Professional Documents
Culture Documents
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Disusun oleh:
-
Irmanto
/ 14504241007
Bakti Andika A. F. / 14504241009
Rahmat Mubarok/ 14504241010
Deni Restu W.
/ 14504241011
Ryan Kuntoro
/ 14504241012
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Pendidikan Kewarganegaraan bab Konstitusi Negara ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................
B. PEMBATASAN MASALAH...........................................................
C. RUMUSAN MASALAH.................................................................
4
5
5
Konstitusi Madinah.............................................................................
Republik Indonesia Pertama..............................................................
10
11
12
14
14
15
C. KAJIAN AMANDEMEN.................................................................
16
29
B. SARAN...........................................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
30
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat
Indonesia
mampu
mempelajari,
memahami
dan
bertujuan mencapai cita-cita yang terkandung dalam dasar Negara. Dasar Negara
merupakan cita hukum dari Negara. Terdapat hubungan-hubungan yang sangat
terkait antara keduanya yang perlu kita ketahui..
B. Pembatasan Masalah
Agar mendapatkan gambaran dan kerangka yang jelas mengenai ruang
lingkup pembahasan, maka perlu kiranya diberi batasan-batasan menyangkut
permasalahan yang akan diungkap dalam makalah ini yaitu dibatasi pada masalah
dasar negara dan konstitusi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pengertian judul yang telah
diuraikan, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan
kali ini. Adapun yang akan dibahas dan menjadi rumusan masalah pada makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Konstitusi?
2. Bagaimana kedudukan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Konstitusi di
Indonesia (UUD 1945)?
3. Bagaimana hasil amandemen UUD 1945 dan kajian tentang amandemen
tersebut ?
.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian dan Konsep Dasar Konstitusi
bulat dan terpadu. Di dalamnya, menurut Noor MS Bakry 4, berisi materi yang
pada dasarnya dapat dibedakan menjadi empat hal, yaitu (i) pengaturan tentang
fungsi sistem pemerintahan negara, (ii) ketentuan fungsi dan kedudukan lembaga
negara, (iii) hubungan antara negara dengan warga negaranya, dan (iv) ketentuan
hal-hal lain sebagai pelengkap.
B. Konstitusionalisme dan piagam madinah
1. Sejarah Lahirnya Kontitusi Madinah
Piagam Madinah merupakan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah
umat manusia yang dapat dibandingkan dengan pengertian konstitusi dalam
arti modern. Sejarah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW dan umat
Islam selama kurang lebih 13 tahun di Mekah terhitung sejak pengangkatan
Muhammad SAW sebagai Rosul, sebelum mempunyai kekuatan dan
kekuasaan politik yang menguasai suatu wilayah. Umat Islam menjadi
komunitas yang bebas dan merdeka setelah pada tahun 622 M hijrah ke
Madinah, kota yang sebelumnya disebut Yarsib. Tak lama sesudah hijrah ke
Madinah, Muhammad SAW membuat suatu piagam politik untuk mengatur
kehidupan bersama di Madinah yang dihuni beberapa macam golongan yakni
golongan muslim pendantang, golongan muslim Madinah dan golongan
Yahudi. Piagam ini dibuat atas persejuan bersama antara Nabi Muhammad
SAW dengan wakil-wakil penduduk kota Madinah yang secara formal ditulis
dalam suatu naskah yang disebut Shahifah.
Para ahli menyebut Piagam ini dengan istilah yang bermacam-macam.
Montgomery Watt menyebutnya The Constitusion Of Medina; Zainal Abidin
Ahmad memakai perkataan Piagam sebagai terjemahan dari kata al-shahifah.
Sebagai dukumen resmi yang berisi pokok-pokok pedoman kenegaraan
4 Noor MS. Bakry,
1994, itu
hlm.tepat
120. juga disebut sebagai Konstitusi Madinah) 5.
menyebabkan
Piagam
merumuskan empat
prinsip muatan materi Konstitusi Madinah, yakni: seluruh kaum Muslimin dari
berbagi golongan adalah satu umat yang bersatu; saling tolong menolong dan
saling melindungi di antara rakyat yang baru itu atas sadar keagamaan;
masyarakat
dan
negara
berkewajiban
atas
setiap
rakyat
untuk
Asshiddiqie,
2006, hlm.16. dasar jika tidak lagi mencerminkan konstelasi
Suatu undang-undang
6 Idris,atau
2009,
hlm.
27.
politik
tidak
memenuhi
harapan aspirasi rakyat dapat dibatalkan dan diganti
dengan
undang-undang
dasar44baru. Sebagai contoh, sesudah dibebaskan dari
7 Hamidi,
Malik, 2009. hlm.
pendudukan tentara Jerman, Prancis menganggap perlu untuk mengadakan
undang-undang dasar baru yang mencerminkan lahirnya negara Prancis baru. Hal
ini juga terjadi di Indonesia. Miriam Budiardjo (Miriam Budiardjo.2003.Dasardasar Ilmu Politik.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), sehubungan dengan
undang-undang dasar yang digunakan di Indonesia, mengemukakan tahap-tahap
sebagai berikut: (i) tahun 1945, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia secara
defacto hanya berlaku di Jawa, Madura, dan Sumatra, (ii) tahun 1949, UndangUndang Dasar Republik Indonesia secara defacto berlaku di seluruh Indonesia,
kecuali Irian Barat, dan (iii) tahun 1959, Undang-Undang Dasar Republik
10
perubahan UUD 1945 dalam satu rangkaian kegiatan itu, dapat disebut sebagai
satu kesatuan periode tersendiri, yaitu periode konstitusi transisional.
Republik Pertama : UUD 1945
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia yang pertama adalah UUD
1945
disahkan
tanggal 18 Agustus 1945, berlaku secara nasional
8 Jmlyyang
Assidiqie,
2007, hlm.pada
73.
sampai dengan tanggal 27 Desember 1949. Naskah undang undang dasar pertama
tersebut disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Penyusunan naskah Rancangan Undang-Undang Dasar 1945 dimulai dari
pembentukan BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945. Pembentukan
badan ini merupakan realisasi janji Pemerintah Jepang akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia kelak kemudian hari. BPUPKI mengadakan
sidang-sidang yang dapat dikelompokkan menjadi dua masa persidangan, yaitu
sidang pertama mulai dari tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945 dan
masa persidangan kedua mulai tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945. Dari
persidangan-persidangan BPUPKI tersebut berhasil menyusun naskah komplit
Rancangan Undang-Undang Dasar yang meliputi (i) pernyataan Indonesia
merdeka, (ii) pembukaan Undang-Undang Dasar, dan (iii) Undang-Undang Dasar
yang terdiri atas pasal-pasal (Noor Ms Bakry, 1994: 23). Dengan selesainya
tugas BPUPKI, pemerintah Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang bertugas untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
9
Noor
MS. Bakry, 194,
hlm. 23.kemerdekaan
berhubungan
dengan
11
12
13
14
berbeda pendapat tidak pernah mencapai suara dari jumlah anggota Konstituante.
Keadaan ini jika diteruskan akan menemui jalan buntu dan membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh karena itu, Presiden Soekarno
mencari jalan keluarnya dengan mengekuarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang
berisikan pernyataan sebagai berikut: (i) menetapkan pembubaran Konstituante,
(ii) menetapkan UUD 1945 berlaku lagi terhitung mulai tanggal penetapan Dekrit,
dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950, serta (iii) menetapkan dalam waktu
sesingkat-singkatnya pembentukan MPRS dan DPAS. Dekrit ini mendapat
dukungan sebagian besar rakyat Indonesia. Yang lebih penting lagi, melalui Dekrit
ini terjadi perubahan ketatanegaraan Indonesia, yaitu naskah Undang-Undang
Dasar 1945 menjadi berlaku kembali sebagai hukum tetinggi dalam negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Republik Indonesia Keempat: UUD 1945 Orde Lama (1959-1965)
Ciri-ciri periode ini ialah adanya dominasi yang sangat kuat dari presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Undang-Undang Dasar
1945 memberi kesempatan bagi seorang presiden untuk bertahan selama
sekurang-kurangnya
lima
tahun.
Akan
tetapi
Ketetapan
MPRS
No.
15
terulang lagi pada masa orde baru. Posisi legislatif berada di bawah presiden. Hak
asasi rakyat juga dibatasi. Kekuasaan tanpa kontrol akibatnya pemerintahan orde
baru cenderung melakukan penyimpangan di berbagai aspek kehidupan. Korupsi
kolusi, dan nepotisme (KKN) merajalela. Akibatnya, terjadi ketidakmerataan hasil
pembangunan, melebarnya kesenjangan antara kaya dan miskin, utang semakin
membengkak, dan akhirnya menumpuk menjadi krisis multidimensi. Dengan
dipelopori oleh mahasiswa, rakyat menuntut reformasi di segala bidang. Akhirnya
rezim orde baru tumbang dengan mundurnya Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.
Republik Keenam : UUD 1945 Diamandemen (1998-sekarang)
16
Pengalaman sejarah pada masa lalu, baik masa orde lama maupun masa
orde baru, menunjukkan bahwa penerapan pasal-pasal Undang-Undang Dasar
1945 yang memiliki sifat multiinterpretable atau dengan kata lain ber-wayuh arti
mengakibatkan terjadinya sentralisasi kekuasaan di tangan presiden. Hal ini yang
melatarbelakangi perlunya dilakukan amandemen terhadap Undang-Undang
Dasar 1945. Amandemen merupakan keharusan karena hal itu akan mengantar
bangsa Indonesia kearah tahapan baru penataan terhadap ketatanegaraan (Kaelan,
2004: 177). Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945 dilakukan oleh
bangsa Indonesia sejak tahun 1999, di mana amandemen yang pertama dilakukan
dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap 9 pasal Undang-Undang
Dasar 1945. Selanjutnya, amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000,
amandemen ketiga dilakukan tahun 2001, dan amandemen terakhir dilakukan
tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002. Oleh karena itu, naskah
resmi Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 menurut
Jimly Assiddiqie (Asshiddiqie,Jimly.Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia.
Jakarta:Sinar Grafika.2010) terdiri atas lima naskah, yaitu (i) naskah UndangUndang Dasar 1945 seperti yang diberlakukan oleh Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
(ii) naskah Perubahan Pertama UUD 1945 yang disahkan pada tahun 1999, (iii)
naskah Perubahan Kedua UUD 1945 yang disahkan pada tahun 2000, (iv) naskah
Perubahan Ketiga UUD 1945 yang disahkan pada tahun 2001, dan (v) naskah
Perubahan Keempat UUD 1945 yang disahkan pada tahun 2002.
Kajian Hasil Amandemen UUD 1945
Meskipun tuntutan amandemen terhadap UUD 1945 semakin menguat,
MPR sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk melakukan amandemen
terhadap UUD 1945 tidak gegabah dalam melaksanakannya demi menjaga
kelangsungan hidup negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam melakukan
amandemen ada kesepakatan bersama anggota MPR yang dituangkan dalam
kesepakatan dasar anggota Panitia Ad Hoc Badan Pekerja MPR dalam menyusun
rancangan naskah perubahan UUD 1945, yaitu (i) tidak mengubah Pembukaan
UUD 1945, (ii) tetap mempertahankan negara Kesatuan Republik Indonesia, (iii)
17
Dasar 1945 mencakup semua hal yang menjadi pokok materi semua undangundang dasar negara modern di dunia.
Dengan amandemen UUD 1945, lembaga MPR mengalami transformasi
kedudukan dari lembaga tertinggi negara menjadi lembaga permusyawaratan
rakyat yang lebih lemah kedudukannya. MPR menjadi salah satu organ negara
yang menjalankan tugas-tugas konstitusional yang kedudukannya sederajat
dengan lembaga-lembaga tinggi negara lainnya. MPR secara sukarela mengurangi
kekuasaannya sendiri berdasarkan Undang-Undang Dasar, misalnya, Presiden dan
Wakil Presiden yang semula dipilih oleh MPR diubah menjadi dipilih langsung
18
melakukan pengawasan terhadap Presiden selaku eksekutif), serta (v) UUD 1945
hasil amandemen tidak ada kekuasaan konsultatif, yang sebelum diamandemen
didelegasikan kepada Dewan Pertimbangan Agung karena berdasarkan kenyataan
pelaksanaan kekuasaan konsultatif tidak jelas fungsinya. Menurut Kaelan
19
20
sedangkan tentang Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam Bab VII, dan untuk
Dewan Perwakilan Daerah sebagai lembaga baru diciptakan bab baru, yaitu Bab
VIIA. Hal itu rancu dan tidak proposional karena DPR, DPD dan MPR itu samasama merupakan lembaga negara dalam ranah kekuasaan legislatif. Sementara itu,
Bab IV, yang sebelumnya berjudul Dewan Pertimbangan Agung, dihapus sama
sekali dari naskah UUD 1945, sehingga susunan UUD 1945 meloncat dari Bab III
tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara langsung ke Bab V tentang Kementerian
Negara.
Adanya kekurangan dalam amandemen UUD 1945 adalah merupakan hal
yang manusiawi karena banyaknya materi yang diubah, dikurangi, atau ditambah
dengan amandemen pertama sampai keempat. Bertolak dari kekurangan inilah,
kemudian dibentuk Komisi Konstitusi yang akan membantu melakukan koreksi
dan mengatasi kekuarangan-kekurangan itu untuk amandemen mendatang.
BAB III
ANALISA MASALAH
A. Masalah
1. Masalah Konstitusi Tak Pernah Berakhir
2. Pemilu dan Potensi Krisis Konstitusi di Indonesia
3. Mahkamah Konstitusi dan Keadaan Darurat Korupsi di Indonesia
B. Analisa Masalah
1. Masalah Konstitusi Tak Pernah Berakhir
Proses desakralisasi konstitusi sejak reformasi sampai saat ini belum
berjalan. Selain itu, ideologi di Indonesia belum berjalan sebagai mana
yang diharapkan, hal ini dapat dilihat masih banyak aksi tarik-menarik
kepentingan di kalangan elit politik, baik di pusat maupun di daerah.
21
Konstitusi tidak harus lengkap akan tetapi harus menyangkut filosofi dan
kepentingan orang banyak, kata dosen Ilmu Politik sekaligus pengamat
politik UIN Jakarta Andi Safrani SH MCCL.
Sebagai pengamat politik, Andi mengungkapkan, bahwa ideologi di
Indonesia mengalami stagnanisasi yang cukup panjang. Sejak pascareformasi sampai saat ini banyak kebijakan yang belum terealisasikan
bahkan yang ada hanyalah kompromi politik.
Penerapan hukum belum berjalan, penerapan tersebut hanya simbol belaka.
Idealnya, penerapan konstitusi tidak boleh bertentangan dengan yang
undang-undang yang sudah ada, dan harus sejalan dengan kondisi
lingkungan dan kemaslahatan masyarakat.
Kita harus mengakui, konstitusi kita masih sangat ringkas, artinya masih
banyak konstitusi negara yang fundamental yang masih sangat jauh atau
belum sempurna. Misalnya adanya resuffle sejumlah menteri yang masih
menganut paham parlementer, katanya.
Masalah hukum merupakan masalah yang sangat sensitif sekali. Masalah ini
menyangkut kepentingan para elit politik dan masih banyaknya multitafsir
tentang amandemen tersebut.
Proses pembuatan undang-undang di Indonesia itu ada dua macam antara
lain, atas inisiatif pemerintah dan DPR. Akan tetapi pembuatan undangundang lebih didominasi atas inisitif pemerintah.
Tentang proses pembuatan undang-undang di Indonesia. Menurutnya,
sebelum undang-undang di sahkan, undang-undang di analisis terlebih
dahulu oleh staf ahli agar tidak bertentang dengan undang-undang yang lain,
dan menyangkut kemaslahatan masyarakat, serta jangan sampai ada
multitafsir peraturan.
2. Pemilu dan Potensi Krisis Konstitusi di Indonesia
22
Secara sederhana krisis konstitusi dapat terjadi apabila belum ada norma
atau aturan yang mengatur scara eksplisit maupun implisit tentang suatu
permasalahan konstitusi. Dalam persepktif teori, KC Wheare dalam
karyanya moderen constitution mengatakan bahwa konstitusi merupakan
kumpulan peraturan yang mengatur pemerintahan negara. Lebih luas lagi
Van Apeldorn mengatakan bahwa konstitusi memuat baik peraturan tertulis
(writen) maupun tidak tertulis (unwriten). Secara sederhana konstitusi dapat
dipahami sebagai aturan dasar (baik tertulis ataupun tidak) dengan tujuan
mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara yang memiliki kedudukan
hirarkis tertinggi dalam sebuah negara. Jika menggunakan pendekatan dari
teori ini, maka harusnya konstitusi memuat aturan yang bersifat detil
sehingga meminimalisir potensi terjadinya krisis konstitusi.
Lalu bagaimana dengan potensi potensi krisis konstitusi lainnya yang bisa
saja muncul. Jika konstitusi hasil perubahan kita saat ini dianalisis lebih
lanjut, maka banyak sekali ditemukan titik krisis lainnya. Misalnya pada
pengaturan tentang pemilu. Baik konstitusi maupun undang-undang
kepemiluan, baik presiden maupun pemilu legislatif tidak mengatur apabila
ternyata penyelenggaran pemilu gagal dan tidak menghasilkan perwakilan
di parlemen atau bahkan tidak menghasilkan presiden.
Jika mengacu pada aturan konstitusi saat ini, maka dalam Pasal 6A (3)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dengan tegas
menyatakan bahwa presiden dan wakil presiden dinyatakan terpilih, apabila
memperoleh lebih dari lima puluh persen suara nasional (suara mayoritas
mutlak) dan 20 persen disetiap wilayah provinsi. Jika dianalisis konstruksi
pasal ini maka dapat dipahami bahwa pertama, presiden terpilih apabila
berhasil memperoleh suara mayoritas mutlak dari total suara yang masuk.
Kedua, angka atau persentase suara ini merupakan ketentuan yang mutlak
dan rigid. Artinya, presentasi angka ini tidak dapat diubah apabila tidak ada
satupun pasangan calon yang memperoleh suara mutlak mayoritas.
Walaupun pada ketentuan pasal lainnya dalam konstitusi khususnya dalam
Pasal 6A (4) yang mengidentifikasikan bahwa pemilu presiden di Indonesia
23
24
Dasar
1945
(UUD
1945),
memutus
sengketa
25
26
karena dengan sistem yang transparan dan terkontrol maka orang yang
korupsi akan langsung ketahuan.
Transparansi sistem keuangan negara, bisa dilihat pada negara maju, seperti
contohnya Amerika Serikat, pengelolaan keungan dan sistem perpajakan,
sangat transparan. Sehingga dalam mengawasi bukan saja tugas pemerintah,
tetapi masyarakat secara keseluruhan. Semua pejabat publik, mulai tingkat
terendah hingga presiden diawasi secara langsung oleh masyakat.
Hal ini karena sistem transparansi keuangan dan perpajakan begitu modern.
Semua transaksi keuangan, pembayaran pajak, sampai pemenangan tender
serta distribusi pembangunan dan penggajian dilakukan secara online dan
transparan. Sehingga terjadi kebocoran sekecil apapun, cepat terdeteksi,
sehingga bisa dilakukan pencegahan.
Demikian pula hukum ditegakkan secara maksimal tanpa pandang bulu dan
strata sosial. Dengan kondisi tersebut, keungan Negara bisa diberdayakan
sebesar-besarkan untuk kepentingan pembangunan nasional, sehingga
Amerika Serikat, menjadi negara maju dan superpower seperti sekarang ini.
Belajar dari kondisi tersebut, sudah saatnya Indonesia menerapkan system
keuangan yang transparan. Untuk mencegah terjadinya kebocoran keuangan
negara akibat korupsi.
Efek dari tidak adanya korupsi, akan menyebabkan keseimbangan dan
pemerataan pembangunan. Sehingga akan terbuka lapangan pekerjaan yang
mencukupi, sehingga setiap orang di Tanah Air akan mempunyai pekerjaan,
yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteran seluruh masyarakat
Indonesia.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini banyak hal yang dapat kita jadikan pelajaran bagi
pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis.Berdasarkan pembahasan
dan penelaahan pada makalah ini maka penulis dapat menyimpulkan beberapa
hal:
1. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan
pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.
2. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Karena melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar
negara.
3. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu
kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi
tertutup, sehingga pancasila bukan sebagai konstitusi melainkan UUD
1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.
28
B. Saran
Setelah menyimpulkan hasil pembahasan dari makalah ini berdasarkan
teori-teori yang ada, maka penulis mencoba untuk memberikan masukan atau
saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, kami menyarankan agar berhati-hati dalam melakukan
perubahan ataupun melaksanakan Undang-Undang agar tetap terjalin
keselarasan antara Dasar Negara dan Konstitusi.
2. Bagi pembaca, penulis menyarankan agar dapat mengambil hal-hal positif
dari makalah ini untuk pembelajaran dan lebih banyak membaca buku
yang berkaitan dengan Dasar Negara dan Konstitusi agar lebih memahami
makna dari kedua hal tersebut.
Demikianlah makalah Konstitusi Negara Indonesia kami tulis dengan
harapan dapat menjadi manfaat bagi setiap pembaca khususnya penulis. Bila ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini kami memohon maaf, karena kebenaran
datangnya dari Allah sedangkan kesalahan datangnya dari kami pribadi selaku
penulis.
29
DAFTAR PUSTAKA
Press.
Asshiddiqie,Jimly.Konstitusi
dan
Jakarta:Sinar Grafika.2010
Mahfud,Moh.Amandemen
konstitusi
Konstitusionalisme
Menuju
Indonesia.
Reformasi
TataNegara.Yogyakarta:UII Press
30