Berms
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar dan tinggi
tanggul pengaman jalan (safety berms) pada jalan angkut tambang
menggunakan alat ukur manual berupa meteran kemudian data hasil
pengukuran dianalisa berdasarkan teori.
6. Pengukuran Drainase
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar dan kedalaman
drainase pada jalan angkut tambang menggunakan alat ukur manual berupa
meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori.
7. Pengukuran Kemiringan Jalan (Grade)
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai kemiringan jalan
(grade) pada jalan angkut tambang menggunakan alat ukur manual berupa
meteran dan data jarak mendatar penulis peroleh dari datamine hasil
32
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Produksi alat mekanis pada tambang juga berdasarkan kepada jalan
tambang yang baik. Jalan angkut tambang yang baik adalah ketika jalan tersebut
memberikan rasa aman dan nyaman bagi operator alat angkut ketika melewati
jalan tersebut. Untuk mengetahui suatu jalan angkut tambang itu baik, maka
perlu dilakukan pengamatan dan analisis terhadap geometri jalan tersebut
(Agung Prihandana, 2013: 26).
Jalan angkut tambang pada PT Semen Padang dari front pit limit menuju
Crusher IIIA dan IIIB menempuh jarak 3.200 meter. Geometri jalan angkut
tambang di PT Semen Padang meliputi, lebar jalan, jarijari tikungan, tinggi
tanjakan atau kemiringan jalan (grade), kemiringan melintang (cross slope),
safety berms dan drainase serta faktor-faktor pendukung kelancaran dan
keselamatan kerja pada jalan.
Dari hasil penelitian di lapangan, didapatkan data sebagai berikut:
33
34
Gambar 9. Layout dan Situasi Jalan dari Crusher IIIA dan IIIB ke Front Pit Limit
35
Gambar 10. Profil Section Jalan dari Crusher IIIA dan IIIB ke Front Pit Limit
1. Lebar Jalan Tambang
Lebar jalan tambang terdiri atas dua macam, yaitu lebar jalan lurus dan
lebar jalan pada tikungan.
a. Lebar Jalan Lurus
Adapun data yang didapatkan pada pengukuran lebar jalan lurus
PT Semen Padang adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Data Pengukuran Jalan Lurus
No
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Keterangan
200
Satu Jalur
200
21
dua jalur
200
23
dua jalur
200
22
dua jalur
200
24
dua jalur
200
32
dua jalur
36
No
Segmen
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
Elevasi
(dpl)
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Keterangan
200
21
dua jalur
200
23
dua jalur
200
23
dua jalur
200
18
dua jalur
200
17
dua jalur
200
18
dua jalur
200
23
dua jalur
200
23
dua jalur
200
25
dua jalur
200
32
dua jalur
Segmen
Y-Z
B'-C'
Elevasi
(dpl)
227.4
251.4
293.1
318.3
Beda
tinggi (M)
Jarak
(m)
Lebar
Sudut
(m)
tikungan ()
24
200
22
94
25.2
200
21
128
37
No
Segmen
C'-D'
D'-E'
Elevasi
(dpl)
318.3
328.8
328.8
339.7
Beda
tinggi (M)
Jarak
(m)
Lebar
Sudut
(m)
tikungan ()
10.5
200
23
101
10.9
200
23
62
38
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
Beda
tinggi (m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Grade
(%)
10.3
200
5.15
13.6
200
21
6.8
25.7
200
23
12.75
24
200
22
12
26.7
200
24
13.35
15
200
32
7.5
25.2
200
21
12.75
10.5
200
23
10.5
10.9
200
23
5.45
12.2
200
18
6.1
30.5
200
17
15.25
25.5
200
18
12.75
23.4
200
23
11.7
27
200
23
13.5
23.9
200
25
11.95
17.3
200
32
8.65
39
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
Beda tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Cross slope
(m)
10.3
200
tidak jelas
13.6
200
21
tidak jelas
25.7
200
23
tidak jelas
24
200
22
tidak jelas
26.7
200
24
tidak jelas
15
200
32
tidak jelas
25.2
200
21
tidak jelas
10.5
200
23
tidak jelas
10.9
200
23
tidak jelas
12.2
200
18
tidak jelas
30.5
200
17
tidak jelas
25.5
200
18
tidak jelas
23.4
200
23
tidak jelas
27
200
23
tidak jelas
23.9
200
25
tidak jelas
40
No
Segmen
16
K'-L'
Elevasi
(dpl)
482.2
499.5
Beda tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Cross slope
(m)
17.3
200
32
tidak jelas
5. Drainase
Berdasarkan pengukuran di lapangan maka didapatkan data drainase
jalan angkut PT Semen Padang sebagai berikut:
Tabel 9. Data Pengukuran Drainase
No Segmen
1
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
Elevasi
Beda
Jarak
(dpl) tinggi (M) (m)
177.8
10.3
200
188.1
188.1
13.6
200
201.7
201.7
25.7
200
227.4
227.4
24
200
251.4
251.4
26.7
200
278.1
278.1
15
200
293.1
293.1
25.2
200
318.3
318.3
10.5
200
328.8
328.8
10.9
200
339.7
339.7
12.2
200
351.9
351.9
30.5
200
382.4
382.4
25.5
200
407.9
Lebar
(m)
Drainase (m)
Lebar Dalam
0.8
21
1.2
1.2
23
1.2
22
1.2
24
1.2
32
1.2
1.2
21
1,2
1.2
23
1.2
23
1.2
18
1.2
17
0.5
18
0.5
41
No Segmen
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
Elevasi
Beda
Jarak
(dpl) tinggi (m) (m)
407.9
23.4
200
431.3
431.3
27
200
458.3
458.3
23.9
200
482.2
482.2
17.3
200
499.5
Lebar
(m)
Drainase (m)
Lebar Dalam
23
0.5
23
0.5
25
0.5
32
0.5
B.
Pembahasan
1. Lebar Jalan Tambang
a. Lebar Jalan Lurus
Penentuan lebar jalan angkut tambang didasarkan pada unit alat
angkut yang memiliki dimensi paling besar yang sedang beroperasi saat itu
pada jalan tambang. Berdasarkan pengukuran aktual, dump truck HD785-7
mempunyai lebar 5,315 meter.
42
Lmin
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Keterangan
200
Satu Jalur
200
21
dua jalur
200
23
dua jalur
200
22
dua jalur
200
24
dua jalur
200
32
dua jalur
200
21
dua jalur
200
23
dua jalur
200
23
dua jalur
200
18
dua jalur
Lmin
11 dan
19 m
<L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
<L
min
Koreksi
lebar
jalan
+3
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
+1
43
No
Segmen
11
F'-G'
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
Elevasi
(dpl)
351.9
382.4
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Keterangan
200
17
dua jalur
200
18
dua jalur
200
23
dua jalur
200
23
dua jalur
200
25
dua jalur
200
32
dua jalur
Lmin
11 dan
19 m
<L
min
<L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
Koreksi
lebar
jalan
+2
+1
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
44
= 2 (U + Fa + Fb + Z) + C
Fa
= Ad x sin
Fb
= Ab x Sin
= Z = (U + Fa + Fb)
45
Ket:
Wmin
= Jumlah jalur
Ad
Ab
Maka:
Fa
= Ad x sin
= 2,15 sin 41 = 1,41
Fb
= Ab x Sin
= 3,19 sin 41 = 2,092
= Z = (U + Fa + Fb)
=Z= 0,5 ( 3,50+1,41+2,092)
= 3,501 m
Wmin
= 2 (U+ Fa + Fb + Z) + C
= 2 (3,50+1,41+2,092+3,501) + 3,501
46
= 24,507 m
25 m
Berdasarkan data hasil pengukuran di lapangan, dan perhitungan di
atas
maka dapat
jalan pada
tikungan
47
Sudut Penyimpangan
Roda Depan
Jari-Jari Lintasan,
( m)
Komatsu HD 785-7
41o
7,545
= 0,00065V 0,192
= 0,00065 15 0,192
= - 9,75 x 10-3 + 0,192
= 0,182
48
v2
127. R
Dimana:
e
= nilai super elevasi (mm/m)
V
= Jari-jari tikungan
= faktor gesek ( 0)
15 2
0,182
127. 7,545
= 0,053 m/m
Setelah angka super elevasi diketahui maka dapat diketahui perbedaan
tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan luar tikungan.
Superelevasi
Nilai superlevasi
= 0,053 m/m
= 25 m
Superlevasi
= 0,053 m/m x 25 m
= 1,325 m = 132,5 cm
Jari-Jari Tikungan.
R
= V2 / [127(e + f)]
Dimana:
R
= jari-jari tikungan, m
49
= koefisien gesekan
= -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 (15) + 0,192
= 0,182
Wb
Sin
Wb
4,95
7,545 meter
Sin Sin 41 o
Beda tinggi
= R Super elevasi
= 7,545 1,325
= 6,22 m
50
Jadi beda tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan sisi luar
tikungan adalah 6,22 m untuk jalan dua jalur pada tikungan.
Kecepatan alat angkut saat melewati tiap tikungan dengan
superelevasi 6,22 m:
V
e f 127 R
152
- 0,182
127 (17,3)
152
- 0,182
127 (23,5)
51
C-D : ( R= 18,6)
e=
152
- 0,182
127 (18,6)
152
- 0,182
127 (11,4)
alat
angkut
saat
melewati
tikungan
dengan
e f 127 R
52
C-D : V
Dari angka ini dapat dilihat bahwa tikungan yang ada di lokasi
pengamatan sudah dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut, karena jari-jari
tikungannya sudah lebih besar dari jari-jari lintasan alat angkut.
Pengambilan jari-jari tikungan tertajam dan jari-jari lintasan dump truck
terbesar sebagai perbandingan adalah untuk mengetahui kemampuan alat
angkut untuk melintasi seluruh tikungan yang ada di lokasi penambangan
batu gamping PT Semen Padang. Apabila alat angkut mampu melintasi
tikungan yang mempunyai jari-jari terkecil, maka secara otomatis alat angkut
53
akan mampu melintasi tikungan yang lain yang memiliki jari-jari tikungan
lebih besar.
Saat ini disemua segmen tikungan jalan angkut di lokasi penambangan
batu gamping PT Semen Padang sudah masu ke dalam standar geometri
jalan.
Perhitungan angka superelevasi dapat dilakukan dengan perhitungan
menggunakan rumus, diketahui perhitungan superelevasi untuk tikungan
adalah sebesar 0,053 m/m dengan jari-jari 7,545 m.
Agar tidak mempersulit pembuatan superelevasi ditetapkan alternatif
lain, alternatif tersebut adalah penentuan superelevasi dengan menggunakan
tabel. Tabel yang digunakan adalah tabel 2. Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat
angka superelevasi 0,04 lebih variatif untuk untuk berbagai tingkat kecepatan
dan jari-jari tikungan. Dengan penggunaan angka superelevasi 0,04 ini akan
berdampak terhadap kecepatan alat angkut saat melintasi tikungan. Alat
angkut harus menurunkan kecepatan di bawah kecepatan rencana. Kecepatan
yang harus digunakan saat melintasi masing-masing tikungan tiap segmen
adalah sebagai berikut:
a.
Y-Z
= 22,805 km/jam
b.
B-C
= 25,740 km/jam
c.
C-D
= 22,899 km/jam
d.
D-C
= 17,927 km/jam
54
h
x 100%
x
Keterangan:
55
V-W
= 10,3 x 100%
200
= 5,15%
W-X
= 13,6 x 100%
200
= 6,8%
X-Y
= 25,7 x 100%
200
= 12,75%
Y-Z
= 24 x 100%
200
= 12%
Z-A
= 26,7 x 100%
200
= 13,35%
A-B
= 15 x 100%
200
= 7,5%
B-C
= 25,2 x 100%
200
= 12,75%
C-D
= 10,5 x 100%
200
= 5,25%
D-E
= 10,9 x 100%
200
= 5,45%
E-F
= 12,2 x 100%
200
= 6,1%
F-G
= 13,6 x 100%
200
= 6,8%
G-H
= 25,5 x 100%
200
= 12,75%
H-I
= 23,4 x 100%
200
= 11,7%
I-J
= 27 x 100%
200
= 13,5%
56
J-K
= 23,9 x 100%
200
= 11,95%
K-L
= 17,3 x 100%
200
= 8,65%
No
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
Beda
tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Grade
(%)
Koreksi
Grade
10.3
200
5.15
Ok
13.6
200
21
6.8
Ok
25.7
200
23
12.75
-4.75
24
200
22
12
-4
26.7
200
24
13.35
-5.35
15
200
32
7.5
Ok
25.2
200
21
12.75
-4.75
10.5
200
23
5,25
Ok
10.9
200
23
5.45
Ok
12.2
200
18
6.1
Ok
30.5
200
17
15.25
-7.25
57
No
Segmen
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
Elevasi
(dpl)
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
Beda
tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Grade
(%)
Koreksi
Grade
25.5
200
18
12.75
-4.75
23.4
200
23
11.7
-3.7
27
200
23
13.5
-5.5
23.9
200
25
11.95
-3.95
17.3
200
32
8.65
-0.65
Kemiringan pada jalan angkut tambang tidak boleh luput dari perhatian,
karena pada saat kondisi jalan menurun operator akan kesulitan melakukan
pengereman kendaraan apalagi pada kondisi jalan yang sempit, ini akan
berpengaruh pada masa pakai rem dan ban, begitu sebaliknya ketika kondisi
jalan yang menanjak akan membutuhkan power yang cukup besar dan
pembakaran yang cepat dimana kebutuhan solar juga akan besar. Hal fatal
lainnya yang dapat terjadi yaitu ketidakmampuan alat angkut saat melakukan
pendakian yang terlalu menanjak sehingga dapat menyebabkan mesin alat
angkut mati mendadak dan fungsi rem mesin diesel dalam keadaan mati
otomatis tidak akan berfungsi, maka alat angkut akan mundur dengan
sendirinya dan akan akibatnya akan terjadi kecelakaan kerja.
Kemiringan jalan angkut maksimum yang dianjurkan berdasarkan teori
adalah sebesar 8%. Dan berdasarkan perolehan data di lapangan, kemiringan
jalan angkut pada PT Semen Padang masih banyak terdapat contoh ruas jalan
58
= 180 mm ~ 18 cm
59
= (0,5 x 8 m) 40 mm/m
= 160
W-X
= (0,5 x 21 m)
= 420
X-Y
Z-A
A-B
B-C
C-D
D-E
40 mm/m
mm ~ 42 cm
= (0,5 x 23 m)
= 460
40 mm/m
mm ~ 64 cm
= (0,5 x 21 m)
= 420
40 mm/m
mm ~ 48 cm
= (0,5 x 32 m)
= 640
40 mm/m
mm ~ 44 cm
= (0,5 x 24 m)
= 480
40 mm/m
mm ~ 46 cm
= (0,5 x 22 m)
= 440
40 mm/m
mm ~ 42 cm
= (0,5 x 23 m)
= 460
Y-Z
mm ~ 16 cm
40 mm/m
mm ~ 46 cm
= (0,5 x 23 m)
40 mm/m
60
= 460
E-F
= (0,5 x 18 m)
= 360
F-G
H-I
I-J
J-K
K-L
40 mm/m
mm ~ 50 cm
= (0,5 x 32 m)
= 640
40 mm/m
mm ~ 46 cm
= (0,5 x 25 m)
= 500
40 mm/m
mm ~ 46 cm
= (0,5 x 23 m)
= 460
40 mm/m
mm ~ 36 cm
= (0,5 x 23 m)
= 460
40 mm/m
mm ~ 34 cm
= (0,5 x 18 m)
= 360
40 mm/m
mm ~ 36 cm
= (0,5 x 17 m)
= 340
G-H
mm ~ 46 cm
mm ~ 64 cm
40 mm/m
61
No
Segmen
V-W
Elevasi
(dpl)
Beda
tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Cross
slope
(m)
Seharusnya
(cm)
10.3
200
tidak
jelas
16
13.6
200
21
tidak
jelas
42
25.7
200
23
tidak
jelas
46
24
200
22
tidak
jelas
44
26.7
200
24
tidak
jelas
48
15
200
32
tidak
jelas
64
25.2
200
21
tidak
jelas
42
10.5
200
23
tidak
jelas
46
10.9
200
23
tidak
jelas
46
12.2
200
18
tidak
jelas
36
30.5
200
17
tidak
jelas
34
25.5
200
18
tidak
jelas
36
177.8
188.1
188.1
2
W-X
201.7
201.7
X-Y
227.4
227.4
Y-Z
251.4
251.4
Z-A'
278.1
278.1
A'-B'
293.1
293.1
B'-C'
318.3
318.3
C'-D'
328.8
328.8
D'-E'
339.7
339.7
10
E'-F'
351.9
351.9
11
F'-G'
382.4
382.4
12
G'-H'
407.9
62
No
Segmen
13
H'-I'
Elevasi
(dpl)
Beda
tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Cross
slope
(m)
Seharusnya
(cm)
23.4
200
23
tidak
jelas
46
27
200
23
tidak
jelas
46
23.9
200
25
tidak
jelas
50
17.3
200
32
tidak
jelas
64
407.9
431.3
431.3
14
I'-J'
458.3
458.3
15
J'-K'
482.2
482.2
16
K'-L'
499.5
Berdasarkan data yang diperoleh, pada ruas jalan yang diukur maka
didapatkan hasil, cross slope-nya belum sesuai dengan ukuran jalan yang ada
karena tidak jelas. Maka peneliti menyarankan agar perawatan jalan oleh
operator motorgrader perlu diawasi lagi. Hal ini menjadi perhatian
mengingat pentingnya pengairan genangan air yang mungkin terjadi pada
permukaan jalan angkut saat hujan jika kemiringan melintang tidak
memenuhi standar. Maka dari itu perusahaan perlu lebih memperhatikan
fungsi pengairan pada jalan angkut tambang dengan mengoptimalkan
kemiringan melintang pada jalan (cross slope) yang kurang memenuhi
standar agar aktivitas pengangkutan dapat tetap efektif meskipun dalam
kondisi musim hujan.
63
5. Drainase
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Berdasarkan data hasil pengukuran di lapangan dan perhitungan, maka
didapatkan tinggi dan kedalaman drainase masing-masing segmen adalah
sebagai berikut:
Tabel 16. Evaluasi Drainase
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jalan angkut yang ada sekarang belum memenuhi syarat lebar minimum, yaitu
19 m untuk jalan angkut dua jalur dan 25 m pada tikungan, sehingga
memerlukan penambahan lebar baik pada kondisi lurus maupun pada
tikungan, penambahan lebar ini dimaksudkan agar tidak terjadi dump truck
menunggu saat berpapasan, pelebaran yang perlu dilakukan pada segmen
V-W, E-F, F-G, G-H
segmen Y-Z, B-C, C-D
64
65
meninjau ulang mengenai kemiringan jalan angkut tambang yang terlalu besar
tersebut agar dapat diperkecil.
4. Pada jalan angkut belum terdapat cross slope sehingga dapat memungkinkan
terjadinya genangan air pada badan jalan dan dapat menyebabkan jalan licin.
5. Untuk mengantisipasi air yang masuk ke permukaan jalan maka perlu dibuat
Drainase, tapi di PT Semen Padang terdapat 50% Drainase tidak berfungsi.
B. Saran
1. Lebar jalan pada jalan lurus maupun tikungan harus memenuhi ukuran
standar yang sesuai dengan ukuran alat angkut yang melewatinya, hal ini
harus menjadi perhatian operator motor grader dan bulldozer dalam
perawatan jalan tambang agar tidak membahayakan terhadap user dan
venichle.
2. Kemiringan jalan angkut tambang (Grade) yang terlalu besar agar dapat
diperkecil dengan cara memperpanjang jalan atau melakukan penimbunan
untuk menambah tinggi elevasi bawah.
3.
66