Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Farach khoolidaziyah
Fauziyah nuraini
Hanifatul ilmiyyah
Harley oktavienka
M prakoso
Shoim miftah
(3A - 07)
(3A - 08)
(3A - 09)
(3A - 10)
(3A - 16)
(3A - 20)
1.1
Latar Belakang
Dalam melakukan pengiriman informasi, dibutuhkan media transmisi yang
transmisi yang sudah ada. Maka dari itu akan dibuat perencanaan kabel fiber optic
antara gedung Ai dan gedung AA untuk mempermudah pentransmisian data agar
lebih cepat.
1.2
Rumusan masalah
1. Bagaimana perancangan instalasai fiber optik antar gedung AA dan AI di
area Polinema?
2. Bagaimana menghitung Link Budget yang dibutuhkan dalam perancangan
jaringan system komunikasi optic sesuai dengan pemetaan pemasangan di
area Politeknik Negeri Malang?
3. Berapakah besar bit rate yang bisa dilewatkan?
1.3
Tujuan
1. Dapat melakukan perencanaan jaringan optik yang tepat untuk jaringan
internet di Politeknik Negeri Malang.
2. Mendapatkan parameter perancangan jaringan
fiber optik
terutama
yang terkait dengan Power Link Budget dan Rise Time Budget yang
paling tepat dalam perancangan jaringan sesuai dengan informasi,
kebutuhan bandwidth, dan jarak transmsi yang dibutuhkan.
1.4
Manfaat
Dengan menggunakan fiber optik sebagai media transmisi antar gedung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk mengalirkan data di dalam jaringan, dibutuhkan media transmisi
data. Media transmisi juga dikenal dengan sebutan media komunikasi, adalah
media yang digunakan sebagai penghubung antara pengirim dan penerima, untuk
melintaskan isyarat, dan isyarat inilah yang akan dimanipulasi dengan berbagai
macam cara dan akan diubah kembali menjadi data. Media transmisi adalah hal
penting di dalam membangun jaringan karena hal inilah yang menjadi acuan
apakah jaringan yang dibangun baik atau tidak, sudah memenuhi standar atau
tidak. Media ini di kelompokkan menjadi dua yaitu :
- Media berkabel (bounded media/gueded media/hard media)
- Media tak berkabel (wireless media/unbounded media/unguided
media/soft media)
A. Media Berkabel
Dalam media berkabel, media itu sendiri adalah hal yang terpenting. Media
berkabel adalah media transmini yang menghubungkan penerima dan pengirim
yang secara fisik dengan menggunakan kabel sebagai penghubung, yang termasuk
transmisi ini adalah :
1. Kabel Pasangan Terpilin (twisted pair cable)
Kabel pasangan terpilin biasa disebut kabel telepon, karena biasa
dipakai untuk saluran pesawat telepon. Setiap dua kabel (disebut sepasang)
saling
dipilin
dengan
tujuan
untuk
mengurangi
interferensi
Media tak berkabel adalah media transmisi yang tidak menggunakan kabel, yang
termasuk dalam media ini adalah :
1. Mikrogelombang (microwave)
Mikrogelombang merupakan bentuk radio yan menggunakan frekuensi
tinggi (dalam satuan gigahertz), yang melimputi kawasan UHF, SHF dan EHF.
Mikrogelombang biasa disebut transmisi garis-pandang disebabkan antara
pengirim dan penerima harus dalam keadaan garis-pandang. Sifat ini
didasarkan karateristik frekuensi yang digunakan, dengan gelombang frekuesi
diatas 100 MHz akan menjalar dengan arah arus. Jarak transmisi biasanya
terbatas pada 20-30 Km, karena faktor kelengkungan bumi. Jika ingin lebih
dari jarak tersebut maka perlu adanya penambahan repeater.
Mikrogelombang banyak pakai pada system jaringan MAN, warnet dan
penyedia layanan internet (ISP).
Kelemahan Mikrogelombang yakni, rentan terhadap cuaca, hujan dan
terpengaruh terhadap pesawat terbang yang melintas diatasnya.
2. Satelit
Satelit sebenarnya juga menggunakan Mikrogelombang hanya saja satelit
digunakan sebagai stasiun relay yang berada diangkasa, dengan ketinggian
kira-kira 480 22.000 mil di atas pemukaan bumi.
3. Gelombang Radio
Transmisi dengan menggunakan gelombang radio dapat digunakan untuk
mengirimkan suara ataupun data, kelebihan transmisi ini adalah mengirmkan
isyarat dapat dapat dilakukan dengan sembarang posisi (tidak harus lurus
pandang) dan bisa dimungkinkan dalam keadaan bergerak. Frekuensi yang
digunakan anatara 3 KHz sampai 300 GHz., salah satu contoh yang
menggunakan gelombang radio seperti Pager, Telepon Seluler, Bluetooth,
WiFi, HomeRF.
Bluetooth yang dirancang untuk mengantikan kabel yang menghubungkan
PC ke printer dan PDA atau telepon tanpa kabel.
berdasarkan fase.
Frekeunsi Shift Keying (FSK), digunakan suatu jumlah terbatas
berdasarkan frekuensi.
Amplitudo Shift Keying (ASK), digunakan suatu jumlah terbatas
amplitudo. 2.5 Modulasi Optik
Teknik ini didasarkan pada variasi daya optik menurut sinyal-sinyal listrik
diterapkan pada transduser elektro-optik. Disarankan untuk menggunakan modulasi
frekuensi pulsa untuk transmisi analog dari saluran televisi dengan serat optik.
Penggunaan serat optik sebagai media transmisi dalam jaringan untuk komunikasi data
yang menawarkan kecepatan data yang sangat tinggi pada kisaran gigabit per detik.Media
transmisi optik menawarkan redaman sangat rendah dan bandwidth yang lebar.
BAB III
PERENCANAAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang denah perencanaan instalasi Fiber Optic di
area Politeknik Negeri Malang, flowchat perencanaan sistem, dan perhitungan
Link Budget.
2.1.
dipakai untuk penyangga kabel FO, berjumlah 10 titik dari gedung asal.
2.2.
2.3.
mentransmisikan data atau informasi dari satu titik ke titik lainnya, dimana
selama proses transmisi akan terjadi redaman. Tujuan dari Power Link
Budget agar dapat mengestimasi besar daya yang dikirimkan akan lebih
besar dari redaman dan sampai di penerima akan lebih besar atau sama
dengan sensitivitas penerima.
Perhitungan Power Link Budget ini akan dilakukan antar 2 node point to
point. Dalam analisis pembahasan Power Link Budget perhitungan untuk titik
terdekat.
Tabel 1. Keterangan dan spesifikasi yang digunakan
Titik Instalasi
Power output LED
Sensitivitas penerima
Fiber Loss
Konektor
Margin System
Panjang link
Dari standarisasi pabrikan didapakan nilai fiber loss = 2.6 dB/km. Panjang
link dari server Gedung AI menuju Gedung AA sebesar 374 m atau kalau
dikonversi dalam kilometer sebesar 0.374 km, hal ini diperlukan karena
fiber loss merupakan fungsi redaman 2.6 dB dalam 1 km atau eqivalen
dengan
cara
mengalikan komponen redaman fiber loss dengan panjang link, total fiber
loss akan didapatkan.
Total Fiber Loss = 2.6 dB/km x 0.374 km = 0.97 dB.
b) Konektor.
Dalam hal ini dari Link Server Gedung AI menuju Gedung AA
akan
sudah
habis.
Dari
dengan mengacu pada standarisasi ITU-T yang terbaru maka asumsi diambil
2 km/haspel.
akan
kebutuhan.
digunakan langsung
Dalam
hal
ini
panjang
tidak ada
fiber
optik
penambahan
sesuai dengan
redaman
yang
Margin System yang lebih dikenal dengan safety margin sesuai dengan teks
book teoritis digunakan sebesar interval range 6-8 dB.
Margin system
sensitivitas
daya
yang
dipunyai
system
minimum. Untuk
lebih
jelasnya
system
receiver
dikurangkan dengan
Untuk
mengatahui
parameter
keberhasilan
daya
yang dikirim
cukup, power link budget cukup, ada dua proses. Yang pertama nilai
dari Power Margin yang didapat harus lebih besar dari 0 dB (Power Margin
> 0 dB). Dan yang kedua nilai Pin harus lebih besar sama dengan sensitivitas
penerima. Power Margin yang didapatkan pada link server gedung AI ini
sebesar 35.22 dB, power margin lebih besar dari 0 dB ( 35.05 dB >
0 dB) maka daya yang dikirim lebih dari cukup, tapi bukan hanya Power
Margin saja, salah satu komponen yang berkaitan dengan sensitivitas
penerima harus juga diperhitungakan.
Pin
yang
didapatkan
sebesar
-27.94
dBm.
Nilai sensitivitas
minimum sebesar -63 dBm pada kondisi normal. Pin lebih besar sama
dengan Nilai sensitivitas penerima ( -27.94 dBm >= -63 dBm) artinya
Power Link Budget yang dihitung telah memenuhi kedua syarat tadi,
power link budget cukup dan layak diimplementasikan.
Berbeda halnya dengan Sumber LED yang digunakan konstan, nilai
sensitivitas memiliki nilai interval minimum sebesar -63 dBm pada kondisi
normal dengan Pt minimum sebesar -20 dBm, nilai sensitivitas memilki nilai
maksimum sebesar -46 dBm pada kondisi saturasi dengan Pt maksimum.
Pin pada kondisi saturasi harus lebih kecil daripada sensitivitas
maksimum, Pin = -27.94 dbm, sensitivitas maksimum -46 dbm. Seharusnya
pada kondisi saturasi Pin lebih kecil dari Sensitivitas maksimum (Pin <
Sensitifitas maksimum) pada kondisi ini tidak terjadi.
Kesimpulan yang bisa ditarik kondisi saturasi akan terjadi dimana
output sumber LED dan sensitivitas berada dalam range minimum dan
maksimum yang berbeda. Selanjutnya nilai dari Pin akan berada dalam range
interval sensitivitas minimum dan sensitivitas maksimun, dalam matematis
bisa dituliskan
dengan
(Sensitivitas
minimum <
maksimum
dan minimum
dan
kondisi
saturasi
terpenuhi.
interval sensitivitas
Panjang link
Treceiver
Modal Distortion Bandwidth
G.651).
374 m (Hasil plot GPS)
1 ns (SI photodetector pabrikan)
2500 Mhz.Km (ITU-T, Pabrikan,
TELKOM).
0.7, koefisien modal distortion
bandwidth
Diameter core
Jari-jari (a)
Keiser).
10 m / Step index single mode
5 m / Step index single mode
Panjang Gelombang ()
vakum (c)
Numerical Aperture (NA)
0.29 (Pabrikan).
Material
mengacu
pada
standarisasi
International
Jarak antara
200 MHz.Km,
dilewatkan dalam sistem ini, dengan dasar tadi asumsi yang diambil untuk
Bo = 2500 MHz.Km atau eqivalen dengan 2.5 GHz.Km. Semakin besar Bo
maka akan semakin kecil Tmodus dan nilai Ttotal. Dengan seperti itu maka
selisih Ttotal akan semakin jauh terhadap Tsistem yang artinya sistem layak
diimplementasikan secara rise time budget dan juga bit rate yang
dilewatkan akan semakin besar. Nilai Bo paling tidak dipengaruhi oleh
empat hal yaitu: prosedur pabrikan dalam pembuatan, komposisi fiber, fiber
itu sendiri, dan design dari Fiber Optik. Jadi untuk dapat melewatkan bit
rate yang besar dalam sistem bergantung sekali pada 4 hal tadi, jika
teknologi rekayasa Fiber semakin berkembang dari empat hal tadi yang
sudah disebutkan maka bit rate berapapun yang akan dilewatkan menjadi
sangat mungkin. Tmodus yang memberikan kontribusi paling besar dalam
Ttotal.
Gedung AA sebesar 374 meter atau 0.374 km. Sesuai dengan formula :
Tmodus = (440 x Lq) km/Bo MHz.km
Tmodus =(440 x (0.374)0,7 Km / 2500 Mhz.Km) = 0.0142 s = 14.2ns.
Tmodus yang sangat berkontribusi paling besar dalam nilai akhir Ttotal
dibandingkan dengan nilai rise time yang lain, oleh karenanya itu
pembahasan rise time Tmodus relatif lebih panjang.
5. Tpandu gelombang(Tw), untuk mendapatkan nilai Tpandu gelombang (Tw)
prosedurnya yang paling panjang dibandingkan dengan Rise Time yang
lainnya.
Mendapatkan nilai V yaitu banyaknya mode yang merambat dalam Fiber
Optik. V = (2 x x a x NA) / . Maka jika nilai-nilainya dimasukan
ke alam rumus tersebut V = (2 x 3.14 x 5 m x 0.29) / 850 nm = 10.71
Mendapatkan nilai indeks bias 1 (Core). NA = n1 x (2 x ) 0.5. dengan
NA=0.29 dan =0.01. Jadi untuk mendapatkan nilai n1 :
n1 = ((NA)2 / 2 x )-0,5
n1 = ((0.29)2 / 2 x 0.01)0,5 = 2.05
Mendapatkan nilai indeks bias 2 (Cladding). NA = (n1 2 n22)0.5,
untuk mendapatkan n2 :
n2 = ((n12 (NA)2)0,5, NA= 0.29 dan n1 = 2.05, jadi
n2=((2.05)2-(0.29)2)0.5 = (4,2 0,0841)0,5 = 2,03
Mendapatkan nilai Tw = Tpandu gelombang = ((L/c).(n1-n2).(1-(/V)).
Jarak dalam satuan meter agak bisa saling menghilangkan dengan satuan c
yaitu m/s, (n1-n2) dan (1-(/V)) tidak berdimensi dan tidak bersatuan.
Hasil dari Tw dalam dimensi waktu yaitu sekon dan
setelah
itu
Tmat = 2,2 ns, Trx= 1 ns, Tmod = 14,2 ns dan Tw= 17,5 ns.
Masukan
masukan
adalah bit rate, jika dimasukan bit rate tertentu akan didapat dua output
nilai Tsistem, yang pertama output nilai untuk kode RZ dengan memakai
formula Tsys=(0.35/Bit Rate) dan output nilai yang kedua adalah Tsys
untuk kode NRZ dengan menggunakan formula, Tsys=(0.70/R), jika output
nilai Tsys baik untuk line coding RZ maupun NRZ lebih kecil dari Ttotal
maka system ini tidak bisa diimplementasikan, Rise Time Budget Tidak
memenuhi, bit rate yang dilewatkan dalam system terlalu besar maka bit
rate harus diturunkan sampai dengan treshold maksimum bit rate yang
bisa dilewatkan dalam system ini yaitu parameter rise time budget
terpenuhi (Ttotal<Tsys) bisa RZ atau NRZ terpenuhi dan layak, bisa saja
salah satu dari dua
line coding
system ini
bisa
diimplementasikan,
Rise
Time
Budget
memenuhi, bit rate bisa dilewatkan dalam sytem ini hal yang sama
dengan treatment pada kondisi sebelumnya bit rate harus dinaikan sampai
dengan threshold maksimum bit rate yang bisa dilewatkan dalam system ini
yaitu parameter rise time budget terpenuhi (Ttotal<Tsys) dan bit rate
dibawah threshold maksimum sudah pasti dapat dilewatkan. Untuk pertama
kali gunakanlah kode RZ apakah Tsys kode RZ bisa lebih besar dari Ttotal,
Jika bisa maka kode RZ bisa diimplementasikan, tetapi jika Tsys RZ lebih kecil
dari Ttotal maka RZ tidak bisa diimplementasikan. Sesudah menghitung dan
mengetahui RZ tidak bisa, maka akan dilakukan perhitungan Tsys NRZ.
Jika Tsys NRZ lebih besar dari Ttotal maka system bisa diimplementasikan.
Dari hasil pada langkah ketujuh ini, Treshold maksimum bit rate
yang bisa dilewatkan dalam system transmisi dari server Gd. AI menuju
Gd. AA yang merupakan titik terpendek dari server adalah sebesar 11.1
Mbps, apabila bit rate lebih besar dari 11.1 Mbps system tidak layak, bisa
dilihat dengan indikator rise time budget yang tidak memenuhi, sedangkan
apabila dibawah 11.1 Mbps system layak bisa dilihat dengan indikator rise
time budget yang memenuhi. Pada kondisi bit rate maksimum 11.1 Mbps
didapatkan nilai Tsytem untuk line coding RZ sebesar 17,5 ns, nilai
Ttotal pada tahap keenam adalah 22,75 ns, Ttotal > Tsys berarti rise time
budget tidak memenuhi untuk line coding RZ dan system untuk line
coding RZ tidak layak. Nilai Tsystem untuk line coding NRZ sebesar
63.06 ns, Ttotal 22,75 ns, dalam hal ini Ttotal < Tsys berarti rise time
budget terpenuhi memenuhi untuk line coding NRZ dan system layak
diimplementasikan dengan line coding NRZ.
BAB IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Perencanaan instalasi Fiber Optik sebagai media transmisi di area
Polinema dilakukan antara Gedung AI dan Gedung AA dengan jarak
keduanya sepanjang link lintasan kabel 374 m / 0.374 km dengan mode
point to point.
2. Perhitungan Power Link Budget didapatkan sebesar 43 dB.
3. Perhitungan semua sistem Loss didapatkan nilai Fiber Loss= 0,97 dB,
Konektor 1 dB, No splicing (0 dB), Margin Sustem 6 dB, sehingga
didapatkan total System Loss sebesar 7,94 dB.
4. Pin (daya yang diterima di photodetector) yang didapatkan sebesar
-27.94 dBm. Nilai sensitivitas minimum sebesar -63 dBm pada
kondisi normal.
penerima ( -27.94 dBm >= -63 dBm) artinya Power Link Budget yang
dihitung telah memenuhi kedua syarat tadi, power link budget cukup
dan layak diimplementasikan.
6.
Rise time budget menggunakan line coding NRZ yang sesuai untuk sistem
komunikasi fiber optik. Syarat Ttotal > Tsys terpenuhi dengan perhitungan
yang didapatkan nilai Ttotal sebesar 77,34 ns dan nilai Tsys sebesar 63,06
ns, maka sistem tersebut sudah bisa diimplementasikan.