You are on page 1of 11

pada hakikatny sila ke 4 ini di dasari oleh ketuhanan

yg maha Eza kemanusiaan yg adil & beradab serta


persatuan indonesia, dan mendasari serta menjiwai
sila keadilan sosial. demokrasi pancasila menyerukan
pembuatan keputusan melalui musyawarat mecapai
mufakat ini adalah demokrasi yg menghidupkn
prinsip-prinsip pancasila. hal ini yg menginflikasikan
bahwa hak demokrasi harus selalu di iringi dengan
sebuah kesadaran bertanggung jawab terhadap tuhan
yg maha besar menurut keyakinan beragama masingmasing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan
keatas harkat & martabat manusia, serta
memperhatikan penguatan & pelestarian kesatuan
nasional menuju keadilan sosial. nilai filosofis
terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia
sebagai mahluk individu & mahluk sosial. hakikat
rakyat adalh merupakn sekelompok manusia sebagai
mahluk tuhan yg maha Esa yg bersatu yg bertujuan
mewujudkan harkat & martabat manusia dalam suatu
wilalah negara. rakyat adalah subyek pokok
pendukung negara, negara adalah dari, oleh & untuk
rakyat, oleh karna itu rakyat asal muasal kekuasaan
negara. maka nilai-nilai demokrasi yg terkandung
dalam sila ke 4 adalah: 1. kerakyatan berarti
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, berarti
indonesia menganut demokrasi. 2. hikmat
kebijaksanaan berarti pengunaan fikiran yg sehat
dengan mempertimbangkn kesatuan & persatuan
bangsa, kepentingan rakyat dilaksanakan dengan
sadar,jujur,dan bertanggung jawab,di dorong oleh
itikad baik sesuai dengan hati nurani. 3.
permusyawaratan berarti bahwa dalam merumuskan
atau memutuskan satu hal berdasarkan kehendak
rakyat, & melalui untuk mufakat. 4. perwakilan
berarti sesuatu tata cara turut sertanya rakyat
mengambil bagian dalam kehidupan bernegara,
antara lain melalui badan perwakilan rakyat. 5.
adanya kebebasan yg harus di sertai dengan tanggung
jawab baik terhadap masyarakat bangsa maupun
secara moral terhadap tuhan yg maha Esa. 6.
menjunjung tinggi harkat & martabat kemanusiaan. 7.
menjamin & memperkokoh persatuan & kesatuan
dalam hidup bersama.

peran mahasiswa dalam mewujdakan demokrasi dan


masyarakt yang aman dan nyaman
Mewujudkan bingaki demokrasi dalam bingkai
pergerakan
mahasiswa
Demokrasi, sebuah kata yang menunjuk pada
keperkasaan rakyat, karena memiliki kekuasaan untuk
mengatur kehidupan negara berdasarkan kedaulatan
yang dimilikinya, telah puluhan tahun kehilangan
makna di Indonesia. selama orde baru demokrasi
tidak hanya mengalami reduksi makna, melainkan
telah jungkir balik dari arti yang sebenarnya dan
malah dipakai untuk menghalalkan praktik-praktik
politik yang represif dan menindas rakyat.
Menyelenggarakan sistem yang demokratis tidak
mudah, dan bahkan tidak semua negara yang
mengalami masa transisi berhasil mencapai
konsolidasi demokrasi. membangun demokrasi tidak
sekedar hanya mengandalkan aturan formal saja.
Alam demokrasi memerlukan masyarakat yang
mampu menerapkan nilai-nilai demokratis seperti
toleransi, kesetaraan, membangun konsesus,
mengelola
konflik,
dan
lain
sebagainya.
Setelah lebih dari satu dekade menjalani satu masa
liberalisasi politik, perjalanan demokratisasi di
Indonesia belum menunjukkan perkembangan yang
ideal. Reformasi yang bergulir sejak 1998 ternyata
tidak serta merta mendorong terjadinya transformasi
demokrasi di Indonesia. Beberapa prasyarat
transformasi demokrasi belum terpenuhi dalam
kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Di antara
beberapa
prasyarat
demokrasi
itu
adalah
terwujudnya
kebebasan,
kesetaraan
dan
perlindungan
terhadap
hak
hak
manusia.
Dalam kenyataannya, pelbagai kasus yang
menghambat kehidupan ke arah yang lebih
demokratis kerapkali terjadi. Berbagai pelanggaran
HAM, misalnya, penggusuran yang semena-mena,
dan pengusiran, begitu telanjang dan intens.
Pascareformasi kita memang mencatat ada beberapa
pencapaian yang cukup signifikan. Di antaranya
adalah terwujudnya kebebasan pers, terbentuknya
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pencabutan
dwifungsi ABRI, sistem multipartai, pilkada, dll.
Namun, semua itu masih berkutat pada dimensi yang
prosedural dan seremonial belaka. Sementara pada
dimensi yang lebih substansial, seperti kedaulatan
rakyat, kesetaraan, toleransi, dan keadilan, masih
jauh
dari
yang
dicita-citakan.
Alih-alih menghasilkan demokrasi seperti yang
diangankan selama ini, wacana dan praksis demokrasi

pg. 1

di Indonesia cenderung berkembangdengan suatu


sistem yang ciri, pola, logika dan dinamika
mendasarrnya dibentuk dan dijalankan oleh politik
uang dan kekerasan. Tak ayal, jika kemudian kita
melihat munculnya gejala tirani minoritas dimana
panggung politik kita didominasi segelintir elite, baik
pada tingkatan pusat maupun daerah. Inilah yang
menjelaskan mengapa praktik desentralisasi atau
otonomi daerah yang seharusnya menciptakan
demokratisasi di Indonesia dalam konteks situasi
sekarang menjadi desentralisasi kekuasaan kepada
sekelompok elite lokal yang juga cenderung korup
(Hadiz, 2003). Tirani modal yang kian menggurita juga
membuat demokratisasi di Indonesia mengalami
distorsi.
Berbagai cacat-cacat yang menghambat terwujudnya
praksis demokratisasi di Indonesia tersebut,
membawa kita pada persoalan, apakah proses
transformasi demokrasi sebagai agenda reformasi
benar-benar
mengalami
kebuntuan.
Posisi dan
Demokrasi

Peran Mahasiswa dalam


di
Indonesia

Proses
Kini

Dalam sejarahnya, mahasiswa melalui pergerakannya


telah meneguhkan dirinya sebagai bagian yang tidak
pernah terpisah dari perkembangan mutakhir ruang
dan waktu dimanapun dan kapanpun ia berada
(khususnya dalam proses demokrasi). Mahasiswa
selalu mencoba menjadi simbol sebagai bagian tidak
terpisahkan dari seluruh upaya penciptaan sistem
pemerintahan dan politik yang demokratis seperti
yang selama ini dicita-citakan oleh para founding
fathers
negeri.
Namun, itu semua hanyalah sebagian kecil dari wajah
mahasiswa yang realitasnya kini patut kita
pertanyakan apa masih tetap berlangsung. apakah
mahasiswa masih ajeg dengan idealisme dan
kritismenya seperti yang ternaung dalam dokumendokumen sejarah perjuangannya? Apakah mereka
masih memiliki kemampuan menghadapi gelombang
sejarah baru yan gsama sekali berbeda dengan situasi
sebelumnya?
Disadari atau tidak, semua fenomena itu sekarang
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari cara
berfikir, sikap hidup dan perilaku sosial sehari-hari
yang dianut oleh para elit politik dan mulai
merambah pada masyarakat kebanyakan. Inilah
produk dari sistem sosial, politik, dan ekonomi di
masa lalu yang tak bisa dielakkan. Maksud luhur

untuk membangun tata kehidupan keindonesiaan


yang baru, terhenti pada utopia, bila cara berfikir
bangsa
sudah
rusak.
Dari sinilah salah satu letak kesulitan utama bagi
gerakan mahasiswa dalam proses mewujudkan
demokrasi di Indonesia. idealisme juga mesti
diselamatkan dalam bingkai demokrasi dan
perjuangan atas nama kepentingan rakyat.
Menurut J. Benda, ia mengungkapkan bahwa posisi
mahasiswa dalam proses demokrasi adalah peran
idealism yang tak kenal lelah menjunjung tinggi nilainilai seperti: kebenaran (la verite), keadilan (la justice)
dan pencerahan (la rasion). Karena itu, mudah
dipahami bahwa peran-peran idealisme mahasiswa
itu akan tetap diakui, sepanjang mereka masih
lantang menyuarakan cita-cita ideal bagi tatanan
sosial. Dalam konteks ini, idealism dimakanai sebagai
proses jangka panjang mahasiswa dalam meretas
dirinya secara kontinyu tanpa ada kepentingan yang
sempit dan temporal. Apabila mahasiswa sudah tidak
lagi mementingkan tertanamnya nilai-nilai ilmu
pengetahuan, dan justru mengutamakan kepentingan
pribadi maupun praksis lainnya, maka hal itu adalah
bentuk pengkhianatan intelektual (la trahison des
cleres).
Ke depan, diharapkan peranan mahasiswa dalam
proses demokrasi, mampu tampil sebagai organ
bangsa yang memiliki kredibilitas dan kualitas
mahasiswa yang bisa dibanggakan. Yaitu mahasiswa
yang mampu memberikan kontribusi nyata kepada
bangsa untuk mewujudkan demokratisasi yang
sesungguhnya. Mahasiswa yang memiliki sifat
dinamis, kreatif, responsive dan peka terhadap
problema-problema kemasyarakatan.
Nilai Yang Terkandung Dalam Sila ke 4 Pancasila
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA TINJAUAN SILA
KE-4 PANCASILA Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Sistem keadilan dan demokrasi yang berlaku di


Indonesia selalu mengacu dan berbasis kepada

pg. 2

Pancasila dan didukung oleh UUD 1945. Pancasila pun


menjadi sebuah landasan dalam penentuan prinsip
dan pandangan hidup. Namun dewasa ini semakin
banyak penyimpangan nilai nilai Pancasila
berdasarkan butir butir yang terkandung di
dalamnya. Namun nilai tersebut serasa hilang jika
dibandingkan dengan kehidupan Bangsa pada zaman
ini. Penyimpangan pun sudah dianggap hal yang biasa
dilakukan, dianggap sebagai sesuatu yang bisa
dilanggar menjadi biasa dilanggar.

Sebagai Negara Indonesia, kita menganut sistem


Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila merupakan
demokrasi konstitusional dengan mekanisme
kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara
dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan
konstitusi yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai
demokrasi pancasila terikat dengan UUD 1945 dan
pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.

Dalam sila ke-4 Pancasila yang berbunyi Kerakyatan


yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
perwakilan, terkandung butir butir nilai antara lain
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat,
setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama. (2) Tidak boleh
memaksakan kehendak kepada orang lain. (3)
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama. (4)
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan. (5) Menghormati dan
menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah. (6) Dengan itikad baik dan
rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah. (7) Di dalam
musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan. (8)
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur. (9) Keputusan yang
diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan
dan kesatuan demi kepentingan bersama. (10)
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
Namun butir nilai yang terkandung dalam sila
tersebut semakin hilang dan tersamarkan artinya.
Contoh kecil adalah semakin berkurangnya sistem
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Tinjauan Masalah

ISI DAN PEMBAHASAN

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sudah


semakin tergeser dari fungsi dan kedudukannya
dalam era demokrasi ini. Sebuah sila dari Pancasila
yang hampir tidak diterapkan lagi dalam
demokratisasi di Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila
berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Penggalan kata dari sila ke-4 yaitu :
Kerakyatan disini adalah rakyat Indonesia itu sendiri,
Hikmat kebijaksanaan adalah sebuah lembaga
perwakilan kerakyatan (dalam hal ini DPD,DPRD, DPR)
yang mempunyai kewenangan dan kebijaksanaan dan
berperan sebagai wakil rakyat. Sedangkan
permusyawaratan perwakilan adalah sebuah
musyawarah sampai menemui kata mufakat.
Hal ini terlihat jelas pada pelaksaan pemilu yang
berbeda jauh dari pelaksanaan pemilu pada saat Orde
Baru. Pemilu saat ini, baik pemilihan Caleg, Bupati,
Gubernur, bahkan sampai tingkatan Presiden semua
warga negara Indonesia diberi hak sepenuhanya
untuk ikut memilih. Padahal dalam sila ke-4 Pancasila
jelas- jelas disebutkan bahwa Kerakyatan dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
Namun, dalam kenyataannya, pelaksanaan pemilu
(permusyawaratan perwakilan) dalam pelaksaan
demokrasi di Indonesia ini, semua rakyat ikut serta
dalam pemilihan tersebut. Hal ini ada baiknya, ada
buruknya pula. Baiknya yaitu kita bisa belajar

pg. 3

menghargai pendapat orang lain. Namun buruknya


adalah yang menjadi pemenang bukan dilihat dari
kualitas, tetapi menang karena kuantitas. Hal ini
disebabkan karena pemilih kebanyakan adalah rakyat
biasa, dan jika dilihat dari rata- rata pendidikan di
Indonesia yang mencapai pendidikan tingkat
menengah saja kurang dari 30% dari total seluruh
penduduk Indonesia, dan mereka yang ikut memilih
belum tentu mengerti dan paham kinerja dan prestasi
calon yang akan ditarungkan pada pemilu tersebut.
Karena hal inilah mengapa dalam Pancasila (sila ke-4)
sudah diatur bahwa yang berhak memilih hanyalah
wakil- wakil rakyat yang mempunyai kebijakan (DPD,
DPRD, DPR), pendidikan dan pemahaman tentang
calon - calon yang akan dipilih yang lebih tinggi dan
luas dari kebanyakan rakyat di Indonesia,para wakil wakil rakyat tentunya akan memilih calon
berdasarkan kualitas dan berusaha memilih yang
terbaik untuk rakyatnya. Bayangkan jika misal lebih
dari 80% penduduk Indonesia yang berpendidikan
rendah dan belum paham betul siapa dan bagaimana
karakteristik calon yang akan dipilih, mereka semua
diberi hak untuk memilih, tentu saja mereka tidak
akan memilih berdasarkan kualitas, mereka akan
memilih karena ajakan teman atau tetangga, memilih
calon yang telah mengadakan kampanye di
daerahnya dan membagi - bagikan banyak uang agar
dipilih. Hal ini sangat menyedihkan karena bisa saja
jika sudah terpilih nanti, calon tadi tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik, malah bisa saja
melakukan korupsi dan kejelekan- kejelekan lain yang
bisa menjatuhkan namanya atau bahkan institusinya
bahkan partai yang mengusungnya. Memang dalam
pemilihan caleg DPD, DPRD, dan DPR rakyat harus
ikut memilih tetapi dalam pemilihan bupati, gubernur
dan presiden, yang berhak memilih hanyalah wakilwakil rakyat saja (sesuai dengan sila ke-4). Namun
dalam pelaksanaannya, baik memilih bupati,
gubernur, maupun presiden semua rakyat Indonesia
saat ini diberi hak untuk memilih. Mungkin saja,
Indonesia meniru sistem politik Amerika. Namun
dalam hal ini Amerika sendiri sudah sejak berabadabad yang lalu menerapkan demokrasi dan jelas
bahwa demokrasi di Amerika sudah tertata rapih

dibanding Indonesia. Tidak usah kita bandingkan


antara pemilu Amerika dan Indonesia. Kita sudah
banyak melihat pemilihan bupati dan gubernur di
berbagai daerah di Indonesia, hampir semuanya
diwarnai kericuhan karena tidak terima calon bupati
atau gubernurnya kalah dalam pemilu, para massa
yang mendukung pasti akan mengadakan demonstasi,
bahkan seringkali merusak kantor yang menangani
perhitungan suara pemilu. Hal ini tidak akan terjadi
apabila dalam pemilihan bupati atau gubernur
diwakilkan oleh wakil rakyat saja (DPD dan DPRD, DPR
jika pemilihan presiden) Tidak hanya pemilu saat ini
saja yang telah jauh dari pancasila. UUD 1945 yang
diamandemen dengan seenaknya dan sudah berjalan
beberapa kalipun termasuk dalam penyimpangan
Pancasila. Bagaimana negara ini akan maju, jika dasar
negara yang telah dibuat oleh para pendiri negara kita
tidak kita hiraukan lagi.
Dampak Permasalahan
Berdasarkan masalah masalah yang telah
diuraikan diatas, setiap opsi baik sistem pemilihan
secara langsung maupun pemilihan perwakilan pada
akhirnya memiliki nilai tambah dan kurang masing
masingnya. Pemilihan secara langsung akan
menjadikan presiden sebagai seorang yang tunggal
kekuasaannya tanpa pengaruh pihak manapun. Atau
dapat disebut sebagai sistem pemerintahan
presidensial. Berikut adalah dampak negatif dari
sistem pemerintahan presidensial :
1.
Terjadi pemusatan kekuasaan Negara pada satu
lembaga, yaitu presiden.
2.
Peran pengawasan & perwakilan DPR semakin
lemah.
3.
Pejabat pejabat Negara yang diangkat
cenderung dimanfaat untuk loyal dan mendukung
kelangsungan kekuasaan presiden.
4.
Kebijakan yang dibuat cenderung
menguntungkan orang orang yang dekat presiden.
5.
Menciptakan perilaku KKN.
6.
Terjadi personifikasi bahwa presiden dianggap
Negara.

pg. 4

7.
Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk
pada presiden

kabinet
jika
mayoritas
anggota
parlemen
menyampaikan mosi tidak percaya kepada kabinet.

Sedangkan dampak positifnya adalah :

5.
Kepala Negara tidak sekaligus sebagai kepala
pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah perdana
menteri,
sedangkan kepala negara adalah
presiden/sultan/raja

1.
Presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan.
2.
Presiden mampu menciptakan pemerintahan
yang kompak dan solid.
3.
Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah
jatuh atau berganti.
4.
Konflik dan pertentangan antar pejabat Negara
dapat dihindari.
Dilihat dari sistem pemilihannya, maka opsi lain yaitu
pemilihan oleh badan parlemen seperti MPR/DPR
termasuk kedalam sistem parlementer. Sistem
parlementer adalah sistem pemerintahan dimana
badan parlemen memiliki kekuasaan lebih tinggi
dibandingkan presiden. Pada sistem pemerintahan
ini, presiden menjadi pelaksana komando yang
dicanangkan oleh parlemen. Berikut ini adalah ciri
ciri sistem parlementer :
1.
Badan legislative atau parlemen adalah satu
satunya badan yang anggotanya dipilih oleh rakyat
melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki
kekuasaan besar sebagai badan perwakilan dan
lembaga legislatif.
2.
Anggota parlemen terdiri atas orang- orang dari
partai politik aygn memenangkan pemilihan umum.
Partai politik yang menang dalam pemilihan umum
memiliki peluang besar menjadi mayoritas dan
memiliki kekuasaan besar di parlemen.
3.
Pemerintah atau kabinet terdiri atas para
menteri dan perdana menteri sebagai pemimpin
kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk
melaksanakan kekuasaan eksekutif. Dalam system ini,
kekuasaan eksekutif berada pada perdana meteri
sebagai kepala pemerintahan.
4.
Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen
dan dapat bertahan sepanjang mendapat dukungan
mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa
sewaktu - waktu perlemen dapat menjatuhkan

6.
Sebagai pengimbangnya, parlemen dapat
menjatuhkan kabinet. Kepala Negara dapat
membubarkan
parlemen.
Dengan
demikian,
presiden/ raja atas saran perdana menteri dapat
membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan
pemilihan umum lagi untuk memebentuk parlemen
baru.
Kenyataan
Berdasarkan pemilu yang telah dilakukan oleh
beberapa daerah ataupun wilayah di Indonesia yang
hasil dari pemilihan tersebut akan dijadikan sebagai
calon legislatif yang akan memimpin daerah tersebut.
Pemilihan kepala daerah yang dilaksanankan di
Indonesia sangatlah demokratis jika dilihat dari
proses pemilihannya semua penduduk akan memiliki
hak pilih masing-masing untuk memilih calon
pemimpin yang mereka jagokan. Akan tetapi melalui
proses pemilihan yang demokratis tersebut mulai
muncullah kecurangan-kecurangan yang dilakukan
oleh para calon pemimpin daerah tersebut.
Tindak kecurangan yang pertama adalah money
politic yang sangat sering kita dengarkan setiap kali
diadakannya pemilu. Kecurangan ini dilakukan
dengan cara memberikan sejumlah uang yang
nantinya akan diberikan kepada penduduk yang
memiliki hak pilih. Sehingga para penduduk tersebut
akan tergiur oleh uang yang diberikan dari calon
legislatif tersebut dan penduduk langsung
memberikan hak suaranya kepada calon legislatif
walaupun model kepemimpinan dari calon tersebut
sangatlah jelek dan kurang memihak kepada
rakyatnya.
Tindak kecurangan yang kedua ialah pemilih yang
memiliki hak suara ganda. Model kecurangan yang

pg. 5

satu ini merupakan model kecurangan yang baru


keluar pada pemilu yang terakhir ini. Praktek dari
kecurangan ini adalah pada seorang pemilih
mendapatkan kartu identitas pemilih double sehingga
dia memiliki hak pilih sebanyak dua kali. Proses dari
pembuatan kartu hak pillih ini didasarkan atas dasar
pendataan yang dilakukan oleh para ketua RT yang
mendata waranya yan telah mencapai kriteria sebagai
pemilih yang sah. Kemudian data yang diperoleh
tersebut akan diserahkan kepada kantor desa dan
dilanjutkan lagi kepada Komisi Pemilihan Umum(KPU)
bagian kota/kabupaten yang akan diserahkan kepada
KPU pusat untuk melakukan proses pendataan ulang
yang nantinya akan membuat kartu sebagai bukti
memperoleh hak pilih pada saat pemilu. Entah pada
proses yang mana telah terjadi kesalahalan
pendataan terhadah para calon hak pilih sehingga
banyak pemilih yang memiliki hak pilih yang ganda.
Efeknya dari kepemilikan hak pilih ganda tersebut
dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertangung
jawab untuk memperoleh suara yang sebanyakbanyaknya agar mereka berhasil menjadi pemimpin
daerah tersebut.

menyelenggarakan pemilu, pada daerah tersebut


tidak melakukan penyegelan pada gembok yang
digunakan untuk mengunci kotak suara. Sehingga ada
beberapa oknum dari anggota calon legislatif dapat
dengan leluasa untuk merubah suara yang telah
dipilih oleh para warga. Dengan penggantian tersebut
mereka dapat merusak suara yang diberikan kepada
musuh mereka dan menggantinya dengan suara yang
dapat menambah suara untuk calon legislatifnya
sendiri.
Penyelesaian
Melihat kenyataan dan fakta yang telah dipaparkan
sebelumnya, diketahui bahwa Indonesia adalah
Negara yang sama sekali belum siap apabila seluruh
sistem pemerintahannya hanya dipercayakan kepada
Wakil wakil Rakyatnya, walaupun hal tersebut
dapat dilihat sebagai penyimpangan dari nilai
Pancasila.

Tindak kecurangan yang ketiga adalah adanya


kesalahan terhadap pendataan warga yang memilki
hak pilih, misalnya warga yang sudah meninggal dunia
masuk dalam data warga yang memiliki hak pilih dan
ada juga seorang bayi yang baru lahir sekitar dua
bulan juga telah terdata sebagai warga yang memiliki
hak pilih yang sah. Dari data yang salah tersebut
dimanfaatkan oleh para calon legislatif untuk
mendapatkan suara dengan menggunakan nama
pemilik suara tetapi orang yang akan memilih
tersebut bukanlah orang yang tercantum dalam kartu
pemilih. Orang tersebut adalah orang suruhan dari
anggota calon legislatif untuk memperoleh suara yang
lebih banyak

Maka jika kita lihat dari beberapa hal yang telah kita
bahas, terdapat dua jenis pemilihan yang selalu
menjadi pro-kontra di Negara Indonesia ini, yaitu
pemilihan langsung dan pemilihan tidak langsung.
Yang mana pemilihan langsung berdasar demokrasi
langsung yaitu proses demokrasi bersih, disini rakyat
diberi kebebasan secara mutlak untuk memberikan
pendapatnya. Sedangkan pemilihan tidak langsung
berdasar demokrasi perwakilan yaitu demokrasi yang
dilakukan oleh Wakil Rakyat yang sebelumnya telah
dipilih dan diambil dari rakyat. Dua pemilihan
tersebut merupakan jenis demokrasi yang masih
tercakup dengan luas dalam demokrasi Pancasila,
namun saat ini Indonesia menggunakan sistem
demokrasi langsung. Dimana hasil keputusan rakyat
menjadikan suatu hal yang mutlak, seperti pada
prinsip demokrasi yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.

Tindak kecurangan yang selanjutnya adalah kertas


suara yang telah dimasukkan didalam kotak suara
seharusnya dikunci dengan gembok kemudian
dilakukan penyegelan pada gembok tersebut. Akan
tetapi hal ini terjadi lain pada suatu daerah yang

Setelah kita mengetahui sisi positif dan negatif dari


tiap opsi pemilihan, kita dapat membuat suatu
penyelesaian atas masalah yang tidak kunjung selesai
ini. Pertama, dilihat dari sudut pandang Pancasila
sebagai dasar Negara dan pandangan hidup Bangsa

pg. 6

Indonesia, hal ini tentu sangat tidak sesuai dengan


apa yang tertulis pada sila ke-4 Pancasila yang
berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan,
kata dipimpin memiliki arti yaitu diwakili atau
ditentukan, ketika disambungkan dengan kata
hikmat kebijaksanaan memiliki arti suatu badan
yang menentukan kebijakan, dan kata terakhir
permusyawaratan perwakilan yang memiliki arti
musyawarah bersama yang dilakukan oleh
perwakilan rakyat rakyat. Sehingga jika kata kata
tersebut disambungkan makna dan artinya, sila ke-4
mempunyai makna bahwa sistem kerakyatan
dipimpin oleh suatu badan yang menentukan dan
memegang kebijakan yang telah dipilih sebagai
perwakilan rakyat serta melakukan musyawarah
bersama dalam menentukan keputusan. Namun
pada kenyataannya di Negara ini, kepercayaan tidak
dapat diberikan secara penuh kepada para petinggi
perwakilan rakyatnya. Meskipun sebelumnya para
wakil rakyat telah dipilih oleh rakyat, nyatanya masih
banyak terdapat money politics dalam pelaksanaan
pemilihan umum yang membuat hanya sedikit parawakil-rakyat yang benar benar mewakili suara
rakyat dengan duduk di antara petinggi Negara.
Apabila money politics-lah yang memilih petinggi
Negara, maka bukan tidak mungkin apabila dalam
penentuan keputusan pemilihan Pemimpin Negara
(Presiden) yang dilakukan dengan musyawarah malah
terlibat hal yang sama (money politics). Bahkan
perilaku petinggi yang seharusnya menjadi pegangan
rakyat dalam menentukan keputusan malah semakin
menjadi jadi seperti yang telah banyak diberitakan
pada media massa. Berbeda jika dibandingkan
dengan jaman kemerdekaan dulu dimana pemilihan
presiden Soekarno dan wakil presiden Moch.Hatta
dilakukan dengan cara musyawarah oleh para
petinggi rakyat dan pejuang, dikarenakan tujuan
pemilihan mereka hanya satu pada waktu itu, yaitu
membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, tanpa
ada niat terselubung lainnya, bagaimana jika
sekarang? Perebutan tahta petinggi selalu dibumbui
dengan angan angan kekuasaan luas dan harta
melimpah. Jadi dapat kita simpulkan, apabila dengan

keadaan Negara Indonesia yang seperti ini terus


menerus maka sistem demokrasi Pancasila yang
menjunjung tinggi musyawarah pun tidak dapat
dilakukan.
Jika ditinjau dari sudut pandang demokrasi pun hal ini
juga tidak dapat disalahkan secara utuh dan
menyeluruh. Sistem demokrasi seperti ini mempunyai
beberapa kelebihan yang telah kita paparkan
sebelumnya yang tidak dimiliki oleh sistem
perwakilan. Dalam sisi positifnya, sistem demokrasi
dapat melibatkan seluruh komponen Negara dalam
penentuan keputusan, dari rakyat, oleh rakyat, untuk
rakyat. Tetapi seharusnya jika rakyat yang memilih
para petinggi petinggi tersebut, mereka lah yang
seharusnya bertanggungjawab kepada rakyat.
Sebagaimana
presiden
menyampaikan
pertanggungjawaban kepada DPR/MPR, hal yang
serupa pun harus dialami oleh rakyat sebagai
pemilihnya. Presiden maupun petinggi lainnya harus
menyampaikan
pertanggungjawabannya
secara
langsung kepada rakyat, mengingat pemilihan mereka
juga secara langsung dilakukan oleh rakyat. Sehingga
jika kita tarik kesimpulan, Indonesia Negara yang
menjunjung tinggi keadilan demokrasi seharusnya
bisa lebih meninjau sejauh mana demokrasi tersebut
dapat berjalan. Namun dilihat dari keadaan Negara
saat ini, walaupun sistem demokrasi telah berjalan
lama, masih terdapat beberapa bagian yang harus
diperbaiki dan ditinjau ulang, Indonesia harus jauh
lebih mempersiapkan diri baik internal maupun
eksternal untuk menjalankan sistem demokrasi dalam
pemerintahannya.
A. Makna sila ke-4 Pancasila
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia sudah mulai
tergeser fungsi dan kedudukannya pada zaman
modern ini. Sebuah sila dari Pancasila yang hampir
tidak diterapkan lagi dalam demokratisasi di
Indonesia yaitu Sila ke-4 Pancasila berbunyi
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam
perwusyawaratan
perwakilan.
Sila ke-4 merupakan penjelmaan dalam dasar politik
Negara, ialah Negara berkedaulatan rakyat menjadi
landasan mutlak daripada sifat demokrasi Negara

pg. 7

Indonesia.Disebabkan mempunyai dua dasar mutlak,


maka sifat demokrasi Negara Indonesia adalah mutlak
pula, yaitu tidak dapat dirubah atau ditiadakan.
Berkat sifat persatuan dan kesatuan dari Pancasila,
sila ke-4 mengandung pula sila-sila lainnya, sehingga
kerakyatan dan sebagainya adalah kerakyatan yang
berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia
dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Binatang banteng (Latin:Bos javanicus) atau lembu
liar merupakan binatang sosial, yang sama halnya
dengan manusia . Pertama kali dicetuskan oleh
Presiden Soekarno dimana pengambilan keputusan
yang dilakukan bersama (musyawarah), gotong
royong, dan kekeluargaan merupakan nilai-nilai khas
bangsa
Indonesia.
Sila ke-4 pancasila yang berbunyi Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan memiliki makna :

Mengutamakan kepentingan negara dan


masyarakat.
Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam
mengambil
keputusan
bersama.
Bermusyawarah sampai mencapai katamufakat
diliputidengan
semangat
kekeluargaan.
Sila ke-4 yang mana berbunyi kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.Sebuah kalimat yang
secara bahasa membahasakan bahwa Pancasila pada
sila ke 4 adalah penjelasan Negara demokrasi.
Dengan analisis ini diharapkan akan diperoleh makna
yang akurat dan mempunyai nilai filosofis yang
diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan
bermasyarakat. Tidak hanya itu, sila ini menjadi
banyak acuan dari setiap langkah pemerintah dalam
menjalankan
setiap
tindakannya.
Kaitannya dengan arti dan makna sila ke 4 adalah
sistem demokrasi itu sendiri.Maksudnya adalah
bagaimana konsep demokrasi yang berarti setiap
langkah yang diambil pemerintah harus ada kaitannya
dengan unsur dari, oleh dan untuk rakyat. Disini,
rakyat menjadi unsur utama dalam demokrasi. Itulah
yang seharusnya menjadi realita yang membangun
bangsa.

Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang akan


kita
bahas
sebagai
berikut
:
1.
Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi
dalam arti umum yaitu pemerintahan dari, oleh dan
untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang
melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik
yang tergabung dalam pemerintahan dan kemudian
adalah
peran
rakyat
yang
diutamakan.
2.
Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan
putusan secara bulat, dan sesudah itu diadakan
tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting
yaitu mengusahakan keputusan secara bulat. Bulat
yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya
keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama.
Dengan demikian berarti bahwa penentu demokrasi
yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat
sebagai hasil kebikjasanaan.Oleh karena itu kita ingin
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya didalam
kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan
itu harus merupakan suatu nilai yang ditempatkan
lebih
dahulu.
3.
Dalam melaksanakan keputusan diperlukan
kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu diingat bahwa
keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga
membawa
konsekuensi
adanya
kejujuran
bersama.Perbedaan secara umum demokrasi di barat
dan
di
Indonesia
yaitu
terletak
pada
permusyawaratan.Permusyawaratan diusahakan agar
dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang
diambil
secara
bulat.
Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia,
bagi kita apabila pengambilan keputusan secara bulat
itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan
pemungutan suara.Kebijaksanaan ini merupakan
suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang
bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak.Jika
demokrasi diartikan sebagai kekuatan, maka dari
pengamatan sejarah bahwa kekuatan itu memang di
Indonesia berada pada tangan rakyat atau
masyarakat.
Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah
demokrasi. Demokrasi yang mana dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah
pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas,
terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
fisik/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah
pemimpin yang berhatinurani, arif, bijaksana, jujur,
adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-

pg. 8

kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin


yang profesional (hikmat) dan juga dewasa
(bijaksana). Itu semua negara demokratis yang
dipimpin oleh orang yang dewasa profesional
dilakukan
melalui
tatanan
dan
tuntunan
permusyawaratan/perwakilan.Tegasnya, sila keempat
menunjuk pada NKRI sebagai Negara demokrasiperwakilan yang dipimpin oleh orang profesionaldewasa melalui sistem musyawarah. Sebuah
kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang
Maha Besar menurut keyakinan beragama masingmasing, dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan ke
atas harkat dan martabat manusia, serta
memperhatikan penguatan dan pelestarian kesatuan
nasional menuju keadilan sosial.
B. Nilai dan Butir - Butir Sila Ke-4 Pancasila
Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila
ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, serta persatuan Indonesia, dan
mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi
seluruh
rakyat
Indonesia.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah
bahwa hakikat negara adalah sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.Hakikat rakyat adalah merupakan
sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa yang bersatu yang bertujuan muwujudkan
harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah
negara.Rakyat adalah merupakan subjek pendukung
pokok negara.Negara adalah dari, oleh dan untuk
rakyat, oleh karena itu rakyat adalah merupakan asal
mula kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai
demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan
dalam hidup negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang
terkandung dalam sila keempat adalah :
Adanya kebebasan yang harus disertai dengan
tanggung jawab baik terhadap masyarakat bangsa
maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha
Esa.
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Menjamin dan memperkokoh persatuan dan
kesatuan dalam hidup bersama.

Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras,


suku, agama, karena perbedaan adalah
merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
Mengakui adanya persamaan hak yang melekat
pada setiap individu, kelompok, ras, suku,
maupun agama.
Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama
kemanusiaan yang beradab.
Menjunjung tinggi atas musyawarah, sebagai
moral kemanusiaan yang beradab.
Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan
dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan
bersama.
Butir-butir sila ke-4 dalam Pancasila:
Sebagai warga negara dan warga masyarakat,
setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi
oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap
keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab
menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
C. Sikap-Sikap Positif Hak Dan Kewajiban Sesuai
Sila Ke-4
Dalam berbangsa dan bernegara sebagai Warga
negara Indonesia (WNI) kita harus selalu bersikap

pg. 9

positif agar tercipta persatuan, kedamaian, dan


kesejahteraan rakyat. Sikap- sikap positif tersebut
adalah :
Mencintai Tanah Air (nasionalisme).
Menciptakan persatuan dan kesatuan.
Ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan.
Mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap
keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Mengeluarkan pendapat dan tidak boleh
memaksakan kehendak orang lain.
Sebagai warga negara dan warga masyarakat,
setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
Memperoleh kesejahteraan yang dipimpin oleh
perwalian.
D. Implementasi dari sila ke-4 dalam Pancasila
Pelaksanaan sila ke-4 dalam masyarakat pada
hakekatnya didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, serta
Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai
sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hak
demokrasi harus selalu diiringi dengan sebuah
kesadaran bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang
Maha Esa menurut keyakinan beragama
masingmasing, dan menghormati nilai-nilai
kemanusiaan, serta menjunjung tinggi persatuan.
Adapun pelaksanaan /implementasi dari penerapan
sila ke-4 dari pancasila adalah;
1. Sebagai warga Negara dan masyarakat, setiap
manusia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
2. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi dan golongan.
3. Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab
menerima dan melaksanakn hasil keputusan
musyawarah.
4. Tidak boleh memaksakan kehendak orang lain.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi
oleh semangat kekeluargaan.
6. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap
keputusan yang dicapai dalam musyawarah.
7. Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, dan keadilan, serta mengutamakan

persatuan dan kesatuan bersama.


8. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil
yang dipercayai untuk
melaksanakan permusyawaratan.
E. Penyimpangan yang terjadi pada sila ke-4
Pada saat ini,Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia sudah semakin tergeser dari fungsi dan
kedudukannya dalam era demokrasi ini. Paham ini
sebelumnya sudah dianut oleh Amerika yang
notabene adalah sebuah Negara adidaya dan bukan
lagi termasuk negara berkembang, pun di Amerika
sendiri yang sudah berabad- abad menganut
demokrasi masih dalam proses demokratisasi. Artinya
sistem demokrasi Amerika serikat sedang dalam
proses dan masih memakan waktu yang cukup lama
untuk menjadi Negara yang benar- benar demokratis.
Namun jika dibandingkan Indonesia, demokratisasi di
Amerika sudah lebih menghasilkan banyak kemajuan
bagi negaranya.
Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari bangsa
Indonesia terhadap landasan/dasar Negara dan
hukum yang ada di Indonesia ini. Seharusnya jika
bangsa Indonesia mampu melaksanakan apa yang
telah diwariskan para pahlawan kita terdahulu.
Adapun penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan terhadap sila ke-4 adalah:
1. Banyak warga Negara/masyarakat belum
terpenuhi hak dan kewajibannya didalam hukum.
2. Ketidak transparannya lembaga-lembaga yang
ada didalam Negara Indonesia dalam sistem
kelembagaannya yang menyebabkan masyarakat
enggan lagi percaya kepada pemerintah.
3. Banyak para wakil rakyat yang merugikan Negara
dan rakyat, yang seharusnya mereka adalah
penyalur aspirasi demi kemajuan dan
kesejahteraan Negara Indonesia.
4. Banyak keputusan-keputusan lembaga hukum
yang tidak sesuai dengan azas untuk mencapai
mufakat,sehingga banyak masyarakat yang
merasa dirugikan.
5. Banyak masyarakat yang kurang bisa
menghormati adanya peraturan-peraturan yang
dibuat oleh pemerintah.
6. Demonstrasi yang dilakukan tanpa melapor
kepada pihak yang berwajib.
7. Kasus kecurangan terhadap pemilu, yang melihat
bukan dari sisi kualitas, tetapi dari kuantitas.

pg. 10

8. Lebih mementingkan kepentingan pribadi atau


golongan daripada kepentingan bersama atau
masyarakat.
9. Menciptakan perilaku KKN.
10. Pejabat pejabat Negara yang diangkat
cenderung dimanfaat untuk loyal dan
mendukung kelangsungan kekuasaan presiden

pg. 11

You might also like