Professional Documents
Culture Documents
Furnace (Dapur)
Furnace adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan panas yang
dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dalam suatu ruangan ke fluida
yang dipanaskan sampai mencapai suhu yang diinginkan (Priyo Utomo, 1998).
Struktur furnace berupa bangunan berdinding plat baja yang bagian dalamnya
dilapisi oleh material tahan api, batu isolasiuntuk menahan kehilangan panas ke
udara melalui dinding furnace dan refractory. Mekanisme perpindahan panas dari
sumber panas ke penerima dibedakan atas tiga cara, yaitu:
1.
melekul-molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat tetapi molekulmolekul tersebut hanya menghantarkan panas atau proses perpindahan panas dari
suhu yang tinggi ke bagian lain yang suhunya lebih rendah.
2.
a.
perbedaan
oleh
perbedaan suhu antara bagian satu dengan bagian lainnya sehingga terjadi
perbedaan densitas. Densitas bagian fluida dingin lebih besar dari bagian fluida
panas. Aliran terjadi akibat adanya perbedaan densitas.
b.
panas yang
adalah mendatar atau tegak lurus. Tube furnace dipasang mendatar atau tegak
lurus.
Furnace tipe box mempunyai bagian radiasi dan konveksi yang dipisahkan
oleh dinding batu tahan api yang disebut bridge wall. Burner dipasang pada ujung
dapur dan api diarahkan tegak lurus dengan pipa atau dinding samping dapur (api
sejajar dengan pipa). Dapur
ekonomi/harganya mahal.
Aplikasi dapur tipe box :
a. Beban kalor berkisar antara 60-80 MM Btu/Jam atau lebih
b. Dipakai untuk melayani unit proses dengan kapasitas besar.
c. Umumnya bahan bakar yang dipakai adalah fuel oil
d. Dipakai pada instalasi-instalasi tua, adakala nya pada instalasi baru yang
mempunyai persediaan bahan bakar dengan kadar abu (ash) tinggi.
Keuntungan memakai dapur tipe box :
a. Dapat dikembangkan sehingga bersel 3 atau 4
b. Distribusi fluks kalor merata disekeliling pipa
c. Ekonomis untuk digunakan pada beban kalor diatas 60-80 MM. Btu/jam
Kerugian memakai dapur tipe box :
a. Apabila salah satu aliran fluida dihentikan, maka seluruh operasi dapur harus
dihentikan juga, untuk mencegah pecahnya pipa (kurang fleksibel)
b. Tidak dapat digunakan memanasi fluida yang harus dipanasi oada suhu
tinggi dan aliran fluida yang singkat.
c. Harga relative mahal
d. Membutuhkan area relative luas.
(Amirudin BPAT, 2005)
Tipe Cabin
Furnace jenis ini terdiri dari kamar-kamar dimana tube-tubenya dipasang
secara horizontal. Letak burner pada bagian bawah furnace dan nyala api sejajar
tegak lurus dengan dinding furnace. Dapur tipe kabin mempunyai bagian radiasi
pada sisi samping dan bagian kerucut furnace. Bagian konveksi terletak di bagian
atas furnace sedangkan bagian terbawah disebut shield section. Burner dipasang
pada lantai dapur dan menghadap ke atas sehingga arah pancaran api maupun flue
gas tegak lurus dengan susunan pipa, adakalanya burner dipasang horizontal.
Dapur tipe ini ekonomis karena efisiensi termalnya tinggi.
Keuntungan memakai dapur tipe kabin:
1. Bentuk konstruksi kompak dan mempunyai thermal effisiensi tinggi
2. Beban panas sekitar 20-300 MM Btu/jam
3. Pada dapur tipe kabin bersel, memungkinkan pengendalian operasi secara
terpisah (fleksibel)
1.
Dinding Furnace
Dinding furnace terbuat dari baja (carbon steel) sebagai penahan struktur
yang dilapisi dengan isolasi, batu tahan api dan refractory sebagai pendukung
untuk pemanfaatan panas secara maksimal serta untuk mencegah terjadinya
kehilangan panas.
2.
a. Plat Baja
b. Isolasi
d. Refractory
Tube Coil
Tube Coil pada furnace merupakan bagian yang paling penting pada instalasi
Instrumentasi
Umumnya instrumentasi yang terpasang pada suatu pemanas berapi adalah
Burner
Burner merupakan alat pembakar bahan bakar (fuel) sistem pengapian dan
pencampuran bahan bakar dan udara dengan udara primer/sekunder serta sistem
atomizing steam sehingga bahan bakar (fuel) dapat terbakar dengan sempurna.
stack perlu dijaga antara 350500 oF. Bila suhu stack terlalu tinggi akan
mengakibatkan banyak panas terbuang dan bisa mengakibatkan stack rusak.Jika
suhu stack < 350 oF kemungkinan akan terjadi kondensasi dari air dan gas
SO2yang terbawa oleh flue gas sehingga terbentuk H2SO4 yang sangat korosif dan
merusak semen lining maupun metal stack.
5.
Stack Damper
Alat ini berfungsi untuk mengatur pembuangan Flue gas melewati
Explotion Door
Pintu yang dapat terbuka bila terjadi ledakan (tekanan furnace naik)
9.
Snuffing steam
Alat ini berfungsi untuk mengalirkan steam ke dalam furnace, untuk
mematikanapi bila terjadi kebocoran tube. Juga digunakan untuk menghalau gas
hidrokarbon sisa di dalamruang pembakaran sebelum menyalakan burner.
10. Soot blower
Alat ini berfungsi untuk menghilangkan jelaga yang menempel pada pipapipapembuluh di daerah konveksi.
Proses Pembakaran
Pembakaran bahan bakar dapat dinyatakan sebagai suatu reaksi oksidasi
berantai dari senyawa hidrokarbon dengan oksigen yang berasal dari atmosfir.
Proses pembakaran akan berjalan dengan baik, apabila tersedia bahan bakar dan
udara yang cukup, sehingga terbentuk api yang menghasilkan panas dan Flue gas
hasil pembakaran. Pada umumnya komposisi kimia dari bahan bakar merupakan
ikatan hidrokarbonyang terdiri dari karbon(C) dan hidrogen (H 2 ). (Maleev, 1933)
Reaksi pembakaran dapat digolongkan sebagai berikut:
nitrogen akan menyerab sebagian panas yang dihasilkan. Untuk mengurangi panas
yang diserap nitrogen kita harus mengurangi excees air seminimal mungkin.
(Himmelblau, 1991)
Panas Pembakaran
Panas pembakaran adalah panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan bakar yang dinyatakan sebagai nilai kalori (Heating Value) dari bahan
bakar padat, cair atau gas dapat dikatakan sebagai jumlah panas yang dihasilkan
dari pembakaran setiap kilogram bahan bakar, yang dinyatakan dalam satuan
kcal/kg, kcal/m3 atau btu/lb. Nilai kalori dibedakan menjadi dua, yaitu: Higher
Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV). Higher Heating Value
(HHV) adalah nilai panas/kalori dari hasil pembakaran bahan bakar yang tidak
memperhitungkan panas penguapan air. Lower Heating Value (LHV) adalah nilai
panas
dari
hasil
pembakaran
bahan
bakar
yang
dikoreksi
dengan
yang digunakan adalah tipe box dengan dua koil. Untuk furnace 1,koil yang
pertama digunakan untuk memanaskan ulang produk bawah stabilizer,sedangkan
koil 2 digunakan untuk memanaskan ulang produk bawah kolom 1.Furnace 2
memiliki dua koil dan satu convection bank. Koil
1 digunakan untuk
2.
3.
4.
5.
6.
7.
F1C2
F2C1
F2C2
Sg CO
(K.Ramba/SPD-TAP)
6-1-2009
2420
2455
2320
2002
0.8277
7-1-2009
2409
2480
2311
2010
0.8210
8-12009
2386
2465
2318
2022
0.8250
9-12009
2399
2450
2308
2017
0.8231
10-1-2009
2411
2471
2330
2006
0.8246
Rata-rata
2410
2468
2317
2015
0.8244
RD Fuel
Gas
SG Fuel
Oil
0.7056
0.9016
7-1-2009
18.7
16.9
0.7025
0.9010
8-1-2009
19.4
12.2
0.7040
0.9022
9-1-2009
19.9
13.0
0.7032
0.9029
10-1-2009
20.6
12.2
0.7044
0.9031
Rata-rata
19.4
13.1
0.7042
0.9024
Data Temp.
Tanggal
F1C1
F1C2
F2C1
F2C2
6-1-2009
162
248
259
333
7-1-2009
163
249
255
332
10-1-2009
Rata-rata
163
162
249
248
258
256
330
332
Data Temp.
Tanggal
F1C1
F1C2
F2C1
F2C2
8-1-2009
9-1-2009
10-1-2009
11-1-2009
12-1-2009
Rata-rata
180
179
180
180
179
179
299
298
300
302
300
300
307
306
308
307
309
307
364
363
364
362
363
362
% wt
CH4
C2H6
C3H8
iC4H10
nC4H10
iC5H12
nC5H12
C6H14
CO2
% vol
N2
O2
CO2
Keterangan :
F1C1 : Furnace 1 koil 1, sebagai reboiling stabilizer
F1C2 : Furnace 1 koil 2, sebagai reboiling kolom 1
F2C1 : Furnace 2 koil 1, sebagai transport dari kolom 1 ke kolom 2
F2C2 : Furnace 2 koil 2, sebagai reboiling kolom 2
4.
metode yaitu :
1.
yang
digunakan
dalam
perhitungan
efisiensi
pada
2.
3.
+....(D.Q.Kern)
CO2
2 CO2
3 CO2
4 CO2
5 CO2
6 CO2
4 CO2
5 CO2
+
+
+
+
+
+
+
+
2 H2O
3 H2O
4 H2O
5 H2
6 H2O
7 H2O
5 H2O
6 H2O
Pvapour RH
18
x
x
14,696 100 28,85
(23 %O2)
44
1,6028 x
18
Berat H2O
+1
HV Ha Hfg Qr Qs x100%
HV Ha Hfg
Hasil perhitungan fraksi volume, berat molekul, berat total, dan NHV
2.
3.
4.
Tabel. Hasil perhitungan fraksi volume, berat molekul, berat total, dan NHV
No.
Komponen Bahan
Bakar Gas
Metana (CH4)
Etana (C2H6)
Propana (C3H8)
Butana (C4H10)
Pentana (C5H12)
Heksana (C6H14)
CO2
Fraksi
Berat
Berat. Tot
NHV
Volume
Molekul
(Lbs)
(Btu/Lb)
(1)
(2)
(3) = 1 x 2
Total
No
Komponen Bahan
Bakar Gas
Keb. Udara
Keb. dara
Pembentuka
Pembentuk
(Lb/Lb B.B)
(Lbs)
n CO2
an CO2
(Lb/Lb B.B)
(Lbs)
(8)
(9) = 3 x 8
CP
(6)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Metana (CH4)
Etana (C2H6)
Propana (C3H8)
Butana (C4H10)
Pentana (C5H12)
Heksana (C6H14)
Iso Butana (iC4H10)
Iso Pentana (iC5H12)
CO2
Total
Rata-rata
(7) = 3 x 6
Bahan Bakar
Gas
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
C6H14
iC4H10
iC5H12
CO2
H2O
H2O
N2
Terbentuk
Terbentuk
Terbentuk
(lb/lb BB)
(lbs)
(lb/lb BB)
(10)
(11) = 3 x 10
(12)
N2 Terbentuk
(lbs)
(13) = 3 x 12
Total
Rata-rata
terbawa ke
cerobong asap
CO2
Udara
Uap air
N2
Enthalpy pada
Tc
Heat
dibentuk/Berat bahan
Content
bakar
dibentuk)
(Btu/lb BB)
(1)
(2)
(3) = 1 x 2
Total
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J.1993.Transport Processess and Unit Operation 3rd Edition.New
Jersey:Prentice Hall Inc.
Kern, D.Q.1965. Process Heat Transfer. New York:Mc.Graw Hill.
Nelson, W.L.1936.Petroleum Refinery Engineering. New York:Mc.Graw Hill.
Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition,
McGraw- Hill Book Co., New York, 1999
PERTAMINA.Blue Book.PERTAMINA RU III Plaju-sungai Gerong.
PERTAMINA.Design Data Sheet.PERTAMINA RU III Plaju-sungai Gerong.
Smith, J.M.2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic 6th
Edition. New York:Mc Graw Hill
__________.2009. Combustion Kilang. Bimbingan Praktis Ahli Teknik
(BPAT), Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju ; Palembang.
__________.2009. FCCU. Bimbingan Praktis Ahli Teknik (BPAT). Pertamina
(Persero) Refinery Unit III Plaju ; Palembang.
Heriyanto. 2005. Perhitungan Efisiensi Furnace Pada Unit Crude Distiller III
PT. Pertamina (Persero) RU III. Kertas Kerja Wajib Program Pendidikan
Bimbingan Praktis Ahli Teknik Tahun 2005 ; Palembang.