Professional Documents
Culture Documents
Archaebacteria
Archaebacteria merupakan organisme tertua (archae=purba) yang
hidup di bumi. Mereka termasuk organismeprokariotik uniseluler.
Archaebacteria tidak dikenali sebagai bentuk kehidupan lain dari bakteri
hingga tahun 1997, saat Carl Woese dan George Fox menunjukkan kingdom
ini melalui studi RNA.
Archaebacteria berbeda dari eubacteria dalam hal susunan basa
nitrogen dalam rNA dan dalam komposisi membran plasma serta dinding
selnya. Dinding sel archaebacteria tidak memiliki peptidoglikan. Meskipun
secara structural mirip prokariota uniseluler, organism Archaebacteria lebih
mirip dengan organism eukariota daripada bakteri. Hal itu disebabkan
transkripsi dan translasi genetiknya mirip dengan eukariota.
Bentuk Archaebacteria bervariasi, yaitu bulat, batang, spiral, atau tidak
beraturan. Beberapa jenis terdapat dalam bentuk sel tunggal, sedangkan
jenis lainnya berbentuk filament atau koloni. Reproduksinya dilakukan
dengan cara membelah diri (pembelahan biner), membentuk tunas, atau
fragmentasi. Archaebacteria sering disebut organism ekstermofil karena
mampu hidup di lingkungan dengan kondisi yang ekstrem, misalnya di mata
air panas dan di dasar samudra. Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya ,
kindom ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu metanogen, ekstrem
halofil, dan termoasidofil. Semua anggota archaebacteria merupakan
organisme nonpatogen.
1. Metanogen
Ciri khas metanogen adalah memiliki kemampuan mengguanakan
hydrogen untuk mereduksi karbon dioksida menjadi gas metan.
Dari reaksi tersebut, dihasilkan energy. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
CO2
+
4H2
CH4 +
2H2O +
energy
Mereka hidup di lingkungan yang anaerob, seperti dasar rawa-rawa,
tempat penampungan limbah, dan saluran pencernaan hewan,
termasuk manusia. Di dalam saluran pencernaan sapi, mereka
menguraikan selulosa sehingga memungkinkan sapi memperoleh
nutrisi dari tumbuhan. Dalam industri, metanogen digunakan untuk
mengolah limbah dan menjernihkan air. Contoh metanogen, antara
lain
Methanopyrus,
Methanobrevibacter
ruminatium,
Methanococcus.
2. Ekstrem Halofil
Kelompok ekstrem halofil mampu hidup di lingkungan yang
salinitas ( kadar garam)-nya sangat tinggi (10 kali salinitas air laut),
II.
3. Termoasidofil
Anggota kelompok ini dapat ditemukan di lingkungan yang sangat
asam dan bersuhu sangat tinggi. Mereka dapat hidup di lingkungan
yang bersuhu 110oC dan ber-pH di bawah 2, misalnya di bawah
gunung berapi dan lubang hidrotermal di dasar samudra. Sebagian
besar merupakan organism anaerob yang menggunakan belerang
(sulfur) sebagai akseptor hydrogen untuk respirasi, menggantikan
oksigen. Contohnya adalah Sulfolobus solfataricus dan Sulfolobus
acidorcaldarius.
Eubacteria
Eubacteria atau bakteri merupakan organism yang umumnya tidak
berklorofil. Bakteri mempunyai diameter berukuran 0,5 1 m dan panjang
0,1 1 m. Bakteri mampu hidup di berbagai media sehingga disebut bersifat
cosmopolitan.
1. Ciri-Ciri dan Struktur Bakteri
Struktur tubuh yang selalu ada pada setiap bakteri, antara lain materi
genetic, ribosom, plasma sel, dinding sel, membran sel, dan cadangan
makanan. Materi genetiknya berupa kromosom yang berupa molekul DNA
melingkar berisi beribu-ribu gen untuk mengendalikan aktivitas sel bakteri
tersebut. DNA mengandung seperangkat informasi genetic. Ribosom
bakteri berfungsi untuk sintesis protein dan tersusun atas protein dan
RNA. Kumpulan ribosom disebut polisom atau poliribosom.
Bakteri memiliki dinding sel yang berfungsi memberikan bentuk kaku
pada tubuh bakteri . dinding sel yang kaku berfungsi mencegah sel
membengkak dan pecah akibat tekanan osmosis jika diletakkan pada
larutan yang lebih rendah konsentrasinya (hipotonik). Berdasarkan
struktur dinding selnya, bakteri dibagi menjadi kelompok bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negative. Cirri utama bakteri Gram positif adalah
struktur dinding selnya tersusun atas peptidoglikan tanpa lapisan
polisakarida. Jika diberi pewarnaan gram, bakteri Gram positif akan
berwarna ungu. Bakteri Gram negative memiliki lapisan lemak tambahan
di luar dinding selnya dan akan berwarna merah muda jika diberi
pewarnaan Gram.
Selain struktur yang sudah ada, beberapa bakteri memiliki struktur
tambahan, misalnya flagel pilus, fimbria, mesosom, membrane
c. Predator Bakteri
Predator (pemangsa) bakteri biasanya adalah Amoeba dan Didinium.
Amoeba memakan mikroorganisme kecil, beberapa diantaranya adalah
Protozoa dan Algae.
Perkembangan bakteri dapat terjadi secara aseksual dan seksual.
Perkembangbiakan secara aseksual dialkukan dengan membelah diri
menjadi dua (pembelahan biner). Adapun perkembangbiakan secara
generative dilakukan dengan rekombinasi genetic. Rekombinasi genetic
merupakan cara penggabungan materi genetic yang berupa DNA antar
bakteri dalam satu spesies. Rekombinasi genetic pada bakteri dapat
dibedakan menjadi transformasi, transduksi, dan konjugasi.
a. Transformasi
Transformasi merupakan proses pemindahan materi genetic berupa
DNA dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lain.
b. Transduksi
Transduksi merupakan pemindahan materi genetic dari sel bakteri
yang satu ke sel bakteri yang lain dengan melalui perantara (berupa
bakteriofag).
c. Konjugasi
Konjugasi merupakan pemindahan DNA secara langsung melalui
kontak sel dengan menggunakan pilus, misalnya pada bakteri
Escherichia coli.
4. Kebutuhan Hidup Bakteri
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bakteri memerlukan makanan dan
oksigen. Berdasarkan cara memperoleh makanannya, bakteri dibedakan
menjadi bakteri autotrof dan heterotrof.
a. Bakteri Autotrof
Bakteri autotrof adalah bakteri yang dapat membuat makanannya
sendiri dari zat-zat anorganik dan mengubahnya menjadi zat-zat
organic. Ada dua macam bakteri autotrof, yaitu bakteri fotoautotrof
dan kemoaututrof.
1) Bakteri Fotoautotrof
Bakteri fotoautotrof adalah bakteri yang menggunakan cahaya
sebagai sumber energinya, misalnya bakteri hijau (bakteri klorofil)
dan Bacteriopurpurin.
2) Bakteri Kemoautotrof
Bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang menggunakan senyawa
kimia sebagai sumber energinya, misalnnya bakteri belerang,
bakteri besi, bakteri pengikat nitrogen, dan bakteri nitrat.
b. Bakteri Heterotrof
Bakteri heterotrof adalah bakteri yang tidak dapat menyintesis
makanannya sendiri. Bakteri heterotrof dibedakan menjadi bakteri
parasit dan saprofit.
1) Bakteri Parasit
Protista
Pada awalnya makhluk hidup yang ada di bumi dikelompokkan oleh
Aristotelesmenjadi dua kingdom, yaitu kingdom Plantae (tumbuhan) dan
kingdom Animalian (hewan). Ditemukannya mikroskop dan dunia
mikroorganisme mendorong para ahli untuk memperbaiki system
pengelompokan tersebut. Sebagai contoh, apakah Euglena termasuk
kelompok hewan atau tumbuhan? Euglena mampu melakukan fotosintesis
seperti tumbuhan dan mampu bergerak seperti hewan. Oleh karena itu, perlu
adanya kingdom ketiga. Pada tahun 1886, seorang ahli biologi jerman
bernama Ernst Haeckel memperkenalkan kingdom ketiga yang disebut
Protista untuk menempatkan organism yang bukan hewan ataupun
tumbuhan.
Protista merupakan organism eukariotik uniseluler atau multiseluler.
Protista belum memiliki diferensiasi jaringan. Berdasarkan kemiripan ciricirinya dengan hewan, tumbuhan, dan jamur dalam memperoleh nutrisinya,
Protista dibedakan ke dalam tiga subkingdom, yaitu subkingdom Protozoa
(Protista mirip hewan); subkingdom Algae (protista mirip tumbuhan); dan
subkingdom Myxomycophyta (jamur lender).
A. Protozoa
Fungi
Di sekitar kita terdapat aneka makanan yang terbuat dari bahan dasar jamur,
misalnya keripik jamur merang. Tempe dan oncom yang termasuk makanan
yang diproduksi dengan memanfaatkan peran jamur. Bangsa Cina dan Jepang
sudah biasa mengonsumsi aneka jamur sebagai menu mereka sehari-hari.
Sebenarnya orang Indonesia berpeluang untuk ekspor jamur hasi budi daya
karena jamur tidak mengenal musim dan dapat tumbuh dalam bermacammacam media yang sesuai bagi pertumbuhannya.
A. Ciri-ciri jamur
Jamur termasuk organism eukariotik karena sudah memiliki inti sel yang
terbungkus membrane. Cirri-ciri jamur secara umum, yaitu bersel satu atau
banyak dengan dinding sel dari zat kitin dan tidakberklorofil. Daur hidup
jamur mempunyai keturunan diploid yang singkat. Jamur hidup sebagai
saprofit dengan menguraikan bahan organic yang sudah mati atau sampah
dan bangkai. Selain itu, beberapa jenis jamur hidup secara parasit, yaitu
menumpang dan mengambil bahan organic dari inang yang masih hidup.
Jamur parasit akan menyebabkan penyakit yang disebut mikosis.
Tubuh jamur tersusun atas benang-benang yang disebut hifa. Dinding sel
hifa tersusun atas kitin. Kumpulan hifa akan membentuk anyaman penyusun
tubuh jamur yang disebut miselium beberapa jenis jamur memiliki hifa
dengan sekat-sekat melintang yang dinamakan septa. Hifa yang memiliki
sekat dinamakan hifa bersekat atau bersepta. Adapun hifa yang tidak
memiliki sekat dinamakan senositik. Pada jamur yang hidup secara parasit
2C2H5OH
2CO2 +
Energy
Reproduksi aseksual dengan konidiospora. Hifa (+) dan hifa (-) akan
membentuk suatu badan yang disebut sebagai konidium. Di dalam konidium
akan dihasilkan konidiospora.
Pada umumnya kelompok jamur ini dapat diamati dengan mate telanjang
karena memilliki bentuk morfologi yang besar. Jamur yang termasuk dalam
kelompok ini, antara lain Volvariella volvacea (jamur merang), Auricularia
polytricha (jamur kuping), Lentinus edodes (jamur shitake), Pleurotus sp.
(jamur tiram), Ganoderma aplanatum (jamur kayu), Puccinia graminis (jamur
karat) yang menyerang tumbuhan rumput, gandum, dan tanaman dikotil.
Selain itu, juga terdapat Ustilago vireus yang merupakan parasit pada padi,
Ustilago comprestis (jamur kaleng), Ustilago maydis (jamur api) yang parasit
pada jagung, Amanita phalloides penghasil racun falotoksin yang dapat
merusak sel-sel darah merah, dan Amanita muscaria penghasil racun
muskarin yang dapat membunuh lalat.
E. Kelas Deuteromycota
Kelompok jamur Deuteromycota memiliki hifa bersekat. Deuteromycota
melakukan reproduksi secar aseksual dengan konidiospora yang dihasilkan oleh
konidium. Bisa juga dengan blastospora (spora yang berbentuk tunas) atau
dapat berupa arthospora (spora yang dibentuk dari bagian-bagian hifa). Adapun
reproduksi secara seksualnya belum diketahui. Beberapa anggota jamur ini ada
yang membentuk tubuh buah (piknidium).
Dahulu, sebelum diketahui reproduksi seksual nya, jamur oncom dimasukkan
dalam telas deutromycota dengan nama Monilia sitophyla. Namun setelah
reproduksi seksualnya diketahui, yaitu dengan cara membentuk askospora.
Jamur oncom dimasukkan dalam kelas Ascomycota dengan nama Neurospora
crassa.
Deuteromycota ada yang hidup parasit pada manusia, misalnya
Epidermophyton floocosum yang menyebabkan penyakit kaki atlet atau kurap,
Chladosporium, dan Curvularia. Deuteromycota sering menimbulkan penyakit
kulit disebut dermatomikosis.
F. Mikoriza
Mikoriza merupakan suatu bentuk kehidupan, yaitu simbiosis antara jamur
dan akar pohon, seperti pinus dan melinjo. Jamur yang mempu bersimobiosis
adalah dari kelompok Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota.
Berdasarkan tipe simbiosisnya, mikoriza dibedakan menjadi ektomikoriza dan
endomikoriza.
1. Ektomikoriza
Simbiosis antara jamur dan akar pinus merupakan salah satu contoh
ektomikoriza. Jamur berasal dari kelompok Basidiomycota. Jamurnya hanya
terdapat di permukaan luar akar inangnya. Hifa jamur menembus sampai bagian
epidermis akar.
Basidiomycota akan memperluas bidang penyerapan akar sehingga pinus
dapat mendapapasokan air dan zat hara lebih banyak. Dalam hal inni jamur
tersebut tidaka dapat hidup tanpa bersimbiosis dengan akar tanaman.
2. Endomikoriza
Simbiosis antara jamur dan tanaman anggrek, kubis, atau bit merupakan
salah satu contoh endomikoriza. Jamurnya hidup di dalam akar inangnya. Hifa
jamur menembus sampai korteks. Jamur dapat hidup tanpa bersimbiosis.
Tanaman anggrek, kubis, atau bit hidup bersimbiosis dengan jamur dari
kelompok Ascomycota, atau Zygomycota. Simbiosis ini akan membentuk bintilbintil akar yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara sehingga kebutuhan
nitrogen tanaman dapat terpenuhi.
G. Liken (Lumut Kerak)
Lumut kerak merupakan simbiosis antarajamur dari kelompok Ascomycota
atau Basidiomycota dengan ganggang hijau bersel satu atau ganggang hijau
biru bersel satu. Dengan simbiosis ini, jamur memperoleh makanan dari hasil
fotosintesis ganggang, sedangkan ganggang memperoleh air dan mineral dari
jamur.
Pada liken, sering ditemukan tepung. Tepung itu adalah beberapa sel
ganggang yang terbungkus hifa dan terdapat di permukaan lummut kerak atau
disebut soredium. Soredium berfungsi untuk perkembang biakan secara
vegetative (fragmentasi), selain dengan spora dan membelah diri.
Habitat liken sangat bervariasi. Liken dapat melekat pada batu atau tembok
yang tidak dapat ditempati oleh makhluk hidup lain. Oleh karena itu, liken
disebut juga tumbuhan pioneer atau vegetasi perintis. Liken membantu proses
pembentukan tanah dengan cara melepaskan fragmen talus yang sangat halus.
Perubahan cuaca, kelembapan, dan disertai dengan dilepaskannya zak kimia
menyebabkan permukaan batuan akan melapuk yang kemudian dipakai sebagai
media untuk hidup tumbuhan lain dan hewan-hewan kecil. Liken sangat sensitive
terhadap beberapa jenis poutan yang berbahaya, misalnya fluoride, logam berat,
zat radioaktif, bahan-bahan kimia pertanian, dan pestisida. Dengan demikian,
liken tidak dapat hidup di lingkungan yang sudah tercemar. Sifat inilah yang
menyebabkan liken sering dipakai sebagai indicator pencemaran lingkungan.
Contoh liken antara lain Grafis sp. (hidup melekat pada batang pohon,
Parmelia sp. Dan Haematomma sp. (hidup melekat pada batu-batuan), serta
Usnea dasipoga (hidup melekat pada pucuk-pucuk pohon di daerah
Plantae
Anggota kingdom Plantae meliputi Kormophyta, yaitu kelompok tumbuhan
yang sudah dapat dibedakan dengan jelas akar, batang, dan daunnya.
Kormophyta dibedakan menjadi dua berdasarkan cara perkembang
biakannya, yaitu kormophyta berspora dan Kormophyta berbiji. Lumut
(Bryophyta) dan paku-pakuan (Pteridopyta) termasuk Kormophyta berspora.
Adapun kelompok Kormophyta berbiji disebut juga Sperma tophyta.
A. Kormophyta Berspora
Tumbuhan lumut sebenarnya merupakan peralihan antara tumbuhan
bertalus dan berkormus, tetapi sering digolongkan Kormophyta berspora.
Adapuntumbuhan yang merupakan Kormophyta
berspora sejati adalah
tumbuhan paku.
1. Lumut (Bryophyta)
a. Ciri-Ciri Lumut
Lumut dikelompokkan dalam Kormophyta karena tubuhnya
dapat dibedakan atas struktur yang menyerupai akar, batang, dan
daun. Namun, sebagian ahli menganggapnya sebagai peralihan antara
Thallophyta dan Kormophyta karena struktur seperti akarnya terdiri
atas selapis sel dan tidak mempunyai berkas pengangkut. Struktur
seperti akar itu disebut rizoid yang berfungsi sebagai alat pelekat dan
menyerap air serta garam-garam mineral. Lumut hidup di habitat air,
darat, dan tempat yang lembap serta basah. Lumut dapat hidup
sebagai epifit, yaitu hidup di batang dan ranting pohon. Dinding sel
tubuh tumbuhan lumut tersusun atas selulosa. Di dalamnya terdapat
plastid yang mengandung klorofil sehingga dapat melakukan
fotosintesis.
Alat kelamin atau gametangium tumbuhan lumut ada dua, yaitu
alat kelamin jantan (anteridium) dan alat kelamin betina (arkegonium).
Anteridium mempunyai struktur berbentuk gada, sedangkan
arkegonium berbentuk botol. Sporogonium adalah badan penghasil
spora yang memiliki bagian-bagian, yaitu vaginula, apofisis, seta,
kaliptra, kolumela, operculum, sporangium (kotak spora), dan gigi
peristom. Vaginula merupakan kaki sporogonium. Apofisis merupakan
ujung seta yang melebar. Sporangium adalah tempat dihasilkannya
spora. Kaliptra adalah tudung kotak spora yang berasal dari dinding
arkegonium sebelah atas. Kulumela adalah jaringan yang tidak
mengambil bagian dalam pembentukan spora. Operculum merupakan