You are on page 1of 4

Desa Lamting yang Malang

Di suatu desa yang bernama Desa Lamting, hiduplah sekeluarga


nelayan yang miskin . Marwan si sang ayah, Zubaidah si Ibu, dan ada Ibunya
Marwan serta anak anak Marwan . Beberapa hari belakangan ini, Marwan
suka memanjat pohon kelapa yang tinggi di kampungnya . Di atas pohon
kelapa itu Ia mendengar suara suara yang aneh . Tengah malam kemarin ibu
dan zubaidah sang istri terbangun .Setelah itu, Marwan pergi ke atas bukit .
Ia memandang Banda Aceh di kejauhan . Tapiterlihat begitu banyak
perubahan pemandangan di sana. Tiba tiba Marwan terkesiap, arus pantai
membawa beberapa sosok mayat yang merapat . Marwan turun dari bukit
sambil berteriak memanggil orang orang sekampungnya . Setelah kejadian
itu, Marwan pergi untuk melihat nasib dua kawannya tadi yang ikut melaut
dengannya, sungguh senang hidup Azwar . Keluarganya masih utuh .
Semuanya selamat . Tetapi berbeda dengan Budi . Istri dan anak anaknya
telah tiada .
Di sore harinya, mayat mayat kembali terdampar . Jumlahnya semakin
banyak dan setiap jam Terus bertambah . Tiba tiba Marwan datang dari
kamar mandi dan membuat ibu dan istrinya terkejut. Sesekali saja kok aku
mengejutkan kalian . Sedikit
refreshing kan tidak apa . (sambil tertawa) .
Tadi pagi juga ayam - ayam pada berlarian dan mengeluarkan suara suara
aneh . Si belang dan si hitam juga ikut memanjat pohon kelapa . Kira kira
peristiwa apa yang akan terjadi ? Dan kapan peristiwa itu akan terjadi ?
Keesokan harinya pukul empat dini hari, Marwan mencoba melaut untuk
mencari ikan .Marwan tetap berkeras untuk melaut . Ketika Marwan bersama
dua kawannya yang bernama Budi danAzwar tiba di tengah samudra, tiba
tiba mereka mendengar suara gemuruh . Mesin kapal tersengal sengal
seperti tersangkut pukat . Beberapa detik kemudian air laut turun
membentuk jurang yang sangat dalam dan perahu tersedot ke dasar bumi .
Tetapi Tiba tiba perahu dilemparkan ke atas dengan cepat . Setelah laut
kembali tenang, Azwar,Budi dan Marwan bergegas pulang ke rumah . Pulau
Nasi luluh lantak . Apa yang dikhawatirkan benar terjadi . Marwan berlari
menuju rumahnya .
Mendengar kata kata itu, Marwan pun berhenti berlari dan berpikir
sejenak . Ia berpikir apa yang dikatakan oleh bapak bapak tersebut benar .
Marwan pun mencoba untuk mengikhlaskan kepergian keluarganya . Setelah
itu, Marwan ikut memakamkan ibu, istri, dan anak anaknya, serta beberapa
korban lainnya . Keuchik selaku RT di kampong tersebut tersenyum sesaat
setelah mengecek warganya yang ternayata banyak yang selamat.
Keeseokan paginya, hamper semua penduduk Desa Lamting mengungsi
ke pelabuhan .Tapi Marwan dan beberapa laki laki lainnya tak hendak

meninggalkan desa mereka, mereka termenung di perbukitan dan melihat


mayat mayat terus terdampar . Dan akhirnya hanya tinggal Marwan seorang
diri . Lalu, Marwan melihat banyak anjing bermunculan dan menyerbu kea rah
pantai . Perlahan lahan bersama anjing anjing lainnya yang datang
menyusul kemudian, Marwan turun ke pantai, tetapi anjing- anjing tak takut
padanya . Salah seekor anjing menerkam Marwan seperti babi buruan,
Marwan berusaha melawan dan mereka pun bergumul . Marwan sangat panik
dan ketakutan . Marwan lalu berlari hingga berpuluh puluh meter . Dan
akhirnya anjing anjing itu berbalik kea rah pantai, dan Marwan tetap berlari
menjauhi pantai.
Siang hari, Marwan bersama Keuchik dan penduduk desa lainnya
menunggu di pelabuhan . Saat matahari sebentar lagi tenggelam di ufuk
barat, sebuah perahu di tengah laut kebingungan hendak merapat . Perahu
itu membawa sedikit makanan dan air bersih dari Banda Aceh, tanpa mesin .
Tepat di saat malam mulai turun, perahu kembali ke Banda Aceh . Perahu
didayung perlahan . Semua orang tidak ada yang berbicara . Hanyut dalam
kesedihan mereka masing masing . Marwan termenung memandangi pulau
tempat tinggalnya yang penuh dengan mayat yang semakin jauh di belakang .

Cerpen Desa Lamting yang Malang di Ubah Ke Naskah


Drama
Ibu
: Suara apa ini ?
Zubaidah
: Burung burung malam ini terus bernyanyi .
Ibu
: Tumben sekali ya dah . Tak seperti biasanya . Perasaan
ibu juga tak terlalu enak dah .
Zubaidah
: Iya bu . Zubaidah juga . Apa ini suatu pertanda ?
Ibu
: Perasaan ibu mengatakan, sepertinya ada peristiwa
besar yang akan terjadi .
(Tiba tiba Marwan datang dari kamar mengejutkan berdua.)
Zubaidah
: Astaghfirullah , ayah ini mengejutkan saja!
Ibu
: Iya, tiba tiba datang seperti hantu .
Marwan
: Maafkan aku, tapi peristiwa apa itu ?
Zubaidah
: Wallahu alam lah .
Ibu
: Sudahlah nak, berdoa saja kepada Allah agar kita
selamat dan selalu dalam lindungan-Nya .
Marwan dan Zubaidah : Amiin ya rabbal alamin .
(Keesokan, Marwan mencoba melaut untuk mencari ikan .)
Marwan
: Zubaidah, aku pergi melaut dulu ya . Ibu, aku pergi .
Zubaidah
: Hari ini ayah janganlah melaut dulu . Istirahat saja di
rumah . Perasaanku tidak enak sejak malam tadi .
Ibu
: Aku juga seperti itu . Sudahlah nak, janganlah kau
melaut dulu . Firasat ibu juga .

Marwan
: Sudah tidak apa . Biarkan saja aku melaut . kalau hari ini
aku tidak melaut, mau makan apa kita besok ?
(Marwan tetap berkeras untuk melaut, bersama kedua temanya. Tiba tiba
mereka mendengar suara gemuruh . Mesin kapal macet seperti tersangkut
pukat .)
Budi
: Azwar, coba periksa dulu mesin kapalnya .
Marwan
: Iya. Coba periksa dulu . Mesinnya macet-macet ni .
Azwar
: Ya, baiklah . Akan ku periksa .
(Selagi Azwar memeriksa mesin)
Marwan
: Cuacanya sangat buruk sekali .
Budi
: Iya . Tadi langit terlihat sangat cerah . Tetapi sekarang
langit menjadi mendung dan mengeluarkan suara gemuruh .
(Tiba tiba dari buritan kapal terdengar )
Azwar
: Budi, Marwan ! Mesinnya sudah diperbaiki !
Budi
: Ya sudah, kembali kesini !
Marwan
: Aku takut akan terjadi sesuat yang tak terduga .
Budi
: Berdoa sajalah agar kita selamat hingga kembali ke
darat .
Azwar
: Iya, serahkan semuanya kepada Allah .
(Beberapa kemudian ada pusaran air dan perahu tersedot ke dalam. Tetapi
Tiba tiba perahu kembali ke atas dengan cepat . Setelah laut kembali tenang
merka bergegas kembali pulang)
Azwar
: Astaghfirullah . Innalillahi . Ya Allah selamatkanlah dan
lindungilah kami semua hingga kembali ke darat.
Budi dan Marwan : Amiin .
Marwan
: Mari bergegas pulang . Kita tidak tau kemana ombak itu
pergi . Firasatku mengatakan ada kejadian besar di darat .
Budi
: Baiklah, arahkan kapal menuju pantai .
Azwar
: Siap !
( Apa yang dikhawatirkan benar terjadi . Marwan berlari menuju rumahnya .)
Marwan
: Astaghfirullah ya Allah . Innalillahi . Astaghfirullah .
(Melihat keluarganya meninggal)
Pak Zulkifli
: Sudahlah pak . Ikhlaskan saja apa yang sudah terjadi .
Marwan
: Pa..k , saya sungguh menyesal . Kenapa saya tidak
menuruti nasihat istri dan ibuku tadi . Saya sungguh menyesal . Saya merasa
bersalah . Saya merasa sayalah yang lebih baik mati daripada keluarga saya .
Saya menyesal pa..k .Lebih baik saya mati !
(Berlari menuju pantai untuk bunuh diri)
Pak Bambang
: Pak, jangan bertindak bodoh seperti itu ! Jika keluarga
bapak tau kalau bapak melakukan hal bodoh seperti itu , pasti mereka
semakin sedih .
Keuchik
: Ikhlaskan kepergian mereka . Tabahlah . Ini cobaan yang
diberikan oleh Allah untukmu agar kamu semakin kuat, semakin sabar,

semakin tawakal kepada-Nya. Marwan


: Iya Keuchik . Saya
mencoba untuk lebih bersabar . Saya tau ini cobaan dari Allah dan saya harus
menerimanya dengan lapang dada.
(Di sore harinya, mayat mayat kembali terdampar . Jumlahnya semakin
banyak)
Keuchik
: Sudah, kita hanya bisa berdiri memandang tanpa bisa
melakukan sesuatu.
Marwan
: Sudah tidak sanggup lagi untuk menguburkan mayat
mayat tersebut .
Ojik
: Kain kafan juga telah habis dipakai .
Bone
: Keuchik . Keuchik selaku ketua RT di sini tak punye
rencana lain kah ?
Bobi dan Azwae : Iya Keuchik .
Marwan
: Iya Keuchik . Tak mungkin kita tetap tinggal disini . Pulau
ini pasti akan menjadi sarang penyakit bagi kita.
Keuchik
: Baiklah . Kita harus mengungsi .Besok pagi kita harus
mengungsi ke pelabuhan menunggu perahu , siapa tahu ada perahu yang
datang.
Bone
: Baiklah kawan kawan . Sesuai yang dikatakan Keuchik
tadi, besok kita mengungsi ke pelabuhan . Jadi jangan ada yang terlambat jika
mau bersama sama .
(Saat matahari sebentar lagi tenggelam di ufuk barat, sebuah perahu di
tengah laut kebingunganhendak merapat .)
Keuchik
: Hei Bone . Sambut perahu itu . Agar dia merapat kesini .
Bone
: Baik Keuchik .
(mereka pun meninggalkan pulau tempat mereka tinggal, mereka mendayung
perlahan-lahan hayut dalam kesedihan masing-masing. Marwan termenung
memandangi pulau tempat tinggalnya yang semakin jauh di belakang .)

You might also like