You are on page 1of 13

BAB II

KAJIAN TEORI
A. TEKANAN DARAH
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg.
Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung,
dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung
beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk
mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding
pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan
gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja
tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran,
yakni tekanan sistole dan diastole.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anakanak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat
melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga
berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Bila
tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan
mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya
mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.
Tekanan sistolik
Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Istilah ini
secara khusus digunakan untuk merujuk pada tekanan arterial maksimum saat terjadi
kontraksi pada lobus ventrikular kiri dari jantung. Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut

systole. Pada format penulisan angka tekanan darah, umumnya, tekanan sistolik merupakan
angka pertama. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan
sistolik pada nilai 120 mmHg.
Tekanan diastolik
Tekanan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkonstraksi atau
beristirahat. Pada kurva denyut jantung, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang
digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung.
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan
dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian
ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga
kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic
Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang
lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus.
Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam
ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan
tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg)masih lebih tinggi
dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase
ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui tekanan
arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan puncak adalah 120 mmHg pada
ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa

ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah
yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini juga disebut
sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima
darah dari atria. Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang
ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi
ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu
darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole
dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure
(Stegemann, 1981). Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan
jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai
puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa
teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan
tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya
dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang
ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.
Aliran

darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan

mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas,
yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih
lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri
terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset
juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika
tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka
terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan
derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah

manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi
normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan
tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena
turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.
Tekanan darah normal orang dewasa biasanya mencapai rata-rata 120/80 (100/60)
sampai 140/85 mm Hg, hal ini biasanya tidak terlalu berarti. Namun,jika tekanan bawah
atau diastole lebih dari 100, maka biasnaya memerlukan pengobatan. Pada orang dewasa,
tekanan darah rendah mencapai 90/60 sampai 110/70 itu berarti orang ini normal dan usia
hidup seorang wanita akan menjadi lebih panjang. Dan juga jarang mengalami suatu
gangguan jantung. Seseorang dikatakan menderita penyakit tekanan darah tinggi bila nilai
tekanan darah sistoliknya diatas 40 mm Hg dan diastoliknya diatas 90 mm Hg. Dalam istilah
kedokteran penyakit tekanan darah tinggi ini disebut dengan nama hipertensi.
Meskipun batasannya sudah jelas, nilai mutlak dari batasan hipertensi terus mengalami
perubahan. Pengalaman klinis membuktikan bahwa tekanan darah normal yang dahulu
ditetapkan agak tinggi ternyata masih mendapatkan resiko terkena penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskular).

Seseorang yang memiliki tekanan darah rendah yakni 90/80 mmHg, umumnya dapat
dilihat gejala dan cirinya secara fisik, ciri umum yang terlihat dari seseorang yang memiliki
tekanan darah rendah adalah pandangan kabur, terlihat seperti kebingungan, sering merasa
pusing, tubuh menjadi lemah, merasa mual ingin muntah dan ciri lainnya yang dapat dilihat
oleh kasat mata. Berikut adalah tabel tekanan darah pada manusia :
B. DENYUT NADI
Salah satu indikator kesehatan jantung adalah terjadinya peningkatan denyut nadi
pada saat beristirahat. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita bangun
pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu kita masih relaks dan tubuh
masih terbebas dari zat-zat pengganggu seperti nikotin dan kafein. Kita dapat mengecek
sendiri dengan merasakan denyut nadi kita di bagian tubuh tertentu.
Cara mengukur denyut nadi :

Denyut Nadi

Denyut nadi pada orang yang sedang


beristirahat adalah
60 80 kali permenit untuk orang
dewasa
80 100 kali permenit untuk anak-anak
100 140 kali permenit pada bayi

Dengan menggunakan 2 jari yaitu telunjuk dan jari tengah, atau 3 jari, telunjuk, jari
tengah dan jari manis jika kita kesulitan menggunakan 2 jari. Temukan titik nadi ( daerah yang
denyutannya paling keras ), yaitu nadi karotis di cekungan bagian pinggir leher kira-kira 2 cm di
kiri/kanan garis tengah leher ( kira-kira 2 cm disamping jakun pada laki-laki ), nadi radialis di
pergelangan tangan di sisi ibu jari. Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian
hitunglah jumlah denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi
dalam 1 menit.
Denyut nadi sewaktu istirahat akan makin menurun, kuat dan lebih teratur. Namun denyut
nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau demam.
Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk setiap satu derajat celcius
penderita demam.

Sedangkan untuk mengetahui kekuatan denyut jantung maksimal yaitu dengan rumus:
Nadi Max = 80% x (220 umur )
Misalkan anda sekarang berusia 40 tahun maka kekuatan maksimal jantung anda
adalah 80 % X 180 = 144 kali/menit.

Yang perlu diperhatikan adalah, denyut nadi yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak
beraturan dapat berarti gangguan pada jantung. Segeralah periksakan diri ke instansi kesehatan
terdekat.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Denyut Jantung dan Tekanan Darah
Sistem kardiovaskular bekerja menjaga homeostasis tubuh. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi kerja sistem kardiovaskular ini. Faktor- faktor tersebut dikenali dan
dikendalikan oleh tubuh melalui refleks baroreseptor arterial dan mekanisme pengaturan
keseimbangan cairan oleh ginjal (perubahan tekanan darah arteri). Faktor- faktor yang dapat
mempengaruhi kerja sistem kardiovaskular diantaranya adalah gravitasi, olahraga, usia, jenis
kelamin, dan aktivitas respirasi, koondisi kesehatan, berat badan, jenis kegiatan.
1.

PENGARUH GRAVITASI
Seperti halnya benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu, aliran darah pun akan
semakin cepat mengalir bila posisi seseorang sedang berdiri, artinya tekanan darah tidak
hanya berhubungan dengan aliran dan resistansi, tapi juga gravitasi. Berbeda jika posisi
seseorang sedang berbaring, dimana gravitasi dapat diabaikan. Lihat gambar berikut yang
menjelaskan tentang perbedaan antara kedua posisi tersebut :

Pada orang yang berdiri, terjadi perbedaan tekanan kardiovaskular antara jantung dengan
bagian tubuh yang tidak selevel dengan jantung. Pada gambar B, semua tekanan
intravaskular di kaki meningkat sekitar 90 mmH (arteri dan vena). Hal ini karena
gravitasi itu memberikan efek yang sama terhadap tekanan arteri dan vena pada satu
level. Meskipun perbedaan tekanan arteri dan vena tidak berbeda dari posisi berbaring,
peningkatan tekanan pembuluh pada ekstrimitas bawah ketika berdiri memiliki dua efek
langsung yaitu :
1. Peningkatan tekanan vena menyebabkan peningkatan volume vena periferal
sebanyak 500 ml pada dewasa normal.
2. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler menyebabkan tingginya laju filtrasi
transkapiler.
Aktivasi refleks simpatis juga ikut berperan saat transisi dari posisi berbaring ke posisi
berdiri. Gambar C menunjukkan bagaimana vasokonstriktor dari aktivasi simpatis hanya
efektif dalam memperbaiki efek dari gravitasi pada ekstrimitas bawah. Konstriksi arteriol
dapat menyebabkan sedikit penurunan tekanan pada kapiler jika dibandingkan pada
gambar B.
Pada kenyataannya refleks normal kardiovaskular tidak dapat mempertahankan posisi
berdiri tanpa adanya peran pompa otot rangka. Seseorang yang tetap bertahan dalam
posisi berdiri tanpa kontraksi yang intermiten dari otot rangka kaki, maka orang tersebut
akan kehilangan kesadaran dalam 10-20 menit karena terjadi penurunan aliran darah ke
otak yang merupakan akibat dari penurunan volume darah pusat, stroke volume, curah
jantung dan tekanan arteri.
Efektivitas dari pompa otot rangka dalam mengarusbalikkan darah vena yang berkumpul
dan formasi edema pada ektrimitas bawah selama berdiri dapat dilihat pada gambar D.
Segera setelah kontraksi otot rangka, baik vena dan pembuluh limfa relatif kosong karena
sistem katup satu arah pembuluh-pembuluh tersebut dapat mencegah aliran balik cairan
yang telah terdorong .
Hal yang terpenting adalah berat dari cairan vena dan limfa akan ditahan oleh katup oneway yang tertutup. Hal ini mengakibatkan tekanan vena lebih rendah secara drastis segera

setelah kontraksi otot rangka dan kembali meningkat secara bertahap ketika vena terisi
kembali dengan darah dari kapiler. Jadi, tekanan kapiler dan laju filtrasi transkapiler
secara drastis juga turun setelah kontraksi otot rangka. Kontraksi otot rangka yang
periodik dapat menjaga nilai tekanan vena. Berikut adalah refleks penyesuaian
kardiovaskular terhadap posisi berdiri :

Akibat dari penurunan input baroreseptor ke pusat kardiovaskular adalah refleks untuk
meningkatkan tekanan darah dengan menurunkan aktivitas parasimpatis jantung dan
peningkatan aktivitas simpatis. Denyut jantung dan kontraktilitas kardia juga meningkat,
ketika arteri dan vena mengalami konstriksi di kebanyakan organ sistemik.
Denyut jantung dan resistansi total perifer lebih tinggi ketika seseorang berdiri dibanding
berbaring. Sebaliknya stroke volume dan curah jantung menurun dibawah nilai ketika
posisi berbaring selama berdiri. Tekanan rata-rata arteri seringkali meningkat ketika
seseorang berubah posisi dari berbaring ke berdiri.
Jika seseorang tetap berdiri, pompa venanya tidak bekerja, maka terjadi peningkatan
tekanan vena dengan dipengaruhi efek gravitasi 90 mmHg dalam waktu 30 detik.
Tekanan pada kapiler juga meningkat, sehingga menyebabkan filtrasi cairan keluar dari
sistem sirkulasi ke ruang jaringan, sehingga menyebabkan kaki membengkak dan volume

darah turun. Selain itu, 10-20% volume darah dapat menghilang dari sistem sirkulasi
dalam 15-30 menit pada keadaan berdiri.
2. PENGARUH OLAHRAGA
Olahraga

fisik

merupakan

faktor

penting

yang

dapat

mempengaruhi

sistem

kardiovaskuler. Perubahan tersebut juga dipengaruhi tipe olahraga fisik (apakah dominan
olahraga dinamik-ritmik-isotonik atau statik-isometrik), intensitas dan durasi olahraga,
umur individu, dan tingkat kebugaran individu. Keadaan sistem kardiovaskular yang
berubahan yang terjadi pada remaja normal yang tidak terlatih dalam merespon olahraga
dinamik. Perhatikan bahwa denyut jantung dan curah jantung sangat meningkat selama
olahraga dan tekanan arteri rata-rata serta tekanan darah juga meningkat secara
signifikan. Perubahan ini memperlihatkan kebutuhan metabolik otot rangka dengan
meningkatkan aliran darah ke otot rangka. Sebagai tambahan, otot yang berkontraksi
dapat mengkompresi pembuluh darah jika kontraksinya melebihi 10% tegangan
maksimum. Jika tegangan lebih dari 70%, maka aliran darah akan terhenti sama
sekali.Namun diantara kontraksi, aliran darah akan sangat meningkat sehingga aliran
darah per satuan waktu di suatu otot yang berkontraksi secara ritmik meningkat hingga
30 kali lipat.
Pompa otot rangka juga merupakan faktor penting dalam memicu kembalinya arus balik
vena selama olahraga dinamik, sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan tekanan
vena yang drastis. Faktor lain yang memicu arus balik vena adalah pompa respirasi.
Pergerakan respirasi yang meningkat selama olahraga meningkatkan efektivitas pompa
respirasi sehingga meningkatkan arus balik vena dan pengisian jantung.
Respon kardiovaskular sistemik terhadap olahraga bergantung pada jenis kontraksi yang
dominan di otot, yakni isometrik atau isotonik. Pada kontraksi otot isometrik, frekuensi
denyut jantung meningkat. Selain itu setelah beberapa detik kontraksi dimulai, olahraga
isometrik ini akan menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat tajam,
namun curah jantung tidak banyak berubah, serta aliran darah berkurang akibat kompresi
pembuluh darah.

Pada olahraga isotonik, juga terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung, namun
perbedaanya terjadi peningkatan yang mencolok pada curah jantung, yaitu dapat terjadi
peningkatan curah jantung 35 L/menit. akibatnya tekanan darah sistolik hanya meningkat
sedang, sementara diastolik biasanya tidak berubah atau menurun. Pada olahraga
isometrik, otot dikontraksikan secara tonik dan dapat meningkatkan resistensi perifer
total dan peningkatan aktivitas simpatis otot. Sedangkan pada isotonik justru sebaliknya,
terjadi penurunan resistansi perifer.
3.

PENGARUH UMUR
Variabel usia juga mempengaruhi sistem kardiovaskular. Neonatus normal memiliki
denyut jantung istirahat (resting heart rate) yang tinggi (rata- rata 140/menit) dan tekanan
darah arteri yang rendah (rata- rata 60/35 mmHg). Perubahan yang cepat terjadi hingga
tahun pertama, yaitu denyut jantung 120/menit dan tekanan darah arteri 100/65 mmHg.
Perubahan juga terjadi pada pembuluh darah, diantaranya berkurangnya densitas kapiler
di beberapa jaringan dan meningkatnya total resisten pembuluh darah perifer. Perubahanperubahan ini menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dan tekanan darah arteri
rata- rata. Perubahan tekanan darah yang diinduksi oleh baroreseptor arterial akan
berkurang fungsinya seiring bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan berkurangnya
akitivitas aferen dari baroreseptor arterial karena kekakuan arteri (arterial rigidity) yang
meningkat. Selain itu, jumlah norepinefrin yang bekerja di saraf simpatis juga akan
berkurang semakin bertambahnya umur.

4.

PENGARUH JENIS KELAMIN


Pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap sistem kardiovaskular hanya sedikit
didokumentasikan. Perempuan yang premenopause memiliki masa ventrikel kiri yang
lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki pada umur yang sama, yang berarti,
merefleksikan cardiac afterload yang lebih rendah. Hal ini terjadi akibat tekanan darah
arterial yang rendah, aortic compliance lebih besar, dan kemampuan untuk menginduksi
vasodilator lebih tinggi. Perbedaan ini diperkirakan dihubungkan dengan efek protekif
dari estrogen dan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada perempuan
premenopause. Setelah menopause, perbedaan tersebut tidak berarti lagi, karena

kenyataannya pada perempuan tua dengan penyakit jantung iskemi sering menunjukkan
prognosis yang lebih buruk dibandingkan laki-laki. Terdapat juga perbedaan yang
dihubungkan dengan jenis kelamin dalam hal elektrik kardia. Yaitu pada perempuan
memiliki denyut jantung intrinsik yang lebih rendah dan interval QT yang lebih panjang
dibanding laki-laki. Perempuan seperti itu lebih memiliki risiko yang besar berkembang
menjadi sindrom QT panjang dan torsades de pointes. Selain itu, perempuan juga
memiliki risiko dua kali lebih besar dibanding laki-laki dalam atrioventrikular nodal reentry tachycardias. Akan tetapi, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa dalam proses
fisiologik kardiovaskular yang paling dasar, tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan
jenis kelamin. Jadi, individu yang berbeda memiliki respon dasar fisiologis yang sama.
5. PENGARUH AKTIVITAS RESPIRASI
Aktivitas fisik yang berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi mempunyai efek
yang besar pada aliran darah balik dan curah jantung (cardiac output). Selama inspirasi
normal, tekanan intratoraks berkisar 7 mmHg, dimana diafragma berkontraksi dan rongga
dada mengembang.Tekanan ini meningkat dengan jumlah yang sama selama ekspirasi.
Selama pernapasan berlangsung, tidak hanya pergerakan udara keluar masuk paru yang
terjadi, namun tekanan yang dihasilkan juga ditransmisikan ke dinding- dinding vena
besar di rongga dada dan mempengaruhi aliran balik vena dari perifer ke jantung.
Fenomena ini disebut juga pompa respirasi (respiratory pump). Selama inspirasi, tekanan
intratoraks berkurang sehingga tekanan di vena sentral juga berkurang. Hal ini
menyebabkan aliran balik vena (vena return) dan volume vena sentral meningkat
sehingga pengisian jantung kanan meningkat. Sesuai hukum Starling, keadaan ini juga
meningkatkan stroke volume dan cardiac output di jantung kiri. Hal ini akan
meningkatkan tekanan darah arteri dan merangsang baroreseptor arterial. Proses inspirasi
yang mengurangi tekanan intratoraks juga merangsang baroreseptor di pembuluh darah
dan dinding jantung. Rangsangan yang diterima oleh kedua reseptor akan mengaktivasi
medullary cardiovascular centers untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan
meningkatkan kerja parasimpatis dan menurunkan kerja simpatis.

DAFTAR PUSTAKA

TIM. 2014. Panduan praktikum fluida . Surabaya : Program Studi Pendidikan Sains.
http://dyapoenya.blogspot.com/p/tekanan-darah-dan-denyut-nadi.html diakses pada tanggal 27
April 2014 pukul 23.30
http://www.menshealth.co.id/kesehatan/waras/tekanan.darah.pada.manusia/004/003/73 diakses
pada tanggal 27 April 2014 pukul 23.15
http://deyra.wordpress.com/2012/12/07/laporan-praktikum-tekanan-darah-dan-denyut-nadi/
diakses pada tanggal 27 April 2014 pukul 23.45

You might also like