You are on page 1of 10

Kabayan dan Profesor

Kabayan dan profesor duduk berhadapan di kereta api yang membawa mereka dari Bandung ke
Jakarta. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya, itulah sebabnya sepanjang perjalanan mereka tidak
saling bercakapcakap.
Untuk mengusir kebosanan, profesor menawarkan sesuatu pada Kabayan, Hai Kabayan,
bagaimana kalau kita main tebaktebakan?
Kabayan diam saja sambil menatap pemandangan di luar jendela kereta. Hal ini membuat
Profesor menjadi gusar.
Katanya, Kabayan, ayo kita main tebaktebakan! Aku akan mengajukan pertanyaan untuk kau
tebak. Kalau kau tak bisa menjawabnya, kau harus membayarku Rp.5.000, Tetapi kalau kau bisa
menjawabnya, aku bayar kau Rp.50.000,
Kabayan mulai tertarik dengan tawaran itu. Profesor melanjutkan, Kemudian, kau
Ajukan pertanyaan padaku. Kalau aku bisa menjawabnya, cukup kau bayar aku Rp.5.000, Tapi
kalau aku tak bisa menjawabnya, aku bayar kau Rp.50.000, Bagaimana?
Mata Kabayan berbinarbinar. Katanya, Baik kalau begitu. Sekarang ajukan pertanyaanmu.
Ok, sahut profesor dengan cepat.
Pertanyaanku, berapa jarak yang tepat antara bumi dan bulan?
Kabayan tersenyum karena tak tahu apa jawabannya. ia langsung merogoh sakunya dan
menyerahkan Rp.5.000, kepada profesor.
Dengan gembira Profesor menerima uang itu, Nah, sekarang giliranmu.
Kabayan berpikir sejenak, lalu bertanya, Binatang apa yang sewaktu mendaki gunung berkaki
dua. Tapi sewaktu turun gunung berkaki empat?
Profesor lalu berpikir keras mencari jawabannya. Ia melakukan coretcoretan perhitungan dengan
kalkulatornya. Kemudian ia mengeluarkan laptop, menghubungkannya dengan internet dan melakukan
pencarian di berbagai situs ensiklopedi.
Beberapa lama, profesor itu mencoba. Akhirnya ia menyerah. Sambil bersungutsungut ia
memberi uang Rp.50.000, pada Kabayan yang menerimanya dengan hati senang.
Hai, tunggu dulu! profesor itu berteriak. Aku tidak terima. Apa jawaban atas pertanyaanmu
tadi?
Si Kabayan tersenyum pada profesor. Dengan santai ia merogoh saku celananya dan
menyerahkan Rp.5.000, pada profesor.

Malin Kundang
Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatra.
Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak lakilaki yang diberi nama Malin Kundang.
Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah berganti tahun, ayah Malin Kundang
tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin
Kundang untuk mencari nafkah.
Malin Kundang termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin Kundang sedang mengejar ayam, ia tersandung
batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak
bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang
mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang
dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya
raya. Malin Kundang tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin
sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin Kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju
dengan maksud Malin Kundang . Tetapi karena Malin Kundang terus mendesak, Ibu Malin Kundang
akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati.
Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin Kundang segera menuju
ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang
berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak, ujar Ibu Malin
Kundang sambil berlinang air mata.
Di tengah perjalanan, tibatiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut.
Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut . Bahkan
sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa
itu terjadi, Malin Kundang segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatungkatung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya
terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa
yang terdekat dari pantai . Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di
desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya.
Desa tempat Malin Kundang terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan
kegigihannya dalam bekerja, Malin Kundang lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya.
Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah
menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada
ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil.
Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin
pulang ke kampung halamannya.

Joko Tarub
Dahulu kala, di Desa Tarub, tinggallah seorang janda bernama Mbok Randa Tarub. Sejak
suaminya meninggal dunia, ia mengangkat seorang bocah lakilaki sebagai anaknya. Setelah dewasa,
anak itu dipanggilnya Jaka Tarub.
Jaka Tarub anak yang baik. Tangannya ringan melakukan pekerjaan. Setiap hari, ia membantu
Mbok Randha mengerjakan sawah ladangnya. Dari hasil sawah ladang itulah mereka hidup. Mbok
Randha amat mengasihi Jaka Tarub seperti anaknya sendiri.
Waktu terus berlalu. Jaka Tarub beranjak dewasa. Wajahnya tampan, tingkah lakunya pun
sopan. Banyak gadis yang mendambakan untuk menjadi istrinya. Namun Jaka Tarub belum ingin
beristri. Ia ingin berbakti kepada Mbok Randha yang dianggapnya sebagai ibunya sendiri. Ia bekerja
semakin tekun, sehingga hasil sawah ladangnya melimpah. Mbok Randha yang pemurah akan
membaginya dengan tetangganya yang kekurangan. Jaka Tarub, Anakku. Mbok lihat kamu sudah
dewasa. Sudah pantas meminang gadis. Lekaslah menikah, Simbok ingin menimang cucu, kata Mbok
Randha suatu hari.
Tarub belum ingin, Mbok, jawab Jaka Tarub.
Tapi jika Simbok tiada kelak, siapa yang akan mengurusmu? tanya Mbok Randha lagi.
Sudahlah, Mbok. Semoga saja Simbok berumur panjang, jawab Jaka Tarub singkat.
Hari sudah siang, tetapi Simbok belum bangun. Kadingaren , gumam Jaka Tarub suatu pagi.
Simbok sakit ya? tanya Jaka Tarub meraba kening simboknya.
Iya, Le, jawab Mbok Randha lemah.
Badan Simbok panas sekali, kata Jaka Tarub cemas. Ia segera mencari daun dhadhap serep
untuk mengompres simboknya. Namun rupanya umur Mbok Randha hanya sampai hari itu. Menjelang
siang, Mbok Randha menghembuskan napas terakhirnya.
Sejak kematian Mbok Randha, Jaka Tarub sering melamun. Kini sawah ladangnya terbengkalai.
Siasia aku bekerja. Untuk siapa hasilnya? demikian gumam Jaka Tarub.
Suatu malam, Jaka Tarub bermimpi memakan daging rusa. Saat terbangun dari mimpinya,
Jaka Tarub menjadi berselera ingin makan daging rusa. Maka pagi itu, Jaka Tarub pergi ke hutan sambil
membawa sumpitnya. Ia ingin menyumpit rusa. Hingga siang ia berjalan, namun tak seekor rusa pun
dijumpainya. Jangankan rusa, kancil pun tak ada. Padahal Jaka Tarub sudah masuk ke hutan yang
jarang diambah manusia. Ia kemudian duduk di bawah pohon dekat telaga melepas lelah. Angin sepoi
sepoi membuatnya tertidur.
Tibatiba, sayupsayup terdengar derai tawa perempuan yang bersuka ria. Jaka Tarub
tergagap. Suara orangkah itu? gumamnya. Pandangannya ditujukan ke telaga. Di telaga tampak
tujuh perempuan cantik tengah bermainmain air, bercanda, bersuka ria. Jaka Tarub menganga
melihat kecantikan mereka. Tak jauh dari telaga, tergeletak selendang mereka. Tanpa pikir panjang,
diambilnya satu selendang, kemudian disembunyikannya.
Nimas, ayo cepat naik ke darat. Hari sudah sore. Kita harus segera kembali ke kahyangan,
kata Bidadari tertua. Bidadari yang lain pun naik ke darat. Mereka kembali mengenakan selendang
masingmasing. Namun salah satu bidadari itu tak menemukan selendangnya.
Kakangmbok, selendangku tidak ada, katanya.
Keenam kakaknya turut membantu mencari, namun hingga senja tak ditemukan juga. Nimas
Nawang Wulan, kami tak bisa menunggumu lamalama. Mungkin sudah nasibmu tinggal dimayapada,
kata Bidadari tertua. Kami kembali ke kahyangan, tambahnya.

peran siswa siswi melestarikan budaya Indonesia dalam melestarikan budaya Indonesia
Selamat pagi yang saya hormati Ibu Delima dan Ibu Masta, serta temanteman yang saya
kasihi. Mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya kita
semua dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan yang sehat. Pada kesempatan ini, saya akan
menyampaikan pidato tentang peran siswasiswi SMAK 1 BPK PENABUR BANDUNG dalam
melestarikan keebudyaan Indonesia.
Seperti kita ketahui, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman
budaya serta agama. Tetapi sayangnya, dari tahun ke tahun seiring dengan berkembangnya gaya
hidup yang semakin modern dan teknologi yang semakin maju, kebudayaan asli indonesia semakin
memudar bahkan ada banyak orang yang tidak mengetahui kebudayaan daerahnya sendiri. Hal inilah
yang seringkali menyebabkan budaya Indonesia dicuri oleh Negara lain karena tidak dijaga dengan
baik. Kita marah ketika budaya kita dicuri oleh Negara lain, tetapi kita tidak menjaganya dengan baik.
Maka dari itu melalui pidato ini, saya mau menghimbau temanteman sekalian untuk menjaga budaya
Indonesia ini sebaik mungkin. Sebagai pelajar, kita bisa memelihara budaya kita mulai dari halhal yang
kecil. Misalnya dengan diadakannya hari batik, kita ikut serta menggunakan batik di hari itu. Dan tidak
lupa juga kita harus saling menghargai budaya orang lain juga.
Terlebih lagi kita juga harus mau belajar untuk mempelajari lebih lagi budaya yang kita miliki
dibanding dengan budaya Negara lain dan belajar untuk lebih mencintai lagi budaya kita. Jika kita
mempelajari budaya kita, lama kelamaan kecintaan akan budaya itu sendiri pun akan muncul. Lebih
baik lagi jika sekolah kita mengadakan acara tentang kebudayaan Indonesia. Acara dimana tiap anak
dapat berkreasi tentang budaya Indonesia yang beranekaragam, baik dalam menggunakan pakaian
tradisional, lomba menyanyi lagu tradisional, menari tarian tradisional, memainkan alat music
tradisional dan lain sebagainya.
Diharapkan dengan adanya acaraacara yang berkaitan dengan kebudayaan, dapat
menanamkan rasa cinta kebudayaan sendiri lebih dalam, dan dapat mengenal kebudayaan Indonesia
lebih lagi.
Sekian pidato yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf
apabila ada kata yang kurang berkenan. Selamat pagi dan saya ucapkan terimakasih.

peran siswa siswa smak1 bpk penabur bandung menangani kemacetan di lingkungan sekolah.
Selamat pagi yang saya hormati Ibu Delima dan Ibu Masta serta temanteman yang saya
kasihi. Pertamatama mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan karna rahmatNya kita dapat
berkumpul disini pada pagi hari yang cerah ini. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan
pidato tentang peran siswa siswi SMAK1 BPK PENABUR Bandung dalam menangani kemacetan di
lingkungan sekolah.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa kemacetan sudah menjadi hal yang wajar kita temukan
dalam kehidupan seharihari di saat kita menjalankan aktivitas kita di luar rumah. Kemacetan tentu
memberi dampak negative bagi kita terutama pada jadwal kegiatan kita di hari tersebut. Tidak sedikit
kegiatan yang kita korbankan hanya karena kemacetan yang makin hari makin buruk. Kemacetan
memang bukan lagi hal yang dapat kita hindarkan keberadaannya namun kemacetan masih dapat kita
kurangi. Mengurangi kemacetan butuh usaha bersamasama dan pengorbanan yang tentu
bermanfaat untuk kelangsungan aktivitas kita bersamasama.
Pada kawasan SMAK 1 BPK PENABUR Bandung misalnya siswa siswi diharapkan dapat
mengurangi kendaraan pribadi yang biasa digunakan ke sekolah dengan cara mengunakan alternatif
lain seperti berjalan kaki bagi yang rumahnya tidak seberapa jauh dari sekolah, menggunakan sepeda
hingga menggunakan kendaraan umum. Selain dapat mengurangi kemacetan hal tersebut tentu dapat
mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh gas yang di hasilkan oleh kendaraan bermotor. Dengan
demikian kendaraan pribadi pun akan semakin berkurang dan tindakan tersebut tentu berdampak
pada pengurangan kemacetan di jalan raya khususnya di kawasan SMAK1 BPK PENABUR Bandung.
Para siswa siswi harus mulai menyadari dari sekarang bahwa jika kemacetan tidak di kurangi dengan
kesadaran kita masingmasing maka bukan hal yang mustahil bahwa kemacetan yang terjadi pada
harihari ini akan bertambah parah dan merusak jadwal kegiatan kita di hari ke depannya.
Diharapkan dengan adanya kesadaran dalam diri siswa siswi SMAK 1 BPK PENABUR Bandung
maka kita dapat meminimalisir kemacetan yang terjadi di kawasan sekolah kita sehingga berkurang
juga muridmurid yang terlambat masuk sekolah karena kemacetan.
Sekian pidato yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan
pada Ibu atau temanteman sekalian. Selamat pagi dan saya ucapkan terima kasih.

peran siswa siswi SMAK1 BPK PENABUR Bandung mewujudkan kota bandung yang indah dan
segar.
Selamat pagi yang saya hormati Ibu Delima dan Ibu Masta serta temanteman yang saya
kasihi. Pertamatama mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan karna rahmatNya kita dapat
berkumpul disini pada pagi hari yang cerah ini. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan
pidato tentang peran siswa siswi SMAK1 BPK PENABUR Bandung mewujudkan kota bandung yang
indah dan segar.
Dewasa ini sudah semakin banyak polusi yang memberi banyak dampak negative pada
kehidupan kita. Polusi tersebut berasal dari banyak hal di mulai dari asap kendaraan bermotor hingga
pembuangan limbah pabrik. Banyak aktivitas kita seharihari yang menyebabkan polusi baik itu polusi
air, udara ataupun tanah. Polusi merupakan hal yang perlu kita perhatikan sejak dini dikarenakan
dampak yang dihasilkan dari polusi tersebut tidaklah mainmain.
Bandung juga termasuk kota yang berpolusi sehingga kita harus memperhatikan
penyelesaiannya. Sebagai siswa siswi SMAK1 BPK PENABUR Bandung kita dapat memperhatikan polusi
udara yang makin hari makin memburuk, di lihat dari hal tersebut kita sebagai siswa siswi dapat
merencanakan untuk melakukan reboisasi atau penanaman 1000 pohon untuk mengurangi polusi
udara di Bandung. Sebagai siswa siswi SMAK1 BPK PENABUR Bandung pun kita dapat membuat
Bandung menjadi tempat yang lebih bersih dan nyaman dengan membiasakan diri untuk membuang
sampah pada tempatnya karena sampah merupakan salah satu hal utama yang disorot dari Bandung.
Diharapkan dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh siswa siswi SMAK1 BPK PENABUR
bandung dapat menjadi kota yang lebih indah dan segar serta terhindar dari polusi yang kian
memburuk.
Sekian pidato yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf bila ada kata yang kurang
berkenan pada Ibu atau temanteman sekalian. Selamat pagi dan saya ucapkan terima kasih.

Diponegoro
karya Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderangberpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang

Amanat: Kita sebagai pemuda harus bersemangat dalam memperjuangkan negara kita, bukan dengan
senjata dan berperang, tapi kita bisa membuat Indonesia menjadi negara yang lebih maju

Krawang Bekasi
karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara KarawangBekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
Terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 45 ribu nyawa
Kami cuma tulangtulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulangtulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apaapa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulangtulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara KarawangBekasi
Amanat:
Tidak melupakan perjuangan para pejuang yang telah gugur
Mewujudkan impian para pejuang

Balada Terbunuhnya Atmo Karpo


karya W. S. Rendra
Dengan kukukuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosokgosokkan tubuhnya di pucukpucuk para
Mengepit kuatkuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
Nyawamu barang pasar, hai orangorang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas lukaluka, terbuka daging kelopakkelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.
Amanat:


WilliamE.S.

XIIF/32

You might also like