You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perusahaan tambang batubara dengan wilayah konsesi pertambangan
mencakup sekitar 118.400 ha. di tiga lokasi penambangan: Lati, Binungan, dan
Sambarata. Wilayah operasi yang luas tentu kegiatan eksplorasi dan
operasional perusahaan tidak bisa dilakukan oleh PT Berau Coal sendiri,
sehingga membutuhkan tenaga dari luar (outsourcing). Pada saat ini ada 189
mitra kerja yang sedang bekerja sama dengan PT Berau Coal, untuk itu
diperlukan kerjasama dan perjanjian kontrak demi terwujudnya keselamatan,
kesehatan kerja dan kelestarian lingkungan sesuai dengan janji BeGeMS.
Sehingga, perlu adanya pengendalian kontraktor khususnya yang terkait K3,
tentunya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Peraturan perundangan yang menjadi pedoman dalam keselamatan
kontraktor ada dua sisi, yaitu perlindungan keselamatan kerja dan hubungan
perburuhan atau ketenagakerjaan. Perlindungan keselamatan kerja mengacu
pada undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dalam
undang-undang ini ditetapkan mengenai kewajiban pengusaha, kewajiban dan
hak tenaga kerja serta syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh
organisasi. Pada Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja lampiran 1 Bab kedua
pasal 11 ayat 2 (a) Tindakan pengendalian meliputi pengendalian terhadap
kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja sekurang-kurangnya mencakup pengendalian

terhadap bahan, peralatan, lingkungan kerja, cara kerja, sifat pekerjaan, dan
proses kerja.
Perlindungan terhadap hubungan perburuhan atau ketenagakerjaan
diatur dalam undang undang No. 13 Tahun 2003, pasal 86 menyebutkan
bahwa setiap organisasi wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan
kerja untuk melindungi keselamatan tenaga kerja. Pada pasal 87 mewajibkan
setiap organisasi melaksanakan sistem manajemen K3 yang terintegrasi
dengan manajemen organisasi lainnya.
Pada perundangan keselamatan kerja, setiap pengusaha bertanggung
jawab menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerjanya,
tanpa memandang yang bersangkutan pekerja perusahaan, kontraktor, tamu
atau pihak lainnya. Asas ini melihat bahwa tanggung jawab keselamatan
disuatu tempat kerja berada di tangan pengelola. Oleh karena itu, pengelola
juga bertanggung jawab menjamin keselamatan tenaga termasuk jaminan
kecelakaan kerja. Jika tenaga kerja mengalami kecelakaan, tanggung jawab
dari segi ketenagakerjaan berada di tangan perusahaannya.
Kontraktor sebagai mitra kerja yang akan bekerja di lingkungan
perusahaan, dalam bekerjasama harus dinilai kesiapannya untuk melaksanakan
pekerjaan secara menyeluruh terutama masalah K3, karena kelalaian
kontraktor bisa menjadikan kecelakaan kerja yang akan menimbulkan
kerugian dan merusak kinerja K3 perusahaan. Tenaga kerja kontraktor sangat
rawan mengalami kecelakaan kerja karena beberapa faktor sebagai berikut:
Tenaga kerja kontraktor khususnya untuk pekerjaan kasar merupakan
tenaga

kerja

berpendidikan

rendah.

Faktor

tersebut

mempengaruhi

pengetahuan dan kebutuhan akan K3 yang relatif kurang. Tenaga kerja dengan
pengetahuan K3 relatif kurang akan melakukan tindakan tidak aman dan
menciptakan kondisi tidak aman dalam bekerja.
Pada umumnya tenaga kontraktor berada atau bersinggungan langsung
dengan pekerjaan. Tenaga kontraktor yang paling sering terkena pajanan
bahaya di tempat kerja. Tenaga kerja perusahaan kebanyakan hanya bersifat
memantau dan mengawasi tenaga kerja kontraktor. Oleh karena itu, tenaga
kerja kontraktor lebih rentan terhadap bahaya dan terjadinya kecelakaan.
Kepedulian kontraktor khususnya kontraktor kecil akan keselamatan
pekerjaannya masih relatif kurang. Kontraktor kecil dengan kemampuan
terbatas belum mampu memenuhi kebutuhan keselamatan. Untuk itu
perusahaan harus membuat kesepakatan supaya kontraktor kecil menjamin
keselamatan operasinya.
Kontraktor selalu berupaya menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat
karena dikejar jadwal atau target penyelesaian pekerjaan. Penyelesaian
pekerjaan

dengan

cepat

terkadang

mengabaikan

keselamatan.

Jika

keselamatan terabaikan maka peluang terjadinya kecelakaan kerja tinggi.


Masalah yang ada pada kontraktor terkait K3L harus dikurangi sebisa
mungkin ditiadakan, untuk itu perlu adanya Contractor Safety Management
System (CSMS) sebagai sistem pengelolaan aspek keselamatan, kesehatan
kerja (K3) untuk kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaannya. Penerapan
CSMS sendiri bila tidak berjalan dengan baik menimbulkan rendahnya
kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di lingkungan kerja. Efek jangka
panjang yang timbul adalah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,

pencemaran lingkungan dan kerugian-kerugian besar lainnya seperti kerusakan


alat, menurunnya produksi dan citra perusahaan, serta adanya perbaikan sistem
manajemen kembali.
Pedoman Contractor HSE Management System menurut OGP (Oil and
Gas Producers) dirancang untuk peningkatan kinerja K3L E & P Industry
(Exploration & Production). Dalam aplikasinya pedoman ini mengatur
sistematika dalam pengendalian kontraktor yang tidak terbatas pada E & P
Industry (Exploration & Production), akan tetapi bisa diterapkan juga dalam
industri pertambangan umum karena dalam peruntukkannya sebagai pedoman
saat proses pengendalian kontraktor. Serta, pedoman ini dibuat mengacu pada
penerapan sistem manajemen K3L berdasarkan ; ISO 9001, Sistem
Manajemen Mutu ; ISO 14001, Standar Pengelolaan Lingkungan Hidup ;
OHSAS 18001, Sistem Manajemen K3. Pedoman ini akan membantu
perusahaan menerapkan sistem manajemen K3L khususnya dalam mengatur
pengendalian operasional kontraktor PT. Berau Coal yang mengacu pada, ISO
14001 dan OHSAS 18001.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan Magang adalah mempelajari implementasi
pelaksanaan CSMS PT. Berau Coal dengan teori CSMS OGP (Oil and Gas
Producers)
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan penilaian dokumen seleksi K3L PT. Berau Coal.
b. Melakukan verifikasi lapangan seleksi K3L PT. Berau Coal.

c. Melakukan pemantauan & pemeriksaan kegiatan operasional di site


Lati PT. Berau Coal.
d. Melakukan evaluasi kinerja K3L kontraktor PT. Berau Coal.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta memberikan
banyak pembelajaran praktis kepada mahasiswa dalam hal penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di industri
pertambangan batubara serta meningkatkan kompetensi mahasiswa di dunia
kerja.
1.3.2

Manfaat bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga


Sebagai upaya link and match antara dunia akademis dan dunia kerja
dalam mempererat kerjasama antara PT. Berau Coal dengan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

1.3.3

Manfaat bagi PT. Berau Coal


Turut memberikan kontribusi terkait penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui analisis dan rekomendasi selama
proses magang berlangsung

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CSMS (Contractor Safety Management Systems)
Contractor Safety Management System (CSMS) merupakan serangkaian
kegiatan atau program kerja yang menjadi bagian dalam sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja. Seluruh kegiatan mengenai kesehatan,
keselamatan bagi industri, pekerja dan lingkungan kerja diatur dalam suatu
rantaian yang saling terikat.
CSMS sedikit berbeda dengan SMK3 pada umumnya, karena pada
pekerjaan kontrak ada batasan waktu, sehingga perlu ada proses ataupun
tahapan mulai dari pemilihan kontraktor sampai penutupan kontrak. CSMS
memiliki pengertian yaitu sistem manajemen untuk mengelola kontraktor dan
sub kontraktor yang bekerja dilingkungan perusahaan agar memperhatikan
aspek K3L dan menjaga pelaksanaan K3L tersebut didalam proses kerja agar
terhindar dari potensi kecelakaan dan risiko yang dapat merugikan perusahaan.
Tujuan adanya CSMS di PT Berau Coal ini sebagai berikut.
1. Untuk

memastikan

Kontraktor/Subkontraktor

mengikuti

Sistem

Manajemen K3L PT Berau Coal (BeGeMS).


2. Memonitor HSE Performance kontraktor pada saat melakukan pekerjaan.
3. Melakukan evaluasi HSE Performance kontraktor.
2.1.1 Dasar Hukum Pelaksanaan SMK3 Kontraktor/CSMS Menurut
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
Berikut ini akan dijelaskan lampiran 1 dari PP No. 50 Tahun 2012
tentang penerapan SMK3 yang berisi pedoman penerapan SMK3 di

Indonesia. Penjelasan penjelasan berikut dapat dijadikan dasar hukum


pentingnya memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja
kontraktor di suatu perusahaan. Bab kedua pasal 11 ayat 2 (a) Tindakan
pengendalian meliputi pengendalian terhadap kegiatan, produk barang
dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja sekurang-kurangnya mencakup pengendalian terhadap bahan,
peralatan, lingkungan kerja, cara kerja, sifat pekerjaan, dan proses kerja.
2.1.2 Dasar Hukum Pelaksanaan SMK3 Kontraktor/CSMS Menurut
International Labour Organization (ILO)
Bab Perencanaan dan Implementasi dalam dokumen guideline on
Occupational Safety Management System yaitu pada poin nomor 14
mengenai kontrak tentang penyusunan dan perawatan perencanaan
prosedur persyaratan K3 bagi kontraktor dan para pekerjanya. Prosedur
perencanaan untuk kontraktor dalam bekerja di site, harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1. Melakukan evaluasi K3 dalam memilih kontraktor.
2. Mengkomunikasikan pencegahan dan pengendalian bahaya dengan
kontraktor.
3. Perencanaan dalam pelaporan cidera akibat kerja, gangguan
kesehatan, penyakit dan insiden selama kontraktor bekerja.
4. Menyediakan lingkungan kerja yang aman, serta pelatihan dan
pengenalan lingkungan kepada kontraktor.
5. Memantau performa K3 dari aktivitas kontraktor secara teratur di
tempat kerja.

6. Memastikan bahwa prosedur K3 di tempat kerja dan perencanaan


diikuti oleh para kontraktor
2.2 Program Contractor Safety Management System Menurut OGP (Oil and
Gas Producers)

Gambar 2.1 Flow Chart Contractor Safety Management System

2.2.1 Planning
Pada tahap perencanaan kegiatan yang akan dilakukan adalah penilaian
risiko, lingkup pekerjaan kontrak dan memastikan hal tersebut ada dalam
rencana kontrak dan penentuan kontraktor. Model kontrak akan ditentukan
oleh sifat dan ukuran dari pekerjaan, tingkat risiko dan kinerja K3L
kontraktor.
a. Ruang lingkup pekerjaan
Deskripsi ruang lingkup pekerjaan yang akan dilelangkan dengan
didukung oleh dokumentasi dalam bentuk spesifikasi desain, standar,
gambar, dll. Dokumentasi dapat dijadikan alat untuk kontraktor
mengetahui kebutuhan dari ruang lingkup kerja yang dilelangkan. Klien
dapat menentukan beberapa aspek K3L yang harus ditangani seperti:
1) Konteks pekerjaan
2) Waktu dan durasi kegiatan
3) Peraturan dan perundangan K3L yang berlaku
4) Bahan dan peralatan
5) Kegiatan logistik, dll
b. Risk assessment
Identifikasi bahaya dan penilaian risiko K3L berguna bagi kontraktor dan
klien dalam melindungi personil, aset, reputasi dan lingkungan. Kontraktor
sebagai pihak eksekutor di lapangan perlu mengetahui bahaya dan risiko
dari pekerjaan, kemudian dapat mengevaluasi kemungkinan dan
konsekuensi negatif dari insiden sebelum mengajukan penawaran.

10

Pelaksanaan penilaian risiko harus dilaksanakan secara sistematis dengan


pertimbangan sebagai berikut:
1) Tenaga kerja dan/atau masyarakat
2) Lingkungan
3) Aset
4) Reputasi

Gambar 2.2 Risk Assessment Matrix


c. Model kontrak
Penentuan tanggung jawab pengelolaan K3L antara klien dan kontraktor
termuat dalam model kontrak yang telah disepakati bersama. Tanggung jawab
pengelolaan K3L memiliki tiga model yang berbeda, adapun penjelasannya
sebagai berikut.
Model 1: Kontraktor menyediakan tenaga kerja, proses dan alat untuk
pelaksanaan kontrak di bawah pengawasan, instruksi dari Sistem Manajemen

11

K3L klien. Kontraktor memiliki SMK3L hanya untuk memberikan jaminan


bahwa tenaga kerja bertanggung jawab memenuhi peraturan dan standar yang
berlaku, serta memastikan proses, alat, bahan dan peralatan yang digunakan
kontraktor telah aman dan sesuai kontrak.
Model 2: Semua aspek mengenai tanggung jawab K3L dijalankan oleh
kontraktor sebagai pemberi petunjuk, pengawas, dan pengelola SMK3L.
Klien hanya bertanggung jawab, untuk memastikan pengelolaan manajemen
K3L telah dijalankan oleh kontraktor.
Model 3: Kontraktor menerapkan K3L sendiri, yang tidak memiliki
keterikatan dan kewajiban melaporkan hasil kinerja SMK3L dan insiden ke
klien. Namun, klien masih memiliki wewenang dalam melakukan pengarahan
terhadap pengelolaan SMK3L kontraktornya sesuai perjanjian.
d. Jadwal kontrak
Jadwal kontrak dibuat untuk menentukan waktu perjanjian dan pelaksanaan
kontrak yang harus dipenuhi oleh klien dan kontraktor. Penentuan waktu
dalam jadwal juga memperhitungkan fase tertentu yang mungkin
memerlukan waktu lebih karena memerlukan penekanan khusus.
2.2.2 HSE capability assessment
Penilaian kemampuan K3L dilihat dari pengalaman dan kemampuan
menyelesaikan pekerjaan sebelumnya dengan melihat kinerja aspek K3L dan
kemampuan menimalkan risiko terjadinya insiden. Tahapan ini klien
membuat daftar kontraktor yang akan diundang untuk mengajukan
penawaran. Dalam hal ini kontraktor juga harus melakukan proses

12

penyaringan yang sama dengan teknik penilaian kemampuan K3L pada


subkontraktor.
a. Capability Assessment Protocol
Penilaian kemampuan K3L berdasarkan cara kontraktor mengelola risiko
dan kinerja K3L kontraktor. Kinerja K3L bisa dinilai dari hasil temuan
audit dan inspeksi kontraktor pada pekerjaan sebelumnya.
b. From capability assessment to tender list
Pada fase ini memilih kontraktor yang masuk dalam tender list, sesuai hasil
penilaian kemampuan K3L dan kuota kontraktor yang ikut proses tender.
Bagi kontraktor yang tidak termasuk dalam tender list, maka klien harus
menginformasikan tindakan perbaikan yang harus dilakukan, agar
dijadikan acuan untuk pekerjaan yang akan datang.
2.2.3 Tender and award
Kontraktor yang dinyatakan lolos penilaian kemampuan K3L harus
memenuhi persyaratan minimum untuk mengelola aspek K3L dalam kontrak.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memilih pemenang tender dengan menilai
cara pemenuhan persyaratan dan rencana K3L. Adapun yang menjadi kriteria
persyaratan sebagai berikut.
a. Penilaian Kemampuan K3L kontraktor.
b. Kemampuan kontraktor untuk mengelola risiko, berdasarkan rencana
K3L.
c. Tindakan perbaikan untuk memperbaiki temuan penilaian kemampuan
mengelola K3L.

13

Pemenang tender dan klien melakukan meeting membahas kesepakatan


rencana K3L. Selain itu, peserta tender yang gagal, diberikan hasil penilaian
kemampuan sebagai feedback untuk tindakan perbaikan.
2.2.4 Pre-mobilisation
Tujuan dari tahap ini, untuk memastikan bahwa perjanjian dan persyaratan
rencana K3L dipahami sebelum pelaksanaan kontrak dan setiap tindakan
perbaikan yang harus dipenuhi akan selesai sebelum mobilisasi. Beberapa
kegiatan pra-mobilisasi seperti tinjauan, meeting dan audit akan digunakan
sebagai bahan verifikasi pemenuhan persyaratan dan perjanjian rencana K3L,
berikut elemen yang diverifikasi:
a. Peralatan dan lokasi yang akan digunakan untuk pekerjaan
b. Peralatan K3L
c. Sistem komunikasi dan prosedur
d. Sistem perlindungan lingkungan
e. Sistem keamanan personil dan site
f. Identifikasi bahaya terhadap kesehatan, fasilitas medis.
g. Hasil audit menjadi bahan rekomendasi untuk memperbarui rencana K3L.
2.2.5 Mobilisation
Pada tahap mobilisasi ada beberapa kegiatan utama seperti berikut:
a. Mobilisasi karyawan dan peralatan.
b. Review rencana K3L dan penyelesaian item tindakan.
c. Komunikasi, peran dan tanggung jawab kontraktor.
d. Pelaksanaan induksi, orientasi dan pelatihan pada tenaga kerja kontraktor
yang berkaitan dengan rencana K3L.

14

e. Melakukan audit mobilisasi K3L, jika diperlukan.


Selama fase mobilisasi, audit atau review terhadap rencana K3L dilakukan
untuk melihat ketercapaian tujuan. Jika hasil audit mengindikasikan masalah
yang cukup serius, dapat meninjau ulang baik syarat, ketentuan kontrak dan
rencana K3L. Jika didapatkan ketidaksesuaian, maka tindakan yang diambil
bisa menunda eksekusi sampai perjanjian kontrak dipenuhi atau pemutusan
kontrak.
2.2.6 Execution
Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan bahwa kontrak dilakukan sesuai
dengan rencana K3L, peran dan tanggung jawab dipahami dan dipatuhi sesuai
perjanjian. Persyaratan K3L tambahan selama pelaksanaan kontrak harus
dipenuhi dan rencana K3L diperbarui sesuai kondisi dan situasi. Selama
aktivitas berlangsung klien melaksanakan audit dan inspeksi K3L, untuk
memantau kesesuaian, kepatuhan dan kinerja terhadap persyaratan kontrak
kontraktor. Adapun yang dipantau kesesuaian kepatuhan dan kinerja, sebagai
berikut:
a. Komitmen K3L Kontraktor.
b. Kepatuhan terhadap klausul kontrak dan rencana K3L.
c. Adanya sistem pengendalian K3L kontraktor internal.
d. Pemantauan proses kerja, dan pemeriksaan peralatan & perlengkapan kerja
kontraktor.
e. Pelaksanaan dan partisipasi latihan tanggap darurat.
f. Kepatuhan pelaporan insiden, hasil investigasi.

15

2.2.7 Demobilisation
Demobilisasi merupakan proses pemulihan dari aktivitas pekerjaan yang ada
sebelumnya. Kondisi berbahaya karena tenaga kerja meninggalkan tempat
kerja dan seluruh fasilitas dinonaktifkan, sehingga harus dilakukan penilaian
ulang bahaya dan risiko baru untuk dikendalikan. Memastikan tanggung
jawab demobilisasi seperti Tanggap darurat, Restorasi Site dan reinstatement, Pengelolaan dan pembuangan limbah tetap dilakukan kontraktor
sampai akhir kontrak.
2.2.8 Final evaluation and close-out
Tahap evaluasi bersama antara kontraktor dan klien untuk memberikan
feedback yang akan dijadikan acuan untuk pekerjaan yang akan datang.
Evaluasi berdasarkan kinerja K3L yang diverifikasi secara berkala sepanjang
kontrak dengan laporan akhir sebagai hasil evaluasi. Untuk perbaikan kedua
belah pihak antara klien dan kontraktor, perlu adanya evaluasi sesuai peran
dan tanggung jawab masing-masing dari tahap planning sampai final
evalution dan close-out.

16

BAB III
METODE KEGIATAN MAGANG
3.1 Lokasi dan Waktu Magang
3.1.1 Lokasi Magang
Kegiatan Magang dilakukan di Lati Mine Operation dan Head
Office PT Berau Coal, Jalan Pemuda Tanjung Redeb, Berau.
3.1.2 Waktu Magang
Kegiatan berada dalam bimbingan Departmen Internal Compliance
yang dilaksanakan kurang lebih selama delapan minggu dimulai pada
tanggal 10 Februari 10 April 2014. Jam kerja selama kegiatan Magang
adalah dimulai pukul 07.30 WITA 17.00 WITA. Waktu kerja yang
berlaku selama menjadi peserta Magang Department Internal Compliance
PT Berau Coal adalah hari Senin sampai hari Jumat.
3.2 Metode Pelaksanaan Magang
3.2.1 Rincian Kegiatan Magang
Jadwal dan kegiatan Magang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang
Kegiatan
Pengenalan PT. Berau Coal
Mempelajari SMK3L PT. Berau Coal
Mempelajari teori dan literature
CSMS
Mempelajari prosedur pengendalian
kontraktor
Mempelajari Jenis Pekerjaan yang
wajib seleksi K3L
Ikut serta melakukan penilaian
dokumen seleksi K3L secara langsung
Ikut serta melakukan verifikasi
lapangan seleksi K3L secara langsung

Minggu ke3 4 5 6

17

3.2.2

Ikut serta melakukan pemantauan &


pemeriksaan kegiatan operasional
secara langsung
Evaluasi kinerja K3L kontraktor
Penyusunan laporan magang
Jenis Kegiatan Magang
Jenis kegiatan Magang yang dilakukan antara lain:
1) Mempelajari Contractor Safety Management System yang ada di PT
Berau Coal dan teori Contractor HSE Management System menurut OGP
(Oil and Gas Procedures)
2) Melakukan dan menganalisis penilaian dokumen seleksi K3L secara
langsung, yang diajukan kontraktor untuk PT Berau Coal.
3) Melakukan verifikasi lapangan seleksi K3L secara langsung kontraktor
PT. Berau Coal.
4) Melakukan dan menganalisis kegiatan pemantauan & pemeriksaan
kegiatan operasional secara langsung kontraktor PT. Berau Coal.
5) Melakukan evaluasi kinerja K3L kontraktor PT. Berau Coal.

3.3
3.3.1

Teknik Pengumpulan Data


Data Primer
Data primer diambil dengan melakukan wawancara langsung
kepada pihak yang terkait Contractor Safety Management System PT. Berau
Coal agar dapat memberikan gambaran konkret yang ada di lapangan guna
mendukung hasil observasi dan wawancara.

3.3.2

Data Sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan dalam kegiatan ini berupa data
mengenai profil perusahaan, pedoman SMK3L, prosedur pengendalian
kontraktor beserta dokumen yang menyertainya, kebijakan pengadaan

18

barang dan jasa, serta dokumen yang menjadi acuan dalam penilaian kinerja
K3L kontraktor.
3.4

Penyajian Data
Data yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk yang sistematis
yang diuraikan secara deskriptif melalui penulisan laporan magang serta
penjelasan secara lisan dalam bentuk seminar magang yang diikuti oleh
beberapa pihak terkait.

19

BAB IV
HASIL
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Lokasi PT. Berau Coal
Secara geografis, wilayah kontrak kerja PT. Berau Coal berada pada
posisi 11700744,52 BT - 11703826,46 BT dan 0105226,74 LU
0202509,78 LU. PT. Daerah konsesi PT. Berau Coal seluas 118.400 Ha,
meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten Berau di Kalimantan Timur PT.
Berau Coal, untuk saat ini memiliki tiga lokasi. Adapun tiga lokasi
penambangan dan produksi, sebagai berikut :
1.

Site Lati, berproduksi sejak tahun 1993 berada di wilayah Desa


Sembakungan, Kecamatan Gunung Tabur. Lati area berjarak 35 km dari
arah timur kota Tanjung Redeb, yang sebagian wilayahnya berada di tepi
Sungai Lati arah hilir. Dapat dicapai dengan menggunakan transportasi
air selama 30 menit dan darat selama 60 menit.

2.

Site Binungan, berproduksi sejak tahun 1995 berada di wilayah Desa


Pegat Bukur Kecamatan Sambaliung. Lokasi ini dapat dicapai lewat
sungai dan jalan darat dari kota Tanjung Redeb, dengan menggunakan
jalan air dapat ditempuh selama 45 menit dan dengan jalan darat selama
1.5 jam yang berjarak 30 km dari kota Tanjung Redeb. Area stockpile
selain di Binungan juga ada di Suaran yang berjarak 30 km yang
merupakan area stockpile dari batubara binungan yang akan di kapalkan
(barging).

20

3.

Site Sambarata, merupakan area tambang terletak di kecamatan gunung


tabur yaitu di mulai produksinya pada tahun 2001. Lokasi ini dicapai
melalui jalur Sungai Segah dan jalan darat.

4.2 Kebijakan dan Komitmen Perusahaan Terhadap K3L


Kebijakan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan sebagai operator
pertambangan batubara nasional, PT Berau Coal bertanggung jawab dalam
mengelola keselamatan, kesehatan kerja, pelestarian lingkungan hidup dan
sumber daya alam. Untuk mencapai komitmen ini maka PT Berau Coal
senantiasa:
a. Melakukan upaya pencegahan kecelakaan, pencemaran atau penurunan
kualitas lingkungan hidup dan penyakit akibat kerja.
b. Melakukan upaya konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman
hayati.
c. Memenuhi

peraturan/perundang-undangan

dan

persyaratan/ketentuan

keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup lain yang terkait dengan
perusahaan.
d. Konsisten dalam menjalankan siklus Plan-Do Check-Action (PDCA) dari
BeGeMS sebagai perbaikan yang berkelanjutan (Continous Improvement)
di setiap area kerja.
Untuk mewujudkan tekad diatas, maka manajemen menetapkan sasaran
spesifik sebagai berikut.
a. Melakukan pengendalian terhadap dampak dan risiko keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan hidup, sesuai waktu dan target yang telah
diprioritaskan.

21

b. Konsistensi pada semua jajaran manajemen dalam mempercepat


tumbuhnya budaya kerja yang berwawasan keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan hidup, dengan penerapan reward dan punishment yang
memadai.
c. Berupaya menjaga cedera fatal nihil dan mengurangi insiden berakibat
Kerusakan Harta Benda.
d. Mengharapkan semua pihak yang terlibat untuk melaporkan semua jenis
insiden.
e. Menciptakan dan memelihara tempat kerja yang bersih dan sehat (house
keeping) diseluruh area kerja.
f. Melakukan kerjasama atau pembinaan ke seluruh kontraktor dan pemasok
guna meningkatkan kinerja keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
hidup diseluruh operasinya.
g. Memfasilitasi dan mendukung penggunaan bahan/material yang ramah
lingkungan.
h. Berupaya melakukan efisiensi penggunaan energi, sumber daya air, serta
sumber daya lain untuk kegiatan operasional.
i. Berupaya mengurangi timbulan limbah cair, emisi udara, limbah padat serta
limbah B3 mulai dari sumber hingga titik keluar.
j. Memfasilitasi dan mendukung pemanfaatan kembali limbah cair, emisi
udara, limbah padat serta limbah B3 dari hasil kegiatan operasional
penambangan.
k. Berupaya dan berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati
akibat kegiatan operasional penambangan.

22

4.3 Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan lingkungan PT.


Berau Coal
1. Perencanaan, Elemen ini meliputi:
a. Penilaian Resiko K3L.
b. Identifikasi Peraturan, Perundang-Undangan K3L serta persyaratan lain.
c. Penetapan Tujuan, Sasaran & Program K3L.
2. Implementasi & Operasi, Elemen ini mengatur proses implementasi dan
operasi SMK3L serta tata caranya. Hal ini meliputi:
a. Sumber Daya, Peran,Tanggung Jawab, Akuntabilitas dan Wewenang.
b. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian.
c. Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi.
d. Dokumentasi.dan Pengendalian Dokumen
e. Tata Cara
f. Aset
g. Pengendalian Operasi.
h. Kesiagaan dan Tanggap Darurat.
3. Pemeriksaan & Pemantauan, Elemen ini digunakan untuk memastikan
bahwa sistem berjalan serta aspek K3L pada area kerja dipantau dan diukur.
Elemen ini meliputi:
a. Pemantauan dan Pengukuran Kinerja.
b. Evaluasi Kesesuaian.
c. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan.
d. Pengendalian Catatan.

23

e. Audit Internal.
4. Tinjauan Manajemen
Elemen ini digunakan untuk melakukan tinjauan secara berkala terhadap
implementasi BeGeMS dan memastikan kecukupan, kecocokan dan
keefektifan BeGeMS terhadap kegiatan operasi perusahaan.
4.4 Hasil Kegiatan Magang
Contractor safety management systems (CSMS) PT. Berau Coal telah
diatur dalam prosedur pengendalian kontraktor. Pengendalian kontraktor yang
dilakukan PT. Berau Coal, untuk memastikan kontraktor/subkontraktor
mengikuti Sistem Manajemen K3L PT Berau Coal (BeGeMS), memonitor dan
melakukan evaluasi terhadap kinerja K3L kontraktor.
4.4.1 Perencanaan
1. Ruang lingkup pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan jasa konstruksi dan non-konstruksi dengan
kegiatan utama Perusahaan, perencanaan teknis dan spesifikasinya
ditetapkan perusahaan serta proses pelaksanaannya diawasi oleh
Perusahaan. Deskripsi ruang lingkup pekerjaan, seperti spesifikasi desain,
standar, dan gambar ada pada dokumen gambar teknis dan Bill of quantity.
Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan
spesifikasi ini meliputi inspeksi, pengiriman material ke lokasi proyek,
semua peralatan pendukung untuk pekerjaan tersebut, konstruksi dan serah
terima pekerjaan. Pekerjaan tersebut harus dikerjakan sesuai dengan:
a. Kondisi eksisting, jadwal operasional PT Berau Coal, persyaratan,
jadwal dan gambar yang terdapat didalam spesifikasi.

24

b. Penawaran kontraktor yang telah disetujui.


c. Apabila ada perbedaan dan/atau modifikasi harus disetujui oleh pihak
PT Berau Coal.
d. Aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.
2. Risk Assessment
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dari pekerjaan yang
akan ditawarkan kepada kontraktor. Tingkat risiko dapat diketahui dengan
cara mencocokkan jenis pekerjaan pada form Daftar Jenis Pekerjaan
Yang Wajib Seleksi K3L. Jenis pekerjaan yang termasuk berisiko sedang
dan tinggi, maka calon kontraktor wajib seleksi K3L. Apabila jenis
pekerjaan tidak ada dalam form Daftar Jenis Pekerjaan Yang Wajib
Seleksi K3L, akan dilakukan verifikasi jenis pekerjaan yang wajib seleksi
K3L sesuai konsekuensi yang bisa berpengaruh buruk pada manusia, aset,
reputasi dan lingkungan.
Persyaratan K3L telah dibuat Department In Charge berdasarkan penilaian
risiko sebagai identifikasi persyaratan K3L sesuai dengan lingkup
pekerjaan yang diberikan. Department In Charge meminta arahan dan
masukan kepada OHS Department & Environment Department dalam
membuat persyaratan K3L. Persyaratan K3L ini diberikan kepada
Procurement Dept.
3. Model kontrak
PT Berau Coal dalam pengendalian kontraktor bertanggung jawab dalam
melakukan pengawasan dan instruksi sesuai sistem manajemen K3L yang
diterapkannya. Kontraktor berkewajiban memiliki sistem manajemen K3L

25

sendiri untuk menjamin bahwa tenaga kerja telah memenuhi peraturan dan
standar yang berlaku. Proses, alat, bahan dan peralatan yang digunakan
harus sesuai yang telah ditentukan oleh PT Berau Coal.
4. Jadwal kontrak
Jadwal kontrak sebagai penentuan waktu dalam pengadaan barang dan jasa
diatur oleh project department. Penentuan waktu untuk proses pekerjaan
akan disepakati bersama dengan kontraktor sebagai penyelenggara
pekerjaan yang mungkin ada fase tertentu yang memerlukan waktu lebih.
Jadwal kontrak meliputi nama pekerjaan, durasi waktu, waktu start/finish
pekerjaan, dan persentase pemenuhan pekerjaan.
4.4.2 HSE Capability Assessment
1. Capability Assessment Protocol
Pelaksanaan penilaian kemampuan K3L kontraktor pada PT Berau Coal,
masuk dalam tahap seleksi K3L. Calon kontraktor dengan pekerjaan risiko
sedang dan tinggi, wajib ikut seleksi K3L. Proses seleksi K3L dengan cara
penilaian kemampuan dan kinerja K3L berdasarkan dokumen seleksi K3L
yang diajukan oleh calon kontraktor. Dokumen seleksi K3L akan dinilai
sesuai kelengkapan dan validitas data yang diberikan. Pertanyaan yang
tidak relevan dengan jenis pekerjaan termasuk Not Applicable (N/A).
2. From Capability Assessment to Tender List
Calon kontraktor yang dapat mencukupi nilai minimum yang
dipersyaratkan pada penilaian dokumen seleksi K3L dapat memasuki
tahap pemilihan dan kontrak secara langsung. Apabila ditemukan
ketidaksesuaian antara dokumen seleksi K3L dengan keadaan sebenarnya,

26

maka dilakukan verifikasi lapangan yang akan ditetapkan oleh


Procurement

Department

dan

Department

In

Charge,

dengan

pertimbangan sebagai berikut.


a. Nilai dalam Daftar Pertanyaan K3L tinggi, namun catatan kinerja K3L
rendah.
b. Nilai dalam Daftar Pertanyaan K3L rendah, namun catatan kinerja K3L
tinggi.
c. Data yang diperlukan masih kurang.
Verifikasi lapangan akan diatur oleh procurement department dengan tim
verifikasi dari procurement department, OHS dan/atau Environment
department, Internal Compliance department, DIC/User department, dan
department terkait. Jika hasil verifikasi lapangan dengan penilaian
dokumen seleksi K3L ditemukan gap, maka procurement department
melakukan penyesuaian berdasarkan kondisi di lapangan.
4.4.3 Tender and Award
Pada tahap pemilihan dan kontrak calon kontraktor diharuskan membuat
rencana K3L sebagai salah satu syarat mengikuti tender dan memenuhi
persyaratan K3L. Procurement division dan tim teknis berwenang untuk
menentukan kontraktor yang akan diundang untuk tahap tender. Apabila
calon kontraktor tidak memenuhi persyaratan K3L secara keseluruhan,
namun calon kontraktor tersebut mengikuti tahap tender calon kontraktor itu
harus mendapatkan persetujuan dari procurement Department dan DIC.
Pemilihan kontraktor berdasarkan aspek legal, aspek K3L, aspek teknis dan
aspek finansial.

27

Perjanjian kontrak sesuai dengan formulir rencana K3L kontraktor yang telah
diisi dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. PT Berau Coal sebagai
pengguna barang/jasa mempunyai tanggung jawab mengawasi dan
memastikan kontraktor bekerja sesuai sistem manajemen K3L yang
ditetapkan. Kontraktor sebagai penyedia barang/jasa bertanggung jawab atas
proses, alat, bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai yang telah
ditentukan oleh PT Berau Coal.
4.4.4 Pre-Mobilisation
Pada tahap pra mobilisasi kegiatannya meliputi pembahasan program
mobilisasi dan persyaratan surat ijin operasi yang harus dipenuhi oleh
kontraktor sebelum masuk daerah operasi PT. Berau Coal. Program
mobilisasi kontraktor harus diserahkan dalam waktu 15 hari setelah rapat pra
pelaksanaan beserta jadwal kemajuan pelaksanaan kepada PT Berau Coal
untuk dimintakan. Surat ijin operasi harus didapatkan sebelum kegiatan
operasi dilaksanakan, untuk subkontraktor yang bekerja lebih dari satu
perusahaan dapat mengajukan ijin operasional secara mandiri dan memiliki
satu ijin operasional. Serta, semua peralatan kontraktor harus memiliki surat
kelayakan operasi dengan melakukan commissioning sebelum pekerjaan
dimulai.
4.4.5 Mobilisation
Pemantauan pelaksanaan pra pekerjaan menjadi tanggung jawab Department
In Charge bersama OHS department dan Environment department Kegiatan
mobilisasi harus menjadi tanggung jawab dan dikomunikasikan oleh Project
leader kepada PT Berau Coal. Tenaga kerja kontraktor yang baru akan

28

melaksanakan pekerjaan di PT. Berau Coal harus mendapatkan ID Card yang


ditandatangani oleh KTT. ID Card bisa didapatkan, jika tenaga kerja sudah
memperoleh induksi K3L. Tenaga kerja akan mendapatkan pelatihan
mengenai aspek K3L dan bagi pekerja dengan risiko tinggi seperti confine
space, bekerja pada ketinggian dll. Akan mendapatkan pelatihan khusus dari
ER & HSE Training department
4.4.6 Execution
Setiap Department in charge (DIC) berkewajiban melakukan pengawasan dan
pemantauan terhadap setiap kegiatan operasi kontraktor, agar tetap mematuhi
ketentuan mengenai aspek K3L PT. Berau Coal. OHS department dan
Environment department melakukan inspeksi/pemeriksaan, pembinaan,
konsultasi terhadap kontraktor atas kegiatan operasional sesuai persyaratan
LK3. Audit akan dilakukan oleh Tim Auditor, untuk meninjau efektivitas
sistem manajemen K3L kontraktor. Compliance Assessment sebagai leading
indicator untuk mengetahui kepatuhan tanggung jawab kontraktor PT Berau
Coal punya kewajiban memantau kegiatan operasi secara berkala untuk
memastikan setiap pekerjaan selalu dalam kondisi aman dan tidak merusak
lingkungan. Kontraktor menindaklanjuti dan melaporkan semua tindakan
perbaikan dari temuan ketidaksesuaian, insiden, kecelakaan, saran dan hasil
pertemuan K3L.
4.4.7 De-Mobilisation
PT Berau Coal belum mengatur secara khusus mengenai proses pemulihan
dari aktivitas pekerjaan yang ada sebelumnya. Tanggung jawab kontraktor
secara umum, yaitu berkewajiban melakukan pemantauan kegiatan operasi

29

secara berkala, untuk memastikan itu semua selalu berada dalam kondisi
aman dan tidak merusak lingkungan. Kontraktor harus membersihkan semua
peralatan, material, bangunan dan fasilitas lainnya yang tidak diperlukan oleh
PT Berau Coal dan meninggalkan lokasi kerja dalam keadaan bersih.
4.4.8 Final Evaluation and Close-out
Pekerjaan yang sudah selesai harus dilakukan commissioning dari hasil
pekerjaan tersebut. Laporan evaluasi untuk mengukur kinerja kontraktor
dilakukan sebelum masa kerja kontraktor berakhir menggunakan form
evaluasi kinerja K3L kontraktor. Proses evaluasi kinerja K3L kontraktor
harus dilakukan maksimal satu bulan sebelum masa pekerjaan selesai.

30

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Perencanaan
5.1.1 Ruang Lingkup Pekerjaan
Deskripsi ruang lingkup telah dibuat oleh User department sebagai
pendukung untuk kontraktor mengerjakan pekerjaan sesuai yang
diharapkan. Spesifikasi desain dan gambar ditawarkan ke kontraktor
didukung dengan ukuran, bentuk, volume dll. Standar pekerjaan mengacu
kepada kode, standar, dan spesifikasi seperti Standar Indonesia (SNI),
Standar Australia (AS), British Standard (BS), Standar Amerika (ACI,
ASTM, AASHTO, AWS, dsb.), Standar Jepang (JIS). PT Berau Coal
menentukan beberapa aspek K3L yang harus dipenuhi seperti:
1) Waktu dan durasi kegiatan
Durasi kegiatan ada pada dokumen Term of Reference, yang berisi nama
kegiatan, durasi waktu, tanggal start & finish dan persentase penyelesain
kegiatan tersebut.
2) Peraturan dan perundangan K3L yang berlaku
Peraturan mengenai K3L PT Berau Coal mengacu pada Kep Men
Pertambangan & Energi No.555.K/26/M.PE/1995 dan peraturan lain
yang mengatur kegiatan operasional terkait.
3) Bahan dan peralatan
Semua material dan/atau peralatan yang diadakan atau digunakan untuk
proyek ini kecuali untuk alat atau material bantu konstruksi:
a. Harus dalam keadaan baru, dalam keadaan baik.

31

b. Harus mempunyai kualitas yang baik, dibuat sesuai dengan standar


yang berlaku, sesuai untuk penggunaan di daerah tambang batubara
yang beriklim tropis, berdebu.
c. Harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari PT Berau Coal
sebelum difabrikasi, dibuat dan/atau dipesan.
4) Kegiatan logistik
Kontraktor harus mentaati semua peraturan tentang kegiatan logistik
yang dilakukannya sesuai peraturan yang ada di PT Berau Coal. Kegiatan
logistik kontraktor bisa menggunakan fasilitas PT Berau Coal dengan
ketentuan apabila fasilitas tersebut rusak maka kontraktor bertanggung
jawab atas setiap kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan pelaksanaan
pekerjaan.
5.1.2 Risk assessment
Tahapan proses pengendalian kontraktor PT. Berau Coal, dimulai
dengan verifikasi jenis pekerjaan yang wajib seleksi K3L sesuai pekerjaan
yang dikerjakan dengan pertimbangan risiko sebelum pengendalian
diterapkan. Pekerjaan yang wajib seleksi K3L, tertera pada formulir daftar
jenis pekerjaan yang wajib seleksi K3L dengan tingkat risiko sedang
(Medium) dan tinggi (High). Jenis pekerjaan dengan tingkat risiko rendah
maka calon kontraktor tanpa proses seleksi K3L. Apabila jenis pekerjaan
tidak ada dalam form Daftar Jenis Pekerjaan Yang Wajib Seleksi K3L,
akan dilakukan verifikasi jenis pekerjaan yang wajib seleksi K3L sesuai
konsekuensi yang bisa berpengaruh buruk pada manusia, aset, reputasi dan
lingkungan.

32

Gambar 5.1 Form Verifikasi Jenis Pekerjaan yang Wajib Seleksi K3L
Verifikasi jenis pekerjaan yang wajib seleksi K3L sebagai berikut :
1.

Lokasi Kerja
Lokasi kerja mempengaruhi risiko atau potensi dampak negatif
K3L(Laut/perairan, ruangan tertutup, sekitar bahan/peralatan mudah
berbahaya, ketinggian, bawah air)

2.

Material/peralatan
Risiko dan bahaya dari material/peralatan terhadap penggunanya yang
bisa menyebabkan insiden.

3.

Kegiatan/proses
Setiap kegiatan/proses pekerjaan berpotensi menimbulkan dampak
negatif pada aspek K3L dalam skala yang berbeda.

33

5.1.3 Model kontrak


Model kontrak yang diterapkan PT Berau Coal dalam menentukan
tanggung jawab mengenai pengelolaan K3L. Kontraktor Kontraktor harus
memiliki sistem manajemen K3L untuk kegiatan operasinya. Penerapan
sistem manajemen K3L kontraktor mengikuti prosedur, standar dan
instruksi dari PT Berau Coal. Untuk memastikan itu semua diterapkan oleh
kontraktor, maka PT Berau Coal berkewajiban melakukan pengawasan.
Pengawasan yang dilakukan oleh PT Berau Coal yakni Audit K3L, Inspeksi
LK3 dan Compliance Assessment. Berbeda untuk kontraktor yang berfungsi
sebagai labour supply, tidak diwajibkan untuk memiliki sistem manajemen
K3L.
5.1.4 Jadwal kontrak
Hal ini telah diatur dalam prosedur pengadaan barang dan jasa, untuk
memberikan waktu kepada kontraktor terkait pelaksanaan tender dan
pekerjaan. Durasi waktu yang diberikan harus menjadi perhatian untuk
dipenuhi, apabila terjadi perubahan harus dengan persetujuan oleh pejabat
berwenang dan penyedia barang/jasa.

Contoh jadwal kontrak sebagai

berikut:
Tabel 5.1 Jadwal kontrak
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Task Name
Planning
Desain perencanaan
Verifikasi desain
Proposal
Pembuatan proposal
Persetujuan proposal
Proses WO dan Tender
Pembuatan WO dan Tender
Draf kontrak dan approval

Duration

Start

Finish

34

10 Proses persiapan pekerjaan


11
Mobilisasi
12
Pembersihan lokasi
13 Proses Pekerjaan
14
Eksekusi pekerjaan
15 Final inspection
16 Finish (Hand Over)
Berikut penjelasan mengenai bagian dalam jadwal kontrak:
a. Planning
User department membuat rencana pekerjaan dari spesifikasi desain,
gambar dan ketentuan lain yang dapat mendukung proses pekerjaan bagi
kontraktor.
b. Proposal
Calon kontraktor membuat proposal yang akan diperiksa oleh user
department untuk mendapatkan persetujuan.
c. Proses persiapan pekerjaan
Kontraktor pemenang tender melakukan mobilisasi peralatan, tenaga
kerja, dan perlengkapan yang lain untuk mendukung proses pekerjaan.
d. Proses pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan bagi kontraktor, PT Berau Coal sebagai pengguna
melakukan pemantauan dan pemeriksaan untuk memastikan perjanjian
kontrak.
e. Final inspection
Pemeriksaan lapangan memastikan kesesuaian hasil pekerjaan dengan
proposal pekerjaan yang telah disepakati bersama.
f. Finish (Hand Over)
Serah terima hasil pekerjaan dari tangan kontraktor ke PT Berau Coal.

35

5.2 HSE capability assessment


1. Capability Assessment Protocol
Penilaian kemampuan K3L kontraktor yang dilaksanakan oleh PT
Berau Coal dengan mempersyaratkan kontraktor mengisi dokumen seleksi
K3L. Dokumen seleksi K3L yang harus diisi untuk semua jenis pekerjaan
yang wajib seleksi K3L. Calon kontraktor mengirimkan kembali Formulir
daftar pertanyaan K3L untuk kontraktor yang telah diisi beserta bukti
kepada

Procurement

department

Internal

compliance

department

melakukan penilaian pemenuhan terhadap formulir pertanyaan seleksi K3L


dengan bukti yang diberikan.
Penilaian dokumen seleksi K3L yang salah satu elemennya menilai
pengelolaan risiko dan kinerja K3L selama ini ketika kontraktor melakukan
pekerjaannya. Namun, akan lebih baik jika penilaian berdasarkan
pengelolaan risiko

dari kondisi sebenarnya. Risiko akan bisa ditekan

serendah mungkin, supaya tidak terjadi kecelakaan kerja dan kerusakan


lingkungan.
2. From capability assessment to tender list
Calon kontraktor yang bisa memenuhi nilai sesuai tingkat risiko
pekerjaan berdasarkan penilaian dokumen seleksi K3L, maka lolos tahap
seleksi K3L. Jumlah nilai dari hasil penilaian dokumen seleksi K3L menjadi
syarat ikut tahap penawaran. Syarat keberterimaan seleksi K3L dengan
memenuhi nilai minimum sesuai tingkat risiko, berikut standar nilainya.
a. Pekerjaan dengan risiko Medium (Sedang), minimal nilainya adalah 60.
b. Pekerjaan dengan risiko High (Tinggi), minimal nilainya adalah 70.

36

Untuk calon kontraktor yang gugur, akan dikembalikan dokumen


seleksi K3L yang sudah dinilai. Dokumen seleksi K3L sebaiknya terdapat
alasan dari setiap elemen yang belum terpenuhi, sebagai acuan untuk
tindakan perbaikan. Adanya tindakan perbaikan dimaksudkan untuk
menjadi acuan kontraktor yang gugur pada pekerjaan yang akan datang.
5.3 Tender and award
Setelah hasil seleksi K3L dilanjutkan dengan proses pemilihan dan
penunjukan kontraktor serta pembuatan perjanjian kontrak. Calon kontraktor
diharuskan untuk membuat rencana K3L sesuai yang telah diatur dalam
formulir rencana K3L kontraktor dan memenuhi persyaratan K3L yang telah
dibuat oleh User department. Pemilihan kontraktor dalam aspek K3L
berdasarkan rencana K3L dan nilai dari hasil penilaian dokumen seleksi K3L.
Aspek tersebut akan menjadi sorotan Procurement division dan tim teknis
dalam menentukan pemenang tender, beserta aspek legal, aspek teknis dan
aspek finansial akan dipertimbangkan dalam memilih kontraktor. Berikut
perjanjian kontrak secara umum mengenai K3L yang wajib ditaati kontraktor:
1. Bertanggung jawab melindungi seluruh karyawan, pelanggan, sub
kontraktor dan tamunya terhadap keselamatan dan kesehatan mereka selama
berada ditempat kerja.
2. Melindungi lingkungan dari kerusakan yang diakibatkan dari kegiatan yang
dilaksanakan selama project berlangsung.
3. Memenuhi persyaratan PT Berau Coal dan taat pada peraturan dan
perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

37

5.4 Pre-mobilisation
Tahapan pra pelaksanaan pekerjaan mencakup pembahasan program
mobilisasi yang akan dilakukan antara pihak PT Berau Coal dan kontraktor
pemenang tender. Beberapa kegiatan pra pelaksanaan seperti, pengajuan surat
ijin operasi, surat kelayakan operasi, rapat pra pelaksanaan beserta jadwal
kemajuan pelaksanaan pekerjaan. Pengajuan surat ijin operasi harus
melengkapi dokumen serta beberapa bukti bahwa kontraktor telah layak untuk
bekerja di wilayah operasi PT Berau Coal tentunya dengan bertanggung jawab
atas K3L. Pimpinan kontraktor atau department In Charge PT berau Coal
mengajukan ijin operasi kontraktor/Subkontraktor/Labour supply kepada KTT
dengan melengkapi persyaratan berikut:
a. Formulir Permohonan Ijin Operasi
b. Company Profile Perusahaan;
c. IUJP/SKT
d. Hasil penilaian K3L dalam sertifikat prakualifikasi SMK3L;
e. Penilaian risiko pekerjaan
f. Struktur organisasi (SO) kontraktor/sub kontraktor/LS dalam SO
kontraktor/DIC PT. Berau Coal;
g. Struktur organisasi kontraktor/sub kontraktor/LS untuk jobsite PT. Berau
Coal;
h. Daftar alat yang digunakan di jobsite PT Berau Coal;
i. Kesiapan sarana perawatan/perbaikan (workshop);
j. Sarana/program pencegahan pencemaran lingkungan.

38

k. Kompetensi pengawas operasi (minimal setingkat POP/AK3 umum), jika


tidak terpenuhi melampirkan rencana pemenuhannya dalam waktu 3(tiga)
bulan.
l. Rencana K3L tersusun dan ditandatangani.
Surat kelayakan operasi peralatan, equipment, kendaraan, unit, power
system,

transportasi

commissioning

air,

sebelum

dan

infrastruktur,

pekerjaan

dimulai.

akan
Setiap

dilakukan
pengujian

proses
dan

commissioning harus dilakukan oleh personil yang berkompeten dan dibuatkan


berita acara pengujian dan commissioning yang ditandatangani bersama oleh
perwakilan dari kontraktor dan perwakilan dari PT Berau Coal. Setiap material
yang mengalami kegagalan pengujian harus diganti dengan peralatan yang lain
dan lolos pengujian. Penggantian/perbaikan peralatan tersebut menjadi
tanggung jawab dari kontraktor. Jika peralatan dan fasilitas tersebut laik pakai,
maka akan mendapatkan SKO (Surat Kelayakan Operasi) dan stiker lulus
commissioning yang dikeluarkan oleh KTT/WKTT.
Setelah pemenuhan dari pihak kontraktor sebaiknya PT Berau Coal
melakukan audit untuk memastikan semuanya telah dipenuhi. Audit akan
digunakan sebagai bahan verifikasi pemenuhan persyaratan dan perjanjian
rencana K3L. Hasil audit akan dijadikan bahan rekomendasi untuk
memperbaharui rencana K3L kontraktor.
5.4 Mobilisation
Tahapan mobilisasi untuk memastikan semua telah siap sebelum
pekerjaan dimulai, seperti komunikasi dan tanggung jawab kontraktor.
Komunikasi harus selalu dijaga dengan baik dalam melaksanakan pekerjaan

39

sesuai perjanjian kontrak dan semua komunikasi antara PT Berau Coal dengan
kontraktor disampaikan melalui Project Leader. Tanggung jawab secara umum
kontraktor harus melaksanakan pekerjaan dan memenuhi kewajiban
sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian, dengan sebagai berikut:
a. Memiliki kompetensi, kelayakan dan standar kerja yang baik serta itikad
baik;
b. Menggunakan standar keterampilan, kesungguhan dan kehati-hatian yang
wajar;
c. Berdasarkan prinsip Good Industry Practice;
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja ke wilayah operasi PT Berau Coal harus
mempunyai izin dari KTT. Tenaga kerja yang akan bekerja di PT Berau Coal
harus mendapatkan induksi K3L untuk memperoleh ID Card sebagai tanda
sudah mendapatkan izin masuk/mobilisasi. Untuk mendukung berjalannya
K3L PT Berau Coal membekali tenaga kerja kontraktor dengan memberikan
pelatihan, untuk mendapatkan paspor simak K3L.
Rencana K3L sebelum pekerjaan dimulai seharusnya dilakukan audit
untuk melihat pemenuhannya. Hasil audit akan menjadi acuan kesiapan
kontraktor dalam menjalankan kegiatan operasinya. Apabila kontraktor belum
siap menjalankan kegiatan operasinya, maka izin untuk kegiatan operasinya
bisa dipending terlebih dahulu sampai kontraktor siap.
5.5 Execution
Tahapan ini merupakan kegiatan untuk melakukan pemantauan dan
pemeriksaan kegiatan operasional kontraktor. Sesuai ketentuan pada prosedur
pengendalian kontraktor, dan untuk memastikan bahwa tanggung jawab

40

kontraktor telah dilaksanakan. Pemantauan dan pemeriksaan yang dilakukan


oleh PT. Berau Coal yaitu, inpeksi LK3, Internal Audit K3L dan Compliance
assessment.
Inspeksi LK3 adalah kegiatan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
suatu alat/instalasi/unit/kendaraan/area kerja untuk memastikan suatu
alat/instalasi/unit/kendaraan/area kerja dalam kondisi baik, aman dan
memenuhi persyaratan LK3. Temuan inspeksi K3L harus dilakukan tindakan
perbaikan oleh penanggung jawab area/personil. Apabila Tindakan perbaikan
tidak diindahkan, maka penanggung area/personil akan mendapatkan sanksi
dari wakil manajemen PT Berau Coal.
Internal Audit K3L adalah audit yang dilakukan untuk menentukan
keefektifan/kecukupan dari penerapan Sistem Manajemen K3L dalam kegiatan
operasi PT Berau Coal dan Kontraktor. Tim auditor menggunakan Form
checklist audit untuk melakukan audit terhadap penerapan Sistem Manajemen
K3L kontraktor. Temuan audit dimasukkan dalam formulir bukti register
tindakan perbaikan dan pencegahan, tentunya untuk diperbaiki oleh kontraktor
yang bersangkutan.
Compliance Assessment adalah penilaian yang dilakukan untuk
menentukan keefektifan/kecukupan dari penerapan Sistem Manajemen
BeGeMS dalam kegiatan operasi PT Berau Coal dan Kontraktor. Penilaian
yang dilakukan dengan melihat kecukupan bukti dokumen, interview
pelaksana, dan observasi pelaksanaan sistem manajemen BeGeMS. Temuan
ketidaksesuaian dalam waktu dua minggu kontraktor harus menemukan akar
permasalahan, membuat rencana tindakan perbaikan dan pencegahan.

41

5.6 Demobilisation
Tanggung jawab demobilisasi kontraktor untuk menjamin kebersihan
lokasi pekerjaan dengan mengatur penempatan lokasi bahan bangunan dan
alat-alat kerja serta daerah kerja, sehingga kelancaran pekerjaan tidak
terlambat. Kontraktor wajib untuk melaksanakan pembersihan dari puingpuing ataupun sisa pekerjaan yang tidak terpakai dengan mengangkut dan
mengeluarkan dari lokasi luar proyek. Setelah proyek selesai dan sebelum
dilakukan serah terima, kontraktor wajib membersihkan seluruh daerah kerja
dari segala macam sisa bangunan, bekas bongkaran, bangunan-bangunan
sementara dan ganti semua bagian sistem permanen yang aus atau rusak,
tinggalkan pekerjaan dalam kondisi terbaik.
Kegiatan demobilisasi yang bisa menghadirkan bahaya dan risiko baru di
area kerja. Perlu dilakukan Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk
Control sebagai bentuk tanggung jawab kontraktor atas aktivitas pekerjaan
yang dilakukan sebelumnya. Selain itu, kegiatan tersebut untuk memastikan
area kerja dalam kondisi aman dan menghindari kejadian yang tidak diinginkan
terjadi.
5.7 Final evaluation and close-out
Pada saat pekerjaan telah mencapai tingkat penyelesaian 100% (seratus
persen), maka wajib dilakukan uji commissioning dengan mempertimbangkan
aspek kesesuaian spesifikasi pekerjaan dan K3L. Jika hasil uji commissioning
tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan dan K3L yang telah ditentukan di
dalam Perjanjian/Kontrak, maka Penyedia Barang/Jasa wajib melakukan
perbaikan pekerjaan.

42

Evaluasi kinerja kontraktor dengan mengacu formulir evaluasi kinerja


K3L kontraktor. Tim evaluasi kinerja adalah DIC, Internal compliance
department, OHS department dan Enviro department Laporan evaluasi Kinerja
Kontraktor diserahkan kepada Procurement Department atau Dept terkait
sebagai dasar evaluasi Daftar Rekanan, rekomendasi pemilihan kontraktor, dan
rekomendasi pemberian penghargaan dan penalti. Untuk perbaikan kedua
belah pihak antara PT Berau Coal dan kontraktor, perlu adanya evaluasi sesuai
peran dan tanggung jawab masing-masing. Evaluasi peran dan tanggung jawab
dimaksudkan untuk memberikan kejelasan dari beberapa hal tersebut yang
sudah maupun belum terpenuhi, jika belum harus menjadi perhatian dalam
perbaikan kinerja K3L pada pekerjaan masa yang akan datang.

43

BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Persentase pemenuhan CSMS Menurut OGP (Oil and Gas Procedures)
yang sudah terpenuhi sebesar 75 % dan yang belum terpenuhi sebesar 25 %,
berikut penjelasan secara rincinya:
1. Kriteria CSMS Menurut OGP (Oil and Gas Procedures) yang sudah
terpenuhi, sebagai berikut:
a. Deskripsi ruang lingkup pekerjaan
b. Informasi mengenai konteks pekerjaan
c. Opsi kontrak dalam menentukan pemegang tanggung jawab K3L.
d. Persyaratan K3L berdasarkan penilaian risiko
e. Jadwal kontrak sudah mencakup mengenai due date dan durasi waktu
kontrak
f. Penilaian kemampuan K3L kontraktor sudah berdasarkan pengelolaan
risiko dan kinerja K3L.
g. Calon kontraktor yang masuk tender list berdasarkan hasil penilaian
kemampuan K3L kontraktor
h. Calon kontraktor yang tidak masuk tender list telah diberikan feedback.
i. Penentuan pemenang tender berdasarkan persyaratan dan rencana K3L,
serta aspek lain yang menyertai.
j. Meeting membahas kesepakatan dan implementasi aspek K3L telah
dilakukan dalam kick of meeting.

44

k. Perjanjian

kontrak

dan

rencana

K3L

telah

disepakati

dan

dikomunikasikan antara kedua belah pihak.


l. Peralatan dan fasilitas yang akan dimobilisasikan sudah dipastikan dalam
kondisi aman dan layak (commissioning).
m. PT. Berau Coal telah membuat kesepakatan dalam komunikasi, peran
dan tanggung jawab kontraktornya.
n. Tenaga kerja kontraktor telah mendapatkan induksi dan pelatihan.
o. Audit dan inspeksi K3L terhadap kesesuaian kontrak aspek K3L telah
dilakukan
p. Pemantauan kepatuhan dan kinerja telah dilakukan dalam compliance
assessment.
q. Tanggung jawab kegiatan De-mobilisation telah menjadi kewajiban
kontraktor.
2. Kriteria CSMS Menurut OGP (Oil and Gas Procedures) yang belum
terpenuhi, sebagai berikut:
a. Audit belum dilakukan untuk melihat kesiapan kontraktor menjalankan
kegiatan operasinya.
b. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko baru dari kegiatan demobilisastion.
c. Evaluasi kinerjaa K3L belum sesuai peran dan tanggung jawab antara
PT. Berau Coal dan kontraktornya.
6.2 Saran
1. Demobilisasi terkait kegiatan pemulihan dari aktivitas pekerjaan
sebelumnya, seharusnya menjadi tanggung jawab penuh kontraktor.

45

Beberapa kegiatan demobilisasi seperti, identifikasi bahaya dan penilaian


risiko karena tenaga kerja meninggalkan lokasi kerja dan seluruh fasilitas
dinonaktifkan. Adanya identifikasi bahaya dan penilaian risiko dalam
kegiatan demobilisasi, untuk mewujudkan keselamatan, kesehatan kerja
dan kelestarian lingkungan.
2. Laporan evaluasi sebaiknya berdasarkan peran dan tanggung jawab antara
PT Berau Coal dan kontraktor. Evaluasi sesuai dengan peran dan tanggung
jawab, supaya ada perbaikan terarah untuk kedua belah pihak. Perbaikan
yang terarah akan membuat penerapan sistem manajemen K3L kontraktor
dan PT Berau Coal lebih efektif dari sebelumnya.

You might also like