You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan

sektor

perekonomian

pada

akhirnya

menimbulkan

permasalahan lingkunngan, sosial dan budaya. Salah satu masalah lingkungan


yaitu sampah yang merupakan bagian sisa aktifitas manusia. Apabila sampah tidak
dikelola secara tepat, aman,

dan terkendali, maka cepat atau lambat akan

menimbulkan permasalahan baru di masyarakat yaitu menurunya kualitas


lingkungan yang pada giliranya akan berdampak negatif terhadap sendi-sendi
kehidupan sosial masyarakat, misalnya terjadi penyebaran penyakit, merusak
keindahan kota dan mencemari lingkungan
Sebagai daerah yang sedang dan terus membangun, Kabupaten Sanggau
juga tidak luput dari masalah sampah. Dikutip dari www.suaraakarrumput.com
pada Jumat, 9 Januari 2015 Kepala Bidang Kebersihan Sanggau Suharto, SE,
mengungkapkan masalah sampah masih menjadi permasalahan serius bagi
Pemkab Sanggau, salah satunya karena belum adanya mesin pengolah sampah di
Sanggau. Masalah lainnya adalah kurangnya armada yang bertugas, kurangnya
tempat pembuangan sementara sehingga masyarakat membuang sampah yang
tidak pada tempatnya seperti tanah kosong, bantaran sungai.
Di sisi lain kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah juga perlu
terus titingkatkan serta didorong menuju perilaku hidup sehat dan tertib, yang

telah dijelaskan dalam Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2013 Tentang Ketertiban
Umum dan Lingkungan, yang berbunyi :
1.

Pasal 9 ayat 2
Setiap pemilik, penghuni, penanggung jawab bangunan wajib memelihara
kebersihan pekarangan rumahnya dan termasuk tanaman , jalan masuk, pagar
batas pekarangan, jembatan, saluran pembuangan, serta parit dan lain-lainnya.

2.

Pasal 9 ayat 3
Setiap orang dilarang membuang sampah atau menumpuk sampah di jalan,
jalur hijau taman, sungai, parit selokan, saluran pembuangan air dan tempattempat umum lainnya kecuali di tempat-tempat sampah yang telah ditetapkan oleh
Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan.
Dalam fenomena saat ini sering kita jumpai sampah industri yang
menumpuk begitu saja dan banyaknya sampah industri masyarakat yang
berserakan dan tidak dibuang pada tempatnya dan sering juga dijumpai dan
melihat sampah-sampah dibantaran sungai sehingga

mencemari lingkungan

sekitar pemukiman masyarakat. Penanganan sampah permukiman memerlukan


partisipasi aktif individu dan kelompok masyarakat selain peran pemerintah
sebagai fasilitator.
Dari gambaran serta uraian di atas, menunjukan bahwa masalah sampah
sudah merupakan masalah prioritas yang harus di tangani dengan manajemen
yang baik dengan mendorong partisifasi masyarakat untuk dapat menciptakan
lingkungan yang bersih sehat. Berdasarkan masalah yang telah penulis uraikan
dalam latar belakang masalah ini, maka penulis tertarik untuk menyusun proposal

penelitian berjudul Implementasi Kebijakan Penanganan Sampah Di Kota Sanggau


Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.

1.2. Identifikasi Permasalahan


Berangkat

dari

uraian

pada

latar

belakang,

maka

penulis

mengidentifikasikan beberapa permasalahan, sebagai berikut :


a. Tempat Pembuangan Sementara (TPS) masih kurang jumlah dan
penyebarannya.
b. Masyarakat yang tinggal di pinggir sungai masih belum mengerti akan
pentingnya kebersihan lingkungan, sehingga masih banyak masyarakat yang
membuang sampah ke sungai.
1.3. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang berangkat dari latar belakang
penelitian tersebut diatas, maka fokus penelitian ini diarahkan pada proses
implementasi kebijakan penanganan sampah di Kabupaten Sanggau.
1.4. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan dari fokus penelitian di atas maka rumusan masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai: Mengapa Implementasi Kebijakan
Penanganan Sampah Di Kota Sanggau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat
belum efektif?.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian, Untuk mengungkapkan mengapa Implementasi
Kebijakan Penanganan Sampah Di Kabupaten Sanggau Kalimantan Bara belum
efektif.

1.6. Manfaat Penelitian


Terkait dengan tujuan penelitan, maka manfaat yang diharap kan dari hasil
penelitian ini dibagi ke dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis antara lain
sebagai berikut.
1.6.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan perbandingan bagi
penelitian selanjutnya dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarahkan kepada
pengembangan ilmu pengetahuan, dan

khususnya dalam pembahasan topik

mengenai kebijakan penanganan sampah.

1.6.2. Manfaat Praktis


Dari hasil penelitian ini dapat dijadi bahan masukan dan pertimbangan
bagi Pemerintah Kabupaten Sanggau dalam pengelolaan penanganan sampah dan
sebagai sumbangan pemikiran khususnya bagi Dinas Cipta Karya, Tata Ruang
dan Kebersihan Kabupaten Sanggau.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1.

Teori
2.1.1 Kebijakan Publik
Kebijakan Publik merupakan suatu aturan-aturan yang dibuat oleh
pemerintah dan merupakan bagian dari keputusan politik untuk mengatasi
berbagai persoalan dan isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat.
Kebijakan publik juga merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk
melakukan pilihan tindakan tertentu untuk tidak melakukan sesuatu

maupun

untuk melakukan tidakan tertentu.


Dalam kehidupan masyarakat yang ada di wilayah hukum suatu negara
sering terjadi berbagai permasalahan. Negara yang memengang penuh tanggung
jawab pada kehidupan rakyatnya harus mampu menyelesaikan permasalahanpermasalahan tersebut. Kebijakan publik yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara
diharapkan dapat menjadi solusi akan permasalahan-permasalahan tersebut.
Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan
mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang
dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
(Mustopadidjaja, 2002 : 27.28).
Ada beberapa teori tentang kebijakan di antaranya yaitu; menurut Titmuss
(2000: 12 ) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur
tindakan dan diarahkan pada tujuam tertentu dan menurut Edi Suharto (2008:7)

menyatakan bahwa kebijakan adalah

suatu ketetapan yang memuat prinsip-

prinsip untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.
Kebijakan publik adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
memenuhi kepentingan publik. Studi mengenai pembuatan kebijakan publik
merupakan studi yang sangat penting dalam administrasi negara. Prinsip tersebut
akan ditinjau lebih lanjut dari kebijakan publik sendiri menurut para ahli. Menurut
H. Hugh Heglo (dalam Abidin 2004:21) kebijakan adalah suatu tindakan yang
bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Anderson (dalam Islamy,
1997:4) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai
tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau
sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
Kebijakan publik menurut Dye yaitu whatever goverments choose to do or
not to do (Subarsono, 2005:2). Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan
publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di samping yang
dilakukan oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi sesuatu masalah publik.
Sedangkan

Friedrick

sebagaimana

dikutib

oleh

Nugroho

(2004:4)

mendefinisikannya sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang,


kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang
diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu
tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.

Kebijakan dapat pula diartikan sebagai bentuk ketetapan yang mengatur


yang dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan, jika ketetapan tersebut
memiliki sasaran kehidupan orang banyak atau masyarakat luas maka kebijakan
itu dikategorikan sebagai kebijakan publik. Dalam perkembangan Ilmu
Administrasi Negara baik di negara berkembang bahkan di negara maju sekalipun,
kebijakan publik merupakan masalah politik yang menarik untuk dikaji dan
dibahas.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik konsep dasar bahwa: kebijakan itu
adalah prosedur memformulasikan sesuatu berdasarkan aturan tertentu yang
kemudian digunakan sebagai alat untuk memecahkan permasalahan dalam
mencapai suatu tujuan. Dalam setiap kebijakan pasti membutuhkan orang-orang
sebagai perencana atau pelaksana kebijakan maupun objek dari kebijakan itu
sendiri. Sebagaimana penjelasan Islamy (1997:5) kebijakan adalah suatu program
kegiatan yang dipilih oleh seorang atau sekelompok orang dan dapat dilaksanakan
serta berpengaruh terhadap sejumlah besar orang dalam rangka mencapai suatu
tujuan tertentu.
Hogwood dan Peters (dalam Putra 2003:115-116) menganggap ada sebuah
proses linier pada sebuah kebijakan yaitu: policy innovation policy succession
policy maintenance policy termination. Policy innovation adalah saat di mana
pemerintah berusaha memasukkan sebuah problem baru yang diambil dari hiruk
pikuk kepentingan yang ada di masyarakat untuk kemudian dikonstruksi menjadi
sebuah kebijakan yang relevan dengan konteks tersebut. Policy succession, setelah
aspirasi itu ditangkap maka pemerintah akan mengganti kebijakan yang ada

dengan kebijakan baru yang lebih baik. Policy maintenance adalah sebuah
pengadaptasian atau penyesuaian kebijakan baru yang dibuat tersebut untuk keep
the policy on track. Policy termination adalah saat di mana kebijakan yang ada
tersebut dan dianggap sudah tidak sesuai lagi maka kebijakan tersebut dihentikan.
Terdapat berbagai macam strategi untuk menghentikan kebijakan, apakah
itu dengan mencabut kebijakan, membatalkannya, atau menggantinya dengan
sebuah kebijakan baru. Substansi utama dari proses linier yang digagas oleh
Hogwood dan Peters secara lugas mendeskripsikan kepada kita bahwa kebijakan
publik merupakan siklus yang mekanistik.
2.1.2 . Implementasi kebijakan
Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan
yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya
implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan
tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan.
Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya
Implementation

and

Public

(dalam Agustino

2006:139)

mendefinisikan

Implementasi Kebijakan sebagai:


Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk
undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusankeputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya,
keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan
secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk
menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya
Implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan publik yang mendorong
masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya atau masih

melibatkan pejabat pemerintah, namun hanya ditataran rendah. Elmore dkk


(1999: 45).
Menurut Mazmanian dan Sabatier ( 1983: 35 ), ada tiga kelompok
variabel yang memengaruhi keberhasilan implementasi, yakni:
A. Karakteristik dari masalah
1

tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak ada
beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, dipihak lain
terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan, seperti
kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan sebagainya. Oleh karena itu, sifat
masalah itu sendiri akan memengaruhi mudah tidaknya suatu program
diimplementasikan.

tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berarti bahwa suatu


program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok
sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih sulit,
karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran terhadap
program relatif berbeda.

proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi.sebuah program akan


relatif sulit implementasikan apabila sasaranya mencakup semua populasi.
Sebaliknya sebuah program relatif mudah diimplementasikan apabila
jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar.

cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang


bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif

mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk


mengubah sikap dan prilaku masyarakat.
Menurut Edwards III (1980: 9-11), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh
empat variabel, yaitu (1) komunikasi, (2) sumber daya, (3) disposisi, dan (4)
struktur birokrasi. Pada teori Edwards III implementasi kebijakan hanya
dipengaruhi oleh lingkungan internal organisasi, sedangkan menurut pakar lain
lingkungan luar juga beperan besar dalam proses implementasi kebijakan.
Dalam kamus Webster (Wahab, 1997:64) pengertian implementasi
dirumuskan secara pendek, di mana to implementasi (mengimplementasikan)
berarti to provide means for carrying out; to give practical effect to
(menyajikan alat bantu untuk melaksanakan; menimbulkan dampak/berakibat
sesuatu).
Selanjutnya Wahab (1997:65) mengungkapkan pendapat Mazmanian dan
Sabatier yang menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan
sebagaimana berikut:
Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan
berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi
kebijakan, yaitu kejadian-kejadian atau kegiatan yang timbul setelah
disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara, yaitu mencakup baik
usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan
akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.
Menurut Wahab (1991:45), implementasi kebijakan merupakan aspek
penting dari keseluruhan proses kebijakan, implementasi kebijakan tidak hanya
sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan
politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi
melainkan lebih dari itu. Ini menyangkut masalah konflik, keputusan dari siapa
dan memperoleh apa dari suatu kebijakan.

10

Ia juga mengatakan, dalam implementasi khususnya yang dilibatkan oleh


banyak organisasi pemerintah sebenarnya dapat dilihat dari 3 sudut pandang
yakni: (1) pemprakarsa kebijakan/pembuat kebijakan (the center atau pusat); (2)
pejabat-pejabat pelaksana di lapangan (the periphery); (3) aktor-aktor perorangan
di luar badan-badan pemerintah kepada siapa program-program itu diwujudkan
yakni kelompok-kelompok sasaran (target group) (Wahab, 1997:63).
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi implementasi kebijakan
adalah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan atau
sasaran kebijakan negara diwujudkan sebagai Out come (hasil akhir) kegiatan
kegiatan yang dilakukan pemerintah. Sebab itu fungsi implementasi mencakup
pula penciptaan apa yang dalam ilmu kebijakan negara tersebut Policy delivery
system (sistem penyampaian/penerusan kebijakan negara) yang biasanya terdiri
dari cara-cara atau sarana tertentu yang dirancang/didesain secara khusus serta
diarahkan

menuju

tercapainya

tujuan-tujuan

dan

sasaran-sasaran

yang

dikehendaki (Wahab, 1990:123-124).


Menurut Smith (dalam buku Tachjan, 2008:37-39 ), dalam dalam proses
implementasi ada empat variabel yang perlu di perhatikan, keempat variabel
tersebut tidak berdiri sendiri, melaikan merupakan satu kesatuan yang saling
mempergaruhi dan berintaraksi secara timbal balik, oleh karena itu terjadi
ketegangan-ketegangan yang bisa menyebabkan timbul protes-protes, bahkan aksi
fisik dimana hal ini menghendaki penegaksn instusi-instusi baru untuk
mewujutkan sasaran kebijakan tersebut.
Keempat variabel dalam implementasi kebijakan publik tersebut, yaitu
antara lain :

11

1. Program (kebijakan) yang di laksanakan.


2. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan
diharapak akan menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau
peningkatan.
3. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan, yang
bertangung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan penggawasan dari
proses implemantasi tersebut.
4. Faktor lingkungan.
Dalam meneliti proses implementasi kebijakan penanganan sampah di kab
Sanggau peneliti menggunakan teori implementasi menurut Smith sebagaimana
yang telah disebutkan diatas, karena menurut Smith dalam Tachjan (2008),
implementasi kebijakan dipandang sebagai suatu proses atau alur. Model Smith
ini memandang proses implementasi kebijakan dari proses kebijakan dari
perspektif perubahan sosial dan politik, dimana kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau perubahan dalam
masyarakat sebagai kelompok sasaran. Teori Smith sesuai dengan kebijakaan
penanganan permasalahan sampah di kab Sanggau di mana masyarakat sebagai
kelompok sasaran kebijakan tersebut.

2.2 Hasil Penelitan Yang Relevan


Adapun hasil penelitian yang relevan dengan perbandingan penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut :

12

Penelitian yang dilakukan oleh Billy Jenawi 2008 ( Skripsi ), dengan judul
Pengaruh Implementasi Kebijakan Terhadap Efektivitas Pengelolaan Sampah Di
Perusahaan Daerah Kebersihan. Tujuan penelitian ini Mengetahui faktor-faktor
apa

yang

menjadi

penghambat

dalam implementasi kebijakan terhadap

efektivitas pengolahan sampah di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung.


Perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan antara lain; perbedaan lokasi
penelitian, tentunya berbeda pula kultur budaya masyarakatnya, perbedaan
metode penelitian, penelitian oleh peneliti ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, sedangkan penelitian oleh Billy Jenawi menggunakan metode penelitian
kuantitatif yang bermaksud mencari kebenaran dari hipotesis penulisnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Hernidyasari

2012 ( Skripsi ).

melakukan penelitian dengan judul Implementasi Kebijakan Pengelolaan


Sampah Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Di Desa Jatiwaringin Kabupaten
Tangerang.

Tujuannya

adalah

untuk

mengetahui

pelaksaan

kebijakan

pengelolaan sampah yang telah dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten


Tangerag di Desa Jatiwaringin untuk mngetahui tingkat partisipasi warga dalam
pengelolaan sampah. . Perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan antara
lain; perbedaan lokasi penelitian, tentunya berbeda pula kultur budaya
masyarakatnya, perbedaan metode penelitian, penelitian oleh peneliti ini
menggunakan

metode

penelitian

kualitatif,

sedangkan

penelitian

Yeni

Hernidyasari

menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bermaksud

mencari kebenaran dari hipotesis penulisnya.

13

Penelitian relevan selanjutnya oleh

Masyulia Sunaryoningsih, 2010

( Skripsi ), dengan judul penelitian Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang


Pengelolaan Sampah Terhadap Manajemen Pelayanan Kebersihan Dalam
Mewujudkan Mutu Kebersihan Jalan Perkotaan Dan Lingkungan Perumahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang
kebijakan

pengaruh implementasi

tentang pengelolaan sampah terhadap manajemen pelayanan

kebersihan dalam mewujudkan mutu kebersihan jalan perkotaan dan lingkungan


perumahan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan antara lai;
perbedaan lokasi penelitian, tentunya berbeda pula kultur budaya masyarakatnya,
perbedaan metode penelitian, penelitian oleh peneliti ini menggunakan metode
penelitian

kualitatif,

sedangkan

penelitian

Masyulia

Sunaryoningsih

menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bermaksud mencari kebenaran


dari hipotesis penulisnya.
Sedangkan penulis sekarang meneliti Implementasi Kebijakan
Penanganan Sampah Di Kota Sanggau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat .
Mengungkapkan dimana masyarakat kurangnya kesadaran dalam penanganan
sampah di Kota Sanggau. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
penelitian

deskriptif

kualitatif

yang

bertujuan menggambarkan

keadaan

sebenarnya di lapangan pada hasil penelitian, sedangkan ketiga penelitian relevan


di atas menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bertujuan membuktikan
hipotesis pada hasil penelitian.
2.3 Kerangka Berpikir

14

Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2013 Tentang


Ketertiban Umum dan Lingkungan

Permasalahan penanganan sampah di Kabupaten Sanggau yang


mengganggu kesehatan masyarakat, mengotori lingkungan dan merusak
keindahan umum.

Menurut Smith (dalam buku Tachjan, 2008:37-39), dalam dalam proses


implementasi ada empat variabel yang perlu di perhatikan antara lain yaitu :
1. Program (kebijakan) yang di laksanakan.
2. Target groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan
diharapak akan menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau
peningkatan.
3. Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan, yang
bertangung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan penggawasan dari
proses implemantasi tersebut.
4. Faktor lingkungan.

Hasil Yang di Capai


Pemerintah sebagai unsur pelaksana hendaknya memperhatikan sarana dan
prasarana dalam penanganan sampah. Dampak kebijakan bagi lingkungan sangat
penting untuk diperhatikan, bagaimana menangani masalah sampah tanpa
menimbulkan kerusakan lingkungan

.
2.4 Pertanyaan Penelitian

15

Berdasarkan kerangka berpikir yang dilandasi kajiaan teoritis sebagai


mana yang telah diuraikan diatas, maka pertanyaan penelitian yang dapat lakukan
adalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana program kebijakan yang Dilakukan dalam penanganan


sampah di Kota Sanggau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat ?

2. Bagaimana sasaran program dalam penaganan sampah di Kota Sanggau


Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat ?
3.

Bagaimana proses pelaksanaan dan pengawasan dalam penanganan


sampah di Kota Sanggau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat ?

4. Bagaimana peran faktor lingkungan terhadap penanganan sampah di Kota


Sanggau Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat ?

16

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi
yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan
ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami
(Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan
bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Dengan digunakannya metode kualitatif, maka data yang
didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga
tujuan penelitian akan dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini,
berkesesuaian dengan permasalahan yang diangkat dan dipandang lebih tepat
dicarikan datanya melalui metode kualitatif, karena akan diperoleh data yang lebih
tuntas dan pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.
Jenis penelitan yang digunakan dalam ini penelitian adalah penelitian
diskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri
atau lebih ( independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
antara variabel satu dengan yang lainya (Sugiono, 2003:11).

17

3.2. Langkah langkah Penelitian


Adapun langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini, adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku atau literaturliteratur untuk mendapatkan bahan tertulis guna memperoleh dasar berupa
teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti.
2. Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
pengamatan dan wawancara secara langsung kelokasi penelitian, guna
memperoleh data dan informasi yang akurat mengenai masalah yang akan
diteliti.
3.3. Tempat dan Waktu penelitian
3.3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitan diambil Di Kota Sanggau Kabupaten Sanggau, adapun
alasan untuk memilihan lokasi tersebut adalah;

a. Karena adanya permasalahan sampah

di Kabupaten Sanggau dan

Pemerintah Kabupaten Sanggau telah mengeluarkan kebijakan dalam


penanganan sampah.
b. Karena lokasi penelitian merupakan kabupaten yang baru berkembang dan
terus menggalakan pembangunan di segala bidang dan peneliti ingin turut
menyumbang

pemikiran dalam hal kebijakan penanganan sampah di

Kabupaten Sanggau.

18

3.2.2. Waktu Penelitian


Adapun

waktu

penelitian dilakukan selama beberapa minggu untuk

melakukan penyusunan proposal sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini.


Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No

Kegiatan

April
Minggu III Minggu IV

Mei
Minggu I

Minggu II Minggu III Minggu IV

Pembekalan
Penyusunan
Proposal
Penyusunan
Prposal dan
Konsultasi
dengan
Konsultasi
Pembimbing

3.4. Subjek dan Objek Penelitian


a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah keseluruhan objek individu, kelompok, objek,
elemen atau unsur, pristiwa yang dijadikan dasar penelitian. Ada pun yang
menjadi subjek penelitian ini, yaitu :
1) Kepala Bidang Kebersihan Kabupaten Sanggau
2) Staf-staf yang terkait di Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan
Kabupaten Sanggau.
3) Masyarakat kota Sanggau Kabupaten Sanggau.

19

Sebagai informan kunci adalah mereka yang benar-benar mengetahui


keadaan atau permasalahan yang dijadikan sasaran penelitian.
b. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini, yaitu Implementasi
Kebijakan Penaganan Sampah Di Kabupaten Sanggau Kota Sanggau, Yang
mencangkup berbagai hal dalam permasalahan sampah.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Yang menjadi instrumen utama dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti
sendiri, dalam penelitian ini, penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagi
berikut :
a.

Observasi, teknik yang digunakan peneliti dalam upaya memperoleh data


dengan mengadakan pengamatan terhadap masalah yang diteliti yaitu dengan
secara langsung kelokasi dengan melihat dari dekat kenyataan yang ada dan

b.

yang terjadi pada obyek penelitian yaitu dimana,


Wawancara yaitu Tanya jawab langsung kepada informan yang mengetahui
masalah yang diteliti. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi dengan sejumlah pertanyaan secara lisan yang telah disiapkan

c.

sebelumnya.
Dokumentasi yang sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat,
catatan harian laporan dan yang lain. Kemudian dokumen tersebut dicopy atau

discan sebagai bukti di jadikan data.


3.6 Instrumen Pengumpulan Data

a.

Pedoman Observasi, yaitu catatan tentang data yang diperoleh dari

b.

obyek penulisan yang telah diamati.


Pedoman wawancara, yaitu suatu daftar pertanyaan yang telah disusun
secara sistematis, sebagai panduan penulisan pada waktu mengadakan
wawancara dengan informan kunci. Kemudian jawaban langsung dari

20

subjek penulisan dicatat oleh penulis dalam lembar jawaban yang telah
c.

ditentukan.
Pedoman dokumentasi, yaitu pedoman yang digunakan untuk mencatat
dokumen apa saja yang diperlukan, daftar dokumen tersebut dijadikan
acuan untuk mengumpulkan data dokumentasi.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dilapangan dianalisis dalam bentuk Deskriptif


Kuallitatif, dengan tujuan mendeskripsikan variable-variabel penelitian yang
selanjutnya menganalisis data dengan cara penafsiran data dan fakta yang ada
kaitannya dengan permasalahan penelitian.
3.8

Teknik Keabsahan Data ( Uji Validitas )


Teknik keabsahan data triangulasi data merupakan pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triagulasi sumber, triagulasi teknik pengumpulan data, dan triagulasi
waktu, sebagai berikut.
1. Triangulasi sumber data
Untuk menguji data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah melalui beberapa sumber. Misalnya untuk menguji data tentang
penanganan sampah di Kabupaten Sanggau.
2. Triangulasi teknik pengumpulan data
Triangulasi teknik untuk menguji data yang dilakukan dengan mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang
diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumen atau
kuesioner. Jika ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka

21

peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
atas yang lain untuk memastikan data yang mana yang dianggap benar atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandang yang berbeda.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Untuk mendapatkam data yang sah melaluli observasi peneliti perlu
diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja.

22

You might also like