Professional Documents
Culture Documents
Sepanjang sejarah perminyakan Indonesia dari jaman kolonial Belanda hingga saat ini,
Indonesia memiliki 7 kilang. Pengelolaan kilang minyak merupakan bagian dari industri
hilir Pertamina bidang pengolahan.
Bidang Pengolahan Pertamina dengan tujuh kilangnya memiliki kapasitas total 1.041,20
ribu barel per tahun. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang Petrokimia dan
memproduksi Non BBM.
Di samping kilang minyak, Pertamina hilir mempunyai kilang LNG di Arun dan di
Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang dengan 8 train.
Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 18,5 Juta Ton per
tahun.
Beberapa kilang juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Musi,
Cilacap, Balikpapan, Balongan dan Mundu.
TH
LA
Manila
AI CA OS
B
Ba
South Philipines
LA
P
M
VI
n
a
ND
H
M
BO
ET
h
nab
E
K
o
DI
NA
China
S
rB n
h
ta
A
M
C
gpu
o
a aL o
a
J
KASIM
K
hi N A Sea B
nP k
eG
dwna m
Ba
BALIKPAPAN
o
Lh
w D
g e Wa gK
Ban
KAPASITAS
: 10 MBCD
M
o
r u WM a l
nd
RB
t
ok
e
En k
i uoPn
K
k n Po
a
KAPASITAS
: 260 MBCD
Mn
dar
t p EA
P S rt ygn t e in
U
a
se
PLAJU
i
h
o
e st
Pacif
M
Ac
D
u ope
e ao
u hK ST a
or
T
SIN
k
Nn
KiB
u
HA
T tt B
oB h
D
n
a
eh
u
dl n rt
uh
n au MA
tKAPASITAS
al
e
LA
M
nio TA
GA
m
ic
e agn
:
133,7
MBCD
YSI
E
ni N CEPU
t
Sa
LM
a
Seri
K
A
c
DUMAI
u
KAL
A
S
n
g
P
m
Ci a h
B
a
B
DiL h h
r
aw
Jgn a
a tPO
Iu mal bnt eutt SU
la rA
AH
or
a
IMABeg
n aPAKNING
OceaJ
cY
n
SI
t
a
i
al
SUNGAI
e
t
G
a
l
Ba
ari
a
KAPASITAS
: 127
MBCD
n
ik a k
: 3.8awa
MBCD
o
d
d a
ikiAKAPASITAS
a
ER
L REP t
n NTA
a
un uk LA
SE
BU
a
p
r
m
u
nj
nd
m
y
al
n
nIRIAy
n
o
a s
aa WE
g N
A
t
KAPASITAS
: 50ui MBCD
bn
RA
RU
ar aa g U
n
eu
N
g
n g
a
o
p
e
jp SI
s i mJ
S
M
g n m
p
M
a
Bm a Pau
n
J
CILACAP
JAY
Ba
S
I
N
D
s
as
e
b
Si
Yo
F
n ge
uM
p
a
A gyu Aain BL
n
i
m
a and
A
re
TI
nBALONGAN
L
ruU
KAPASITAS : 348 ur
MBCD
India
O Og S
k
a akr Dg A
n kun
N
E
AU
ar
M
ng
M
O
P
M
rV ara Uk L
g ag
a
U
O
ST
an
Ba: 125
R MBCD
nKAPASITAS
a tab R IB
u
r
t
a
al
n
A y Aa
Ocea
g
a n
n
O
K
SAn M
I ESA
d B
W
Aa A
n
g
RA
LIA
k
e
Jenis Proses
Unit Proses
Tujuan Proses
Persiapan
Desalter
Pemisahan
Treating
Pemurnian
Konversi
Perbaikan kualitas
Hydrotreatingdandemetalisas
i (HDS, ARHDM, DHDT,
DHDT), Amine Absorber
Hydrocracker, Fluid Catalytic
Cracking (FCC), RFCC,
Delayed Coker, Visbreaker,
Platforming, H2 Plant.
Hydrotreater (HDS)
Proses lain
Polymerisasi,
IsomerisasiPenex,Totaray),
MDU
Perengkahan, pembentukan/
reforming
Perbaikan kualitas
Kilang dengan kompleksitas tinggi akan menghasilkan fraksi ringan lebih besar dan
produk yang bernilai lebih tinggi. Namun kompleksitas tinggi ini juga dibarengi dengan
investasi teknologi dan peralatan yang cukup tinggi serta sejalan juga dengan
pengelolaan potensi bahaya dan risiko yang harus lebih besar.
Kompleksitas kilang Balongan merupakan yang tertinggi di antara enam kilang yang
beroperasi di Indonesia, juga termasuk kelompok kompleksitas tinggi di kilang
internasional. Di tingkat global, kompleksitas tertinggi kilang dimiliki Kilang Reliance
India, yakni pada level 14,0.
Tabel Perbandingan kapasitas kilang dan tingkat kompleksitas
berdasar Indek Nelson
Kilang
Pertamina
RU IV Cilacap
RU V Balikpapan
RU II Dumai
RU III Plaju
RU VI Balongan
RU VII Kasim
Rata-rata per negara
Indonesia
Korea Selatan
Taiwan
Inggris
Jepang
India
Amerika Serikat
China
Reliance India (kilang)
Kapasitas
(barel per hari)
348.000
260.000
177.000
133.700
125.000
10.000
Indek Nelson
3,5
3,3
7,9
4,9
10,6
1,0
430.000
4,7
5,0
305.000
170.000
152.000
132.000
128.000
83.000
580.000
5,9
9,0
7,7
3,8
10,7
3,6
14,0
RU II DUMAI
Kilang minyak Putri Tujuh Dumai dan Sungai Pakning mulai dioperasikan pada 1971.
Produk Pertamina RU II yang dapat dinikmati keberadaannya bagi masyarakat sebagai
berikut :
A. Bahan Bakar Minyak (BBM)
Terdiri dari 6 Jenis produksi yang dihasilkan, diantaranya :
1.
Aviation Turbine Fuel
2.
3.
4.
5.
Minyak Bakar
Minyak Diesel
Minyak Solar
Minyak Tanah
RU IV CILACAP
Kilang Cilacap terdiri atas Kilang Minyak I, Kilang Minyak II dan Kilang Paraxylene.
Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000 barrel/hari,
beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976. Sejalan dengan
peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya
melalui Debottlenecking project sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini
dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan
maksud selain mendapatkan BBM sekaligus untuk mendapatkan produk Non BBM
yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal. Mengolah minyak dari
Timur tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal,
mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi
dimaksud.
Sedangkan Kilang Minyak II ini dibangun tahun 1981, dengan pertimbangan untuk
pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai
beroperasi 4 Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas awal
200.000 barrel/hari. Kemudian mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM ditanah
air, sejalan dengan proyek peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada tahun
1998/1999, kapasitasnya juga ditingkatkan menjadi 230.000 barrel/hari. Kilang ini
mengolah minyak "cocktail" yaitu minyak campuran, tidak saja dari dalam negeri juga
dari luar negeri.
Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan beroperasi setelah diresmikan oleh
Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Kilang ini menghasilkan produk Non BBM dan
Petrokimia. Pertimbangan pembangunan kilang ini didasarkan atas pertimbangan
tersedianya bahan baku naptha yang cukup dari Kilang Minyak II Cilacap, adanya
sarana pendukung berupa dermaga tangki dan utilitas dan terbukanya peluang pasar
baik di dalam maupun luar negeri
Produk yang dihasilkan antara lain aspal, heavy aromate, lube base oil, low sulphur wax
residue, minarex, minyak paraffin, dan toluene.
RU V BALIKPAPAN
Sumur minyak pertama dari Kilang Balikpapan ditemukan oleh sebuah perusahaan
minyak Matilda di Kota Balikpapan pada tanggal 10 Februari 1897. Sejak saat itulah
kota ini dikenal sebagai Kota Kilang Minyak di Kalimantan Timur. Pada 1899 Shell
Transport & Trading Ltd mendirikan Kilang di Balipapan.
Kilang Minyak Balikpapan terletak di tepi Teluk Balikpapan, meliputi areal seluas 2.5
km2 . Kilang Minyak ini terdiri dari unit Kilang Minyak Balikpapan 1 dan unit Kilang
Minyak Balikpapan II. Kilang Minyak Balikpapan 1 dibangun sejak tahun 1922 dan
dibangun kembali pada tahun 1948 dan mulai beroperasi tahun 1950.
Pada 1966 seluruh kekayaan Shell Transport & Trading Ltd dibeli oleh PN Permina. Dua
tahun kemudian, PN Permina dan PN Pertamin melakukan merger dan berganti nama
menjadi PN Pertamina.
Sedangkan Kilang Balikpapan II dibangun tahun 1980 dan resmi beroperasi 1
Nopember 1983.
Kilang Balikpapan I mengalami up grading pada 1995 dan beroperasi kembali pada
1997.
Kedua kilang mengolah minyak mentah dari berbagai sumber, baik domestik (45%)
maupun luar negeri (55%).
Kilang Balikpapan memiliki dua terminal sebagai fasilitas pendukung, yakni terminal
Lawe-lawe dan terminal Balikpapan.
Fasilitas yang tersedia di terminal Lawe-lawe adalah 7 unit tanker, 1 unit single point
mouring, 2 generator, 4 transfer pump dan 3 flushing pump. Terminal ini menerima
crude oil dari Tanjung domestic lainnya maupun crude impor untuk dialirkan ke kilang
pengolahan.
Sementara terminal Balikpapan didukung oleh 29 tank crude oil, 98 tank produk jadi
serta 8 jetty.
Saat ini kilang I memiliki kapasitas 60.000 barel per hari (bph) dan memproduksi LPG,
Naphta, kerosene, light gas oil dan heavy gas oil.
Sedangkan kapasitas kilang II mencapai 200.000 bph dengan produk akhir berupa
LPG, kerosene, naphta, dan diesel stripper.
Terkait dengan keselamatan kerja, Kilang Balikpapan telah menjalani audit Dupont dua
kali, yakni pada 2006 dan 2010 dengan hasil masih kurang menggembirakan karena
memperoleh skor 1,5 dari skala 5,0. Budaya K3 di kilang Balikpapan masih masuk
kategori dependent artinya kepatuhan personil terhadap keselamatan kerja masih
tergantung pada ada tidaknya supervisi bukan datang dari kesadaran sendiri.
RU VI BALONGAN
PT Pertamina (persero) RU VI Balongan berdiri pada 1 September 1990 dengan nama
PT Pertamina (persero) Up VI Balongan yang dinamakan Proyek EXORT (Export
Oriented Refinery) I. Kapasitas total yang dihasilkan kilang ini 125.000 barel per hari.
Kegiatan pembangunan kilang dimulai 1991, dan berproduksi pada Agustus 1994.
Kilang ini diresmikan Presiden Suharto pada 24 Mei 1995 dengan dua kontraktor
utama, Japan Gasoline Corporation (JGC) dan Foster Wheeler Indonesia (FW).
Dasar pemikiran pendirian kilang Balongan:
-
Untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri khususnya di wilayah DKI Jakarta
dan Jawa Barat
Untuk memecahkan kesulitan pemasaran jenis minyak mentah (crude oil) berat
seperti Crude Duri
Menaikan nilai tambah dengan adanya peluang ekspor di Asia Pasifik
Pertimbangan ekonomi
Relatif dekat dengan konsumen terbesar yakni Jakarta dan Jawa Barat
Telah tersedianya sarana penunjang yaitu Depot UPMS III, Terminal DOH-JBB
(Jawa Bagian Barat), Conventional Buoy Mouring (CBM), Single Buoy Mouring
(SBM).
Dekat dengan sumber gas alam yaitu DOH-JBB dan Beyond Petroleum (BP)
Selaras dengan proyek pipanisasi BBM di Pulau Jawa
Tersedianya lahan yakni bekas sawah yang kurang produktif
Tersedianya sarana infrastruktur
Bahan baku minyak mentah terdiri dari minyak mentah Duri 80%, minyak mentah
Minas 20%, dan gas alam dari Jatibarang sebagai bahan baku H 2 Plant sebanyak 18
MMSCFD. Pengolahan bahan baku tersebut menghasilkan produk sebagai berikut :
Selanjutnya lebih detil mengenai proses kerja kilang Balongan akan dibahas di Bab IV
RU VII KASIM
Kilang BBM Kasim dibangun untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak daerah
Papua dan sekitarnya. Sebelumnya, pemenuhan kebutuhan BBM daerah ini
didatangkan dari Balipapan, Kalimantan Timur.
Pembangunan kilang BBM tersebut dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
Kilang BBM Kasim dibangun di atas areal seluas kurang lebih 80 HA. dan terletak di
desa Malabam kecamatan Seget kabupaten Sorong Papua bersebelahan dengan Kasim
Marine Terminal (KMT) Petro China, kurang lebih 90 km sebelah selatan kota Sorong.
Kilang tersebut mulai beroperasi sejak Juli 1997 sampai saat ini.
Kilang BBM Kasim mengolah crude lokal produksi daerah kepala burung Papua. Lokasi
Kilang BBM ini dipilih disekitar area Petro China dengan dasar pertimbangan :
Tersedianya Area dengan luas yang cukup untuk Pengembangan Kilang BBM
Kasim diwaktu yang akan datang.
Kilang BBM Kasim mempunyai kapasitas 10.000 barrel / hari, dirancang untuk
mengolah Crude(minyak mentah) Walio (60%) dan Salawati (40%).
Produk yang dihasilkan adalah
Fuel Gas : 969 Barrel / Hari
Premium : 1.987 Barrel / Hari (Unleaded)
Pada masa mendatang kilang minyak juga harus mampu menjawab tuntutan atas
a.
b.
c.
d.
e.
Kilang minyak juga memiliki karakteristik bisnis yang sangat khusus, yakni:
1. Kilang termasuk kategori bisnis infrastruktur:
Merupakan bagian dari rantai bisnis infrastruktur bagi bisnis energi dan petro
kimia yang strategis ditinjau dari aspek ekonomi dan politik dengan ciri-ciri
memerlukan biaya investasi tinggi, merupakan investasi jangka panjang,
pengerjaan konstruksi memerlukan waktu lama sekitar 4 tahun, berdampak
langsung terhadap lingkungan, ada aturan ketat dari pemerintah, demikian juga
harga produk diatur oleh pemerintah.
2. Tergantung pada teknologi dan sangat kompleks:
Mempunyai ketergantungan besar pada para pemegang paten teknologi proses
pengolahan minyak bumi (lisensi proses produksi, penyedia katalis dan penyedia
bahan kimia) di samping juga lisensi dari teknologi peralatan dan sistem baik
pabrik maupun penyedia jasa atau vendor nya.
3. Fleksibilitas operasi rendah:
Kilang didisain hanya untuk mengolah jenis minyak mentah tertentu sehingga
tidak mudah untuk melakukan perubahan bahan baku minyak mentah, jenis
katalis maupun bahan kimia beserta model operasi untuk dapat memenuhi
fluktuasi pasar produk yang berubah cepat.
4. Konfigurasi kilang terpadu terintegrasi:
Konfigurasi kilang terpadu dan terintegrasi diperlukan agar bisa mengolah bahan
baku menjadi produk berkualitas yang diterima pasar dengan harga yang lebih
menguntungkan.