Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. .Latar belakang
Deman kejang atau febril convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh(suhu rektal diatas 38 C) yang disebabkan oleh
proses ekstraknium. Deman kejang merupakan kelainan neurologis yang
paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah
menderita deman kejang (Ngastya,2005).
World Health Organitation (WHO) memperkirakan pada tahun2009
terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam kejang dan lebih dari 216 ribu
diantaranya meninggal. Insiden terjadinya demam kejang diperkirakan
mencapai 2-4% dari jumlah penduduk AS, Amerika selatan, dan eropa barat.
Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi, hampir 3% dari anak
yang berumur dibawah 5 tahun pernah menderita demam kejang. Demam
kejang lebih sering didapatkan pada laki-laki dari pada perempuan. Hal
tersebut disebabkan karena wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih
cepat dibandingkan laki-laki. Insiden terulangnya kejang berkisarantara 25%
sampai 50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama (ME.Sumijati,2000).
Berdasrkan hasil prasurveyu di Indonesia terdapat 25 kasus demam
kejang, 80% (11 kasus) disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan,2 pasien
demam kejang meninggal dengan observasi meningitis dab Enchepalitis
(Teguh Subianto,2009).
kejang yaitu dengan cara bila anak terjadi demam kompres dengan air hangat,
berikan pakaian yang tipis pada anak dan berikan anak banyak minum air
putih. Berbeda lagi dengan peran perawat sebagai kuratif yaitu memberikan
pengobatan dengan asuhan keperawatan tetapi biasanya dalam memberikan
pengobatan perawat berkolaborasi dengantim medis lainnya untuk pengobatan
yang lebih maksimal. Contoh obat tradisionalnya yaitu daun jeruk manis yang
besar secukupnya, cuka encer secukupnya, diremas-remas, untuk kompres
dikepala, diperbaharui bila kepala sudah kering. Peran perawat yang terakhir
sebagai rehabilitative yaitu proses penyembuhan dari demam kejang yaitu cara
mrnjaga kesehatan anak dari penyebab demam kejang (Grandell,2009).
Karena melihat banyaknya kasus anak dengan demam kejang, maka
diharapkan perawat mampu memberikan pelayanan sesuai peran perawat
sebagai promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif. Maka dari itulah penulis
tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada anak dengan demam
kejang di ruang rawat inap RSUD PARIAMAN.
B. Penetapan Masalah
Bagaimana menerapkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada anak
dengan demam kejang di ruang rawat inap RSUD PARIAMAN.
C. Tujuan Studu Kasus
1. Tujuan umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada anak dengan demam
kejang di ruang rawat inap RSUD PARIAMAN.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada anak dengan
demam kejang diruang rawat inap anak RSUD PARIAMAN.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Kejang (konvulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang
tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebal yang ditandai dengan
serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktifitas motorik,
dan atau gangguan fenomena sensori (doengos, 2000).
Kejang merupakan gangguan pada fungsi otak yang normal
sebagai akibat dari aliran elektrik yang abnormal di otak, yang dapat
2. Umur, (lebih sering pada umur <5 tahun), karena sel otak pada
anak belum matang sehingga mudah mengalami perubahan
konsentrasi ketika mendapat rangsangan tiba-tiba.
b. Faktor presipitasi:
1. Adanya proses infeksi ekstraknium oleh bakteri atau virus
misalnya infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut,
tonsilitis, gastroenteritis infeksi traktus urinarius dan faringitis.
2. Ketidak seimbangan ion yang mengubah keseimbangan elektrolit
sehingga mengganggu hemeostatis kimiawi neuron sehingga
terjadi kelainan depolarisasi neuron misalnya hiponatremia,
hipernatremia, hipoglikemia, hipoklasemia dan hipomagnesemia.
3. Demam kejang yang disebabkan oelh kejadian perinatal (trauma
kepala, infeksi premature, hipoksia) yang dapat menyebabkan
kerusakan otak.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985:50).
Faktor presipitasi demam kejang: cenderung timbul 24 jam pertama pada
waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi
pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus dari
pada bakterial.
3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang bisa muncul pada penderita demam kejang
adalah (sujono dan sukarmin,2009) :
a. Suhu tubuh anak (suhu rectal) lebih dari 38 C
b. Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik,tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak
memberikan reaksi apapun tetapi beberapa saat kemudian anak akan
tersadar kembali tanpa ada kelainan persarafan.
Seperti
pada
kasus
kejang
demam,
Nervus
olfaktoris
(Hilangnya
daya
penghiduan).
2)N.II :
Nervus Optikus (Tajam penglihatan).
3)N.III
:
Nervus Okulamotorius (Pergerakan
bola mata).
4)N.IV
:
Nervus
Akustikus
Vagus
(Pemeriksaan
Glossofaringeus
(Pemeriksaan
11) N.XI
Nervus
Motorik).
12) N.XII
:
Nervus
Accecorius
Hipogosus
(Pemeriksaan
(Gangguan
Pergerakan Lidah).
System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf pusat
dan system saraf otonom dihubungkan dengan saraf urat-urat saraf
aferent dan saraf efferent. Menurut fungsinya system saraf otonom ada
2 dimana keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu
system simpatis dan parasimpatis.
Yang termasuk dalam saraf system saraf simpatis adalah:
1) Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis,lumbal dan seterusnya.
2) Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus
symphatis.
3) Pleksus pre vertebral: post ganglionik yang dicabangkan dari
ganglion kolateral.
System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu: serabut saraf yang
dicabangkan dari medulla simpatis :
1. Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang otak
2. Serabut saraf yang dicabangkan dari medulla spinalis.
5. Fisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
yang diperlukan energy yang didapat dai metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat CO dan air. Sel
dikelilingi oleh membrane yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipiod
dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membrane sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (NA) dan elektrolit lainnya,kecuali ion klorida
(CI). Akibatnya konsentrasi K dalam sel nuron tinggi dan konsentrasi Na
keadaan
demam
kenaikan
suhu
tubuh
1C
akan
sel
sekitarnya
dengan
bantuan
bahan
yang
disebut
dengan
ambang
kejang
yang
rendah
sehingga
dalam
makin
meningkatnya
aktivitas
otot
dan
selanjutnya
6. Woc
7. Klasifikasi
a. Kejang parsial (fokal,lokan)
1. Kejang parsial sederhana
tidur,
tetapi
bila
patologis
melibatkan
hentakan
9. Komplikasi
a. Pneumonia aspirasi
b. Epilepsi
c. Retardasi mental, terjadi pada penderita kejang lama (biasanya kejang
berlangsung lebih dari 6 jam) baik bersifat umum atau local (Betz,
cecily L, 2009)
10. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Elektrolik : elektrolik tidak seimbang dapat berpengaruh / menjadi
predisposisi pada aktivitas kejang.
2. Glukosa : hipoglikemia (Normal 80-120mg/dl)
3. Ureum / kreatinin meningkat (ureum normal 10-50 mg/dl dan
kreatinin normal <1 4mg/dl)
4. Sel darah merah (Hb) menurun (14-18 gr/dl, 12-16 gr/dl)
5. Lumbal pungsi : tes ini memperoleh cairan cerebrospinal, tes ini
dapat mendeteksi demam kejang atau mendeteksi kejang karena
infeksi pada otak pada kejanng demam tidak terdapat gambaran
patologis, pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
1) Warna cairan cerebrospinal berwarna kuning, menunjukan
pigmen kuning santokrom
2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal meningkat lebih dari normal
(Normal bayi 40-60 ml, anak-anak 60-100ml, remaj 3,5-50
mEq/l, bayi 3,6-5,8 mEq/l)
b. EEG (Electroencephalography)
Merupakan cara untuk merekam aktivitas listrik otak melalui
tengkorak yang utuh untuk menentukan adanya kelainan pada susunan
saraf pusat EEG dilakukan sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal
tidak menunjukan kelainan pada kejang demam sederhana gelombang
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses kperawatan
a. Identitas
Biasanya meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, anak ke, BB/TB,
nama ibu, umur, pekerjaan, pendidikan, nama ayah, umur, pekerjaan,
pendidikan, Dx medis, No MR, dan tanggal masuk
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan oleh klien pada saat
masuk kerumah sakit, atau bisa sebagai alasan pencetus masuk kerumah
sakit. Keluhan utama yang di dapat biasanya kejang disertai demam
(Vickley, 2009)
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Biasnya ada riwayat menderita penyakit infeksi seperti infeksi saluran
nafas atas, tonsillitas, dll. Riwayat menderita penyakit otitis media akut
(OMA), pielonefritis. Riwayat menderita demam tinggi yang disertai
dengan kejang. Adanya kelainan dalam perkembangan atau kelainan
saraf sebelum anak menderita demam kejang. Riwayat kejang yang
berlangsung lama atau sebentar. Riwayat trauma pada kepala, dll
(brunner dan suddarth, 2002)
b) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien pernah mengalami peningkatan suhu tubuh > 38C,
sianosis, sensitivtas terhadap makanan, mual/muntah yangerhubungan
dengan aktifitas kejang. Tegang pada tungkai dan fleksi pada kepala
dan kedua lengan. Spasme otot yang kuat (Betz, cecily L, 2009)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga klien ada menderita penyakit yang sama diderita
oleh klien seperti kejang dan epilepsi, ISPA serta OMA (brunner dan
suddarth, 2002).
d) Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
Usia saat hamil sangat menentukan status kesehatan bayi yang
akan dilahirkan, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun dapat mengakibatkan berbagai koplikasi kehamilan dan
persalinan, komplikasi kehamilan diantaranya adalah hipertensi
iskemia,
dapat
mengakibatkan
rusaknya
factor
pernafasan
biasanya fremitus pada paru-paru kiri dan kanan
biasnya bunyi yang dihasilkan sonor
biasnya terdengar bunyi wheezing dan rhonki
biasnya ictus cordis tidak terlihat
biasanya ictus cordis teraba 2 jari dibawah papila mammae
(planta fleksi)
(hemoragik)
subarahnoid
menyebabkan kejang
d) Foto rontgen kepala
Untuk mengidentifikasi fraktur
dan
subdural
sehingga
e) EEG
Melakolisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik,
mengukur aktifitas dan gelombang otak, untuk menetukan karakteristik
dan gelombang otak pada masing-masing tipe dari aktivitas kejang
f) CT scan
Mengidentifikasi letak lesi serebral, infark, hematom, edema, serebral
trauma, abses atau tumor.
g) AGD
Menilai PO2, PCO2,PHCO3
Yang paling penting peran perawat selama pasien kejang adalah
observasi kejangnya dan gambarkan kejadiannya. Setiap episode
kejangnya mempunyai karakteristik yang berbeda misalnya ada
halusinasi (aura), motorik efek seperti pergerakan bola mata, kontraksi
otot lateral harus di dokumentasikan termasuk waktu kejang dimulai
dan lamanya kejang.
i. Therapy
Mencatat program therapi yang diinstruksikan oleh tim kesehatan, seperti
pemberian
cairan
melalui
intravena,
obat
diazepam,
antipiretik
C. Rencana keperawatan
Diagnosa
Intervensi
No
1
Aktivitas keperawan
keperawatan
hasil
keperwatan
Hipertermi
b.d Thermoregulator
Fase treatment
K.H:
penyakit
atau Suhu tubuh dalam
trauma
rentang nornal
TTV dalam rentang
normal
Tidak
perubahan
sesering mungkin
2. Monitoring warna dan
tingkat kesadaran
5. Berikan antipiretik
6. Berikan cairan intravena
7. Kompres pasien pada
warna
suhu
suhu kulit
3. Monitor nadi dan RR
4. Monitoring
penuruna
ada
1. Monitoring
Temperatur
lipat paha dan axila
8. Rencana
monitoring
regulation
nyaman
Vital
monitoring
hipotermi
10. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
11. Monitoring nadi, suhu
dan RR
12. Monitoring
frekuensi
perifer
utrament 1. sediakan
pola
sianosis
lingkungan
tempat
kesehatan
tidur yang nyaman dan
untuk
mencegah
yang ada
cidera
-
Mampu
mengenali
bersih
4. batasi pengunjung
5. pantau penanganan yang
cukup
6. anjuran keluarga untuk
menemani pasien
7. kontrol lingkungan dari
perubahan
status sosial
kebisingan
8. pindahkan
barang
barang-
yang
dapat
membahayakan
Resiko
ketidak
efektifan
perfusi
suplay
Intracranial
Circulation
pressure
status
Tissue frekuensi
monitorik
cerebral.
Mendefenisikan
kemamuan
kognitif
yang
ditandai dengan
jelas dan sesuai
kemampuan
Menunjukan
perhatian
respon
terhadap suhu
2. Monitoring
pasien
tekanan
K.H :
1. Catat
terhadap aktivitas
3. Restain pasien jiak perlu
4. Monitoring suhu
5. Kolaborasi pemberian
antibiotik
6. Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
7. Monitoring
adanya
daerah
hanya
tertentu
peka
yang
terhadap
konsentrasi dan
panas/dingin tajam
8. Monitoring
adanya
orientasi
Memproses
paratake
9. Gunakan sarung tangan
fungsi
sensori
cranial
yang
utuk
untuk proteks:
Batas gerakan pada
kepala,
tingkat
kesadaran
leher,
punggung.
Monitor kemampuan
BAB :
Monitor
takipneu betis
Diskusikan
membaik
adanya
mengenai penyebab
perubahan sehari
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a) Identitas Klien
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
Agama
Kebangsaan
Tanggal masuk RS
No.MR
Riwayat Alergi
Diagnosa Medik
Tanggal Pengakajian
b) Identitas Orang tua
IBU
Nama
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
AYAH
Nama
Usia
Pendidikan
Pekerjaaan
Agama
Alamat
: An.I
:Perempuan
:6 tahun
:Tidak ada
:belum sekolah
:Sungai limau
:Islam
:Indonesia
:16 Maret 2015
:
: Tidak ada
:Demam Kejang
:17 Maret 2015
:Ny.P
:37 tahun
:SMA
:IRT
:Islam
:Sungai Limau
:Tn.S
:39 Tahun
:SMA
:Wiraswata
:Islam
:Sungai Limau
B. KELUHAN UTAMA
Ibu klien mengatakan anaknya masuk RSUD PARIAMAN dengan keluhan
demam kejang.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien pernah mengalami demam kejang
pada saat usia 2 tahun. Klien pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit
yang sama.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien masuk RS melalui IGD, pada tanggal 14 Maret 2015 jam 11.30
WIB dengan keluhan klien demam tinggi terus menerus dengan suhu
39,5C, klien pusing, mual, muntah, mata melihat keatas dan disertai
kejang, frekuensi kejang saat itu 1x dirumah dengan lama lebih kurang 10
menit,kejang seluruh tubuh.
Saat pengkajian pada klien tanggal 17 Maret 2015, ibu klien mengatakan
anaknya masih demam, saat diraba badan anaknya masih teraba panas,
suhu 38C, klien muntah 2x, pasien tampak lemah, wajah klien tampak
memerah, kongjungtiva anemis, bibir klien terlihat kering dan pucat,
turgor kulit jelek, ibu klien mengatkan anaknya tidak nafsu makan, klien
menghabiskan sedikit makanan, klien hanya mampu menghabiskan
porsi makan yang disediakan. Saat pengkajian kejang tidak ada lagi.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan adik dari ibu klien sendiri pada usia 2 tahun.
Genogram
Kakek-nenek
nenek-kakek
Keterangan :
:Ayah Klien
:Ibu Klien
:Klien
D. RIWAYAT IMUNISASI
No
Jenis
Imunisas
i
BCG
Waktu pemberian
Reaksi setelah
pemberian
Membengkak
dan memerah
DPT
diarea suntikan
Demam
(I,II,III)
Polio
Tidak ada
4
5
(I,II,III)
Campak
Hepatitis
Demam
Tidak ada
0-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
Jenis Nutrisi
ASI
Bubur susu
Nasi Tim
Lama Pemberian
Selama 6 bulan
Selama 3 bulan
Nasi biasa
selama 3 bulan
Sampai sekarang
G. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Ibu klien mengatakan An.I tinggal dnegan kedua orang tuanya, dengan
lingkungan yang nyaman. Rumah berada didekat sekolah, klien mempunyai
tempat bermain dibelakang halaman rumahnya, disekitar rumah klien tidaj ada
tetangga yang berbahaya. Ibu klien mengatakan hubungannya dengan
keluarganya harmonis, klien diasuh oleh kedua orang tuanya.
H. REAKSI HOSPITALISASI
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Ibu klien mengatakan anaknya dibawa kerumah sakit karena khawatir
melihat klien saat kejang. Setelah dirumah sakit dokter menceritakan
tentang penyakit anaknya dan perasaan ibu klien saat itu cemas, khawatir
melihat keadaan anaknya. Ibu klien selalu mendampingi dan menjaga
anaknyadirumah sakit. Ibu klien terlihat selalu berdoa agar anaknya cepat
sembuh.
b. Pemahaman Anak tentang Sakit dan Rawat Inap.
Klien mengerti mengapa klien dibawa kerumah sakit, karena klien sakit,
tetapi klien belum tahu apa penyebab penyakit yang dialaminya.
I. AKTIVITAS SEHARI-HARI
a) Nutrisi
N
o
Kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
2
3
4
Selera makan
Menu makanan
Berkurang karena
hanya
menghabiskan
sayuran
disediakan
Nasi lunak, sayuran
Frekuensi
makanan
Makanan
3x sehari
5
6
Tidak ada
Makan sendiri dengan
ML 1000 kkal
3 x sehari/ porsi
Ritual saat
makan
Tidak ada
Disuapkan makanan
oleh ibu klien
Baca doa
b) Cairan
N
Kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
o
1
Jenis minuman
Frekuensi
kali sehari
1500cc-2000cc/ hari
6 kali sehari
1000 cc-1500cc/
minuman
Kebutuhan
hari
cairan
c) Eliminasi (BAB/BAK)
No
Kondisi
Sebelum sakit
Setelah sakit
1
2
3
4
5
Volume
Kesulitan
1
2
3
4
Kamar mandi
1 kali sehari
Padat
Tidak ada
Kamar mandi
Tidak rutin
Padat
Tidak ada
Kamar mandi
5-6 kali sehari
Kuning jernih
Kamar mandi
4-5 kali sehari
Kuning dan bau obat-
300 cc
Tidak ada
obatan
250 cc
Tidak ada
d) Istirahat tidur
No
1
Kondisi
Jam idur
Sebelum sakit
Klien selalu tidur siang
Saat sakit
Klien tidur 9 jam
Pola tidur
Kebiasaan
Kesulitan
8 atau 9 jam
Tidak ada
Saat demam tinggi
dan terasa sakit.
e) Olahraga
No
1
2
3
Kondisi
Program olahraga
Jenis dan frekuensi
Kondisi setelah
Sebelum sakit
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Saat sakit
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sebelum sakit
Saat sakit
Dari kepala
tubuh.
keseluruh tubuh
olahraga
f) Personal Hygiene
No
1
kondisi
Mandi
- Cara
-
Frekuensi
Alat mandi
Cuci rambut
-
Frekuensi
Cara
1 kali dalam seminggu
Menggunakan gunting
3
Gunting kuku
kuku
Frekuensi
Cara
saja
Sabun
3 kali sehari
Mencuci dengan
sampo
Tidak ada
Tidak ada
Setiap mandi pagi
tidur menggunakan
4
Gosok gigi
sikat gigi
Digosok atas bawah,
Menggunakan sikat
gigi, lalu digosok
Frekuensi
dalam ke luar
atas bawah, dalam
Cara
ke luar.
Kondisi
Kegiatan sehari-hari
Sebelum sakit
Bermain
Saat sakit
Tidur, tidak bisa
2
3
Tidak ada
Tidak ada
bermain
Tidak ada
Tidak ada
aktivitas
Kesulitan pergerakan
Tidak ada
Tidak ada
tubuh
h) Rekreasi
No
1
2
3
4
Kondisi
Perasaan saat sekolah
Waktu luang
Perasaan setelah rekreasi
Waktu senggang keluarga
Kegiatan hari libur
Sebelum sakit
Tidak ada
Bermain
Bahagia dan senang
Berkumpul bersama
saat sakit
Tidak ada
Tidur, istirahat
Tidak ada
Tidak ada
keluarga
Bermain dan
Tidak ada
rekreasi
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum klien
Tingkat kesadaran
:
Berat badan
: 17 kg
Tinggi badan
: 115 cm
TD
: 100/60 mmHg
Suhu
: 38C
Nadi
: 125 x / menit
Pernafasan
: 30 x / menit
2. Kepala
Bentuk kepala klien bulat, tidak terdapat luka. Tidak adanya hematoma/
oedema. Kening klien diraba terasa panas.
Rambut :
Wajah
Mata
Hidung
Bibir
Gigi
Lidah
3. Leher
Bentuk leher klien simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tyroid, kalenjer
getah bening, dan tidak ada bekas operasi ada leher JVP 5-2 cm H2O
4. Dada / thorak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi :
Vesikuler
5. Jantung
Inspeksi
Perkusi
Perkusi
Pekak
Auskultasi :
6. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi :
Palpasi
Perkusi
Tympani
7. Genitourinaria
Genitalia klien bersih tidak ada kelainan
8. Ekstremitas
Terpasang IUFD ditangan sebelah kanan kaen IB 4 tetes/ menit, tidak ada
oedema pada tangan, tidak ada oedema pada kaki, turgor kulit jelek tidak
terdapat nyeri otot dan perubahan kekuatan otot, tidak terdapat tegang
pada tungkai dan fleksi pada lengan.
K. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematologi
Hemaglobin
: 16,6 gr/dl
Leukosit
: 16,8 10 /mm
Basofil
: 0%
Eosinofil
: 0%
Netrofil batang
: 6%
Netrofil segmen : 81 %
Limfosit
: 7%
Monosit
: 6%
L. THERAPY
IUFD kaen IB 4 tetes / menit macro
Oral :
- parasetamol 4 x 130 mg (srp)
- Luminal 2x 85 mg
Injeksi
- Ampicilin 4 x 425 3
12,00-14,50
6,20-17,00
0-1 %
1-3 %
2-6 %
50-70%
20-4%
2-8 %