Professional Documents
Culture Documents
INFEKSI NOSOKOMIAL
Lukmanul Hakim Nasution
Departemen / SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Universitas Sumatera Utara/RSUP Haji Adam Malik Medan
ABSTRAK
Infeksi nosokomial merupakan suatu keadaan yang penting dalam pelayanan pasien rawat inap di
Rumah Sakit di seluruh dunia karena insidensnya yang sangat tinggi. Di bidang dermatologi, infeksi
nosokomial tidak menjadi perhatian karena tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi secara umum
menjadi penting karena berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian.
Mengetahui berbagai jenis infeksi nosokomial di bidang dermatologi. Infeksi nosokomial bukan hanya
menyerang pasien rawat inap tetapi juga petugas yang berhubungan dengan proses pelayanan, baik petugas
medis maupun nonmedis dan dapat terjadi secara timbal balik. Di bidang dermatologi infeksi nosokomial
dikelompokkan menjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit, dan cara
penularannya.
Infeksi nosokomial di bidang dermatologi perlu menjadi perhatian dalam pelayanan pasien rawat inap di
Rumah Sakit. Pemahaman tentang tindakan pencegahan diperlukan untuk mengatasi infeksi nosokomial
tersebut. (MDVI 2012; 39/1:36-41)
ABSTRACT
Nosocomial infection is an important condition in inward patient service around the world because of
its high incidence. In dermatology, this condition is lack of attention because it doesnt cause mortality
directly, but commonly this infection become very important because of its relationship with morbidity and
mortality rate.
To understand various type of nosocomial infections in dermatology. Nosocomial infection doesnt
affect only inward patient in a hospital but also official that always related with the service process, whether
medic or non medic and resiprocal. In dermatology, nosocomial infection is classified into infection that are
caused by bacterial, viral, fungal and parasite, and their transmission into host.
Nosocomial infection in dermatology need more attention in inward patient service. Precaution of
consideration is needed to overcome this condition. (MDVI 2012; 39/1:36-41)
Alamat penulis:
Jl. Bunga Lau No.17 Medan
Telp.061-8360381
Email: lukmanulnst@yahoo.com
36
LH Nasution
PENDAHULUAN
Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia, baik di
negara sedang berkembang maupun negara maju.1
Berbagai penelitian yang dilakukan di seluruh dunia
menunjukkan bahwa infeksi nosokomial merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas.2 Selain itu,
infeksi nosokomial dapat menambah keparahan penyakit
dan stres emosional yang mengurangi kualitas hidup
pasien. Bertambahnya lama hari perawatan, penggunaan
obat dan pemeriksaan laboratorium karena adanya infeksi
nosokomial menyebabkan peningkatan biaya perawatan
pasien.3,4
Di bidang dermatologi, infeksi nosokomial tidak
menjadi perhatian karena tidak menyebabkan kematian
secara langsung, tetapi secara umum menjadi penting
karena berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas.
Pasien rawat inap di bangsal dermatologi rentan terhadap
infeksi nosokomial pada beberapa dermatosis karena terjadi
pengelupasan luas kulit yang merupakan sawar protektif.
Selain itu, penggunaan kortikosteroid dan obat
imunosupresif lainnya dalam jangka panjang pada beberapa
penyakit kulit merupakan faktor risiko terjadinya infeksi
nosokomial.5
DEFINISI
Istilah nosokomial berasal dari bahasa Yunani yaitu
nosokomeion yang berarti rumah sakit (nosos = penyakit,
komeo = merawat). Infeksi nosokomial dapat diartikan
infeksi yang berasal atau terjadi di rumah sakit.2,6,7 Infeksi
yang timbul dalam kurun waktu 48 jam setelah dirawat di
rumah sakit sampai dengan 30 hari lepas rawat dianggap
sebagai infeksi nosokomial.1
Suatu infeksi pada pasien dapat dinyatakan sebagai
infeksi nosokomial bila memenuhi beberapa kriteria :
1. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak
didapatkan tanda klinis infeksi tersebut.
2. Pada waktu pasien mulai dirawat di rumah sakit tidak
sedang dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
3. Tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurangkurangnya 48 jam sejak mulai perawatan.
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa infeksi
sebelumnya.8-11
EPIDEMIOLOGI
Studi prevalensi pada tahun 1987 yang dilakukan
dengan bantuan World Health Organization (WHO) pada 55
rumah sakit di 14 negara yang mewakili 4 wilayah WHO
(Eropa, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik
Barat) mendapatkan rerata 8,7% pasien rumah sakit
mengalami infeksi nosokomial. Dari hasil survei tersebut
Infeksi nosokomial
37
MDVI
PATOGENESIS
3.
4.
38
LH Nasution
Infeksi nosokomial
Jenis mikroorganisme
Gram-negative enteric
Jamur
Enterococci
Persentase
50%
25%
10%
Luka operasi
Staphylococcus aureus
Pseudomonas
Coagulase-negative Staphylococci
Enterococci, jamur, Enterobacter,
dan Escherichia coli
20%
16%
15%
< 10%
Darah
Coagulase-negative Staphylococci
Enterococci
Jamur
Staphylococcus aureus
Enterobacter species
Pseudomonas
40%
11,2%
9,65%
9,3%
6,2%
4,9%
GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala sistemik infeksi nosokomial sama
dengan infeksi lainnya, yaitu demam, takikardia, takipneu,
ruam kulit, dan malaise.8 Gejala dan tanda tersebut timbul
dalam waktu 48 jam atau lebih setelah pasien di rawat di
rumah sakit, atau dalam 30 hari setelah pasien keluar dari
rumah sakit.1
Sumber infeksi nosokomial dapat dicurigai jika
terdapat penggunaan alat dalam prosedur medis, sebagai
contoh pemasangan pipa endotrakeal yang dapat dihubungkan dengan sinusitis, otitis, trakeitis, dan pneumonia;
pemasangan kateter intravaskular dapat menyebabkan
flebitis; kateter Foley dapat dihubungkan dengan infeksi
saluran kemih oleh karena kandida.8
39
MDVI
TATALAKSANA
Pengobatan infeksi nosokomial bergantung pada
etiologi yang mendasarinya. Infeksi nosokomial pada
daerah bedah atau ulkus dekubitus dapat dilakukan
debridement. Sampel dari jaringan harus di kultur untuk
identifikasi patogen yang dicurigai.8
Pada skabies nosokomial dapat diobati dengan
antiskabies topikal atau oral. Penggunaan antiskabies
topikal, yaitu permetrin 5%, dan lindan 1% dianjurkan 2
kali selang seminggu, sedangkan sulfur presipitatum 5-10%
selama 3 hari berturut-turut. Ivermektin oral diberikan
dengan dosis 200 g/kgBB sebagai dosis tunggal dan dapat
diulang dalam 10-14 hari. Ivermektin oral diindikasikan
pada pasien imunosupresif, penyakit yang berat, pada
keadaan wabah dan kasus dengan lesi yang berat.16,22
PENCEGAHAN
Pencegahan infeksi nosokomial memerlukan rencana
yang terintegrasi dan terprogram, terdiri atas:
1. Membatasi penularan organisme dari atau antar pasien
dengan cara mencuci tangan, menggunakan sarung
tangan, tindakan aseptik, isolasi pasien, sterilisasi, dan
desinfeksi.
2. Mengontrol risiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotik profilaksis yang tepat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
4. Mengurangi risiko infeksi endogen dengan cara
mengurangi prosedur invasif dan menggunakan
antimikroba secara optimal.
5. Pengamatan infeksi, identifikasi, dan pengendalian
wabah.
6. Pencegahan infeksi pada tenaga medis.
7. Edukasi terhadap tenaga medis.23
40
LH Nasution
KESIMPULAN
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang berasal
atau terjadi di rumah sakit. Dalam bidang dermatologi,
infeksi tersebut tidak menjadi perhatian karena tidak
menyebabkan kematian secara langsung, tetapi secara
umum menjadi penting karena berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas. Pengelupasan kulit yang luas
pada beberapa dermatosis, dan penggunaan glukokortikoid atau obat imunosupresif lainnya dalam jangka
panjang pada beberapa penyakit kulit merupakan faktor
risiko terjadinya infeksi nosokomial. Beberapa penyakit
kulit juga dapat menimbulkan infeksi nosokomial. Pemahaman akan tindakan pencegahan diperlukan untuk
mengatasi infeksi nosokomial.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Infeksi nosokomial
41