You are on page 1of 1

Kadang aku bertanya, adakah sikap peduliku yang tanpa kata cinta menimbulkan

tanya pada dirimu? Kau seringkali diam, menerima perhatian dengan sukarela.
Tanpa tanya, tanpa tuntutan. Apakah diam-diam kau telah mendapatkan jawaban
atas tanyamu? Atau, apakah kau memang menganggap sikapku adalah biasa? Atau,
apakah kau kelewat polos untuk menemukan bahwa sikap, perhatian, dan peduliku
padamu adalah istimewa? Kuharap kau tidak sebodoh itu. Sayangnya, kebanyakan
perempuan terlalu bodoh untuk mengartikan sikap lelaki. Segalanya harus
dijelaskan secara lisan, bagi mereka, agar jelas.
Teruntuk kata cinta, kuberitahu bahwa itu belum pantas kaudengar dari lisanku.
Bukan karena aku belum siap, tetapi karena aku dan kau memang belum pantas
untuk mengatakan dan mendengarkannya. Maka, bersabarlah, tunggulah sampai
Tuhan benar-benar mempertemukan kita, sampai takdir itu datang.
Sialnya, seringkali perasaan mengalahkan logika. Siapa yang tidak ingin
perasaannya diketahui oleh orang yang disuka? Bahkan aku tak mampu menahan
gejolaknya. Mendadak aku berubah menjadi lelaki pujangga yang gemar menebar
kodeyang dulu pernah kubenci keberadaannya.
Kemudian kau mengatakan bahwa kau bukan tipe orang yang bisa dikode. Aku
mengiyakan sekaligus tidak setuju. Iya, karena seringkali kau sulit menangkap
maksud dari perkataan orang lain yang tidak dijelaskan secara gambling. Tidak
setuju, karena aku tidak yakin bahwa kau benar-benar tidak mengerti dengan kode
yang kutebar. Masa iya kau sepolos itu?
Ataukah sebenarnya kau mengerti arti dari kode-kode itu, tetapi tidak yakin atas
jawaban pemecahanmu?
Kau mengiyakan. Aku mengangguktak berkomentar.

You might also like