Professional Documents
Culture Documents
STUDI LITERATUR
2012420079
Kirana Zerlinda
2012420130
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Bangunan bertingkat tinggi kuat kaitannya dengan suatu wilayah perkotaan
yang memiliki lahan yang sempit namun dengan harga penjualan yang mahal,
sehingga warga kota memanfaatkannya dengan membangun bangunan bertinggat
tinggi yang dapat memiliki banyak fungsi dengan kuantitas yang banyak pula,
sehingga lebih menguntungkan. Akan tetapi permasalahan dalam proses perancangan
akan berbeda dengan bangunan bertingkat rendah. Berbagai sistem struktur dan
konstruksi nya dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemukan dalam
membangun bangungan bertingkat tinggi.
BAB II
PERTIMBANGAN PERENCANAAN
Pemilihan struktur untuk bangunan bertingkat tinggi harus memenuhi berbagai
faktor fungsi dikaitkan dengan kebutuhan budaya, sosial, ekonomi, dan teknologi.
Bertikut adalah bergabai pertimbangannya :
1.
Pertimbangan Ekonomi
Arsitek harus memperhatikan tidak hanya seberapa besar biaya
proses pembangunan, tetapi juga biaya setelah pembangunan selesai
yaitu, biaya utilitas, pemeliharaan (maintenance), asuransi, pajak, dll.
Makin tinggi tingkat bangunan makin banyak membutuhkan ruang
yang lebih banyak untuk struktur, sistem mekanis dan lift, sehingga
luas lantai sewa akan berkurang. Semua biaya ini dapat diimbangi
oleh harga tanah yang sangat tinggi dan kebutuhan akan lokasi tertentu
untuk bangunan tersebut. Dengan semakin tinggi bangunan, harga
lahan per luas lantai makin menurun. Demikian pula pengelolaan dapat
ditekan per luas lantai pun akan menurun berhubung dengan biaya
untuk mengelola satu gedung akan lebih sedikit dibandingkan dengan
beberapa bangunan kecil.
2. Kondisi Tanah
Pondasi atau substruktur akan mengikat superstruktur ke tanah.
Pondasi ini menerima beban dan meneruskannya ke yanah yang akan
mampu menerimanya.
Untuk dapat memutuskan sistem struktur dan perilakunya,
kondisi tanah harus diperiksa terlebih dahulu. Misalnya apabila kondisi
tanah daya dukungnya rendah, maka pondasi tiang pancang atau
caisson akan diperlukan untuk mencapai tanah keras.
Variabel struktur bangunan, super struktur, sub struktur dan
tanah masih memberikan kebebasan komposisi dikaitkan dengan
sistem struktur yang dipilih.
3. Rasio Tinggi-Lebar Suatu Bangunan
sampah,
rata-rata
menghabiskan
sepertiga
dari
menghasilkan asap.
Pembatasan perjalanan api agar penyebarannya ke bagian
bangunan lainnya dapat dicegah.
Bahan kimia yang biasa digunakan sebagai bahan penghambat
api antara lain jenis garam monoammonium dan diammonium
phospat, ammonium sulfat, seng khlorida, sodium tetraboratdan
asam borat yang tersusun dalam suatu formula tertentu. Secara
7. Pertimbangan Setempat
Peraturan zoning dan bangunan dalam lingkup kota akan
mengharuskan persyaratan yang akan mempengaruhi pemilihan sistem
konstruksi. Misalnya apabila ada pembatasan ketinggian, sedangkan
lantai yang harus dibangun adalah maksimum, maka tinggi lantai ke
lantai berikutnya hatus diusahakan sekecil mungkin sehingga
menyebabkan pemilihan sistem beton plat datar atau prinsip pratekan.
8. Ketersediaan dan Harga Bahan Konstruksi Utama
Tapak bangunan apabila dekat dengan sumber-sumber bahan
konstruksi tertentu akan dapat mengurangi biaya angkutan dan
menyebabkan bahan yang dipasaran mahal menjadi murah.
BAB III
PEMBEBANAN
Hal penting yang mendasar adalah pemisahan antara beban-beban yang bersifat
statis dan dinamis. Gaya statis adalah yang bekerja secara perlahan-lahan pada
struktur and mempunyai karakter steady-state. Gaya dinamis adalah yang bekerja
secara tiba-tiba pada struktur. Pada umumnya bersifat steady-state dan mempunyai
karakteristik besar dan lokasinya berubah dengan cepat. Gaya dinamis dapat
menyebabkan ternyadinya osilasi pada struktur hingga deformasi puncak tidak
bersamaan dengan terjadinya gaya terbesar.
A. Beban Mati
Beban mati dapat dinyatakan sebagai gaya statis disebabkan oleh berat
setiap unsur pada struktur bangunan itu sendiri dapat berupa unsur pendukung
beban dari bangunan, laintai, langit-langit, dinding partisi permanen,
penyelesaian fasad, tangki simpan, sistem distribusi mekanis dll.
B. Beban Hidup
Beban ini berubah-rubah dan sulit diperkirakan.perubahan ini bisa
berjangka pendek ataupun panjang. Beban-beban ini mecakup beban peluang
untuk berat manusia, perabot, pastisi yang dapat dipindahkan, lemari besi,
buku,dan semua barang barang semi permanen atau barang sementara lainnya
yang berpenaruh terhadap sistem bangunan, tetapi bukan bagian dari struktur
dan tidak diaanggap benda mati.
C. Beban Konstruksi
Beban konstruksi adlah beban rencana ketika bangunan sedang
didirikan. Beban ini merukapan pertimbangan penting daam rancangan unsur
struktur. Hal yang biasanya terjadi pada saat pembangunan adalah kontraktor
menumpuk perlengkapan dan bahan bangunan di satu tempat yang yang tidak
luas pada struktur. Hal ini menyebabkan keruntuhan karena beban-beban
terpusat yang jauh lebih besar terjadi daripada beban rencana untuk struktur
tersebut.
D. Beban Salju, Hujan dan Es
Beban salju pada atap sangat bervariasi dan bergantung pada factorfaktor seperti ketinggian, garis lintang, frekuensi angin, lama salju jatuh,
terpaan salju setempat, ukuran atap, geometri, dan kemiringanya. Sebagai
pedoman berat salju adalah sekitar 0.5 sampai 0.6 lb/ft2 per in.
Es akan mengumpul pada bagian-bagian unsur yang menonjol,
terutama pada unsur ornament luar yang bila tidak ada es tidak dibebani selain
beratnya sendiri. Itulah sebabnya unsur-unsur tersebut harus dirancang untuk
menahan beban es yang berat. Selanjutnya, gumpalan es pada struktur rangka
terbuka akan meningkatkan luas, demikian pula berat, sehingga menghasilkan
tekanan angina yang lebih tinggi.
E. Beban Angin
Struktur yang berada pada lintasan angin akan menyebabkan angina
berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya energy kinetic angin akan
berubah menjadi energy potensial yang berupa tekanan atau isapan pada
struktur. Besar tekanan atau isapan yang diakibatkan oleh angina pada suatu
titik bergantung pada kecepatan angin, rapat nassa udara, lokasi yang ditinjau
pada struktur, perilaku permukaan struktur, bentuk geometris, dimensi dan
orientasi struktur dan kekakuan keseluruhan struktur.
Kecepatan Angin
Kecepatan angin pada umumnya bertambah berdasarkan
ketinggian suatu wilayah. Akan tetapi, tingkat pertambahan kecepatan
rata rata adalah fungsi dari kekasaran permukaan tanah karena
Arah angin
Apabila massa udara yang bergerak ke suatu arah tertentu
membentur permukaan bangunan, maka terjadilah gaya guling. Gaya
Tekanan angin
Kecepatan hembusan angina yang dinamis menyebabkan
tekanan angin yang dapat menyebabkan suatu bangunan lendut, hal ini
banyak terjadi pada bangunan yang pipih.
Turbulensi
Vortice dan eddy adalah aliran udara melingkar uang
dihasilkan oleh turbulensi angin di daerah bertekanan tinggi. Aliran
tersebut diperlihatkan pada gambar dibawah ini
F. BEBAN SEISMIK
Pondasi adalah titik singgung antara bangunan dengan tanah, gerak
seismic mengakibatkan pondasi bergerak secara bolak-balik. Massa bangunan
harus dapat menahan gerak ini, dengan cara membangun gerak inersia pada
seluruh struktur. Gaya inersia contohnya adalah gerakan yang dirasakan
penumpang ketika kendaraan berhenti secara mendadak. Bagaimanapun, gaya
Besaran tekanan tanah berganung pada jenis tanah. Untuk tanah kering,
tekanan cair setara dengan kedalaman 30psf.ft dapat dianggap sebagai
perkiraan sementara.
H. BEBAN AKIBAT PERUBAHAN VOLUME MATERIAL
Beban suhu
Perbedaan suhu menyebabkan gerak vertical pada kulit
bangunan. Apabila suhu menurun, bangunan akan menyusut dan
sebaliknya, apabila suhu meningkat, maka bangunan mengembang.
Gerak horizontak struktur lantai akan terjadi, yang disebabkan jarena
atap diekspor terhadap perbedaan antara suhu di dalam dan di luar
ruangan dan oleh perbedaan suhu di antara fasad yang berlawanan,
yang satu menghadap arah datang matahari, dan yang lainnya
membelakangi arah datang matahari.
Lentur kolom
Perbedaan suhu di dalam ruangan menyebabkan tegangan yang
tak merata pada kolom luar sehingga mengakibatkan lentur.
Retak lantai
Retak pada lantai terjadi pada struktur rangka kaku akibat
perubahan vertical pada kolom luar. Terjadi sedikit demi sedikit
dan paling besar pada trave eksterior.
peralatan mesing yang bergetar. Gaya gaya ini tidak sekadar siklik, tetapi bisa
saja terjadi perceptan atau oengurangan kecepatan kendaraan atau lift,
misalnya: gaya gaya dampak yang cukup besar dapat bekerja pada struktur
pada saat tertentu. Sumber-sumber dari luar bangunan adalah gaya gaya
angina, gempa, suara, dan sistem lalu lintas yang berdekatan.
J. BEBAN LEDAKAN
Ledakan menimbulkan tekanan yang besar di daerah ledakan sehingga
mengakibatkan beban yang sangat besar terhadap unsur-usnsur bangunan dan
menghancurkan jendela, dinding dan lantai. Tekanan internal harus ditahan
setempat, dan tidak boleh menimbulkan keruntuha struktur secara beruntun.
K. KOMBINASI BEBAN
Kemungkinan terjadinya beban kombinasi harus dievaluasi secara
statisttik dan diramalkan akibatnya. Apabila penentuan aksi beban dilakukan
lebih tepat, maka factor keamanan yang dibuat untuk mencegah hal-hal yang
tidak diketahui dapat dikurangi.
BAB III
TIPE STRUKTUR BANGUNAN TINGGI
Tipe struktur bangunan tinggi yang ada terbagi kedalam beberapa unsur struktur dasar
bangunan, diantaranya:
1. Unsur Linier :
a. kolom dan balok yang mampu menahan gaya aksial dan gaya rotasi.
2. Unsur Permukaan :
a. dinding, bisa berlubang atau berangka yang mampu menahan gaya
aksial
dan
gaya
rotasi.
b. plat, bisa padat atau beruas, ditumpu pada rangka lantai dan mampu
memikul beban di dalam dan tegak lurus terhadap bidang tersebut.
3. Unsur Spasial :
a. Pembungkus faade atau inti (core), mengikut bangunan agar berlaku
sebagai kesatuan.
Tipe Struktur:
untuk
bangunan
yang
tidak
Interspasial
Merupakan struktur rangka setinggi lantai yang
terkantilever dan diadakan secara selang-seling
sehingga
memungkinkan
menghasilkan
ruang
Gantung (Suspension)
Sistem ini menggunakan penggantung sebagai
pengganti kolom untuk memikul beban lantai
sehingga penggunaan bahan dapat lebih efisien.
Menggunakan unsur tarik dengan kabel-kabel yang
meneruskan beban ke rangka di bagian atas yang
terkantilever dari struktur inti.
Contoh bangunan: the qube
pada
bangunan,
sehingga
lantai
disusun rapat
terdapat
struktur
inti
(tube)
yang
ini
kekakuan
bertambah.
Sistem
ini
BAB IV
MATERIAL STRUKTURAL DAN PENGARUHNYA PADA SAAT
KONSTRUKSI
Material struktural yang umumnya digunakan pada bangunan tingkat tinggi antara
lain :
1. Concrete / beton
Beton banyak digunakan karena ditunjang oleh ketersediaan bahan yang
cukup mudah didapatkan, mudah dibentuk, tidak korosif, dan dapat dibuat
ditempat (dicor di tempat). Di Indonesia sendiri, kebanyakan bangunan
bertingkat tinggi dibuat dengan menggunakan konstruksi beton bertulang
karena material ini berkembang cukup pesat di Indonesia. Mutu beton 40
MPa- 50 Mpa sering kali digunakan di Indonesia.
Jenis jenis beton selain beton bertulang yang digunakan pada bangunan
tingkat tinggi:
a. Ferro Concrete
Ferro Concrete yaitu lapisan jala baja yang di padatkan dengan cement.
b. Gunite / shot crete
Yaitu udara yang ditekan untuk menembak beton. Biasanya digunakan
pada tanah atau batu yang berbentuk vertikal.
METODE KONSTRUKSI:
A. Slip Form construction
Metode Konstruksi dimana beton dituang pada bekisting yang bergerak.
sehingga
mudah
disambung
untuk
2. Baja
Pemilihan konstruksi baja pada bangunan tingkat tinggi biasanya disebabkan
oleh jumlah lantai maksimal yang dapat dibangun dan efisiensi waktu dalam
pembangunan. Di Indonesia perkembangan material baja sangat rendah
BAB V
SISTEM STRUKTUR BIDANG VERTIKAL DAN HORIZONTAL
A. PENYEBARAN GAYA GAYA VERITIKAL
Bidang-bidang
membentuk
pembungkus luar
bangunan
Bidang-bidang
dipusatkan pada bagian
tengah bangunan.
B. PENYEBARAN GAYA GAYA
HORIZONTAL
Struktur bangunan harus
memiliki kemampuan untuk
menahan berbagai jenis gaya
horizontal sperti yang disebabkan oleh angina atau gempa. Dengan demikia
suatu jenis pengaku harus disediakan pada arah memanjang dan melintang
bangunan.j
BAB VI
SISTEM PONDASI
Dalam merancang pondasi bangunan tinggi membutuhkan pertimbangan yang
matang akan beberapa faktor diantaranya, memilih sistem pondasi yang tepat,
menghitung daya dukung tanah dan menganalisa sistem pondasi yang ada apakah
sesuai dengan bangunan dan tapak yang dirancang.
Desian pondasi yang tidak sesuai daoat mengakibatkan beberapa maslaah,
diantaranya adalah penundaan proses konstruksi, kelebihan budget bangunan karena
meremehkan kapasitas pile, meningkatnya budget pondasi karena menggunakan
sistem yang terlalu kuno dan merusak struktur disekitarnya bahkan membuat
bangunan menjadi tidak aman.
A. Syarat Pondasi pada Sebuah Bangunan
Agar pondasi dalam suatu bangunan kuat, maka pondasi harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a.
b.
Harus dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur,
sehingga kerusakan pondasi tidak mendahului kerusakan bangunannya
c.
d.
Harus terletak pada tanah dasar yang cukup kuat sehingga kedudukan
pondasi stabil
Besarnya beban statis atau dinamis yang bekerja dan batasan deformasi
Tanah dasar yang memiki daya dukung baik(tanah batu, padas/ cadas,
kerikil menggunakan sistem pondasi langsung
Tanah dasar yang memiliki daya dukung jelek menggunakan sistem pondasi
tidak langsung
D. Pekerjaan Pondasi
Untuk pekerjaan pondasi hal yang pertama dilakukan adalah pembersihan lahan
sebagai berikut:
Mula-mula pemasangan patok sebagai pijakan papan dengan jarak kirakira 15-20 cm dari tepi galian pondasi (sekiranya tidak terlalu dekat
dengan galian agar tidak mudah lepas).
Patok dipasang tegak lurus dan diusahakan tidak mudah goyah atau
lepas,
b.
Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dilakukan setelah pekerjaan pemasangan papan
bouwplank, pekerjaan ini dimaksudkan untuk menggali tanah sebagai tempat
pondasi, ukuran penggalian disesuaikan dengan lebar dan tinggi pondasi.
c.
batu kali, dan pondasi telapak) dimaksudkan untuk alas pondasi agar rata dan
peredam getaran.
d.
Aanstamping
Merupakan pasangan batu kosong yang memiliki fungsi untuk mencegah atau
meminimalisir merembesnya air ke pondasi.
E. Tanah
Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang dijadikan sebagai pijakan
pondasi. Tanah yang digunakan untuk pijakan pondasi haruslah tanah keras
sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan atau beban bangunan yang dirancang.
Untuk itu mengetahui daya dukung tanah dan klasifikasinya sangat penting
untuk menentukan jenis pondasi yang sesuai rancangan.
1. Klasifikasi Tanah
Bedasarkan susunannya, klasifikasi tanah dapat dibagi menjadi:
Tanah Batu
Memiliki butiran lebih dari 40mm, merupakan tanah dasar yang amat baik
untuk bangunan, umumnya berlapis-lapis dan lapisan ini tidak boleh miring
karena dapat menyebabkan pergeseran.
Tanah Kerikil
Butiran kerikil anda yang mengatakan 2-20 mm dan ada yang mengatakan
5-50 mm, karena besarnya butiran maka air mudah merembs diantara
kerikil-kerikil tersebut, sebagai tanah dasar kerikil baik untuk didirikan
bangunan.
Tanah Pasir
Tanah pasir terdiri dari butiran-butiran yang memiliki bentuk hampir bulat,
besarnya 0,1-2 mm.
Tanah Liat
Tanah yang mudah menerima air, waktu musim penghujan tanah menjadi
lembek, jika pada musim kemarau tanah menjadi retak-retak terkadang
hingga sampai kedalaman 2 m.
Tanah Geluh
Tanah napal
Tanah Halus
Terbentuk dari butiran-butiran tanah yang sangat halus yang terbawa oleh
angin, dalam susunanya banyak terdapat butiran-butiran kapur.
Tanah Gambut
Terjadi dari tumbuhan yang telah lama mengendap didalam air. Tanah ini
tidak baik sebagai dasar bangunan.
2. Penyelidikan atau Pemeriksaan Tanah
a.
b.
Pengujian sondir
Pengujian sandcone
4.
Sumur percobaan
o Pengertian:
Penggalian tanah yang yang digunakan untuk penyelidikan
suatu tanah, biasanya memiliki ukuran 1 m X 1,5 2 m serta
dengan kedalaman tanah sesuai dengan yang diperlukan.
o Tujuan:
Untuk mengetahui susunan tanah, warna tanah, tekstur tanah,
dan dapat pula digunakan untuk pengambilan sempel tanah yang
selanjutnya digunakan untuk penelitian di laboratorium.
o Alat-alat yang digunakan:
Pelubangan: Meteran, patok, tali, cangkul, linggis, ember
dan tali (katrol). Pengambilan sempel: sendok, sekop kecil,
nampan dll.
o Langkah-langkah pengujian:
-
dilakukan
untuk
pengklasifikasian
tanah
dan
pendiskripsian tanah.
o Alat-alat yang digunakan:
- Pemboran = Tang, pipa besi sambung, pegangan pipa, mata bor.
-
o Langkah-langkah pengujian:
Bor diputar sambil ditekan ke bawah dengan tuas berbentuk
T di batang paling atas hingga kedalaman maks. 5 m.
Sondir
o Pengertian & Tujuan:
Sondir
adalah
lapangan. Pengujian
salah
satu
alat
ini dimaksudkan
pengujian
untuk
tanah
di
memperoleh
yang
selanjutntya
digunakan
untuk
interpretasi
Uji berat volume tanah, uji berat jenis tanah, uji analisis ukuran butiran
tanah, uji penentuan batas cair, uji penentuan batas plastis, uji
penentuan batas susut, uji kuat geser tanah dengan uji geser langsung
dan uji pemadatan tanah di laboratorium.
BAB VII
MECHANICAL ELECTRICAL DAN SISTEM UTILITAS
1. Sistem Elektrikal
Sumber elektrikal biasanya didapatkan dari PLN atau generator, oleh karena
itu dibutuhkan satu ruang khusus untuk panel utama, genset, dan lain lain.
Pada bangunan tinggi di tiap tiap lantai terdapat satu ruang khusus untuk
panel pembagi ke ruang ruang di lantai tersebut.
2. Sistem HVAC
Terdapat 2 jenis sistem yaitu:
a. Sentral, yaitu menggunakan Chiller, AHU, Ducting, FCU, Cooling Tower
(utk sistem water to water). Sistem ini berguna untuk bangunan seperti
kantor dan mall.
b. Split, yaitu yang menggunakan indoor unit dan outdoor unit (seperti AC
rumah biasa). Sistem ini cocok untuk bangunan seperti apartemen dan
hotel.
3. Sistem Transportasi Vertikal
Lift, eskalator, conveyor, tangga darurat / evakuasi,
4. Suplai dan sistem Air
a. Air Bersih
b. Air Panas
Sistem air panas menggunakan pipa besi tuang atau tembaga, alat pemanas
yang digunakan adalah:
1. Pemanas air dengan gas
2. Pemanas listrik
3. Pemanas air energi surya
c. Air Kotor
Air kotor disalurkan kedalam septic tank. Pada bangunan tinggi
diusahakan letak toilet di tiap lantai sejajar agar memudahkan perletakan
shaft dan pipa tidak terlalu banyak membelok. Selain itu harus
ditambahkan pipa pembuangan gas agar tidak terjadidesakan gas dari
sumber ke septic tank yang dapat menimbulkan resiko septic tank meledak
karena penuh gas.
d. Grey Water
Sebelum melakukan pembuangan grey water sebaiknya dirancang sebuah
sistem pengolahan agar tidak mencemari lingkungan.
e. Air Hujan
Daftar pustaka:
1.
2.
3.
4.
5.
https://wiryanto.files.wordpress.com/2010/08/27-davy-sukamta-paper-sip.pdf
http://www.steelconstruction.info/Multi-storey_office_buildings
http://theconstructor.org/concrete/ferro-cement-in-construction/1156/
http://www.slideshare.net/aks254447/highrise-structral-systems
http://www.alaberah.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=1103
6. http://www.scribd.com/doc/86692771/Sistem-Utilitas-Bangunan-Tinggi
7. http://www.scribd.com/doc/122967444/utilitas-bangunan
8. http://dhatumukti.blogspot.com/2013/05/menentukan-jenis-pondasi-yangtepat.html
9. Schueller, Wolfgang. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi.
10. Schodek, Daniel L. Struktur.