You are on page 1of 27

MATERI II.

TRANSFORMASI KOORDINAT
==================================
(Dirangkum dari berbagai sumber)

A. Spatial Adjustment
1. Tahap awal melakukan Spatial adjustment, sebagai berikut.
-

Aktifkan Tools Spatial Adjustment dengan cara klik View Toolbars Spatial
Adjustment

Akan muncul kotak Tools sebagai berikut:

Mulai proses Spatial Adjustment dengan memulai Start Editing terlebih dahulu, lalu
klik

Klik

(View Link Table). Akan muncul jendela Link Table sebagai berikut:

(New Displacement Link), Pilih titik TDT hingga muncul keterangan pada

jendela Link Table. Kemudian masukkan koordinat X dan Y tujuan (X Destination


dan Y Destination) berdasarkan koordinat yang tertera pada file AutoCAD pada
praktikum sebelumnya, lakukan pada 5 titik TDT tersebut.

Hal. 1 /MIP/DYN/2015

Klik Spatial Adjustment Set Adjust Data hingga muncul jendela Choose Input
For Adjustment. Pilih All features in these layers untuk memilih layer-layer yang akan
disesuaikan koordinatnya.

Lakukan proses Adjust (klik Spatial Adjustment Adjust)

Maka hasil koordinat jadi adalah seperti berikut ini

Koordinat jendela kerja tersebut masih belum teridefinisi (Unknown Units)


2. Mendefinisikan sistem koordinat pada jendela kerja di Arc GIS
-

klik View Data Frame Properties

Hal. 2 /MIP/DYN/2015

mendefinisikan Coordinate System pada jendela Data Frame Properties, lalu pilih
New, kemudian pilih Projected Coordinate System

Ubah poin-poin berikut sesuai sistem koordinat yang didefinisikan, lihat contoh
berikut.

Hal. 3 /MIP/DYN/2015

Kemudian pilih Select untuk memilih sistem acuan yang akan digunakan. Sebagai
contoh pilih world WGS 1984.prj , kemudian Add

Klik Finish

Klik OK

Maka sistem koordinat pada jendela kerja di ArcGIS sudah terdefinisi

Catatan : Coba perhatikan dan lakukan pemeriksaan pada titik ikat (TDT), apa hasil dari
koordinat ini sama dengan koordinat peta asal (Peta Asal : Format DWG).

3. Mendefinisikan layer-layer data geospasial ke dalam sistem koordinat, dilakukan dengan klik
Data Management Tools pada Arctoolbox

Projection and Transformations Define

Projection
Hal. 4 /MIP/DYN/2015

4. Pada jendela Define Projection, tentukan layer yang akan didefinisikan sistem koordinatnya
pada opsi Input Dataset or Feature Class. Pada opsi Coordinate System, klik
5. Pilih New Projected

6. Lakukan proses yang sama seperti pada poin sebelumnya


7. Klik Save As untuk menyimpan sistem proyeksi yang telah dibuat tersebut (TM 3
49.1.prj)
8. Klik OK
9. Lakukan proses yang sama pada setiap layer, dengan cara Select pada jendela
Spatial Reference Properties, kemudian pilih sistem proyeksi yang telah disimpan
tersebut (TM 3 49.1.prj)

Hal. 5 /MIP/DYN/2015

B. Transformasi kordinat dari satu sistem ke sistem yang lain


Contoh :

Melakukan transformasi koordinat dari TM 3 (BPN RI) ke sistem koordinat


UTM

Pada Arctoolbox

klik tanda

pada Data Management Tools Projection and

Transformations Feature Project.

Pada jendela Project isikan input data, output data, output sistem koordinat,
kemudian klik OK

a. Pada jendela Project, lakukan input :


1) Input Dataset or Feature Class: input dengan layer yang akan ditransformasi yang
telah dibuka sebelumnya dengan mengklik tanda panah

lalu dipilih layer yang

diinginkan.
Hal. 6 /MIP/DYN/2015

2) Input Coordinate System, akan secara otomatis terdeteksi sistem koordinat yang
digunakan ketika memasukan layer yang dibuka sebelumnya, namun bila tidak tampil
sistem koordinatnya maka dapat dipilih secara manual dengan cara klik

(pilih

sistem koordinat TM3 zona 49.1) yang telah didefisikan pada layer tersebut
sebelumnya.
3) Output Dataset or Feature Class: tentukan letak/folder penyimpanan data hasil
transformasi koordinat dan namanya.
4) Output

Coordinate

System:

transformasinya dengan klik

memilih

sistem

koordinat

target

untuk

hasil

Select Projected Coordinate System UTM

WGS 1984 WGS 1984 UTM Zone 49S.prj klik OK


b. Lakukan langkah 1 untuk semua layer yang akan ditransformasikan koordinatnya
menjadi sistem koordinat UTM.
c. Agar koordinat jendela kerja ArcGIS (koordinat di kanan bawah) berubah menjadi
koordinat sistem koordinat UTM maka sistem koordinat pada Layers harus diubah dari
sistem koordinat TM 3 BPN ke sistem koordinat UTM. Caranya : klik View Data
Frame Properties Coordinate System pada jendela jendela Data Frame Properties
Pilih Predefined pada pilihan Select a coordinate system Projected Coordinate
Systems UTM WGS 1984 WGS 1984 UTM Zone 49S.prj OK

Hal. 7 /MIP/DYN/2015

MATERI III. MEMBANGUN GEODATABASE


==================================
A. Membangun Geodatabase
Dalam ArcGIS, Geodatabase merupakan sebuah basisdata relasional yang memuat
informasi geografis meliputi feature class, tabel-tabel dan raster dataset. Geodatabase digunakan
untuk mengelola data-data dalam informasi geospasial agar tertata dan mudah digunakan
kembali untuk aplikasi yang lebih luas.

A.1. Membuat Geodatabase


1. Membuka Arc Catalog

2. Membuat Geodatabase dengan klik kanan New File Geodatabase.

Hal. 8 /MIP/DYN/2015

3. Tampil New File Geodatabase.

Mengganti nama (rename) newe geodatabase dengan nama baru sesuai kebutuhan pengguna
dengan memilih (klik) kanan pada geodatabase rename. Untuk pekerjaan anda sesuaikan
namanya dengan nama basisdata geopsasial untuk pertanahan yang lazimnya dibuat per
desa/kelurahan (misalnya : Desa Jumat).
Hasilnya:

Hal. 9 /MIP/DYN/2015

4. Membuat

feature

dataset

pada

geodatabase

yang

telah

dibuat

sebelumnya

(DESA_JUMAT.gdb). Feature dataset merupakan semacam tempat untuk feature class


(kumpulan dari objek spasial berupa titik, polyline, polygon) dan feature anotasi yang
memiliki referensi spasial sama. Tahapan pembuatan feature dataset adalah sebagai berikut:
a.

Klik kanan pada geodatabase New Feature Dataset

b. Muncul kotak dialog New Feature Dataset, ketikkan nama untuk dataset tersebut, lalu klik
Next.

Hal. 10 /MIP/DYN/2015

c. Menentukan system koordinat dataset, yaitu Projected UTM Indonesia DGN 1995
UTM Zone 49S, lalu klik Next.

d. Pada Vertical Coordinate System, pilih None, kecuali apabila akan dibuat peta 3D dengan
geodatabase, lalu klik Next.
e. XY Tolerance diisi sesuai default saja, lalu klik Finish.

Hal. 11 /MIP/DYN/2015

A.2. Membuat Feature Class Baru berupa Point, Polyline, dan Polygon
1. Klik kanan pada Feature Dataset New Feature Class.

Hal. 12 /MIP/DYN/2015

2. Menentukkan nama dan alias, serta tipe data (polygon, line, point, dan sebagainya). Apabila
output yang diinginkan berupa peta 3D dan rute, atau akan dilakukan analisa jaringan
(network), maka berikan tanda centang pada M values dan Z values. Pada contoh berikut ini
hanya diberikan tanda centang pada M values karena kemungkinan akan dilakukan analisis
jaringan. Kemudian klik Next.
3. Pada kotak dialog M Tolerance diisi sesuai dengan default, lalu klik Next untuk kotak dialog
selanjutnya sampai terakhir klik Finish.

Hal. 13 /MIP/DYN/2015

4. Mengulangi tahapan a-c untuk membuat feature class yang lain.

Hal. 14 /MIP/DYN/2015

A.3. Import Feature Class yang sudah Tersedia ke dalam Geodatabase


DG dalam geodatabase dapat dimasukkan dengan cara meng-import feature class shapefile,
tabel, atau data lain. Ada dua cara dalam meng-import feature class tersebut, sebagai berikut:
1. Meng-import melalui Arc Catalog.
a. Pada jendela Arc Catalog, klik kanan geodatabase (nama geodatabase anda.gdb) Import
Feature Class Single (apabila data yang akan di-import hanya satu) atau Feature Class
Multiple (apabila data yang akan di-import lebih dari satu).

b. Menentukan input feature (shapefile) yang akan di-import dengan klik

c. Muncul kotak dialog Input Feature, pilih shapefile yang akan di-import klik Add.

d. Setelah semua shapefile telah dipilih klik OK, lalu tunggu proses selesai.

Hal. 15 /MIP/DYN/2015

Hasilnya, ketika geodatabase ANDA dibuka pada Arc Catalog terdapat shapefile yang telah diimport di atas.

2. Dengan Export Data melalui Arc Map.


a. Membuka (Add Data) shapefile yang akan dimasukkan ke geodatabase.
b. Memilih data yang akan di-export apabila ada kriteria atau ketentuan tertentu.
c. Melakukan Export Data dengan klik kanan pada Layer Data export Data.

d. Muncul jendela Export Data, pilih jenis data yang di-export berupa All Features, kemudian
menentukan lokasi penyimpanan pada Geodatabase ANDA dengan terlebih dahulu

Hal. 16 /MIP/DYN/2015

mengganti tipe penyimpanan menjadi File and Personal Geodatabase feature classes klik
Save OK, kemudian tunggu proses selesai.

Apabila dibuka pada Arc Catalog, data tersebut sudah masuk ke dalam file geodatabase
desa_jumat.

Hal. 17 /MIP/DYN/2015

Hal. 18 /MIP/DYN/2015

B. MEMBANGUN TOPOLOGI
Catatan : cara-cara yang diberikan merupakan contoh dan untuk memprakteknya silahkan
mahasiswa menyesuaikan dengan kondisi data/informasi geospasial yang tersedia
sesuai yang dijelaskan oleh dosen/assisten dikelas.
Setelah anda membangun Geodatabase yang memuat informasi geospasial, tahap berikutnya
melakukan proses topologi.

B.1. Membuat Topologi dan Aturan Topology di Geodatabase


Untuk membuat topology, format data yang digunakan bukan data shapefile, namun harus format
geodatabase, sehingga apabila data masih dalam format shapefile harus dikonversi terlebih
dahulu ke format geodatabase. Serta semua data harus berada dalam feature dataset, sehingga
apabila data (feature class) masih di luar feature dataset maka feature class harus dipindah
terlebih dahulu.

Selanjutnya, tahapan pembuatan topologi adalah sebagai berikut:


1. Membuka jendela Arc Catalog, klik kanan pada Feature Dataset New Topology.

Hal. 19 /MIP/DYN/2015

2. Muncul kotak dialog New Topology ketikkan nama topology Next.

Hal. 20 /MIP/DYN/2015

3. Memilih feature class yang akan dibuat topology-nya klik Next.

4. Muncul kotak dialog selanjutnya ketikkan nilai rank Next. Nilai rank berkisar antara 150. Semakin tinggi rank-nya semakin kecil pergeseran feature ketika topologi divalidasi.
Rang tertinggi adalah 1 dan terendah adalah 50.

Hal. 21 /MIP/DYN/2015

5. Pada kotak dialog yang brikutnya terdapat pilihan pengaturan topology. Klik Add Rule untuk
membuat atau menambahkan topology baru.

Pada jendela Add Rule:


a. Pilih feature yang akan dibuat topologynya pada Features of feature class
b. Pilih aturan topology pada Rule sesuai engan kondisi topology yang dikehendaki.
c. Klik OK.
d. Mengulangi lagkah a-c untuk feature class yang lain.

Hal. 22 /MIP/DYN/2015

Hal. 23 /MIP/DYN/2015

Hasil penentuan topology untuk setiap feature class adalah seperti pada gambar di bawah ini,
kemudian klik Next.

6. Setelah muncul kotak dialog yang menyajikan ringkasan (summary topology) dan semua
topology yang dibuat sudah diyakini kesesuaian dan kebenarannya, maka klik Finish.

Hal. 24 /MIP/DYN/2015

7. Muncul kotak dialog yang menanyakan apakah topologi yang baru ingin divalidasi klik
Yes.

B.2. Melakukan Editing Terhadap Data Geospaial yang salah (Error) hasil Checking
Topology
1. Membuka program aplikasi Arc Map, kemudian melakukan Add Data Feature Dataset yang
telah dibuat topology-nya (misalnya : peta_tanah) klik Add.

2. Tampil feature classes pada feature dataset peta tanah, meliputi jalan, bidang pada lembar
kerja ArcMap, beserta peta tanah_Topology yang menyajikan kesalahan-kesalahan (data
eror) yang ada pada feature datasets tersebut dengan warna merah.

3. Untuk melakukan editing topology, maka terlebih dahulu aktifkan toolbar Topology dan klik
Start Editing pada toolbar Editor.

Hal. 25 /MIP/DYN/2015

4. Klik toolbar Error Inspector (

) kemudian klik Search Now pada kotak dialog Error

Inspector sehingga data yang error dapat ditampilkan pada satu tabel.

5. Pilih (select) semua data error yang tampak pada jendela Error Inspector klik kanan
muncul beberapa pilihan (opsi) untuk mengedit data yang error, antara lain snap, extend,
trim memilih satu opsi untuk mengedit data error sesuai dengan kondisi error, misalnya
extend.

Hal. 26 /MIP/DYN/2015

6. Menentukan nilai maximum distance. Sebaiknya nilai maximum distance diisi dengan nilai
yang tidak terlalu besar karena nilai yang terlalu besar dapat mengakibatkan garis-garis yang
diedit menjadi berubah bentuk atau arah.

7. Melihat hasil dengan membandingkan jumlah data error setelah dilakukan editing. Apabila
data error masih cukup banyak, maka perlu dilakukan pengecekan pada data yang error
dengan klik kanan pada data error dalam kotak Error Inspector klik Zoom To sehingga
lokasi eror akan terlihat jelas. Sebab kesalahan atau error pada aturan must not have dangle
tidak semua point error merupakan dangle, namun ujung vertex atau ujung jalan juga akan
dianggap sebagai dangle, dengan kata lain tidak semua error yang muncul harus diselesaikan,
contohnya pada gambar di bawah ini:

Jalan
terputus,
perlu ada
editing untuk
menyambung
kan jalan

8. Melakukan pengecekan ulang untuk melihat terjadinya kesalahan, peubahan arah garis atau
bentuk garis akibat koreksi topology.

Selamat Belatih,
Hal. 27 /MIP/DYN/2015

You might also like