You are on page 1of 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vitamin A sangat penting bagi tubuh manusia. Berdasarkan hasil penelitian
dan pengalaman empiris faktor gizi terbukti berpengaruh terhadap pengembangan
kualitas sumberdaya manusia. Strategi kebijaksanaan pangan dan gizi dalam
menghadapi perkembangan dan kecenderungan perubahan-perubahan status gizi
memerlukan pendekatan operasional yang berbeda sesuai dengan masalah gizi
yang dihadapi.
Pada hal ini khususnya dengan kekurangan vitamin A atau sering di sebut
defisiensi vitamin A masih banyak iderita oleh sebagian penduduk Indonesia. Hal
ini merupakan tantangan serius dalam usaha pembangunan kualitas sumberdaya
manusia.
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang
berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat
beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain
retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali
merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa
inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. [1] Vitamin A banyak
ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati. Rumus kimia untuk
Vitamin A adalah C20H30O.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi Vitamin A?
2. Bagaimana Vitamin A didapatkan?
1

3. Bagaimana proses metabolism vitamin A?


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi vitamin A.
2. Untuk mengetahui sumber vitamin A.
3. Untuk mengetahui proses metabolisme vitamin A.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1

Definisi Vitamin A
Secara umum vitamin adalah molekul organik yang di dalam tubuh
mempunyai fungsi yang sangat bervariasi.
Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat,
lemak maupun protein, yang memiliki peranan vital uutuk berjalannya
fungsi tubuh yang normal, meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil.
Vitamin adalah zat gisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena berperan
mambantu proses metabolisme tubuh yang normal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) vitamin A adalah zat
yang dapat larut dalam lemak dan sangat penting bagi tubuh manusia untuk
pertumbuhan dan perkembangan.
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau
minyak. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali tetapi sangat
mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu tinggi (Soejarwo,
2002)
Vitamin A merupakan komponen penting dari retina (selaput jala),
maka fungsi utama adalah untuk penglihatan. Disamping itu vitamin A juga
membantu pertumbuhan dan mempunyai peranan penting dalam jaringan
epitel (Karta Sapoetra & Warsetyo, 2003).

2.2

Sumber Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak bisa diproduksi
sendiri oleh tubuh manusia. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin
A adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A. Ada
dua bentuk vitamin A, yaitu retinoid dan betakaroten. Retinoid merupakan
bentuk aktif vitamin A yang berasal dari produk hewani. Sedangkan
betakaroten berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tubuh manusia dapat sintesa
vitamin A dari karoten atau pro vitamin A yang terdapat di sayuran dan
buah-buahan yang berwarna, seperti wortel, tomat, apel, semangka, dan
sebagainya (Dinkes Jateng, 2007).
Sumber makanan yang mengandung vitamin A (retinoid) antara lain
telur, susu, hati, keju, daging, dan sereal. Sumber makanan yang
mengandung betakaroten adalah wortel, bayam, aprikot, brokoli, pepaya,
mangga, dan paprika merah.
Banyak buah dan sayur yang menyimpan banyak vitamin A. Mungkin
Anda tak sadar ketika mengkonsumsi buah atau sayuran yang mengandung
vitamin A ini, tapi percayalah bahwa Anda sering mengkonsumsinya. Untuk
mengenal lebih jauh darimana saja makanan yang menjadi sumber vitamin
A yang bisa dilihat sebagai berikut:
1.

Buah naga

Buah unik yang satu ini adalah salah satu buah yang kaya akan
vitamin A dan sarat beta karoten yang sangat baik untuk
memelihara daya lihat mata.
4

2.

Buah apel

Pasti Anda tak asing dengan buah ini, banyak sekali makanan
olahan dari buah apel dengan tujuan utama berinovasi dan
pastinya membuat peminat lebih menikmati buah ini meski telah
dirubah menjadi berbagai olahan.
3. Buah Anggur
Buah manis dengan banyak varian warna ini juga mengandung
vitamin A melimpah yang dibutuhkan oleh mata agar terhindari
dari penyakit katarak dan degenerasi makula.
4. Wortel
SUDAH PASTI. Orang yang awam dengan kesehatan pun tahu
kalau wortel mengantongi segudang manfaat untuk mata. Selain
menjaga mata tetap sehat ternyata wortel juga bisa membuat
warna mata menjadi lebih jernih, jadi tak heran jika kelinci
memiliki warna mata yang mempesona.
5. Buah mangga
Mangga yang sudah matang biasanya berwarna orange mencolok,
buah mangga yang sudah seperti ini memiliki kandungan vitamin
A cukup banyak. Beda dengan yang masih muda berwana kuning
kehijauan yang rasanya asam dan biasanya dikonsumsi ibu-ibu
dengan menjadikannya rujak.
6. Sayur bayam
Jenis sayuran hijau memiliki kandungan vitamin A dan beta

karoten yang mencukupi kebutuhan mata agar tetap sehat. Selain


nutrisi tersebut, sayur bayam juga menutrisi mata dengan bantuan
lutein dan zeaxathin.
7. Paprika
Tubuh akan memperoleh vitamin A sekitar 60% dari satu sendok
makan paprika. Selain itu, vitamin A juga merupakan sumber
vitamin C, kalium, dan kalsium.
8. Kemangi kering
Kemangi bisa digunakan untuk menghilangkan bau badan, namun
bukan kandungan vitamin A yang membantunya karena nutrisi ini
sudah diambil oleh mata untuk memelihara kesehatannya sendiri.

2.3

Metabolisme Vitamin A
Vitamin A atau retinol adalah suatu substansi yang larut dalam lemak.
Karotenoid merupakan prekusor provitamin A potensial yang diubah
menjadi retinol dalam dinding usus. Karotenoid terdapat pada sayuran
berdaun hijau, minyak kelapa sawit, buah-buahan berwarna kuning dan
sejenisnya. Secara biologis karotenoid kurang aktif dari pada retinol. Selain
itu sumber dietari karotenoid juga kurang diproses dan diserap secara efisien
di usus. Jadi, untuk mencapai efek yang serupa dengan retinol maka karoten provitamin A harus dicerna sebanyak 6 kali lebih banyak (melalui
massa makanan).
Vitamin A dan -karoten diserap dari usus halus dan sebagian besar
disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain , adalah ,

-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam


proses pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan
asam empedu (pembentukan micelle).
Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara difusi
pasif, kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui
saluran limfatik, kemudian bergabung dengan saluran darah dan
ditransportasikan ke hati. Di hati, vitamin A digabungkan dengan asam
palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh
sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) atau
retinol-binding protein (RBP), yang disintesis dalam hati. Selanjutnya
ditransfer ke protein lain, yaitu transthyretin untuk diangkut ke sel-sel
jaringan.
Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein
pengikat retinol seluler (celluler retinol binding protein), sebagian diangkut
ke hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan
ke usus halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi
diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk asam
retinoat.
Karoten diserap oleh usus seperti halnya vitamin A, sebagian
dikonversi menjadi retinol dan metabolismenya seperti di atas. Sebagian
kecil karoten disimpan dalam jaringan adiposa dan yang tidak digunakan
oleh tubuh diekskresikan bersama asam empedu melalui feses.
Pada diet nabati, di lumen usus, oleh enzim - karoten 15,15deoksigenase, - karoten tersebut dipecah menjadi retinal (retinaldehid),

yang kemudian direduksi menjadi retinol oleh enzim retinaldehid reduktase.


Pada diet hewani, retinol ester dihidrolisis oleh esterase dari pankreas,
selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk retinol, sehingga diperlukan garam
empedu.
Proses di atas sangat

terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan

produksi vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh karoten


dapat dikonversi menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh dan masuk ke
dalam sirkulasi, hal ini akan digunakan tubuh sebagai antioksidan. Beberapa
hal yang menyebabkan karoten gagal dikonversi menjadi vitamin A, antara
lain (1) penyerapan tidak sempurna ; (2) konversi tidak 100%, salah satu
sebab adalah diantara karoten lolos ke saluran limfe, dan (3) pemecahan
yang kurang efisien.

Gambar 1. Skema Metabolisme Vitamin A

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Vitamin A adalah zat yang dapat larut dalam lemak dan sangat penting
bagi tubuh manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Vitamin A adalah salah satu zat gizi esensial yang tidak bisa diproduksi
sendiri oleh tubuh manusia. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin A
adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A.
Sumber makanan yang mengandung vitamin A (retinoid) antara lain
telur, susu, hati, keju, daging, dan sereal. Sumber makanan yang mengandung
betakaroten adalah wortel, bayam, aprikot, brokoli, pepaya, mangga, dan
paprika merah.
Vitamin A jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh, tubuh, melainkan
akan disimpan. Vitamin A diserap di dalam usus bersama dengan lemak atau
minyak yang dikonsumsi. Vitamin A akan diserap secara difusi pasif dan
kemudian di dalam dinding usus digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein)
yang kemudian diserap sistem limfatik, baru kemudian bergabung dengan
saluran darah untuk ditransportasikan ke hati.

3.2 Saran

10

Untuk penulis makalah selanjutnya di harapkan mampu menjelaskan secara


lebih detail manfaat dan fungsi dari vitamin A yang di cerna oleh tubuh.

11

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2005. Prinsip Dasar ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Andriani, Merryana dan bambang Wirjatmadi. 2013. Pengantar Gizi Masyarakat.
Jakarta: Kencana
D' Ambrosio, Diana N., Clugston, Robin D., dan Blaner, William S. 2001.
Vitamin A Metabolism: An Update. Dalam www.mdpi.com/journal/nutrients
(online). Diakses pada 23 November 2014.
Rahayu, Imbang Dwi. Klasifikasi, Fungsi Dan Metabolisme Vitamin. Dalam
http://www.imbang.staff.umm.ac.id (online). Diakses pada 23 November
2014.
Sommer, Alfred. 2003. Defisiensi Vitamin A dan Akibatnya: Panduan Lapangan
untuk Deteksi dan Pengawasan Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Wirjatmadi, Bambang. 2006. Pengantar Gizi Masyarakat. Surabaya: Departemen
Gizi Kesehatan Universitas Airlangga.

12

You might also like