Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
YUAN JAYA PRATAMA
NIM : 12.02.0034
1. PENDAHULUAN
Praktek lapangan merupakan kegiatan mahasiswa sebagai syarat untuk
menyelesaikan program studi pada suatu perguruan tinggi sebagai Tugas Akhir,
dimana dituntut untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama dibangku
kuliah dengan keadaan lapangan yang sebenarnya.
Penerapan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah tersebut sering mengalami
kendala dikarenakan terbatasnya ilmu yang diperoleh di Perguruan Tinggi yang
bersangkutan, baik terbatas sarana dan prasarana sebagai penunjang kuliah yang
disediakan oleh pihak Perguruan Tinggi maupun kemampuan dari mahasiswa itu
sendiri. Inilah yang diantisipikasikan dengan diharuskannya seorang mahasiswa pada
akhir studinya melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Adapun pelaksanaan praktek tersebut dilakukan pada perusahaan yang
bergerak pada bidang usaha sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari, dalam hal ini
bidang Pertambangan ( sesuai bidang ilmu dan jurusan yang dipraktekkan ).
Perusahaan yang ditunjukkan untuk kegiatan praktek tersebut adalah
perusahaan yang bersedia membina dan mengarahkan serta bersedia memberikan
pengalaman ilmu praktek secara langsung di lapangan kepada mahasiswa/i yang
melaksanakan praktek. Hal ini penting diperhatikan, karena melalui praktek lapangan
diharapkan sumberdaya manusia meningkat hingga mendapatkan pengalaman kerja
yang dapat memberikan masukkan kepada pihak perusahaan terhadap segala analisa
yang akan dilakukan. Sesuai dengan analisa inilah yang menjadi dasar praktikan
memilih tempat praktek Lapangan pada IUP PT. TUNAS INTI ABADI.
NAMA
NIM
JUDUL
1.
12.02.0034
PERENCANAAN TAMBANG
BATUBARA
3.
TUJUAN
1. Menggabungkan semua pengetahuan dan konsep-konsep ilmu pertambangan
kedalam suatu perancangan, perencanaan dan evaluasi dari suatu tambang terbuka
yang modern.
a. Evaluasi Model Blok Cebakan Mineral
b. Perancangan Batas Penambangan (Final / Ultimate Pit Limit)
c. Pentahapan Tambang (Mine Phases / Pushbacks)
d. Penjadwalan Produksi Tambang (Mine Production Schedule)
e. Perancangan Tempat Penimbunan (Waste Dump Design)
f. Perhitungan Kebutuhan Alat dan Tenaga Kerja
g. Perhitungan Capital and Operating Costs
h. Evaluasi Finansial
Aspek-aspek pekerjaan yang terkait dengan elemen geometrik (misalnya
butir b s/d e di atas) biasanya disebut aspek perancangan tambang atau mine
design. Adapun aspek non-geometrik dari butir-butir di atas (f, g, h) sering
dikategorikan sebagai aspek perencanaan tambang atau mine planning.
2. Membahas dan mempelajari beberapa topik yang terkait dengan pertambangan.
a. Penjadwalan Proyek (Project Scheduling)
b. Perencanaan Tambang Jangka Pendek
c. Pengontrolan Kualitas
d. Persyaratan Lingkungan
Selain itu
4.
5. METODE PRAKTEK
Metode yang digunakan ada 3, yaitu :
1. Metode Pustaka atau Studi Literatur
Dalam metode ini mengambil bahan atau sumber bacaan dari buku-buku resmi
atau referensi sebagai masukan utama.
6.
DASAR TEORI
6.1 STRATIGRAFI REGIONAL DAERAH TANAH BUMBU
Daerah praktek menurut tatanan tektonik termasuk ke dalam Cekungan
Pasir, dimana daerah praktek diduga berlangsung pada Jaman Jura yang
mengakibatkan bercampurnya batuan pratersier seperti ultramafik, batuan
bancuh, sekis garnet amfibol dan batupasir terkersikkan. Genangan laut dan
kegiatan gunungapi terjadi pada Jaman Kapur Akhir bagian bawah yang
menghasilkan Formasi Pitap, Formasi Manunggul, Formasi Haruyan dan Formasi
Paau. Pada Jaman Kapur akhir bagian atas terjadi kegiatan magma yang
menghasilkan terobosan diorit. Diorit ini menerobos batuan alas Formasi Pitap
dan batuan-batuan yang lebih tua. Pengangkatan dan pendataran terjadi pada
Awal Paleosen-Eosen yang diikuti pengendapan Formasi Tanjung bagian bawah,
sedangkan bagian atas formasi ini terbentuk saat genanglaut. Paparan karbonat
Formasi Berai terbentuk dalam kondisi genanglaut Oligosen. Pada Misoen
Tengah terjadi susutlaut dan bersamaan dengan pengendapan Formasi Warukin
dalam suasana darat. Kegiatan tektonik terjadi lagi pada Miosen Akhir yang
mengakibatkan hampir seluruh batuan Mesozoikum membentuk Tinggian
Meratus yang memisahkan Cekungan Barito dan Cekungan Pasir. Pada akhir
Miosen Akhir batuan-batuan pratersier dan tersier terlipat kuat dan tersesarkan.
Pada Plio-Plistosen berlangsung lagi pendataran dan pengendapan Formasi
Dahor pada Pliosen dan kemudian diikuti pengendapan Aluvium.
Susunan batuan yang terdapat pada formasi-formasi batuan disekitar daerah
penyelidikan, secara regional dapat dijelaskan dari formasi batuan yang termuda
sampai yang tertua adalah sebagai berikut : Endapan Alluvium, endapan alluvium
merupakan satuan batuan yang paling muda yang dijumpai di daerah
penyelidikan, satuan batuan ini berumur kuarter, menempati daerah pantai dan
pinggiran sungai-sungai besar, satuan ini tersusun oleh litologi lempung, lanau,
pasir dan kerikil, dimana sifat batuan pada satuan aluvium ini belum kompak dan
masih terurai (unconsolidated), dan diendapkan secara tidak selaras terhadap
batuan sekitarnya. Formasi Dahor, tersusun oleh batupasir kuarsa, mudah hancur,
setempat bersisipan lempung, lignit, limonit, kerakal kuarsa asap dan basal.
Terendapkan di lingkungan paralis, tebal formasi ini diperkirakan sekitar 750
meter. Formasi Warukin, tersusun atas batupasir kuarsa, berbutir sedang-kasar,
kurang padat, setempat konglomeratan, mengandung sisipan batulempung.
batulanau dan batubara.
sampai kecoklatan, umunya berlapis dan padat serta keras. Formasi ini
diendapakan silang jemari dengan formasi atas dan bawahnya. Formasi Tanjung,
berupa
perselingan
batupasir,
batulempung,
batulanau,
konglomerat
dan batubara. Batuan PraTersier, adalah satuan batuan tertua yang mengisi
Cekungan Pasir, terdiri atas batuan ultramafik, serpentinit, batuan bancuh, sekis
garnet amfibol, batupasir terkersikkan. Formasi ini diendapkan secara tidak
selaras terhadap seluruh formasi yang ada. Dari kesemua formasi yang telah
disebutkan di atas, Formasi Warukin dan Tanjung merupakan formasi pembawa
batubara di lokasi praktek.
10
11
12
Pengaruh dari berbagai kadar batas (cut off grade) dan berbagai tingkat
produksi batubara dievaluasi dengan menggunakan kriteria nilai waktu dari
uang, misalnya net present value. Hasilnya akan dipakai untuk menentukan
sasaran jadwal produksi yang akan memberikan tingkat produksi dan strategi
kadar batas yang terbaik.
4. Perencanaan tambang berdasarkan urutan waktu
Dengan menggunakan sasaran jadwal produksi yang dihasilkan pada tahap
3), gambar atau peta-peta rencana penambangan dibuat untuk setiap periode
waktu (biasanya per tahun). Peta-peta ini menunjukkan dari bagian mana di
dalam tambang batubara untuk tahun. Rencana penambangan tahunan ini
sudah cukup rinci, di dalamnya sudah termasuk pula jalan angkut dan ruang
kerja alat, sedemikian rupa sehingga merupakan bentuk yang dapat
ditambang. Peta rencana pembuangan lapisan penutup (waste dump) dibuat
pula untuk periode waktu yang sama sehingga gambaran keseluruhan dari
kegiatan penambangan dapat terlihat.
5. Pemilihan alat
Berdasarkan peta-peta rencana penambangan dan penimbunan lapisan
penutup dari tahap 4) dapat dibuat profil jalan angkut untuk setiap periode
waktu. Dengan mengukur profil jalan angkut ini, kebutuhan armada alat
angkut dan alat muatnya dapat dihitung untuk setiap periode (setiap tahun).
Jumlah alat bor untuk peledakan serta alat-alat bantu lainnya (dozer, grader,
dll.) dihitung pula.
6. Perhitungan ongkos-ongkos operasi dan kapital
Dengan menggunakan kerja (operating shift) yang diperlukan untuk
mencapai sasaran produksi. Jumlah dan jadwal kerja dari personil yang
dibutuhkan untuk operasi, perawatan dan pengawasan dapat ditentukan.
Akhirnya, ongkos-ongkos operasi, kapital dan penggantian alat dapat
dihitung.
13
14
6.4.2
BIAYA PERENCANAAN
Biaya perencanaan (Lee, 1984) bervariasi bergantung kepada ukuran
dan faktor alamiah proyek, tipe dari studi yang dilakukan, jumlah alternatif
yang harus diteliti dan sejumlah faktor lain. Atau bisa dinyatakan dalam
persamaan berikut :
Biaya = f (ukuran & sifat dari proyek, jenis studi, jumlah alternatif yang
diinvestigasi, dll).
Dalam rangka menghitung biaya atau bagian teknik dari studi tidak termasuk
seperti ongkos pemilikan seperti ongkos pengeboran eksplorasi, uji
15
Studi kelayakan
6.4.3
seharusnya
mendefinisikan
area
dikalkulasikan
tambahan
yang
dengan
baik
untuk
berpengaruh
untuk
16
2. Untuk kerja
Unit-unit dari penambangan open pit sudah memiliki rate unjuk kerja
yang stabil dan biasanya dicapai jika bekerja dalam organisasi yang baik
dan pengorganisasian alat (misal Shovel dan Truck) secara tepat. Unjuk
kerja akan terganggu jika pekerjaan tambahan (pengupasan tanah
penutup dalam sebuah pit) tidak mencukupi. Pemeliharaan harus
dilakukan dan pekerjaan ini harus dijadwalkan secara baik dan
disediakan dalam laporan studi kelayakan.
3. Biaya
Beberapa mata biaya, terutama ongkos oeprasi di lapangan, hanya
berbeda sedikit dari tiap tambang dan dapat diketahui secara detail.
Beberapa mungkin unik atau sukar untuk diperkirakan. Umumnya
akurasi dalam modal atau estimasi biaya operasi kembali kepada akurasi
dalam kuantitas, kuota yang ada atau unit harga, kecukupan ketentuan
untuk ongkos tidak langsung dan overhead. Tendensi terakhir
menunjukkan adanya batas yang meningkat. Akurasi dari modal dan
estimasi dari biaya operasi meningkat ketika proyek meningkat dari studi
konseptual ke pra kelayakan dan tahap studi kelayakan. Normalnya range
yang bisa diterima untuk akurasi diberikan sebagai berikut :
Faktor kesalahan dari studi konseptual + 30% dari biaya total
Faktor kesalahan dari pra studi kelayakan + 20% dari biaya total
Faktor kesalahan dari studi kelayakan + 10% dari biaya total.
4.
17
6.4.4
Checklist Item
1. Topografi
a. USGS maps 1 : 500
1 : 1000
18
19
20
12. Smelting
a. Ketersediaan pabrik.
b. Metode pengapalan : jarak, alat angkut, awak, reet, dll.
c. Biaya.
d. Aspek terhadap lingkungan.
e. Rel KA, dok.
13. Kepemilikan lahan
a. Kepemilikan : begara, pribadi.
b. Tata guna lahan.
c. Harga tanah.
d. Jenis oplians : sewa, beli, dll.
14. Pemerintah
a. Suasana politik.
b. Hukum, UU pertambangan.
c. Keadaan lokal.
15. Kondisi ekonomi
a. Industri utama yang ada, berpengaruh ke infrastruktur.
b. Kesediaan tenaga kerja.
c. Skala penggalian.
d. Struktur pajak.
e. Ketersediaan sarana, toko, rumah sakit, sekolah, rumah.
f. Ketersediaan material, termasuk bensin, semen, gravel.
g. Pembelian.
16. Lokasi Pembuangan (waste) : tambang, rumah sakit, perumahan
a. Jarak.
b. Profil jalan.
c. Kekungkinan proses lebih lanjut.
17. Aksessibilitas dari kota utama ke luar
a. Metode transportasi.
b. Realibilitas dan transportasi yang tersedia.
21
c. Komunikasi.
18. Metode mendapatkan informasi
a. Past records (pemerintah).
b. Memelihara alat-alat komunikasi
c. Mengunpulkan contoh.
d. Pengukuran dan pengamatan lokasi lapangan.
e. Survey lapangan
f. Layout pabrik.
g. Check untuk load informasi
h. Check hukum lokal.
i. Personal inquiry dan observasi suasana politik dan ekonomi.
j. Peta-peta.
k. Cost inquiries.
l. Material.
m. Membuat utility, avaliability, inquiries
22
7. DAFTAR PUSTAKA
http://edo.webmaster.am/stratigrafigeologidaerahtanahbumbu.html
www.wikipedia.com
23
9. JADWAL PRAKTEK
Terlampir
24
25
LAMPIRAN 1 :
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Metode Penulisan
1.4. Batasan Masalah
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran-Saran
Keterangan :
*) : ISI/PEMBAHASAN Sesuai dengan judul yang disetujui.
26
LAMPIRAN 2 :
Kegiatan
Minggu ke1
Orientasi lapangan
BAB I
BAB II
BAB III
BAB PENUTUP
Konsultasi
Analisa
Keterangan :
....Warna Menunjukan Pelaksanaan Kegiatan Praktek Lapangan
27
CURRICULUM VITAE
Nama
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen Protestan
Suku
Pekerjaan
(ATPN) Banjarbaru,
Kalimantan Selatan
Pendidikan
Kontak Personal
: yuanjayapratama@gmail.com
Alamat Rumah
Alamat Kampus
: (0511) 4772943
Email Kampus
: atpn_banjarbaru@yahoo.com
Website
: www.atpn-bjb.ac.id
28