You are on page 1of 3

Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi di masa depan.

Bahkan sedetik, semenit,


apalagi bertahun-tahun ke depan. Yang bisa kita lakukan hanyalah berencana dan
berdoa semoga apa yang kita rencanakan sesuai dengan kehendak-Nya. Karena
semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa dan kita tidak bisa
merubahnya. Tapi, kita bisa bermimpi. Kita bisa punya mimpi yang kita inginkan
bisa terwujud di masa depan nanti. Kita bisa punya mimpi yang bisa kita
perjuangkan agar bisa kita capai suatu hari nanti.
Ada yang bilang, hidup berawal dari mimpi. Kalau dipikir-pikir, mungkin perkataan
ini ada benarnya. Kita bermimpi, kemudian menjalani hidup kita dengan berusaha
meraih mimpi itu. Setiap orang pasti punya mimpi, punya cita-cita, punya keinginan
yang ingin diwujudkan.
Masa depan. Berpikir tentang masa depan itu membuat kita berandai-andai. Pikiran
kita mulai berimajinasi. Apa yang akan terjadi pada diri kita di masa depan nanti?
Apakah kita akan menjadi seorang yang sukses, kaya raya, harta melimpah di
depan mata sehingga semuanya terasa mudah? Atau kita akan menjadi orang yang
hidup sederhana, biasa saja, namun tetap bahagia? Atukah begini, ataukah begitu?
Saya pribadi pun terkadang berimajinasi. Dimulai dari posisi saya sekarang yaitu
seorang mahasiswi tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
dari jurusan Gizi Kesehatan. Saya bisa menjalani pendidikan sarjana saya dengan
lancar, memahami semua mata kuliah dengan mudah, melewati Ujian Tengah
Semester dan Ujian Akhir Semester, dan mendapat hasil yang memuaskan sesuai
target saya bahkan lebih dari target. Saya akan menyelesaikan pendidikan saya
selama kurang lebih 3,5 tahun dengan nilai yang memuaskan tanpa ada mata
kuliah yang perlu diulang. Kemudian saya lulus dan diwisuda di Grha Sabha
Pramana pada tahun 2018 nanti dengan gelar S.Gz, dihadiri oleh kedua orang tua
saya, adik-adik, dan sanak saudara yang datang jauh dari kampung halaman saya
yaitu Gorontalo. Setelah itu saya akan menjalani pendidikan profesi selama
setahun, yang saya jalani dengan semangat pantang menyerah, dan
menyelesaikannya dengan baik sehingga saya dinobatkan sebagai seorang
Registered Dietitian.
Selanjutnya, saya akan merealisasikan ilmu yang saya punya. Saya mulai dari
lingkup paling kecil yaitu keluarga saya. Ayah saya menderita diabetes mellitus dan
ibu saya kolesterol. Saya akan memberi porsi dan pola makan yang baik untuk
keduanya agar penyakitnya tidak beresiko lanjut. Saya juga membuat menu yang
bisa mengurangi kadar diabetes dan kolesterol. Dengan ini, ayah dan ibu saya bisa
lebih terkontrol pola makannya dan penyakitnya tidak bertambah parah, tetapi
semakin membaik.
Kemudian, saya akan mulai bekerja. Saya akan kembali ke kampung halaman saya
yaitu Gorontalo. Saya bisa membuka klinik konsultasi mengenai gizi, makanan, pola
makan sehat, diet, dan yang berkaitan tentang itu, di Gorontalo karena selama saya

di Gorontalo belum pernah menemukan klinik seperti ini, bahkan di Indonesia masih
jarang. Saya juga bisa berkontribusi di salah satu rumah sakit di Gorontalo sebagai
ahli gizi disitu. Saya akan membantu para dokter di rumah sakit dalam
menyediakan resep makanan yang baik bagi para pasien, terutama pasien dengan
penyakit yang dilarang untuk mengonsumsi makanan tertentu atau yang
berhubungan dengan gizi dan pola makan.
Ketika saya punya waktu luang, saya ingin berkunjung ke daerah pedalaman
Gorontalo dan memeriksa gizi masyarakat disana, apakah sudah baik, lumayan,
atau masih sangat buruk? Jika memang masih buruk maka saya akan mencoba
untuk memperbaiki gizi mereka, dimulai dari sumber makanan, sumber air,
kebersihan, pola makan, dan sebagainya. Saya bisa mengajukan kerjasama ke
pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya tentang hal ini. Karena sebagai tenaga
medis Indonesia, saya tidak dapat membiarkan hal seperti ini terjadi. Saya harus
membuktikan bahwa kalimat orang miskin dilarang sakit itu tidak pantas untuk
dibenarkan.
Rumah makan sehat juga akan saya dirikan di Gorontalo. Menunya saya sendiri
yang merancang, berisi makanan-makanan sehat dan bergizi tinggi. Ada pula
makanan-makanan khusus untuk dikonsumsi orang yang tidak diperbolehkan
makan makanan tertentu seperti diabetes, kolesterol, darah tinggi, dan sebagainya.
Walaupun bergizi, menunya tetap enak dan menarik sehingga banyak yang
berkunjung. Karena sebagaimana yang saya amati, masyarakat Gorontalo
cenderung tertarik pada kuliner dan banyak pula yang menderita penyakit beresiko
yang berkaitan dengan gizi seperti diabetes, kolesterol, dan sebagainya. Maka saya
berpikir, ini akan sangat bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat Gorontalo. Apabila
rumah makan ini berhasil, saya akan buka cabang selanjutnya di tempat lain.
Sebagai tenaga medis, saya juga ingin ikut berpartisipasi dalam World Health
Organisation (WHO). Saya akan mewakili Indonesia dalam menyampaikan aspirasi
dan ide-ide seputar kesehatan pada dunia. Saya juga akan ikut turun tangan dalam
penanganan masalah kesehatan yang ada di dunia seperti kekurangan gizi
terutama di daerah pedalaman Afrika, dan yang lainnya.
Tak lupa, saya juga akan melanjutkan studi saya di bidang yang sama di luar negeri
bagian eropa dengan mengambil beasiswa. Selama studi saya tetap bisa
melancarkan pekerjaan klinik konsultasi saya, namun via online. Untuk pemeriksaan
gizi di daerah pendalaman juga bisa saya lakukan di negara dimana saya studi.
Studi saya berjalan dengan lancar, saya bisa menghadapi tantangan dan
permasalahan yang ada, dan saya lulus dengan sempurna. Saya akan pulang ke
Indonesia untuk kembali mengabdi.
Mengingat mulai awal tahun 2015 akan diberlakukannya AEC (Asean Economic
Community) dimana seluruh negara-negara anggota ASEAN bebas memasarkan
produk dan jasanya ke sesama negara ASEAN. Itu berarti di Indonesia akan banyak

beredar produk-produk luar dan tenaga kerja dari negara-negara tetangga, dan
begitu pula sebaliknya produk-produk dan tenaga kerja Indonesia akan tersebar di
negara-negara tetangga. Ini adalah tantangan sekaligus kesempatan besar bagi
Indonesia. Tantangan Indonesia adalah harus bisa bersaing dengan produk dan jasa
negara luar dan tidak boleh kalah saing. Sementara itu, ini juga merupakan
kesempatan besar karena inilah saatnya Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia
juga bisa menghasilkan produk-produk terbaik dan memiliki tenaga kerja yang
professional seperti negara-negara luar. Yang bisa saya lakukan sebagai partisipasi
terhadap perdagangan bebas negara-negara ASEAN ini dengan posisi saya yang
seorang tenaga medis, mungkin lebih cenderung dalam bidang jasa. Saya
memandang ini sebagai tantangan besar bagi saya dan tenaga medis lainnya untuk
bersaing dengan tenaga medis dari negara luar. Kita tidak boleh kalah dengan
tenaga medis dari negara lain dan kita harus membuktikan bahwa tenaga medis
Indonesia pun hebat dan bekerja professional.
Mungkin cukup untuk imajinasi saya. Setidaknya saya sudah berimajinasi. Saya
sudah merancang apa yang saya inginkan terjadi di masa depan. Saya sudah
bermimpi. Selanjutnya saya akan berusaha agar semua mimpi itu dapat saya capai.
Karena hidup berawal dari mimpi, bukan begitu?

You might also like