You are on page 1of 13

Another mortality?

What a shame
LBM 1 SGD 5

STEP 7
1. Tujuan demografi?
Tujuan dan Manfaat Demografi
Ilmu demografi digunakan oleh para ahli umumnya terdiri dari empat tujuan pokok,
yaitu:
1. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
2. Menjelaskan pertumbuhan penduduk masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
3. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4. Mencoba meramalkan pertumbuhan pendukuduk di masa yang akan datang dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.
Pada akhirnya, keempat tujuan pokok tersebut akan bermanfaat untuk:
1. Perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan pendidikan, perpajakan,
kemiliteran, kesejahteraan sosial, perumahan, pertanian dan lain-lain yang dilakukan
pemerintah menjadi lebih tepat sasaran jika mempertimbangkan komposisi penduduk
yang ada sekarang dan yang akan datang.
2. Evaluasi kinerja pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dengan melihat
perubahan komposisi penduduk yang ada sekarang dan yang lalu beserta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
3. Melihat peningkatan standar kehidupan melalui tingkat harapan hidup rata-rata
penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup sesorang di
negara yang bersangkutan
4. Melihat seberapa cepat perkembangan perekonomian yang dilihat dari ketersediaan
lapangan pekerjaan, persentase penduduk yang ada di sektor pertanian, industri dan jasa.
Sumber data
Registrasi penduduk
Cara pengumpulannya prospektif, yaitu penatatan yang kontinyu terhadap tiap2 kematian.
Penelitian(survey)

Biasanya dijadikan satu dengan penelitian kelahiran yang disebut dengan penelitian
statistic viral.
Perkiraan(estimasi)
Informasi dari sensus kemudian dibuat perkiraan mengenai tingkat kematian bayi, dan
tingkat kematian anak.
Sumber: Mantra, Ida Bagoes.2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar Offset,
Yogyakarta.

2. Apa dan bagaimana tujuan dari demografi mortalitas ?

3. Apa saja komponen demografi?

4. Apa saja factor yang mempengaruhi 3 komponen demografi?


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a.

Status perkawinan
Mortalitas kelompok penduduk yang sudah menikah lebih rendah dibandingkan
dengan yang belum menikah dan perbedaan untuk pria lebih besar daripada wanita.
Hal ini disebabkan oleh faktor bahwa perkawinan biasanya mensyaratkan orangorang yang sehat maupun karena perbedaan kebiasaan dan kondisi hidup.

b.

Tempat tinggal
Mortalitas di daerah pedesaan lebih rendah dibandingkan daerah kota tetapi
perbedaan tersebut sudah berkurang.

c.

Cara hidup
Apabila kondisi sosial semakin memuaskan (diukur dari segi kualitas perumahan,
kebersihan, pelayanan kesehatan dll) angka kematian semakin menurun. Kebiasaan
hidup seperti merokok, makan dan minum dapat juga mempengaruhi mortalitas.

d.

Faktor genetik
Beberapa penyakit ternyata dapat menular dari generasi yang satu ke generasi yang
lain dan dengan demikian terdapat juga beberapa alasan tertentu mengapa para
keluarga harus berusaha memperpanjang masa kehidupan. Walaupun demikian
jumlah penyakit seperti itu tidak begitu banyak dan pengaruhnya terhadap mortalitas
dirasakan tidak menentu.

Munir, Rozi dan Budiarto, Teknik Demografi, Jakarta : PT. Bina Aksara

Faktor2 Demografi Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk


Dipengaruhi :
i. Birth = B, besarnya kelahiran
ii. Death = D, besarnya kematian
iii. In Migration = IM, migrasi masuk
iv. Out Migration = OM, migrasi keluar
Faktor2 Non Demigrafi Yg Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk

Kawin usia muda


Anggapan banyak anak banyak rejeki
Keterbatasan penyediaan alat kontrasep

5. Apa saja yang mempengaruhi mortalitas secara umum?


1. Cara penurunan/penanganan Mortalitas tinggi
Secara umum ada 10 faktor yang menyebabkan turunnya reit kematian:
Industrialisasi
Pertanian yang maju
Membaiknya jaringan transportasi
Reformasi social
Kemampuan mengontrol temperature & Humiditas(kelembapan)
Perbaikan sanitasi
Perubahan2 dalam hieginie pribadi
Perkembangan asepsis dan antisepsis
Imunologi
Adaptasi manusia,meningkatnya resistensi terhadap penyakit2
Sumber;Pengantar Ilmu Kependudukan,Said Rusli.

6. Pengukuran dari mortalitas?

Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate).


adalah banyaknya kematian pada tahun tertentu,tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun.

Tingkat Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate)


adalah jumlah kematian penduduk pada tahun tertentu berdasarkan klasifikasi umur tertentu.

Tingkat Kematian Bayi { Infant Death Rate(IDR)/Infat Mortality Rate (IMR)}

Chabib Musthofa. Sosiologi Kependudukan

http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1798
7. Study mortalitas?
Study mortalitas
Studi mortalitas adalah bagian dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang
mengumpulkan data penyakit sebab kematian yang terjadi di masyarakat.
Studi mortalitas bertujuan mengetahui pola penyakit penyebab kematian dan besaran
permasalahan kematian di masyarakat Indonesia. Gambaran pola penyakit dan besaran
permasalahan akan merupakan baseline indikator bagi program kesehatan menuju
Indonesia Sehat 2010, outcome indikator dari program-program kesehatan yang telah
dilakukan, serta indikator proses dari program yang sedang berjalan.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-res-2002-tim-843-mortality&q=Rumah

yang direkam pada 20 Apr 2007 00:20:54 GMT


8. Apa saja yang mempengaruhi dari MMR ?
Host (Pejamu)
Host atau pejamu merupakan subjek dari pelayanan kesehatan, dalam kasus ini adalah ibu
ibu yang sedang hamil, melahirkan ataupun dalam masa nifas.
Berdasarkan kasus yang terjadi dalam skenario sebelumnya, angka kematian ibu menjadi
masalah yang serius bagi puskesmas desa pedes. Hal ini dikarenakan jumlah ibu yang
meninggal jauh diatas standar nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Ada banyak aspek yang diduga bisa mempengaruhi hal tersebut, dan aspek-aspek tersebut
akan dibahas satu persatu.
Usia
Penyebab kematian pada ibu yang pertama dapat dilihat dari usianya. Dalam sistem
reproduksi sehat diketahui bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 2030 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 2029 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Usia di
bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan
melahirkan. Komplikasi yang sering timbul pada kehamilan di usia muda adalah anemia,
partus prematur, partus macet. Sedangkan kehamilan di atas usia 35 tahun menyebabkan
ibu terkena risiko terjadinya hipertensi kehamilan, diabetes, penyakit kardiovaskuler,
penyakit ginjal dan gangguan fungsi paru. Dengan resiko-resiko tersebut sangat besar

kemungkinan untuk menyebabkan kematian pada ibu. Sehingga usia kehamilan yang
paling aman adalah usia 20 35 tahun.
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain
pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda cenderung tergantung pada
orang lain.2
Kebiasaan Hidup
Pengaruh lain yang berkaitan dengan kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) adalah
factor kebiasaan hidup.
Banyak kebiasaan hidup yang tidak sehat dan berpengaruh pada kesehatan ibu dan bayi
yang dikandungnya. Kebiasaan tersebut antara lain merokok dan juga mengkonsumsi
minuman beralkohol.
Banyak studi yang telah dilakukan untuk mencari tahu tentang bahaya merokok bagi
kesehatan, khususnya bagi wanita yang sedang mengandung.
Bagi wanita yang sedang hamil atau mengandung, merokok sama halnya dengan
membunuh janin, karena karbon monoksida dan nikotin akan ikut kedalam aliran darah
ke peredaran darah janin yang dikandungnya. Hal ini akan mengakibatkan ketersediaan
oksigen bagi janin akan berkurang, termasuk mempercepat denyut jantung janin. Resiko
kelahiran premature juga akan menjadi lebih besar. Nikotin yang terserap kedalam darah
pada wanita yang merokok juga dapat dikeluarkan melalui air susu ibu (ASI), sehingga
bayi yang menghisap ASI akan ikut tercemar nikotin.
Kebiasaan merokok pada wanita dapat ditemukan pada wanita perkotaan yang terjebak
dalam arus trend an gaya hidup, sedangkan pada wanita yang hidup di pedesaan,
kebiasaan merokok cenderung terjadi pada mereka yang masih menggunakan rokok
sebagai bagian dari ritual adat dan kebudayaan.3
Selain merokok, ada juga kebiasaan hidup lain yang berpengaruh pada kesehatan ibu dan
janin yang dikandungnya, yaitu mengkonsumsi minuman beralkohol.
Alcohol yang masuk kedalam tubuh ibu yang sedang mengandung akan dengan mudah
menembus kedalam plasenta. Hal ini akan memberikan dampak yang serius bagi janin.
Ibu yang sering mengkonsumsi alcohol akan memungkinkan terjadinya pembentukan
janin yang tidak sempurna seperti bibir terbelah, lumpuh, keabnormalan funsi jantung,
dan visceral. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengkonsumsi minuman beralkohil akan
memiliki berat badan yang rendah serta mengalami perkembangan yang lambat. Hal ini
dikenal dengan sebutan The Fetal Alcohol Syndrome. Selain akibat yang timbul pada

bayi yang dikandungnya, alcohol juga dapat berpengaruh pada proses kelahiran bayi yang
dikandung oleh sang ibu. Sang ibu akan kesulitan dalam proses melahirkan dan dapat
meninggal akibat kegagalan jantung yang berdenyut cepat akibat pengaruh alcohol yang
terkandung dalam darahnya.4
Pengetahuan
Pengetahuan yang baik akan menghasilkan kualitas hidup yang baik pula. Pengetahuan
bisa didapatkan dari berbagai sumber dan bersifat aktif dan pasif. Aktif jika subjek atau
host itu sendiri yang berusaha mencari tahu berbagai informasi pengetahuan untuk
kesejahteraan hidupnya. Sedangkan dikatakan pasif jika subjek atau host tersebut
menerima informasi pengetahuan tersebut dari orang lain melalui berbagi media
penyampaian, baik itu melalui penyyuluhan atau seminar atau pendekatan terpadu
lainnya.
Dari pengetahuan yang didapat, subyek atau host tersebut akan menerapkan pengetahuan
atau informasi tersebut kedalam kehidupannya.dalam kasus ini, akan dibahas
pengetahuan tentang gizi yang cukup selama masa kehamilan.
Berbicara tentang masalah kesehatan, tidak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang
gizi, mengingat gizi merupakan salah satu factor penting dalam menentukan kualitas
hidup. Oleh karena itu, untuk menjaga agar seseorang tetap sehat, harus diperhatikan
kecukupan dan keseimbangan gizi yang ada didalam makanannya setiap hari.
Kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh setiap orang tidaklah sama, tergantung pada usia,
kondisi kesehatan, kemampuan reproduksi, dan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan.
Perhitungan angka kecukupan gizi dapat mengacu pada aturan FAO, WHO, atau Karya
Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) yang lebih disesuaikan dengan kondisi masyarakat
Indonesia.5
Dalam kaitannya dengan ibu (hamil, melahirkan dan nifas), perubahan hormonalan fisik
perempuan yang terjadi selama hamil akan mempengaruhi pola konsumsi makanannya.
Pada kehamilan awal pada umumnya seorang perempuan (karena perubahan hormonnya)
akan mengalami mual dan muntah sehingga perempuan tersebut akan enggan untuk
mengkonsumsi makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Perubahan pola makan ini akan
berpengaruh pada keadaan gizi dan kesehatan yang dapat dicerminkan dengan
pertambahan berat badan selama kehamilan. Secara umum angka kecukupan zat gizi
untuk perempuan hamil dan menyusui jauh lebih tinggi dari keadaan normal.

Ibu ibu yang kekurangan gizi cenderung melahirkan bayi dengan berat badan rendah
karena kekurangan gizi pada saat berada dalam kandungan dan mungkin akan tetap
seperti itu pada awal awal tahun yang penting dalam kehidupannya.6
Oleh sebab itu, konsumsi makanan yang cukup bagi ibu yang sedang hamil, menentukan
kesehatan janin sampai kelak dilahirkan. Jika terjadi kekurangan gizi, pertumbuhan janin
akan terhambat, bayi lahir lebih awal (premature), bayi cacat, berat badan bayi rendah
(BBLR), dan dapat menyebabkan kematian ibu maupun bayi yang dilahirkan.7
Jumlah Anak
Terakhir adalah faktor jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu. Jumlah kelahiran yang
paling aman adalah 2-3 anak. Untuk ibu yang akan melahirkan untuk pertama kali
mempunyai resiko untuk mengalami kematian maternal dikarenakan sang ibu belum siap
secara mental dan secara fisik untuk melakukan kelahiran. Sedangkan ibu yang akan
melahirkan lebih dari 4 kali juga beresiko untuk mengalami kematian maternal karena
secara fisik sang ibu sudah mengalami kemunduran untuk menjalani proses kehamilan.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat, yaitu kurang dari 2 tahun dapat meningkatkan resiko
kematian maternal pada ibu. Jarak antar kehamilan yang paling baik adalah di atas dua
tahun agar tubuh sang ibu dapat pulih dari kebutuhan ekstra saat proses kehamilan dan
kelahiran.8
Lingkungan
Lingkungan juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi KIA.
Banyak aspek yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam suatu lingkungan.
Dalam hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan
nifas), ada dua aspek yang akan dibahas.
Yang pertama adalah aspek geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan mempengaruhi
kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu sendiri.
Kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana
transportasi tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk
menjangkau daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut akan terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak
ibu yang mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas,
sehingga angka kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.
Yang kedua adalah masalah social ekonomi. Kondisi keuangan yang tidak mencukupi
tentu menyulitkan para ibu (hamil, melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas
kesehatan yang memadai.

Oleh sebab itu, mereka cenderung memilih dukun beranak karena biaya yang dikeluarkan
tentu jauh lebih murah dibanding puskesmas.
Akibatnya, banyak ibu yang meniggal saat melahirkan karena pendarahan atau
mengalami infeksi akibat proses melahirkan yang tidak steril, dan berujung pada
kematian.
Pelayanan Kesehatan
Belakangan ini telah dikenal suatu konsep yang dinamai paradigm sehat.
Secara harafiah, paradigm sehat itu sendiri diartikan sebagai model kebijakan
pembangunan kesehatan baru yang bersifat holistic, melihat masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh banyak factor yang bersifat lintas sector dan upayanya lebih diarahkan
pada pemeliharaan, peningkatan, perlindungan kesehatan (promotif) dan pencegahan
terhadap ancaman penyakit (preventif) dan bukan hanya penyembuhan orang sakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan setelah sakit (rehabilitative).9
Dalam kaitannya dengan kasus banyaknya kematian ibu yang dialami oleh puskesmas
desa pedes, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konsep paradigma sehat tidak berjalan
di daerah tersebut. Padahal dalam keputusan menteri kesehatan nomor 128 tahun 2004
tentang kebijakan dasar puskesmas, telah tertian butir butir upaya kesehatan wajib yang
harus dilakukan oleh suatu puskesmas. Upaya tersebut antara lain :
1.
Upaya promosi kesehatan.
2.
Upaya kesehatan lingkungan.
3.
Upaya KIA serta KB.
4.
Upaya perbaikan gizi masyarakat.
5.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P3M).
6.
Upaya pengobatan.10
Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting dalam menggalakan
kehidupan masyarakat yang sehat, dalam kasus ini menekan jumlah kematian ibu (hamil,
melahirkan dan nifas).
Promosi kesehatan mampu memberikan titik terang baru dalam masyarakat agar
worldview mereka bisa berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Promosi
kesehatan juga membantu mengajar masyarakat tentang tata cara penanganan yang tepat
terhadap kaum ibu, baik yang sedang hamil, melahirkan maupun yang sedang menjalani
masa nifas. Dan dengan promosi kesehatan yang tepat, kunjungan ke puskesmas juga
akan meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan.
Dapat dipastikan bahwa dengan meningkatnya kunjungan ke puskesmas karena promosi
kesehatan yang baik, jumlah kematian ibu (hamil, melahirkan maupun nifas) pada

puskesmas desa pedes dapat ditekan dari angka 350/100.000 hingga kurang dari
288/100.000.
Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak kendala yang dialami oleh puskesmas di
daerah terpencil. Minimnya fasilitas kesehatan dan jarangnya kunjungan tenaga
kesehatan juga menjadi salah satu factor yang mempengaruhi tingginya angka kematian
ibu (hamil, melahirkan dan nifas).
Tim Kompre Angkatan 51 Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. 2012. Modul Kompre
Statistik Kependudukan. Jakarta.

9. Bagaimana cara menurunkan angka mortalitas pada MMR?


1. Status perkawinan
Mortalitas kelompok penduduk yang sudah menikah ternyata lebih rendah
dibandingkan dengan yang belum menikah, dan perbedaan untuk pria lebih
besar dari pada wanita. Hal ini sebagian disebabkan oleh faktor bahwa
perkawinan biasanya mensaratkan orang2 yang sehat, maupun karena perbedaan
kebiasaan dan kondisi hidup.
2. Tempat tinggal
Mortalitas didaerah pedesaan pada umumnya lebih rendah dibandingkan didaerah
kota, tetapi sekarang perbedaan tsb sudah berkurang. Beberapa penyakit
menyerang daerah beriklim panas, dan ada juga yang melanda tempat2 yang
dingin, akibatnya perbedaan iklim dapat juga menjadi faktor penyebab kematian.
Atas dasar alasan ini juga ditempat tinggal yang sama terjadi fluktuasi mortalitas
menurun.
3.
Cara hidup
Pada umumnya apabila kondisi sosial semakin memuaskan (diukur dari segi
kualitas perumahan, kebersihan, pelayanan kesehatan dll), angka kematian akan
menurun. Kebiasaan hidup, misal merokok, makan dan minum, dapat jg
mempengaruhi mortalitas.
4.
Faktor genetic
Beberapa penyakit ternyata dapat menular dari generasi yang satu ke generasi
yang lain dan dengan demikian terdapat juga beberapa alasan tertentu mengapa
para keluarga harus berusaha memperpanjang masa kehidupan. Walaupun
demikian jumlah penyakit seperti itu tidak begitu banyak, dan pengaruhnya

terhadap mortalitas dirasakan tidak menentu. Dengan demikian dewasa ini


perbedaan keturunan secara komparatif dianggap tdk berarti.
Munir, Rozi dan Budiarto, Teknik Demografi, Jakarta : PT. Bina Aksara
10. Sebutkan dan jelaskan komponen MDG?

1. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan


Mengurangi hingga separuh dari penduduk dunia yang berpenghasilan kurang dari 1 US$
sehari dan mengalami kelaparan, dalam kurun waktu 1990 hingga 2015.
2. Mencapai Pendidikan Dasar secara Universal
Target 2015: memastikan bahwa setiap anak laki laki dan perempuan mendapatkan dan
menyelesaikan tahap pendidikan dasar.
3. Mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan
Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam pendidikan dasar dan menengah
terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pendidikan pada tahun 2015.
4. Mengurangi tingkat kematian anak
Mengurangi tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun hingga dua-pertiganya
selama kurun waktu 1990 hingga 2015.
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
Mengurangi rasio kematian ibu hingga 75% dalam proses melahirkan, selama kurun
waktu 1990 hingga 2015.
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
Target 2015: menghentikan penyebaran HIV/AIDS dan menurunkan kejadian malaria dan
penyakit berat lainnya.
7. Menjamin keberkelanjutan lingkungan

Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam kebijakan


setiap negara dan program serta merehabilitasi sumber daya lingkungan yang hilang.
Pada tahun 2015 mendatang diharapkan jumlah orang yang tidak memiliki akses air
minum yang layak dikonsumsi dan sanitasi buruk berkurang setengahnya. Pada tahun
2020 mendatang diharapkan dapat mencapai perbaikan kehidupan yang signifikan bagi
sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang
melibatkan komitmen terhadap pengaturan manajemen yang jujur dan bersih,
pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional.
Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara tertinggal, dan kebutuhan khusus
dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil.
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang negara-negara
berkembang.
Mengembangkan usaha produktif yang baik dijalankan untuk kaum muda
http://www.ppk.lipi.go.id/ppk3/DataProvinsi/propsumut.htm

11. Apa saja yang mempengaruhi IMR?


a

Penyebab kematian bayi

Endogen : kematian yang di sebabkan oleh faktor-faktor anak yang dibawa


sejak lahir, diwarisi oleh orangtuanya pada saat konsepsi atau didapat dari
ibunya selama kehamilan

Eksogen : kematian bayi yang disebabkan oleh faktor-faktor bertalian


dengan pengaruh lingkungan luar

Kematian bayi dan balita umumnya disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian
atas (ISPA) dan diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman. Faktor gizi buruk

juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit menular, sehingga mudah


terinfeksi dan menyebabkan tingginya kematian bayi dan balita di sesuatu daerah.
Peristiwa kematian janin intrauterine maupun ekstrauterin
Macam2 peristiwa kematian janin (intrauterin) :
Abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu.
Immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada
umur kandungan 28 minggu.
Prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu
sampai waktu lahir.
Macam2 peristiwa kematian bayi (ekstra uterin):
Lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari
rahim, tidak ada tanda2 kehidupan.
Kematian baru lahir (neonatal death) :kematian bayi sebelum berumur 1 bulan
tetapi kurang dari 1 tahun.
Kematian lepas baru lahir (post neonatal death) :kematian bayi setelah berumur 1
bulan tetapi kurang dari setahun.
Kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga
berumur kurang dari 1 tahun.
Demograsi Umum, 2007, Prof.Ida Bagoes Mantra,Ph.D, Yogyakarta : PUSTAKA
PELAJAR

Cari mortality pattern?


Meningkat kurang dari satu tahun
Usia anak2-produktif menurun dan naik lagi pada waktu lansia

STEP 4
DEMOGRAPHY

NATALITAS

You might also like