You are on page 1of 17

Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 4, No.

1, April 2013, 1-17

ISSN 2087-1090

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap


Pelayanan Penerbangan (Studi Kawasan Bandar Udara
Internasional Adisutjipto Yogyakarta)
Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan
ATKP Surabaya

Abstrak: Kebisingan adalah suara yang tidak di inginkan yang dapat bersumber dari pesawat,
alat alat proses produksi atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran. Kebisingan selain dapat menyebabkan gangguan pendengaran juga
dapat menyebabkan gangguan non-auditory pada tenaga kerja. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis hubungan antara gangguan non-auditory yang diterima personil Air Traffic
Control yang bertugas di unit Aerodrome Control Tower dengan pemberian Pelayanan Lalu
Lintas Udara. Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional karena pengambilan
data dilakukan pada suatu periode tertentu. Sample diambil dari keseluruhan populasi personil
Air Traffic Control dari unit Aerodrome Control Tower (ADC) yang berjumlah 18 orang.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data diperoleh dari kuesioner dan pengukuran
bising dengan menggunakan alat Sound level meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan gangguan non-auditory
(gangguan komunikasi sebesar 78%, gangguan pelaksanaan tugas sebesar 72%, dan gangguan
emosi sebesar 83%). Dapat disimpulkan bahwa penelitian di unit Aerodrome Control Tower
(ADC) kebisingan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap gangguan non-auditory bagi
personil Air Traffic Control dan dapat berdampak negatif bagi pelayanan lalu lintas udara.
Kata kunci: Kebisingan, gangguan non-auditory, pelayanan lalu lintas udara.

Abstract: Noise is unwanted sound that produce from aircraft, production process appliances or
working equipment that on certain level it is able to cause hearing problem. Noise also cause non
auditory disturbance to worker. The purpose of this research is to analyze the correlation between
non auditory disturbance for the Air Traffic Controller that work on Aerodrome Control Tower
unit with Air traffic srvices. This research used Cross Sectional design because intake of its data
done at period off certain time. Sample was taken from all of population Air Traffic Controller in
Aerodrome Control Tower (ADC) unit that have 18 person. Instrument used in collecting data
obtained from the questioner and measurement of noise by using sound level metre appliance. The
resul indicate there was significant correlation between noise and non-auditory effect
(communication disturbance is 78%, task implementation is 72%, and emotion diturbance is
83%). Can be conclude that research in Aerodrome Control Tower (ADC) unit is significant
ccorrelation between noise and non-auditory disturbance for Air Traffic Controller and have
negative effect for Air Traffic services.
Key words: Noise, non-auditory disturbance, air traffic services.

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

PENDAHULUAN
Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta terletak 7 KM di sebelah timur kota Yogyakarta
dan masuk di wilayah Kabupaten Sleman pada koordinat 07.45o S 110.26o E, Operating hours
23.00-11.00 UTC dan permintaan oleh pihak militer. Di Bandar Udara Adisutjipto yang
diklasifikasikan bandar udara kelas 1B disamping difungsikan untuk pesawatpesawat
komersial baik itu domestik atau internasional juga keberadaan pesawatpesawat militer
sendiri baik itu in coming, out going atau training sekolah penerbang dan yang beroperasi mulai
hari Senin sampai dengan hari Jumat kemudian ditambah dengan kegiatan militer lainnya
seperti terjun payung, glider dan juga VIP movement. Adapun unitunit yang berada di bawah
divisi operasi lalu lintas udara yang ada di Bandara Adisutjipto yaitu Unit Aerodrome Control
Tower (ADC), Unit Approach Control Office (APP), Briefing Office (BO), Apron Movement
Control (AMC).
Pemandu Lalu Lintas Udara (Air Traffic Controller) adalah tenaga terdidik yang bertugas
untuk memberikan pelayanan lalu lintas udara disuatu wilayah udara yang berada di bawah
pengawasannya. Pokok tujuan pelayanan lalu lintas udara tercantum dalam Annex 11, Air
Traffic Service yang terkandung dalam five objectives of Air Traffic Services adalah
memberikan pelayanan lalu lintas udara yang aman, nyaman dan efisien. Aerodrome Control
Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta yang mempunyai 18 personil terbagi atas
2 fungsi Controller dan posisi kerja yang berbeda, yaitu:
- Aerodrome Controller bertanggung jawab pada pesawat udara yang berada dalam
Aerodrome control area
- Ground Controller bertanggung jawab pada pesawat udara yang berada dalam manoeuvring
area kecuali runway
Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari
hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para
pegawai untuk dapat berkerja optimal. (Mardiana, 2005). Di dalam suatu lingkungan kerja
pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal
dari kimiawi, fisik, biologis dan psikis. Tekanan fisik yang kerap terjadi pada suatu lingkungan
kerja adalah kebisingan (Budiono, 2003). Sedangkan dalam hal ini apabila pesawatpesawat
yang menggunakan parking area di military apron sedang melakukan start up atau suatu
pergerakan akan menimbulkan suara bising yang seringkali menggangu kinerja dari
Aerodrome Control Tower (ADC) dalam memberikan Aerodrome Control Service karena
dekatnya jarak antara military apron dengan tower yaitu 60 meter
Rumusan Masalah
Dapat dirumuskan tentang permasalahan tersebut bahwa: Bagaimana unit Aerodrome
Control Tower dapat menghindari dampak negatif dari kebisingan yang ditimbulkan oleh
pesawatpesawat yang sedang melakukan start up maupun pergerakan lain di military apron?
Tujuan Penelitian
Dari penyusunan penelitian penelitian tersebut, peneliti mempunyai maksud dan tujuan,
yaitu:
1. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti, pembaca maupun peneliti berikutnya.

Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

2. Untuk meminimalisir pengaruhpengaruh negatif dari kebisingan sehingga dapat memaksimalkan kinerja Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.
3. Untuk meminimalisir miss coordination dan ketidak nyamanan seluruh unit disekitar
Military apron.
4. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawat udara
yang sedang melakukan start up maupun pergerakan lain di military apron terhadap unit
Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.
Manfaat Penelitian
Setelah yang diuraikan di pokok dan pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan
tentang permasalahan tersebut yaitu: Bagaimana unit Aerodrome Control Tower dapat
menghindari dampak negatif dari kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawatpesawat yang
sedang melakukan start up maupun pergerakan lain di military apron? .
LANDASAN TEORI
Pengertian Bunyi
Bunyi adalah setiap perubahan tekanan baik di dalam air, udara dan media lain yang
dapat dideteksi oleh telinga manusia. Perubahan tekanan atmosfer (Atmosferic Pressure
Variation) yang terjadi sangat cepat (paling sedikit 20 kali/detik) baru dapat didengar oleh
manusia (Wikipedia, 2011)
Pengertian Kebisingan
Kebisingan (noise) adalah bunyi yang tidak diinginkan (unwanted sound) walaupun
frekuensi dan intensitas dari bunyi tersebut masih dalam batas normal, tetapi apabila suara
tersebut menimbulkan keluhan subyektif (non-auditory) pada individu maka hal tersebut dapat
dikategorikan sebagai suatu kebisingan (Dwi Ratna Wati, 2010). Menurut Prabu Putra (2009)
bising adalah suara yang mengganggu. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap
pekerjaan yang sedang dilakukan seseorang melalui gangguan psikologi dan gangguan
konsentrasi sehingga menurunkan produktifitas kerja (Sasongko, 2000)
Jenis Kebisingan
Kebisingan dapat dibagi berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi. Jenis kebisingan
berdasarkan sifat dan spektrum bunyi menurut Buchari (Kebisingan Industri dan Hearing
Conservation Program, USU, 2007) antara lain:
1) Steady State, Wide Band Noise Adalah kebisingan yang terjadi terus menerus dengan
spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap dalam batas kurang lebih 6 dB.
Misalnya mesin, kipas angin dan dapur pijar.
2) Steady State Noise, Narrow Band Noise Adalah kebisingan yang terjadi terus menerus
dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi kebisingan
tersebut hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz).
Misalnya gergaji sirkuler dan katup gas. 12
3) Impact/impuls noise Adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai
intensitas maksimal kurang dari 35 milidetik dan waktu yang diperlukan untuk penurunan

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

intensitas sampai 20 dB di bawah puncak kurang dari 500 milidetik. Bila impuls terjadi
secara berulang dengan interval waktu kurang dari 0,5 detik atau bila jumlah impuls
perdetik lebih dari 10 maka sudah dapat dikategorikan sebagai kebisingan yang terjadi
terus menerus. Misalnya: suara meriam, palu dan paku bumi.
4) Intermitten Noise (Kebisingan terputus putus) Adalah kebisingan dimana suara mengeras
kemudian melemah secara perlahan lahan. Misalnya: bising lalu lintas dan bising pesawat
udara yang tinggal landas.
5) Implusif Noise (Kebisingan Berulang) Adalah kebisingan yang tidak beraturan terkadang
keras tapi tibatiba melemah tetapi berulang ulang. Misalnya : mesin tempa di pabrik
peralatan berat.
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas (Prabu Putra, 2009)
1) Irritating Noise (Bising yang Mengganggu) Merupakan bising yang mempunyai intensitas
tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
2) Masking Noise (Bising yang Menutupi) Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang
jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya dalam bising dari sumber lain
menjadi tidak terdengar.
3) Damaging/Injurious noise (Bising yang Merusak) Merupakan bunyi yang intensitasnya
melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi
pendengaran.
Pengertian Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat
kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal pembicaraan. Secara
kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan dengan
menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagaimana terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Gradasi dan Percakapan Sehari-hari
Gradasi dan Percakapan Sehari-hari
Gradasi Parameter Gradasi
Normal
Sedang
Menengah
Berat
Sangat berat
Tuli total

Parameter
Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6 m)
Kesulitan dalam percakapan mulai jarak > 1,5 m
Kesulitan dalam percakapan keras mulai jarak > 1,5 m
Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak > 1,5 m
Kesulitan dalam percakapan keras/berteriak pada jarak < 1,5 m
Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

Efek Kebisingan
Secara garis besar efek kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok besar yaitu
gangguan indera pendengaran (auditory) dan gangguan indera non pendengaran (non-auditory).
Efek Auditory
Dalam uraian efek bising terhadap pendengaran, efek bising dapat dibagi menjadi tiga
kelompok:

Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

a. Trauma akustik
Trauma akustik adalah efek dari pemaparan yang singkat terhadap suara yang keras
seperti sebuah letusan. Dalam kasus ini energi yang masuk ke telinga dapat mencapai
struktur telinga dalam dan bila melampaui batas fisiologis dapat menyebabkan rusaknya
membran thympani, putusnya rantai tulang pendengaran atau rusak organ spirale
(Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003). Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg
merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan
tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakanledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat
memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris
pendengaran (Prabu Putra, 2009).
b. Ketulian Sementara
Ketulian diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan
mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu
pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup,
daya dengarnya akan pulih kembali (Prabu Putra, 2009).
c. Ketulian Permanen
Tuli permanen adalah kenaikan ambang pendengaran yang bersifat irreversible sehingga
tidak mungkin tejadi pemulihan. Gangguan dapat terjadi pada syaraf syaraf pendengaran,
organ corti atau dalam otak sendiri. Ini dapat diakibatkan oleh efek kumulatif paparan
terhadap bising yang berulang-ulang selama bertahun (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar,
2003).
Efek Non-auditory
1. Gangguan Komunikasi Bilamana seseorang berbicara di suatu ruangan yang bising suara
orang tersebut akan sulit ditangkap atau dimengerti oleh pendengarnya sehingga mengganggu komunikasi (secara langsung/tak langsung) yang sedang berlangsung (Sasongko,
2000).
2. Gangguan Pelaksanaan Tugas Menurut beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan
berbagai hasil yang kadang saling bertentangan. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik
dari hasil studi yang dilakukan antara lain:
a. Kebisingan yang terputusputus lebih menggangu daripada kebisingan terus menerus
dan kebisingan intermitten.
b. Pekerjaan yang rumit akan mudah terganggu daripada pekerjaan yang sederhana (Dwi
Ratna Wati, 2010).
c. Kebisingan lebih menggangu kecermatan kerja seseorang daripada kuantitas kerja
(Sasongko, 2000).
3. Perasaan Tidak Senang atau Mudah marah Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
level perasaan tidak senang seseorang, antara lain:
a. Karakteristik kebisingan meliputi tingkat intensitas dan frekuensinya.
b. Kepekaan seseorang terhadap bising.
c. Sikap individu terhadap sumber bising.
d. Interupsi dari kebisingan yaitu ketika sedang konsentrasi atau melakukan kegiatan.
4. Kelelahan Kebisingan juga menigkatkan kelelahan. Pada pekerjaan yang menuntut banyak
berfikir, kebisingan sebaiknya di tekan serendahrendahnya (Novi Arifiani, 2004).

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

Pengukuran Kebisingan
Secara umum tujuan pengukuran kebisingan dapat di gunakan sebagai:
1. Evaluasi lingkungan kerja (apakah ada lingkungan kerja yang berpotensi bising).
2. Perencanaan alat kendali.
3. Mengetahui efektifitas alat pengendalian.
4. Monitoring lingkungan kerja.
5. Pengambilan data lingkungan.
Pengukuran kebisingan dapat dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM)
yaitu alat digital yang dapat menunjukkan secara langsung hasil kebisingan di tempat kerja.
Alat ini dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40-130 dB.
Berikut adalah langkahlangkah yang perlu diperhatikan untuk pengukuran kebisingan
menggunakan sound level meter:
1. Periksa baterai.
2. Tentukan weighting network yang sesuai.
3. Memilih respon yang tepat yaitu fast atau slow.
4. Bila mungkin sound level meter diletakkan pada tripod dimana operator berjarak lebih dari
0,5 meter.
5. Pengukuran di luar gedung harus dilakukan pada ketinggian 1,21,5 meter dari semua
permukaan yang memantulkan tetapi bila kecepatan angin lebih dari 20 km/jam sebaiknya
tidak dilakukan pengukuran bising.
6. Pada saat melakukan pengukuran sound level meter dipegang pada jarak sepanjang ukuran
lengan atau menggunakan remote mikrofon.
7. Bila pengukuran dilakukan di daerah bebas maka mikrofon diarahkan langsung ke sumber
bunyi.
Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
Berdasarkan Keputusan Keputusan Mentri Tenaga Kerja nomor KEP 51/MEN/1999 pasal
1 ayat 5 membahas tentang nilai ambang batas faktor fisika di tempat kerja, yang di maksud
dengan nilai ambang batas kebisingan adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Tabel 2. Keputusan Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999
Keputusan Tenaga Kerja Nomor Kep. 51/MEN/1999 Waktu
Pajanan per hari
8
Jam
4
Jam
2
Jam
1
Jam
30
Menit
15
Menit
7.5
Menit
3,75
Menit
1,88
Menit
0,94
Menit
28,12
Detik
14,06
Detik
7,03
Detik

Intensitas kebisingan (dalam satuan


dBA)
85
88
91
94
97
100
103
106
109
112
115
118
121

Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

Keputusan Tenaga Kerja Nomor Kep. 51/MEN/1999 Waktu


Pajanan per hari
3,52
Detik
1,76
Detik
0,88
Detik
0,44
Detik
0,22
Detik
0,11
Detik

Intensitas kebisingan (dalam satuan


dBA)
124
127
130
133
136
139

Aturan Penerbangan
Sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh International Civil Aviation Organization (ICAO)
mengenai kondisi tempat kerja personil air traffic controller sehingga dapat memberikan
pelayanan yang baik demi mewujudkan keamanan serta kelancaran dalam kegiatan
penerbangan. Sesuai dengan Dokumen 9426 ATS Planning Manual chapter 1, operational
requirement sub chapter 1.2 At all ATS units, the controller must be provided with a suitable
environment and appropriate equipment. The environment should be sufficiently free from noise
so as to be conducive to mental concentration.
Terjemahan:
Pada semua Air Traffic Service unit, controller (Pemandu Lalu Lintas Udara) harus diberi
lingkungan kerja yang pantas dan peralatan yang layak. Serta lingkungan kerja harus terbebas
dari kebisingan agar dapat berkonsentrasi.
Sesuai dengan Dokumen yang di keluarkan oleh Directorate General Civil Aviation (DGCA)
yang tertuang pada CASR 170 Air Traffic Rules Sub Part 170.061 ATS Operational
Requirements menyatakan The environment should be sufficiently free from noise so as to be
conducive to mental concentration.
Terjemahan:
Lingkungan kerja harus benar benar bebas dari kebisingan agar dapat berkonsentrasi.
Sesuai dengan Dokumen 9426 ATS Planning Manual chapter 2, Specific Requirement for an
Aerodrome Control Tower sub chapter 2.1.5 : The tower controller must be provided with the
capability to communicate rapidly, clearly and reliably with aircraft in his area of responsibility.
Normally, this is accomplished through air ground communications. It may occasionally be
done by means of a light-gun from the tower using specified signals and prescribed
acknowledgements from the aircraft. Since operations in and around a control tower generate a
fair amount of noise (e.g. radios, aircraft engines, talking), the provision of sounddeadening
features in control towers is very important. Therefore, the acoustic qualities should be taken into
account in the selection of structural materials used for control tower construction. Sound
deadening materials should also be used internally, e.g. carpets or similar sound-absorbent
material (dust-free and anti-static, if possible) should cover the cab floor and the walls up to the
window sills.
Terjemahan:
Tower Controller (Aerodrome Control Tower) harus dapat berkomunikasi dengan cepat,
jelas dan bisa dipercaya dengan pesawat di wilayah tanggung jawabnya. Biasanya hal ini
dilakukan melalui air ground communication. Dalam kondisi tertentu komunikasi juga dapat
dilakukan menggunakan light-gun dari Tower menggunakan sinyal tertentu dan dapat
dimengerti oleh pesawat. Karena operasi di dan sekitar menara kontrol menghasilkan cukup
kebisingan (misalnya radio, mesin pesawat, pembicaraan), penyediaan peredam suara dalam

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

menara kontrol sangat penting. Oleh karena itu kualitas peresapan suara harus
dipertimbangkan dalam pemilihan bahan yang digunakan untuk bangunan menara. Peredam
suara juga harus digunakan di dalam menara kontrol, misalnya carpet atau bahan serupa yang
dapat menyerap suara (jika dimungkinkan bebas debu dan tidak bergeser) harus menutupi
lantai dan dinding sampai kusen jendela.
Daftar Istilah
1.

Aerodrome: Suatu daerah diatas daratan ataupun air termasuk bangunan-bangunan,


instalasi, dan peralatan yang digunakan untuk kedatangan, keberangkatan, dan pergerakan pesawat.
2. Runway: daerah diatas tanah yang telah ditentukan oleh aerodrome dimana digunakan
untuk kedatangan dan keberangkatan pesawat.
3. Taxiway: Jalur yang ditentukan diatas tanah dimana jalur tersebut menghubungkan
antara apron dengan runway.
4. Apron: suatu daerah/area yang ditentukan diatas bandar udara, direncanakan untuk
menampung pesawat dengan tujuan pemuatan, pembongkaran muatan penumpang, paket
atau cargo, pengisian bahan bakar, parkir atau pemeliharaan.
5. Tower: menara pengendali lalu lintas udara.
6. Enclave civil: Bandara militer yang dalam pengelolaannya dibantu oleh pihak sipil.
7. Apron movement control (AMC): personil yang bertugas mengatur aktifitas dan pergerakan
pesawat dan kendaraan yang berada di wilayah Apron.
8. Start up: pesawat mulai menyalakan mesin.
9. dBA: decibel A
10. Manoeuvring area: bagian dari bandar udara yang digunakan untuk lepas landas,
pendaratan dan taxiing pesawat udara namun tidak termasuk apron.
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:
Data primer
a. Pengukuran
Pengukuran intensitas kebisingan pada lokasi tempat kerja tepatnya di unit Aerodrome
Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta dilakukan menggunakan alat
Sound Level Meter Quest 1200. Setelah memperoleh hasil intensitas kebisingan pada setiap
titik pengukuran maka dimasukkan pada formula sehingga diperoleh rata rata kebisingan
diwilayah tersebut dalam range dBA.

Keterangan:
Leq= Tingkat kebisingan equivalent (dBA).
fi = Faksi waktu terjadinya tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu.
li = Nilai tengah tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu.

Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

b. Observasi
Pengamatan yang dilakukan di unit Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta untuk mendapatkan gambaran secara langsung keadaan yang mempengaruhi tingkat kebisingan.
c. Kuesioner
Untuk memperoleh data tentang keluhan subyektif yang dialami Controller di unit Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.
Data sekunder
Data sekunder ini diperoleh saat peneliti melakukan Survey di unit Aerodrome Control
Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta dan selama pelaksanaan penelitian untuk
mendapatkan gambaran tentang keluhan subjektif (non-auditory) yang dialami Controller di
unit Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Adapun data
sekunder antara lain sebagai berikut:
a. Sejarah berdirinya dan perkembangan Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta
b. Data tentang fasilitasfasilitas yang ada di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.
c. Standart Operational Procedure (SOP) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.
Populasi
Dalam penelitian ini sebagai populasi kasus adalah semua tenaga Air Traffic Control
(ATC) yang bekerja di bagian Aerodrome Control Tower (ADC) yang berjumlah 18 orang.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada unit Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara
Adisutjipto Yoyakarta. Waktu penelitian dimulai pada saat melakukan SurveyJunior Air
Traffic Control pada bulan april sampai juli 2011 sampai dengan batas waktu yang ditentukan
Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian analitik yaitu penelitian yang ditujukan untuk
menganalisis dampak kebisingan dengan keluhan subjektif pada unit Aerodrome Control Tower
(ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Sedangkan ditinjau dari sifat dasar penelitian,
maka penelitian ini termasuk penelitian observasional karena mengamati langsung pada
lapangan dan melakukan pengukuran pada lingkungan yang diamati. Jika ditinjau dari cara
dan tempat mengamati maka penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan karena
mendapatkan dua data yaitu data primer intensitas bising di Tower Bandar Udara Adisutjipto

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

Yogyakarta dan melakukan wawancara serta observasi terhadap responden di unit Aerodrome
Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Data sekunder karena mengambil
langsung data dari Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta berupa sejarah berdiri, perkembangan Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta dan datadata standard operational
procedure (SOP) Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Sedang menurut waktunya penelitian
tersebut termasuk dalam penelitian Cross Sectional karena penelitian ini dilakukan dalam
periode waktu tertentu
Instrumen Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Kuesioner karakteristik responden
2) Sound level meter
3) Lembar observasi
Bagan Tahapan Penelitian

10

Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH


Analisis Masalah
Keselamatan, kelancaran dan kenyamanan merupakan suatu hal yang mutlak di berikan
bagi pelayanan lalu lintas udara terhadap pengguna jasa penerbangan, untuk mewujudkan hal
tersebut salah satu faktor penunjang yang harus diperhatikan yaitu personil yang bertugas
memberikan pelayanan jasa penerbangan. Dalam pelaksanaan tugasnya tentunya banyak
faktor yang dapat mempengaruhi hasil kerja dari tiaptiap personil. Dalam hal ini peneliti telah
melakukan penelitian pada unit kerja Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara
Adisutjipto Yogyakarta untuk mengetahui sejauh mana kebisingan yang dihasilkan oleh
pesawat yang sedang melakukan start up maupun pergerakan lain di military apron dapat
mengganggu kinerja dari personil Air Traffic Control (ATC) yang bertugas memberikan
Aerodrome Control service di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Berdasarkan hasil
observasi, pengukuran kebisingan, dan kuesioner yang telah dibagikan kepada personil Air
Traffic Control (ATC) yang bertugas di unit Aerodrome Control Tower (ADC) yang berjumlah 18
orang, maka peneliti dapat menganalisis masalah yang terkait dengan dampak subjektif (Non
Auditory) yang ditimbulkan kebisingan pesawat udara terhadap unit Aerodrome control tower
(ADC).
Berikut ini adalah data hasil pengukuran kebisingan yang telah di lakukan peneliti di
tower dan military apron bandar Udara Adisutjipto Yogayakarta:
Tabel 3. Hasil RataRata Pengukuran Intensitas Kebisingan
Hasil RataRata Pengukuran Intensitas
Kebisingan No
1
2
3
4
5

Tanggal
31 Maret 2011
1 April 2011
6 Juli 2012
7 Juli 2012
8 Juli 2012

Lamanya
paparan
29 menit
27 menit
15 menit
19 menit
25 menit

RataRata
kebisingan
98 dBA
99 dBA
97 dBA
94 dBA
99 dBA

NAB
97 dBA
97 dBA
100 dBA
100 dBA
97 dBA

Adapun hasil data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh 18 orang responden yang di
jelaskan melalui tabel serta prosentase diagram guna menunjukkan jawaban dari para
responden adalah sebagai berikut:
1. Apakah Bapak/Ibu merasakan adanya kebisingan di bagian Aerodrome Control Tower
Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta?
Nilai prosentase yang diperoleh adalah (16/18) x 100 = 89% menyatakan jawaban ya dan
11% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

11

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

2. Apakah Bapak/Ibu merasa terganggu dengan kebisingan yang ada di bagian Aerodrome
Control Tower Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta?
Nilai prosentase yang diperoleh adalah (16/18) x 100 = 89% menyatakan jawaban ya dan
11% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

3. Apakah Bapak/Ibu merasa sulit berkonsentrasi saat terjadi kebisingan?


Nilai prosentase yang diperoleh adalah (13/18) x 100 = 72% menyatakan jawaban ya dan
28% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

4. Apakah saat terjadi kebisingan Bapak/Ibu pernah tidak dapat mendengar report pilot
sehingga report pilot perlu di ulang?
Nilai prosentase yang diperoleh adalah (14/18) x 100 = 78% menyatakan jawaban ya dan
22% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat di
gambarkan sebagai berikut:

12

Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

5. Pada saat bekerja dan terjadi kebisingan apakah Bapak/Ibu pernah mengalami kekeliruan
atau kesalahan dalam pelaksanaannya?
Nilai prosentase yang diperoleh adalah (16/18) x 100 = 33% menyatakan jawaban ya dan
67% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

6. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa pekerjaan sulit di selesaikan?


Nilai prosentase yang diperoleh adalah (12/18) x 100 = 67% menyatakan jawaban ya dan
33% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

7. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa bosan atau jenuh pada saat terjadi kebisingan?
Nilai prosentase yang diperoleh adalah (15/18) x 100 = 83% menyatakan jawaban ya dan
17% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

13

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

8. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa emosi saat terjadi kebisingan?


Nilai prosentase yang diperoleh adalah (14/18) x 100 = 78% menyatakan jawaban ya dan
22% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

9. Apakah Bapak/Ibu pernah merasa gelisah karena kebisingan?


Nilai prosentase yang diperoleh adalah (5/18) x 100 = 17% menyatakan jawaban ya dan 83%
menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

10. Menurut Bapak/Ibu apakah perlu pengadaan pengedap suara di bagian Aerodrome Control
Tower Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta?
Nilai prosentase yang diperoleh adalah (16/18) x 100 = 83% menyatakan jawaban ya dan
17% menyatakan jawaban tidak terhadap pertanyaan di atas dan secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

14

Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

Berdasarkan jawaban dari para responden maka peneliti dapat menganalisis dampak
kebisingan terhadap pelayanan Lalu Lintas Udara oleh Aerodrome Control Tower (ADC) di
Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta. Dari diagram 1 dan 2 dapat diketahui bahwa personil di
unit Aerodrome Control Tower (ADC) di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta merasakan
kebisingan sesuai dengan hasil kuisioner yang di peroleh bahwa sebanyak 89% personil Air
Traffic Control menyatakan adanya kebisingan dan sebanyak 89% personil Air Traffic Control
terganggu dengan adanya kebisingan yang ada pada ruang kerja Aerodrome Control Tower
(ADC). Selain itu kebisingan juga berpengaruh terhadap kondisi psikologis dan mental para
personil Air Traffic Control seperti sulit untuk berkonsentrasi sebanyak 72%, gangguan emosi
sebanyak 22%, kebosanan atau kejenuhan sebanyak 83% dan juga sebanyak 78% responden
menyatakan mengalami gangguan komunikasi pada saat terjadi kebisingan.
Berasal dari pengamatan yang dilakukan peneliti, maka peneliti dapat menganalisis dan
menyimpulkan beberapa potensi bahaya dan gangguan yang akan timbul akibat kebisingan
terhadap unit Aerodrome Control Tower (ADC) yaitu:
1. Terjadinya miss communication atau miss coordination antara Controller dengan Pilot
misalkan kesalahan dalam pemberian instruksi, Assisten atau dengan unit lain seperti
Ground Controller.
2. Tidak terdengarnya report pilot sehingga diperlukan pengulangan, hal ini menimbulkan
ketidak efisienan dalam pemberian pelayanan lalu lintas Udara.
Belum adanya peredam suara di ruang kerja Aerodrome Control Tower (ADC) menyebabkan suara dari pesawat yang sedang melakukan satart up maupun pergerakan dapat secara
langsung dapat masuk ke ruang kerja Aerodrome Control tower (ADC), hal ini sangat
bertentangan dengan aturanaturan yang telah di tetapkan dalam Dokumen seperti yang
tertuang pada:
1. Memasang peredam suara pada dinding, lantai, atap, dan kusen ruang kerja Aerodrome
Control Tower (ADC) untuk mengeliminasi suara bising yang masuk ke dalam Ruang kerja
Aerodrome Control Tower (ADC), berikut adalah contoh ruang kerja yang dilengkapi dengan
peredam suara.
2. Untuk membuat peredam suara dapat menggunakan berbagai macam jenis bahan, selain
itu ketebalan kaca pada tower juga perlu diperhatikan sehingga peredaman bunyi bising
menjadi lebih efektif, di bawah ini adalah beberapa contoh gambar bahan bahan peredam
suara yang biasa digunakan di dinding, atap, kusen dan lantai.
3. Pemakaian headshet pada saat melakukan komunikasi maupun pada saat melakukan
koordinasi untuk mengurangi resiko miss communication atau miss coordination, dan
mengurangi resiko terganggunya konsentrasi personil Air Traffic Control saat terjadi
kebisingan. Agar komunikasi langsung masih dapat dimungkinkan bisa menggunakan
single headshet seperti gambar di bawah ini.
4. Menambah tinggi dari tower yang sudah ada sekarang atau melakukan relokasi tower
ketempat yang bebas dari jangkauan suara dari sumber bising sehingga ruang kerja dari
Aerodrome control tower (ADC) terhindar dari kebisingan yang ditimbulkan oleh suara
suara bising dari sumber bising yang telah disebutkan.
Dokumen yang di keluarkan oleh Directorate General Civil Aviation (DGCA) yang tertuang
pada CASR 170 Air Traffic Rules Sub Part 170.061 ATS Operational Requirements yang
menyatakan bahwa Lingkungan kerja harus benar benar bebas dari kebisingan agar dapat
berkonsentrasi dan pada Dokumen 9426 ATS Planning Manual yang menjelaskan tentang

15

Analisis Dampak Kebisingan di Bandar Udara Terhadap Pelayanan Penerbangan

ruang kerja Aerodrome Control Tower (ADC). Maka dari itu dapat ditarik suatu hubungan yang
sesuai dari jawaban responden dengan Dokumen sehingga perlu adanya suatu perubahan
seperti dengan pemasangan alat peredam suara sehingga bunyi bising dapat di eliminasi dan
tidak mengganggu kinerja dari personil Air Traffic Control yang bertugas memberikan
Aerodrome Control Service
Pemecahan Masalah
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa terjadinya ketidak sesuaian antara kondisi
sebenarnya dilapangan dengan kondisi yang harus di penuhi yang telah ditetapkan dalam
peraturan penerbangan yang tertuang pada dokumen dokumen penerbangan sehingga dapat
mempengaruhi pemberian pelayanan jasa penerbangan.
Adapun beberapa alternatif pemecahan masalah sehingga personil Air Traffic Control di unit
Aerodrome Control Tower (ADC) Bandar Udara Adisutjipto dapat melaksanakan tugasnya
dengan nyaman dan tidak terganggu oleh kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawat yang
sedang melakukan suatu pergerakan di military apron adalah sebagai berikut :
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kebisingan yang ditimbulkan oleh pesawat yang sedang melakukan start up maupun
pergerakan lain di military apron dapat dirasakan oleh personil Air Traffic Control pada unit
kerja Aerodrome Control Tower (ADC) dan dari jenis kebisingannya dapat di golongkan
dalam intermitten noise (Kebisingan terputusputus).
2. Kebisingan Yang dihasilkan oleh pesawat yang sedang melakukan pergerakan di military
apron dapat menganggu kinerja dari Personil Air Traffic Control pada unit kerja Aerodrome
Control Tower dan hal ini dapat berpengaruh negatif terhadap pelayanan lalu lintas udara
sebab dapat menimbulkan miss coomunication, miss coordination dan ketidak efisienan
dalam pemberian pelayanan lalu lintas udara.
3. Personil Air traffic control di unit kerja Aerodrome Control Tower Bandar Udara Adisutjipto
Yogyakarta. yang merasakan kebisingan dan mengalami gangguan komunikasi sebanyak
78%, gangguan emosi 22% dan gangguan psikologis lainnya seperti kejenuhan dan
gangguan konsentrasi sebanyak 15%.
Saran
1. Meminimalisasi kebisingan dengan memasang peredam suara pada dinding, atap, kusen,
dan lantai agar intensitas kebisingan dapat turunkan.
2. Pemakaian headshet untuk mengeliminasi bunyi bising dari sumber kebisingan dan
meminimalisasi terjadinya miss communication ataupun miss coordination.
3. Melakukan pembagian dinas dan rolling posisi sesuai aturan yang berlaku.
4. Dilakukan pemantauan oleh supervisor/PTO yang sedang bertugas terhadap kinerja dari
personil Air Traffic Control pada saat terjadi kebisingan karena dampak subyektif (Non
Auditory) akibat kebisingan ini seringkali tidak disadari oleh individu yang bersangkutan.

16

Bambang Wijaya Putra dan Ariyono Setiawan

DAFTAR PUSTAKA
Doc.9426, ATS Planning Manual Part III, Facilitas Required by ATS International Civil
Aviation Organization, Annex 11, Air Traffic Service CASR 170, Air Traffic Rules.
Standard operational procedure (SOP) Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta.
Aeronautical Information Publication (AIP) Bandar Udara Internasional Adisutjipto
Yogyakarta.
Buchari (Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, USU, 2007).
Novi Arifiani, 2010, Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja, Cermin Dunia
Kedokteran, 144: 24.
Sasongko D. P, 2000, kebisingan Lingkungan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Ratna wati, Dwi. 2010. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Dengan Keluhan Pada Pekerja
(Studi di Bagian Asam Phospat dan Bagian Administrasi Pabrik III PT. Petrokimia
Gresik). Skripsi. Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Goembira, Fadjar, Vera S. Bachtiar. 2003. Diktat Mata Kuliah Pengendalian Bising, Jurusan
Teknik Lingkungan, Universitas Andalas. Padang.
Prabu, Putra. 2009. Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan.

17

You might also like