Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Acute lung edema adalah akumulasi cairan diparu-paru yang terjadi secara
mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan intravascular yang tinggi (edema
paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru
non kardiak) yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat. Pada
sebagian besar edema paru secara klinis mempunyai kedua aspek tersebut di atas,
sebab sangat sulit terjadi gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan
tekanan pada mikrosirkulasi atau sebaliknya. Walaupun demikian penting sekali
untuk menetapkan faktor mana yang dominan dari kedua mekanisme tersebut sebagai
pengobatan.1
Menurut Harun S dan Sally N (2009) acute lung edema adalah akumulasi
cairan di intersisial dan alveolus paru yang terjadi secara mendadak. Hal ini dapat
disebabkan oleh tekanan intravaskular yang tinggi (edema paru kardiak) atau karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang
mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat sehingga terjadi gangguan
pertukaran udara di alveoli secara progresif dan mengakibatkan hipoksia.2
Acute lung edema adalah suatu keadaan gawat darurat dengan tingkat
mortalitas yang masih tinggi. Penatalaksanaan dari acute lung edema sangat penting
untuk mencegah kematian, perawatan terhadap pasien acute lung oedema ditujukan
untuk meminimalkan keluhan dan stres serta untuk membatasi perluasan kerusakan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Edema paru akut adalah akumulasi cairan di intersisial dan alveolus paru yang
terjadi secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan intravaskular yang
tinggi (edema paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
(edema paru non kardiak) yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan secara
cepat sehingga terjadi gangguan pertukaran udara di alveoli secara progresif dan
mengakibatkan hipoksia.2,3
2.3
Klasifikasi
Klasifikasi edema paru berdasarkan mekanisme pencetus :2
pada
hipoalbuminemia
akan
menimbulkan
edema
paru.
membran
kapiler
alveoli:
(ARDS
= Adult
2.2
Emboli paru
Eklamsia
Pasca anastesi
Post cardiopulmonary bypass
Mekanisme
Pada paru normal (gambar 1), cairan dan protein keluar dari mikrovaskular
terutama melalui celah kecil antara sel endotel kapiler ke ruang interstitial sesuai
dengan selisih antara tekanan hidrostatik dan osmotik protein, serta permeabilitas
membran kapiler. Cairan dan solute yang keluar dari sirkulasi ke ruang alveolar
intertisial pada keadaan normal tidak dapat masuk ke ruang alveolar hal ini
disebabkan epitel alveolus terdiri atas ikatan yang sangat rapat. Selain itu, ketika
cairan memasuki ruang intertisial, cairan tersebut akan dialirkan ke ruang
peribronkovaskular, yang kemudian dikembalikan oleh sistem limfatik ke sirkulasi.
Perpindahan protein plasma dalam jumlah lebih besar tertahan. Tekanan hidrostatik
yang diperlukan untuk filtrasi cairan keluar dari mikrosirkulasi paru sama dengan
tekanan hidrostatik kapiler paru yang dihasilkan sebagian oleh gradien tekanan
onkotik protein.4
akan
mengalami
hipertrofi
dan
mempunyai
kemampuan
untuk
mentransportasi filtrat kapiler dalam jumlah yang lebih besar yang dapat
mencegah terjadinya edema. Sehingga sebagai konsekuensi terjadinya edema
interstitial, saluran nafas yang kecil dan pembuluh darah akan terkompresi.2
2.4
aktif natrium dan klorida melintasi barier epitel alveolar. Bagian utama reabsorbsi
natrium dan klorida adalah ion channelsepitel yang terdapat pada membran apikal sel
epitel alveolar tipe I dan II serta epitel saluran nafas distal. Natrium secara aktif
ditranspor keluar ke ruang interstitial dengan cara Na/ K-ATPase yang terletak pada
membran basolateral sel tipe II. Air secara pasif mengikuti, kemungkinan
melalui aquaporins yang merupakan saluran air yang ditemukan terutama pada epitel
alveolar sel tipe I.5
Edema paru akut kardiogenik ini merupakan bagian dari spektrum
klinis Acute Heart Failure Syndrome (AHFS). AHFS didefinisikan sebagai
munculnya gejala dan tanda secara akut yang merupakan sekunder dari fungsi jantung
yang tidak normal.4
Secara patofisilogi edema paru kardiogenik ditandai dengan transudasi cairan
dengan kandungan protein yang rendah ke paru akibat terjadinya peningkatan
tekanan di atrium kiri dan sebagian kapiler paru. Transudasi ini terjadi tanpa
perubahan pada permiabilitas atau integritas dari membran alveoli-kapiler dan hasil
akhir yang terjadi adalah penurunan kemampuan difusi, hiposemia dan sesak nafas.2
peningkatan tekanan di atrium kiri, dapat memperbaiki pertukaran udara diparu dan
meningkatkan kemampuan difusi dari gas karbon monoksida. Pada keadaan ini akan
terjadi sesak nafas saat melakukan aktivitas fisik dan disertai ronkhi inspirasi akibat
terbukanya saluran nafas yang tertutup.2
Apabila keadaan berlanjut hingga derajat berikutnya atau stage 2, edema
interstitial diakibatkan peningkatan cairan pada daerah interstitial yang longgar
dengan jaringan perivaskular dari pembuluh darah besar, hal ini akan mengakibatkan
hilangnya gambaran paru yang normal secara radiografik dan petanda septum
interlobuler (garis Kerley B). Pada derajat ini akan terjadi kompetisi untuk
memperebutkan tempat antara pembuluh darah, saluran nafas dan peningkatan jumlah
cairan didaerah di interstitium yang longgar tersebut, dan akan terjadi pengisian di
lumen saluran nafas yang kecil yang menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi akan mengakibatkan terjadinya
hipoksemia yang berhubungan dengan ventilasi yang semakin memburuk. Pada
keadaan infark miokard akut misalnya, beratnya hipoksemia berhubungan dengan
tingkat peningkatan tekanan baji kapiler paru. Sehingga seringkali ditemukan
manifestasi klinis takipnea.2
Pada proses yang terus berlanjut atau meningkat menjadi stage 3 dari edema
paru tesebut, proses pertukaran gas sudah menjadi abnormal, dengan hipoksemia
yang berat dan seringkali hipokapnea. Alveolar yang sudah terisi cairan ini terjadi
akibat sebagian besar saluran nafas yang besar terisi cairan berbusa dan mengandung
darah, yang seringkali dibatukkan keluar oleh si pasien. Secara keseluruhan kapasitas
vital dan volume paru semakin berkurang di bawah normal. Terjadi pirai dari kanan
ke kiri pada intrapulmonal akibat perfusi dari alveoli yang telah terisi cairan.
Walaupun hipokapnea yang terjadi pada awalnya, tetapi apabila keadaan semakin
memburuk maka dapat terjadi hiperkapnea dengan asidosis respiratorik akut apalagi
bila pasien sebelumnya telah menderita penyakit paru obstruktif kronik. Dalam hal ini
terapi morfin yang telah diketahui memiliki efek depresi pada pernafasan, apabila
akan dipergunakan harus dengan pemantau yang ketat.2
Diagnosis
Tampilan klinis edema paru kardiogenik dan nonkardiogenik mempunyai
beberapa kemiripan.
1. Anamnesis
Anamnesis dapat menjadi petunjuk ke arah kausa edema paru, misalnya
adanya riwayat sakit jantung, riwayat adanya gejala yang sesuai dengan gagal
jantung kronis. Edema paru akut kardiak, kejadiannya sangat cepat dan terjadi
hipertensi pada kapiler paru secara ekstrim. Keadaan ini merupakan pengalaman
yang menakutkan bagi pasien karena mereka batuk-batuk dan seperti seseorang
yang akan tenggelam.2,4
2. Pemeriksaan Fisik
Terdapat takipnea, ortopnea (manifestasi lanjutan). Takikardia, hipotensi atau
tekanan darah bisa meningkat. Pasien biasanya dalam posisi duduk agar dapat
mempergunakan otot-otot bantu nafas dengan lebih baik saat respirasi atau
sedikit membungkuk ke depan, akan terlihat retraksi inspirasi pada sela
interkostal dan fossa supraklavikula yang menunjukkan tekanan negatif
intrapleural yang besar dibutuhkan pada saat inspirasi, batuk dengan sputum
yang berwarna kemerahan (pink frothy sputum) serta JVP meningkat. Pada
10
pemeriksaan paru akan terdengar ronki basah setengah lapangan paru atau lebih
dan terdapat wheezing. Pemeriksaan jantung dapat ditemukan gallop, bunyi
jantung 3 dan 4. Terdapat juga edema perifer, akral dingin dengan sianosis.2,4
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang relevan diperlukan untuk mengkaji etiologi
edema paru. Pemeriksaan tersebut diantaranya pemeriksaan hematologi / darah
rutin, fungsi ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa, analisa gas darah, enzim
jantung (CK-MB, troponin I) dan Brain Natriuretic Peptide (BNP). BNP dan
prekursornya Pro BNP dapat digunakan sebagai rapid test untuk menilai edema
paru kardiogenik pada kondisi gawat darurat. Kadar BNP plasma berhubungan
dengan
pulmonary
artery
ventricular
end-
diastolic pressure dan left ventricular ejection fraction. Khususnya pada pasien
gagal jantung, kadar pro BNP sebesar 100pg/ml akurat sebagai prediktor gagal
jantung pada pasien dengan efusi pleura dengan sensitifitas 91% dan spesifisitas
93%.4,5 Richard dkk melaporkan bahwa nilai BNP dan Pro BNP berkorelasi
dengan LV filling pressure.6 Pemeriksaan BNP ini menjadi salah satu test
diagnosis rutin untuk menegakkan gagal jantung kronis berdasarkan pedoman
diagnosis dan terapi gagal jantung kronik Eropa dan Amerika. Bukti penelitian
menunjukkan bahwa Pro BNP/BNP memiliki nilai prediksi negatif dalam
menyingkirkan gagal jantung dari penyakit lainnya (AHA, 2009).7
4. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto thorax menunjukkan jantung membesar, hilus yang melebar, pedikel
vaskuler dan vena azygos yang melebar serta sebagai tambahan adanya garis
kerley A, B dan C akibat edema interstisial atau alveolar seperti pada gambaran
ilustrasi 2.5.2,9 Lebar pedikel vaskuler < 60 mm pada foto thorax PosteroAnterior terlihat pada 90% foto thorax normal dan lebar pedikel vaskuler > 85
mm ditemukan 80% pada kasus edema paru. Sedangkan vena azygos dengan
diameter > 7 mm dicurigai adanya kelainan dan dengan diameter > 10mm sudah
pasti terdapat kelainan, namun pada posisi foto thorax terlentang dikatakan
abnormal jika diameternya > 15 mm. Peningkatan diameter vena azygos > 3 mm
11
Gambaran Radiologi
Edema Kardiogenik
Ukuran Jantung
Biasanya Normal
Biasanya normal
Distribusi Vaskuler
Seimbang
Normal/seimbang
Distribusi Edema
Rata / Sentral
Efusi pleura
Ada
Penebalan Peribronkial
Ada
Garis septal
Ada
Air bronchogram
Selalu ada
12
5.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ini merupakan gold standard untuk mendeteksi disfungsi
ventrikel kiri. Ekokardiografi dapat mengevalusi fungsi miokard dan fungsi katup
13
minggu. Penyebab dari non iskemik ini belum diketahui tetapi beberapa keadaan
yang dikatakan dapat menjadi penyebab, antara lain: iskemia sub-endokardial
yang berhubungan dengan peningkatan tekanan pada dinding, peningkatan akut
dari tonus simpatis kardiak atau peningkatan elektrikal akibat perubahan
metabolik atau ketokolamin.2
14
Penatalaksanaan
15
(40-50%)
diberikan
sampai
dengan
8L/menit,
untuk
mempertahankan PaO2, kalau perlu dengan masker. Jika kondisi pasien makin
memburuk, timbul sianosis, makin sesak, takipneu, ronki bertambah, PaO2 tidak bias
mempertahankan 60mmHg dengan terpi O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi
CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekut, maka
perlu dilakukan intubasi endotrakeal, suction dan penggunaan ventilator.1
2.
sistolik cukup baik (>95 mmHg). Nitrogliserin intravena dapat diberikan dimulai
dengan dosis 0.3-0.5 mg/kg BB. Jika nitrogliserin tidak member hasil yang
memuaskan, maka dapat diberikan nitroprusid. 1
3.
Morfin Sulfat.
Diberikan 3-5 mg i.v, dapat diulangi tiap 15 menit. Sampai total dosis 15 mg
Diuretik i.v
Diberikan furosemid 40-80 mg i.v., bolus, dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan setelah 4 jam, atau dilanjutkan dengan drip koninyu sampai dicapai
produksi urin 1 ml/kg BB/jam.1
16
5.
Nitroprusid i.v: dimulai dosis 0,1 mg/kg BB/menit. Diberikan pada pasien
yang tidak memperlihatkan respons yang baik dengan terpi nitrat atau pada
pasien dengan regurgitasi mitral, regurgitasi aorta, hipertensi berat. Dosis
dinaikkan sampai didapat tekanan darah sitolik 85-90 mmHg pada pasien
yang tadinya mempunyai tekanan darah yang normal atau selama dapat
17
Keterangan:
18
yang
sedikit,
19
20
edema
paru
maka
ultrafiltrasi
terisolasi
venovenous
harus
dipertimbangkan.
2.7.
Prognosis
Hingga saat ini mortalitas akibat edema paru akut termasuk yang disebabkan
kelainan kardiak masih tinggi. Setelah mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat
pasien dapat membaik dengan cepat dan kembali pada keadaan seperti sebelum
serangan. Kebanyakan dari mereka yang selamat mengatakan sangat kelelahan pada
saat serangan tersebut. Diantara beberapa gejala edema paru ini terdapat tanda dan
gejala gagal jantung.1
Prognosis jangka panjang dari edema paru akut ini sangat tergantung dari
penyakit yang mendasarinya, misalnya infark miokard akut serta keadaan
komorbiditas yang menyertai seperti diabetes melitus atau penyakiit ginjal terminal.
Sedangkan predictor dari kematian dirumah sakit antara lain adalah : diabetes,
dissfungsi ventrikel kiri, hipotensi atau syok dan kebutuhan akan ventilasi mekanik.1
21
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama pasien
: Tn. S
22
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 58 Tahun
Alamat
MR
: 887825
Tanggal masuk
: 17 April 2015
Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan utama
Sesak nafas sejak 2 bulan SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Sejak 2 bulan SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas, sesak hilang timbul,
sesak timbul saat beraktivitas dan emosi, sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca dingin,
makanan, debu, asap. Sesak membuat pasien sering terbangun pada malam hari.
Pasien mengaku pernah bengkak pada salah satu kakinya.
Sesak nafas kemudian memberat sejak 3 jam SMRS dan terus menerus.
Pasien mengaku tidur dengan 2 bantal dan lebih senang miring ke kanan.
Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah nyeri ulu hati, perut kembung,
mual muntah (-), nyeri dada menjalar (-), batuk (-), BAK serta BAB tidak ada
keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat HT disangkal
Riwayat DM disangkal
23
Riwayat HT disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat merokok (+), merokok 2-3 bungkus perhari, namun telah berhenti
sejak 2 bulan yang lalu
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Kesadaran
: Komposmentis
Keadaan umum
Tekanan darah
: 130/100 mmHg
Nadi
: 80 x/ menit
Suhu
Pernapasan
: 30 x per menit
: Tidak anemis
Sklera
: Tidak ikterik
Edema palpebra
: Tidak ada
Eksoftalmus
: Tidak ada
24
Mukosa bibir
JVP
KGB
: Tidak membesar
Kelenjar tiroid
: Tidak membesar
Pemeriksaan Toraks
1. Paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2. Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas kanan
Batas kiri
Auskultasi
3. Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
: BU (+) normal
Palpasi
Perkusi
4. Ekstremitas
Akral
: Hangat (+/+)
Edema tungkai
: (-/-)
CRT
: < 2 detik
Clubbing finger
: (-)
25
Pemeriksaan Penunjang
EKG (IGD 17 APRIL 2015)
Rontgen Toraks
26
Interpretasi :
Trakea di tengah
Kesan : Kardiomegali
27
Laboratorium (18/4/2015)
Leukosit
: 10.200 /ul
HB
: 14.3 g/dl
HT
: 44 %
PLT
: 259 /ul
Elektrolit
Na+
: 140 mmol/L
K+
: 3.0 mmol/L
Ca++
: 0.30 mmol/L
RESUME
Tn. S 58 tahun datang ke IGD RSUD AA dengan keluhan sesak nafas sejak 2
bulan SMRS pasien, sesak hilang timbul, sesak timbul saat beraktivitas dan emosi,
sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca dingin, makanan, debu, asap. Sesak membuat
pasien sering terbangun pada malam hari. Pasien mengaku pernah bengkak pada
salah satu kakinya. Sesak kemudian memberat sejak 3 jam SMRS dan terus menerus.
Pasien mengaku tidur dengan 2 bantal dan lebih senang miring ke kanan.
Pada pemeriksaan fisik kepala dan leher tidak ditemukan kelainan.
pemeriksaan fisik jantung didapatkan gallop (+), pemeriksaan fisik paru didapatkan
Ronkhi basah basal
DAFTAR MASALAH
28
Sindroma dyspepsia
Rencana Pemeriksaan
Echocardiography
Rencana Penatalaksanaan
Nonfarmakologis :
Istirahat + Memposisikan semi fowler
Diet rendah kalori mudah dicerna
O2 Nasal Kanul 3 lpm
Farmakologis :
ISDN 2X5 mg
Omeprazol 1x1
Clopidogrel 1x75 mg
Ramipril 1x2,5 mg
Aspilet 1x80 mg
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
didapatkan bahwa pasien mengalami Acute Lung Edema ec. susp. akut infark
miokard anterolateral dan sindroma dyspepsia. Diagnosis Acute Lung Edema ec.
susp. akut infark miokard anterolateral ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan
yang dialami pasien yaitu sesak nafas yang memberat 3 jam SMRS, dirasakan terus
menerus. Pasien mengaku tidur dengan 2 bantal dan lebih senang miring ke kanan .
29
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan perut kembung sehingga ditegakkan
diagnosis syndroma dyspepsia.
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Acute Lung Edema karena adanya
keluhan sesak nafas sejak 2 bulan SMRS, sesak hilang timbul, sesak timbul saat
beraktivitas dan emosikeluhan sesak nafas yang memberat 3 jam SMRS bersifat terus
menerus. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan intravascular yang tinggi (edema
paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru
non kardiak) yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat. Pada
sebagian besar edema paru secara klinis mempunyai kedua aspek tersebut di atas,
sebab sangat sulit terjadi gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan
tekanan pada mikrosirkulasi atau sebaliknya.
Hasil pemeriksaan fisik kepala dan leher tidak ditemukan kelainan.
pemeriksaan fisik jantung didapatkan gallop (+), pemeriksaan fisik paru didapatkan
Ronkhi basah basal +/+, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Dari
pemeriksaan ekg yang dilakukan, terdapat sinus takikardi + anterolateral acut
infarction. Dari pemeriksaan foto rongten toraks didapatkan kesan kardiomegali. Hal
ini memperkuat diagnosis Acute Lung Edema pada pasien ini
KESIMPULAN
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan pasien ini mengalami Acute Lung Edema ec. susp. akut infark miokard
anterolateral.
DAFTAR PUSTAKA
30
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi l, Simadibrata M, Alwi l, dkk. Ed. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta : Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.
2. Harun S dan Sally N. Edema Paru Akut. 2009. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 5th
Ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. p. 1651-1653
3. Soemantri. 2011. Cardiogenic Pulmonary Edema. Naskah Lengkap PKB XXVI
Ilmu Penyakit Dalam 2011. FKUNAIR-RSUD. DR Soetomo Surabaya, hal 11319
4. Maria I. 2010. Penatalaksanaan Edema Paru pada Kasus VSD dan Sepsis
VAP.Anestesia & Critical Care.Vol 28 No.2 Mei 2010.52
5. Lorraine et al. Acute Pulmonary Edema. N Engl J Med. 2005;353:2788-96.
6. Pasquate et al. Plasma surfactant B : A novel Biomarker in Chronic Heart
Failure. Circulation 2004 : 110 : 1091-1096
7. AHA. 2009 Focused Update: ACCF/AHA Guidelines for the Diagnosis and
Management of Heart Failure in Adults. Circulation 2009, 119:1977-2016:
8. Koga dan Fujimoto. Kerleys A, B and C Lines. NEJM. 360;15 nejm.org april 9,
2009
9. Cremers et al. 2010. Chest X-Ray Heart Failure. The Radiology Assistant.
(Online). Tersedia:Http://www.radiologyassistant.nl/en/p4c132f36513d4/ chest-xray-heart-failure.html. (24 November 2012)
10. ESC. 2012. Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic
Heart Failure 2012. European Heart Journal (2012) 33, 17871847
doi:10.1093/eurheartj/ehs104
31