You are on page 1of 12

Kuliah 4

Aspek Peraturan Bangunan

PENGARUH LEGAL ASPEK

Untuk. mempersiapkan perencanaan fisik pada suatu daerah


yang
akan
direncanakan,
maka
pihak-pihak
yang
berkepentingan atas perencanaan tersebut harus memahami
ketentuan-ketentuan garis besar (makro) maupun detail teknis
(mikro) pengembangan fisik kota yang berlaku, agar
perencanaan fisik yang dilakukan dapat searah dengan tujuan
yang telah diproyeksikan secara integral melalui Rencana Kota
yang telah baku.

Pertimbangan peraturan dalam arsitektur kota bertujuan untuk


memberikan arahan yang mencakup tentang:

1.

Orientasi dan keselarasan konfigurasi massa bangunan.

2.

Keindahan, kenyamanan, kesehatan dan keamanan lingkungan.

3.

Keselarasan nilai-nilai arsitektur

4.

Penyediaan sarana-sarana umum dalam rangka memperindah


kota, antara lain : plaza umum, koridor umum, trotoir internal.

5.

Penyediaan sarana hijau berupa taman, penanaman pohonpohon peneduh untuk pembentukan lansekap kota dan ruang
terbuka kota.

6.

Keserasian antara massa bangunan lama yang dipertahankan


dengan massa bangunan baru.

Ketentuan Bangunan Layang.


Jalan (kendaraan ) layang, lebar
minimum untuk satu arah 3,50 m
dan untuk dua arah 7,50 m
termasuk pembatas jalan (lebar 50
cm dan tinggi 15 cm). Tepi platform
bangunan harus diberi dinding
pengaman (railing) setinggi 90 cm.
Sudut tanjakan dengan kemiringan
minimum 1 : 7.
Jalan pedestrian (pejalan kaki),
lebar minimum 4 m. Bangunan
harus beratap dan berdinding
transparan. Tinggi lorong dibawah
bangunan minimum 7 m dari muka
tanah. Bangunan yang dimaksud
diberi indeks 1,0 untuk perhitungan
KDB dan indeks 0 (tidak dihitung)
untuk perhitungan KLB.
Bangunan
komersial
layang
berfungsi untuk komersial dan
pedestrian.
Lebar
bangunan
minimum 7 m dan maksimum 12
m. Tinggi bersih minimum 7 m dari

Ketetuan dari tepi batas


tapak terkait dengan tinggi
bangunan dengan tinggi
bangunanjarak
diniding
bangunan

Ketentuan Bangunan Basement


Dapat digunakan untuk fasilitas ME, parkir, reservoar bawah, dsb,
komersial atau sektor informal (pedagang K-5). Penggunaan untuk
perumahan dilarang. Dinding terluar bangunan harus berjarak
minimum 3 m dari Garis Sempadan Jalan atau garis pengaman
saluran. Tinggi bangunan semi basement maksimum di bawah
1,20 m dari atas permukaan tanah.Luas basement dibanding luas
lahan disarankan maksimum 75 % untuk daerah padat dan
kurang padat, dan maksimum 50 % untuk daerah tidak padat.

JARAK BEBAS ANTAR MASSA BANGUNAN

Jarak bebas antar bangunan sangat terkait dengan ketinggian


bangunan. Rumus jarak bebas antar bangunan adalah : (Y)n =
(3,50 + n/2) m. Jumlah lapis lantai = n. (S.K. Gubernur DKI
Jakarta No. 678 tahun 1994)
Apabila

kedua massa bangunan mempunyai dinding


berjendela/transparan, maka jarak bebas minimum = YA + YB
Apabila

salah satu dinding bangunan masif/tanpa jendela dan


massa bangunan lain berdinding transparan, maka jarak minimum
= 0,5 YA + YB
Apabila

Contoh :

kedua massa bangunan berdinding masif, jarak minimum


Bila Y
ketinggian
bangunan 3 lantai, jarak bebas adalah 3,5 + 3/2 = 5 m.
= 0,5 YA + 0,5
B.
Bangunan A (3 Lt) dinding transparan dan Bangunan B
(2 Lt) dinding transparan, maka jarak antar bangunan

YA = (3,5 + 3/2)=5m; YB = (3,5 + 2/2) = 4,5 m; maka YA


+YB = 9,5m.

B
n>4

Jalan

GSB
Yn

Bila kedua bangunan berdinding masif, maka jarak


antar bangunan adalah 0,5 YA + 0,5 YB = 2,5m + 2,25m
Apabila
= 4,75m
. nilai jarak GSB kurang dari Y, maka:
Ketinggian bangunan 4 lantai, jarak bebas = GSB
Ketinggian bangunan > 4 lantai, jarak bebas bidang
terluar massa = Y .

KETENTUAN PARKIR

Landasan ketentuan parkir untuk DKI Jakarta adalah Perda No.7


1991.
NOtahunPENGGUNAAN
TINGKAT/PREDIKAT
STANDAR PARKIR

1 (SATU) MOBIL
1

Perkantoran

Setiap 100 m2 lt.


bruto/60m2

Jasa
perdagangan/Toko

Setiap 60 m2 lt. bruto

Bioskop

Kls A I
Kls A - II

Setiap 7 kursi
Setiap 10 kursi

Hotel

Kls I (Bintang 4-5)


Kls II (Bintang 2-3)
Kls III (Bintang 1 ke
bwh)

Setiap 5 unit kamar


Setiap 7 unit kamar
Setiap 10 unit kamar

Restoran/Hiburan

Kls I

Setiap 10 m2 lt. bruto

Pasar

Tingkat kota
Tk. Wilayah
Tk. Lingkungan

Setiap 100 m2 lt. bruto


Setiap 200 m2 lt. bruto
Setiap 300 m2 lt. bruto

Gedung Pertemuan/
Konvensi

Padat
Non padat

Setiap 4 m2 lt. bruto


Setiap 10 m2 lt. bruto

Bangunan Olahraga

Rumah Sakit

10

Perguruan Tinggi

Setiap 15 penonton
Kls I

Setiap 5 tempat tidur


Setiap 200 m2 lt. bruto
2

Kuis 1
AR 223 Perencanaan Tapak

Semester Ganjil 2014-2015


Dwi Kustianingrum, Ir. MT.

Soal Latihan
Dalam melaksanakan proses perancangan, kita harus memperhatikan
batasan intensitas bangunan, antara lain KDB (Koefisien Dasar Bangunan),
KLB(Koefisien Lantai Bangunan), GSB (Garis Sempadan Bangunan) dan
ketentuan-ketentuan lainnya yang berlaku pada daerah tersebut.
Apabila dalam satu lahan persegi panjang berukuran 100 m x 50 m dan
mempunyai ketentuan KDB 70 %, KLB 2, maka :
a. Berapa luas lahan maksimal yang boleh dibangun.
b. Berapa luas lantai bangunan yang boleh dibangun pada lahan tersebut
c. Berapa ketinggian bangunan yang boleh dibangun pada lahan tersebut
d. Apabila pada lahan tersebut akan direncanakan 2 buah massa
bangunan (A dan B) dengan masing-masing tinggi 3 lantai, berapa jarak
antar massa bangunan apabila bidang dinding yang berhadapan pada
kedua massa A dan B adalah transparan.
e. Gambarkan perkiraan komposisi massa tersebut pada lahan diatas.

Jawaban Latihan
Ketentuan : Luas Lahan 100 x 50 m2, KDB 70 %, KLB 2
a.Luas lahan maks. yang boleh dibangun : 0.7 x 100 x
50 m2 = 3500m2
b.Luas lantai maks. yang boleh dibangun : 2 x 100 x 50
m2 = 10000 m2
c.Tinggi bangunan : 10000 : 3500 = 3 lantai, boleh
lebih tinggi
apabila luas lantai dasar bangunan < 3500 m2
d.Jarak antar massa bangunan apabila kedua
dindingnya
transparan : YA + YB
YA = (3,50 + n/2) m. = (3,50 + 3/2 )m = 5 m
YB = (3,50 + n/2) m. = (3,50 + 3/2 )m = 5 m
Jarak antara massa bangunan = YA + YB = 5 + 5 =
10 m

Perkiraan komposisi massa

10 m

You might also like