You are on page 1of 10

Tugas Dasar Ilmu Gizi

Paper Selenium (Se)

Disusun Oleh :
Kelompok 7A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Zelbi Windarini Tiraihati


Indra Oditya Putra
Fhanin Dyanita
Ayunda Zilul Gosanti
Ulfia Hazna Safira
Maulidiyah Dwi Azti Putri
Novitha Sari Pattara
Shinta Arta Mulia

101311133016
101311133037
101311133038
101311133040
101311133043
101311133051
101311133053
101311133079

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Selenium (Se) merupakan elemen esensial bagi hewan dan manusia yang
diperoleh dari makanannya seperti biji-bijian dan sayuran. Efek biologis dari Se
awalnya hanya dipertimbangkan dari segi toksisitasnya saja. Sebagai mikro
elemen, Se berperan dalam pertumbuhan, mengontrol metabolisme hormon tiroid
dan testosteron. Sebagai antioksidan Se mereduksi senyawa peroksida, sehingga
menurunkan radikal bebas dalam tubuh dan menghambat timbul dan
berkembangnya kanker.
Jumlah selenium dalam tubuh sebanyak 3-30 mg, bergantung pada
kandungan selenium dalam tanah dan konsumsi makanan. Konsumsi orang
dewasa berkisar antara 20-30 g, bergantung pada kandungan tanah. Selenium
baru dianggap zat gizi esensial sejak tahun 1957. Selenium terbukti dapat
mencegah timbulnya penyakit hati pada tikus yang menderita kekurangan vitamin
E. Pada tahun 1973 ditemukan bahwa selenium adalah mineral mikro yang
merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase.
Asupan bahan mengandung Se berasal dari bahan makanan sehari-hari
misalnya makanan yang berasal dari tumbuhan. Selenium termasuk salah satu zat
gizi mikro esensial yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil, namun
mudah sekali menjadi racun dalam jumlah yang lebih besar. Selenium pertama
kali ditemukan pada tahun 1930-an melalui penemuan penyakit alkalis, suatu
gejala keracunan kronis akibat makanan yang mengandung selenium terlalu
tinggi. Lebih dari dua puluh tahun kemudian ditemukan adanya nekrosis hati
akibat kekurangan selenium pada ternak. Fungsi selenium baru diidentifikasikan
pada tahun 1973. Secara garis besar, selenium berfungsi dalam seleniumdependent enzymes yang juga dikenal sebagai selenoprotein.
Pengetahuan tentang kebutuhan dan kecukupan yang dianjurkan (RDA)
tentang selenium berubah pesat berdasarkan metoda dan pemahaman tentang
metabolisme gizi mikro. Di Amerika Serikat, pada tahun 1980 RDA selenium

untuk orang dewasa ialah 50-200 mcg, sedang dalam tahun 1989 berubah menjadi
70 dan 55 mcg bagi laki-laki dan perempuan dewasa. Sedang di banyak negara
belum ditetapkan, termasuk Indonesia.
Dosis tinggi (= 1 mg sehari) menyebabkan muntah-muntah, diare, rambut
dan kuku rontok, serta luka pada kulit dan sistem saraf. Kecenderungan
menggunakan suplemen selenium untuk mencegah kanker harus dilakukan secara
hati-hati, jangan sampai terjadi dosis berlebihan.
1.2 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengetahui sifat-sifat selenium.


Mengetahui proses absorpsi dan ekskresi selenium.
Mengetahui sumber selenium.
Mengtahui fungsi selenium.
Mengetahui akibat kekurangan selenium.
Mengetahui akibat kelebihan selenium.

BAB II
Pembahasan
2.1 Sifat-sifat Selenium
Selenium adalah unsur kimia non logam dan merupakan anggota
kelompok XVI tabel periodik. Aktivitas kimia dan sifat fisika selenium
menyerupai sulfur dan tellurium. Unsur ini terdapat dalam sejumlah bentuk
alotropik dengan yang paling populer adalah bubuk merah amorf, bentuk kristal
merah, dan bentuk kristal abu-abu metalik yang disebut selenium. Bentuk terakhir
ini menghantarkan listrik lebih baik dalam cahaya daripada dalam gelap dan
digunakan dalam photocells. Selenium terbakar di udara dan tidak bereaksi
dengan air, tetapi larut dalam asam nitrat pekat dan basa kuat. Selenium termasuk
salah satu unsur langka di bumi, dan lebih langka dari perak. Unsur ini hadir di
atmosfer sebagai derivatif metil.
Negara penghasil utama selenium adalah Kanada, Amerika Serikat,
Bolivia, dan Rusia. Selenium terbentuk secara alami di lingkungan maupun akibat
aktivitas manusia. Tanah pertanian yang sering diberi pupuk memiliki kandungan
selenium sekitar 400 mg/ton karena unsur ini terdapat dalam pupuk fosfat. Ketika
selenium yang berada dalam tanah tidak bereaksi dengan oksigen, maka unsur ini
relatif stabil (immobile). Selenium yang immobile dan tidak larut dalam air tidak
terlalu berisiko bagi organisme. Kadar oksigen dalam tanah dan keasaman tanah
akan meningkatkan bentuk mobile selenium. Kadar oksigen yang lebih tinggi dan
peningkatan keasaman tanah biasanya disebabkan oleh kegiatan manusia, seperti
proses industri dan pertanian. Pertanian tidak hanya meningkatkan kadar selenium
dalam tanah, tetapi juga meningkatkan konsentrasi selenium dalam air permukaan.
Selenium menunjukkan sifat fotovoltaik, yakni mengubah cahaya menjadi
listrik, dan sifat fotokonduktif, yakni menunjukkan penurunan hambatan listrik
dengan meningkatnya cahaya dari luar (menjadi penghantar listrik ketika terpapar
cahaya dengan energi yang cukup). Sifat-sifat ini membuat selenium sangat
berguna dalam produksi fotosel dan exposuremeter untuk tujuan fotografi, seperti
sel matahari. Di bawah titik cairnya, selenium adalah semikonduktor tipe p dan

memiliki banyak kegunaan dalam penerapan elektronik . Selenium telah dikatakan


non toksik, dan menjadi kebutuhan unsur yang penting dalam jumlah sedikit.
Namun asam selenida dan senyawa selenium lainnya adalah racun, dan reaksi
fisiologisnya menyerupai arsen.
2.2 Absorpsi dan Ekskresi Selenium
Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan
selenosistein. Absorpsi selenium terjadi pada bagian atas usus halus secara aktif.
Selenium diangkut oleh albumin dan alfa-2 globulin. Absorpsi lebih efisien, bila
tubuh dalam keadaan kekurangan selenium. Konsumsi tinggi menyebabkan
peningkatan ekskresi melalui urin.
Selenium masuk ke dalam tubuh manusia dalam dua bentuk, yaitu bentuk
organik dan anorganik, terdiri dari seleno methionine yang berasal dari pangan
nabati dan selenoccycteine yang berasal dari pangan hewani. Kedua bentuk ini
menimbulkan implikasi berbeda pada bentuk selenium dalam jaringan.
Diduga absorbsi selenium dalam lumen usus tidak berperan dalam
pengaturan homeostatis selenium. Dalam bentuk selenomethionine, selenium
diserap hampir 100%, sedang dalam bentuk selenocysteine sedikit lebih rendah.
Walaupun absorbsi selenium anorganik dipengaruhi oleh berbagai faktor lumen
usus, namun diperkirakan masih 50%.
Dua macam selenoprotein ialah selenoprotein P dan GPx ekstraseluler
diidentifikasikan

keberadaannya

dalm

plasma,

keduanya

mengandung

selenocysteine dalam struktur dasarnya, sehingga diduga keduanya adalah bentuk


transportasi

selenium

dalam

plasma.

Sedang

mekanisme

sintesis

dan

penggabungan selenocysteine menjadi selenoprotein nampaknya sangat kompleks,


dimulai dengan transfer RNA yang unik dan secara bertahap dengan bantuan
berbagai enzim menjadi selenoprotein, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar
Homeostasis dari selenium diatur dalam mekanisme eksresi. Apabila
masukan selenium meningkat dari tingkat kurang ke cukup, dan sebagian besar
diabsorbsi dalam lumen usus, maka ekskresi selenium lewat urine ditingkatkan
sebagai mekanisme utama homeostasis. Sedang bila masukan lebih tinggi lagi,
maka ekskresi lewat paru meningkat pula sebagai mekanisme sekunder

homeostasis. Dalam kedua mekanisme tersebut ekskresi sebagian besar dalam


bentuk methylselenium.
2.3 Sumber Selenium
Sumber utama selenium adalah makanan laut, hati, dan ginjal. Daging dan
unggas juga merupakan sumber selenium yang baik. Kandungan selenium dalam
serealia, biji-bijian, dan kacang-kacangan atau sumber pangan nabati lainnya
bergantung pada kondisi tanah tempat tumbuhnya bahan makanan tersebut.
Kandungan selenium pada sayur dan buah tergolong rendah. Daftar komposisi
bahan makanan belum memuat kandungan selenium bahan makanan. Selenium
juga bisa diperoleh dari berbagai pangan, yang paling kaya selenium ialah jeroan
ternak dan ikan laut, disusul dengan daging ternak.
2.4 Fungsi Selenium
Enzim

glutation

peroksidase

berperan

sebagai

katalisator

dalam

pemecahan peroksida yang terbentuk di dalam tubuh menjadi ikatan yang tidak
bersifat toksik. Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang dapat
mengoksidasi asam lemak tidak jenuh yang ada pada membran sel, sehingga
merusak membran sel tersebut. Selenium bekerja sama dengan vitamin E dalam
perannya sebagai antioksidan. Selenium berperan serta dalam sistem enzim yang
mencegah terjadinya radikal bebas dengan menurunkan konsentrasi peroksida
dalam sel, sedangkan vitamin E menghalangi bekerjanya radikal bebas setelah
terbentuk. Dengan demikian konsumsi selenium dalam jumlah cukup menghemat
penggunaan vitamin E.
Selenium dan vitamin E melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif,
membantu reaksi oksigen dan hidrogen pada akhir rantai metabolisme,
memindahkan ion melalui membran sel dan membantu sintesis immunoglobulin
dan ubikinon. Glutation peroksidase berperan di dalam sitosol dan mitokondria
sel, sedangkan vitamin E di dalam membran sel. Selenium bekerja sama dengan
vitamin E berfungsi dalam menangkal radikal bebas yang bisa menghancurkan sel
dan menimbulkan berbagai penyakit kronis, seperti kanker, penyakit jantung, dan
penuaan dini. Selain itu, juga berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh dan

mempertahankan elastisitas jaringan. Selenium juga terbukti dapat membantu


menurunkan risiko pengentalan darah dan meningkatkan rasio HDL (kolesterol
baik) terhadap LDL (olesterol buruk).
Karena selenium mengurangi produksi radikal bebas di dalam tubuh,
mineral mikro ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan
penyakit degeneratif lain. Bukti tentang hal ini belum cukup untuk menganjurkan
penggunaan selenium sebagai suplemen. Enzim tergantung selenium lain adalah
glisin reduktase yang ditemukan di dalam sistem bakteri. Selenium juga
merupakan bagian dari kompleks asam amino RNA. Fungsi lain selenium di
dalam tubuh belum diketahui dengan pasti.
2.5 Akibat Kekurangan Selenium
Kekurangan selenium pada manusia karena makanan yang dikonsumsi
belum banyak diketahui. Dua bentuk kurang selenium yang paling dikenal ialah
penyakit Keshan berupa kardiomiopati dan penyakit Kashin-Beck dalam bentuk
osteoarthropathy. Pada tahun 1979 para ahli dari Cina melaporkan hubungan
antara status selenium tubuh dengan penyakit Keshan, dimana terjadi
kardiomiopati atau degenerasi otot jantung yang terutama terlihat pada anak-anak
dan perempuan dewasa (Keshan adalah sebuah provinsi di Cina). Penyakit
Keshan-Beck pada anak remaja menyebabkan rasa kaku, pembengkakan dan rasa
sakit pada sendi jari-jari yang diikuti oleh osteortritis secara umum, yang terutama
dirasakan pada siku, lutut dan pergelangan kaki. Pasien yang mendapat makanan
parenteral total yang pada umumnya tidak mengandung selenium menunjukkan
aktivitas glutation peroksidase rendah dan kadar selenium dala plasma dan sel
darah merah yang rendah. Beberapa pasien menjadi lemah, sakit pada otot-otot
dan terjadi kardiomiopati.
Pasien kanker mempunyai taraf selenium plasma yang rendah.
Kekurangan selenium juga dapat menyebabkan penyakit jantung, lemah otot, selsel darah merah rapuh, kerusakan pancreas, warna kulit abnormal dan
memperbesar risiko kanker. Sementara berbagai bentuk kurang selenium juga
ditemukan dalam kaitan Kurang Energi Protein, AIDS, alkoholisme, dan short
bowel syndrome. Sementara selenosis endemis yang umum dikalangan binatang,

diduga terjadi pada manusia pula. Gangguan kulit, polyneurosis, alopecia dan
perubahan kuku diduga merupakan tanda dari toksisitas selenium.
2.6 Akibat Kelebihan Selenium
Kelebihan selenium dari makanan alami tidak terjadi karena kandungan
seleniumnya sangat kecil. Kelebihan selenium disebabkan oleh overdosis
suplemen dapat menyebabkan rambut rontok, kerusakan kuku, bercak merah pada
kulit, lesu, mudah marah, gangguan gigi, kerusakan hati dan ginjal, mual/muntah,
penggumpalan darah, serta sistem saraf tidak normal.

BAB III
Penutup
Kesimpulan
Selenium adalah unsur kimia non logam dan merupakan anggota
kelompok XVI tabel periodik. Selenium menunjukkan sifat fotovoltaik, yakni
mengubah cahaya menjadi listrik, dan sifat fotokonduktif, yakni menunjukkan
penurunan hambatan listrik dengan meningkatnya cahaya dari luar (menjadi
penghantar listrik ketika terpapar cahaya dengan energi yang cukup). Sifat-sifat
ini membuat selenium sangat berguna dalam produksi fotosel dan exposuremeter
untuk tujuan fotografi, seperti sel matahari.

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Amazine.co. Selenium (Se): Fakta, Sifat, Kegunaan & Efek Kesehatannya
[online] http://www.amazine.co/28349/selenium-se-fakta-sifat-kegunaanefek-kesehatannya/. Diakses pada tanggal 09 Desember 2014.
Devi, Nirmala. 2010. NUTRITION AND FOOD: Gizi Untuk Keluarga. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.
Redaksi

chem-is-try.org.

2008.

Selenium

[online]

http://www.chem-is-

try.org/tabel_periodik/selenium/. Diakses pada tanggal 09 Desember 2014.


Satoto. 2002. Selenium dan Kurang Yodium. Jurnal GAKY Indonesia (Indonesian
Journal of IDD).

You might also like