You are on page 1of 10

Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran

- Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia yang


akan berhasil jika siswa memahami lingkungan dan dirinya.
Dan tujuan pendidik ialah membantu siswa mengembangkan
diri, yaitu membantu mengenal diri sebagai manusia yang
unik dan membantu mewujudkan potensi pada diri mereka.
Ahli humanistik melihat dua bagian pada proses belajar, ialah:
Proses pemerolehan informasi baru.
Personalisasi informasi pada individu, tokoh-tokohnya:
Arthur Combs (1912-1399)
Meaning adalah konsep dasar yang digunakan. Belajar
terjadi jika mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa
mamaksakan materi. Untuk itu, guru harus memahami
perilaku siswa dengan memahami persepsi.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat
kesalahan dengan berasumsi siswa mau belajar jika materi
pembelajaran disusun dan disajikan semestinya. Padahal
arti tidak menyatu pada materi pelajaran, dengan kata lain
individu yang memberikan arti pada materi pelajaran.
Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa siswa
memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran dan
menghubungkannya dengan kehidupan.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia
seseorang seperti dua lingkaran yang bertitik pusat satu.
Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan
lingkungan besar adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa itu dari persepsi diri makin kurang pengaruhnya
terhadap perilaku. Hal yang mempunyai sedikit hubungan
dengan diri, makin mudah terlupakan.
Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri
individu ada dua hal:
Usaha positif untuk berkembang.
Kekuatan melawan atau menolak perkembangan.

Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh


hierarki. Jika seseorang dapat memenuhi kebutuhan
pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia
menginginkan kebutuhan di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai
implikasi penting yang diperhatikan saat mengajar.
Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar yaitu: kognitif
(kebermaknaan)
dan
experiential
(pengalaman).
Experiential Learning menunjuk pemenuhan kebutuhan
keinginan siswa. Experiential Learning mencakup:
keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi
siswa endiri, dan efek yang membekas.
Menurut Rogers yang penting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan
dan pembelajaran, yaitu:
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar,
tidak harus belajar hal yang tidak ada artinya.
Pengorganisasian
bahan
pengajaran
berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern
berarti belajar tentang proses.
Dalam buku Freedom To Learn, ia menunjukkan
prinsip dasar humanistik, diantaranya:
Manusia mempunyai kemampuan belajar alami.
Belajar signifikan terjadi jika materi pelajaran
dirasakan murid mempunyai relevansi dengan
maksud sendiri.
Belajar yang menyangkut perubahan dalam
persepsinya dianggap mengancam dan cenderung
ditolaknya.
Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah
dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman luar
semakin kecil.

Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah,


pengalaman dapat diperoleh dengan cara berbeda
dan terjadilah proses belajar.
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan
melakukannya.
Belajar diperlancar jika siswa dilibatkan dalam
proses belajar dan ikut bertanggung jawab.
Belajar atas inisiatif melibatkan pribadi seutuhnya,
baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang
memberikan hasil mendalam.
Kepercayaan diri lebih mudah dicapai jika siswa
dibiasakan mawas diri dan mengeritik dirinya dan
penilaian orang lain merupakan cara kedua.
Belajar yang paling berguna secara sosial dalam
dunia modern adalah belajar mengenai proses
belajar, keterbukaan terhadap pengalaman dan
penyatuan dalam diri mengenai proses perubahan.
Merespon perasaan siswa.
Menggunakan ide siswa untuk melaksanakan
interaksi yang dirancang.
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa.
Menghargai siswa.
Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan.
Menyesuaikan kerangka berpikir siswa.
Tersenyum pada siswa.
-

Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi


fasilitator bagi siswa, sedangkan guru memberikan motivasi
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses
pengalaman belajarnya. Diharapkan siswa memahami potensi
diri, mengembangkan potensinya secara positif dan
meminimalkan potensi yang negatif.
Merumuskan tujuan belajar yang jelas.

Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak


belajar yang bersifat: jelas, jujur dan positif.
Mendorong siswa mengembangkan kesanggupannya
belajar atas inisiatif sendiri.
Mendorong siswa berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri.
Siswa bebas mengemukakan pendapat, memilih,
melakukan yang diinginkan dan menanggung resikonya.
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami
jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi
mendorong siswa bertanggung jawab atas resiko
perbuatan.
Memberikan kesempatan murid maju sesuai kecepatannya.
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan prestasi.
-

Kelebihan teori belejar humanistik:


Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, dan analisis fenomena sosial.
Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa
senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap.
Siswa diharapkan menjadi manusia bebas, tidak terikat
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya secara
bertanggung jawab tanpa melanggar aturan.
Kekurangan teori belajar humanistik:
Siswa tidak mau memahami potensi diri akan ketinggalan.
Siswa yang tidak aktif dan malas belajar merugikan diri.

Model Pengembangan KBK dan KTSP


Model Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan
- Standar Nasional Pendidikan ps. 1 (15) dijelaskan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan masing satuan
pendidikan sesuai potensi, karakteristik, dan sosial budaya.

Konsep KTSP strategi pengembangan kurikulum untuk


mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi,
yang memberikan otonomi lebih luas pada setiap satuan
pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar.

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk


memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan
melalui otonomi lembaga pendidikan dan mendorong sekolah
mengambilan keputusan partisifatif dalam pengembangan
kurikulum. Secara khusus diterapkannya KTSP adalah untuk:
Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum,
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada.
Meningkatkan
kepedulian
dalam
pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan
pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Dalam pengembangan KTSP kegiatan yang dilakukan adalah:


Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI).
Merumuskan visi misi dan tujuan pendidikan.
Berdasarkan SKL, standard isi, visi misi, dan tujuan
pendidikan melalui tingkat satuan pendidikan, selanjutnya
dikembangkan bidang studi yang akan diberikan.
Mengembangkan
dan
mengidentifikasi
tenaga
kependidikan sesuai kualifikasi yang diperlukan, dengan
berpedoman pada standar tenaga kependidikan yang
ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan.
Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan
untuk memberi kemudahan belajar sesuai standar saranaprasarana pendidikan yang ditetapkan BSNP.

KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan


sekolah dan komite berpedoman pada SKL dan SI serta
5

panduan penyusunan kurikulum oleh BSNP, dengan


memperhatikan prinsip (Permendiknas, No. 22 Th. 2006):
Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan
peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta
didik
memiliki
posisi
sentral
untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang berimtaq, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
-

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman


karakteristik, kondisi daerah, jenjang, dan jenis pendidikan.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa Iptek
dan seni berkembang dinamis, dan isi kurikulum mendorong
peserta didik mengikuti dan memanfaatkannya.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan kepentingan
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan hidup.
Karena pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan
dan memperhatikan pengembangan integritas, kecerdasan
spiritual, keterampilan berpikir dan sosial, serta vokasional.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi,
kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan.
Kurikulum
dikembangkan
dengan
memperhatikan
kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun
kehidupan berbangsa bernegara. Kepentingan tersebut saling
mengisi dan memberdayakan sejalan perkembangan
globalisasi dengan berpegang pada Bhineka Tunggal Ika.
Terdapat strategi dalam pengembangan pelaksanaan KTSP
Menyosialisasikan KTSP, agar warga sekolah mengenal
dan memahami visi misi sekolah, serta KTSP yang akan
dikembang dan laksanakan.
Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai
pihak agar dapat dipahami dan diterapkan secara optimal.

Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib,


optimisme, dan harapan warga sekolah, serta kegiatan
berpusat pada siswa. Karena pengembangan KTSP
menggunakan pendekatan kompetensi berlandasan
aktifitas kemampuan berpikir siswa yang perlu ruang
fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kebutuhan.
Iklim belajar kondusif dapat dikembangkan melalui:
Menyediakan pilihan bagi siswa dalam melakukan
tugas.
Remedial bagi para siswa yang kurang berprestasi.
Mengembangkan organisasi kelas bagi perkembangan
potensi siswa.
Bekerja sama antara siswa dan guru dengan pengelola
pembelajaran.
Melibatkan siswa dalam proses perencanaan belajar
pembelajaran.
Mengembangkan proses pembelajaran sebagai
tanggung jawab bersama, sehingga guru banyak
bertindak sebagai fasilatator dan sumber belajar.
Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan
pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri.
Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP
yaitu laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan,
serta tenaga pengelola yang profesional.
Membina disiplin bertujuan membantu siswa menemukan
diri, mengatasi, dan mencegah problem disiplin, serta
berusaha mengondisikan situasi menyenangkan kegiatan
pembelajaran, sehingga mereka mentaati peraturan.
Strategi membina disiplin, sebagai berikut:
Konsep diri
Keterampilan komunikasi
Konsekuensi logis dan alami
Klarifikasi nilai
Analisis transaksional
Terapi realitas

Disiplin terintegrasi
Kepimimpinan kepala sekolah mengoordinasikan dan
menyelaraskan sumber daya pendidikan sebagai faktor
pendorong mewujudkan visi-misi sekolah.
Membangun karakter guru agar mampu berperan sebagai
fasilitator dengan memahami potensi, hobi, kepribadian,
catatan kesehatan, dan latar belakang keluarga siswa.
Agar KTSP berkembang efektif dalam kualitas
pembelajaran, guru perlu memiliki:
Menguasai kompetensi dasar hubungannya dengan
kompetensi lain.
Menyukai yang diajarkannya dan menyukai profesinya.
Memahami peserta didik.
Metoda bervariasi dalam mengajar dan membentuk
kompetensi siswa.
Mengeliminasi bahan yang kurang penting.
Mengikuti perkembangan pengetahuan.
Menyiapkan proses pembelajaran.
Mendorong siswa untuk memperoleh hasil lebih baik.
Menghubungkan pengalaman lalu dengan kompetensi
yang akan dikembangkan.
Model Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
- Mulyasa menyatakan bahwa kompetensi diartikan sebagai
paduan pengetahuan, keterampilan, nilai sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan seseorang sehingga dapat melakukan perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
-

Sanjaya menyatakan tujuan KBK adalah mengembangkan


potensi siswa untuk perannya masa datang dengan
mengembangkan kecakapan menghadapi problema, kemudian
secara proaktif dan kreatif menemukan solusi.
Secara khusus kecakapan hidup itu bertujuan untuk:
8

Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat


digunakan untuk memecahkan problema.
Memberikan
kesempatan
pada
sekolah
untuk
mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai
prinsip pendidikan berbasis luas.
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan
sekolah dengan memberi peluang pemanfaatan sumber
daya di masyarakat.
Pengembangan KBK sebagai pedoman alat pendidikan
didasarkan pada tiga asas pokok, yaitu:
Asas filosofis berkenaan dengan sistem nilai yang berlaku
di masyarakat yang erat kaitannya dengan arah tujuan
yang dicapai. Di Indonesia, sistem nilai yang berlaku
adalah Pancasila.
Asas psikologis berhubungan dengan aspek kejiwaan
perkembangan peserta didik. Tujuan, isi, dan strategi
pengembangan KBK harus memperhatikan kondisi
psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak.
Asas sosiologis dan teknologis didasarkan pada asumsi
bahwa sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik
agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat.
Mulyasa menyatakan bahwa sesuai kondisi negara, kebutuhan
masyarakat,
dan
perkembangan
perubahan,
maka
pengembangan KBK perlu mempertimbangkan prinsip:
Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur;
Penguatan integritas nasional;
Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika;
Kesamaan memperoleh kesempatan;
Abad pengetahuan dan teknologi informasi;
Belajar sepanjang hayat;
Berpusat pada anak dengan penilaian komprehensif; dan
Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
Pengembangan kurikulum merupakan proses kompleks dan
melibatkan berbagai faktor terkait. Proses pengembangan

kurikulum menuntut keterampilan teknis pihak pengembang


terhadap pengembangan komponen kurikulum dan dipahami
berbagai faktor yang mempengaruhi. Pengembangan KBK
memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa paduan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang didemonstrasikan
siswa sebagai wujud pemahaman konsep.
Pengembangan KBK terdiri dari beberapa tingkat:
Pengembangan pada tingkat nasional dilakukan dalam
rangka mengembangkan standar kompetensi masingmasing jenjang dan jenis pendidikan. Pada tingkat
lembaga, kegiatan yang dilakukan adalah:
Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan
tujuan pendidikan pada berbagai lembaga pendidikan,
Berdasarkan kompetensi dan tujuan tersebut
selanjutnya dikembangkan bidang studi yang akan
diberikan untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Mengembangkan
dan
mengidentifikasi
tenaga
kependidikan sesuai kualifikasi yang diperlukan.
Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran.
Tingkat bidang studi dilakukan pengembangan silabus
setiap bidang studi, kegiatannya antara lain:
Mengidentifikasi kompetensi dan tujuan bidang studi.
Mengembangkan kompetensi pokok bahasan, serta
mengelompokan
sesuai
ranah
pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai dan sikap.
Mendeskripsikan kompetensi dan mengelompokkannya
sesuai ruang lingkup dan urutan materi pembelajaran.
Mengembangkan indikator kompetensi dan kriteria
pencapaian.
Pada tingkat satuan bahasan mengembangkan program
pembelajaran berdasarkan kompetensi yang diidentifikasi
dan diurutkan sesuai tingkat pencapaian setiap bidang
studi. Program pembelajaran yang dikembangkan bisa
berupa modul.

10

You might also like